Anda di halaman 1dari 3

Teori/Teknik Pembuatan Eksepsi

Hukum acara pidana dan hukum acara perdata mengatur tentang “eksepsi”. Bagi penegak hukum
dan praktisi hukum kata “eksepsi” tidak asing lagi. Lain halnya dengan masyarakat umum, kata
eksepsi itu dipersepsikan berbeda-beda sesuai dengan penempatan kata itu dalam suatu kalimat.
Namun kali ini kita lingkup saja pembahasan eksepsi di seputaran hukum acara.

Eksepsi dalam Bahasa Belanda ditulis “exceptie”, sedangkan dalam Bahasa Inggris ditulis “exception”
yang secara umum diartikan “pengecualian”.

Tetapi dalam konteks hukum acara, eksepsi dimaknai sebagai tangkisan atau bantahan (objection).
Bisa juga berarti pembelaan (plea) yang diajukan tergugat untuk mengkritisi syarat-syarat formil dari
surat gugatan penggugat.

Merujuk kepada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti “eksepsi” adalah pengecualian, tangkisan
atau pembelaan yang tidak menyinggung isi surat tuduhan (gugatan), tetapi berisi permohonan agar
pengadilan menolak perkara yang diajukan oleh penggugat karena tidak memenuhi persyaratan
hukum.

Sedangkan menurut ahli hukum bernama Yahya Harahap, “eksepsi” secara umum berarti
pengecualian, akan tetapi dalam konteks hukum acara, bermakna tangkisan atau bantahan yang
ditujukan kepada hal-hal yang menyangkut syarat-syarat atau formalitas gugatan yang
mengakibatkan gugatan tidak dapat diterima. Tujuan pokok pengajuan eksepsi yaitu agar proses
pemeriksaan dapat berakhir tanpa lebih lanjut memeriksa pokok perkara. Eksepsi diatur dalam Pasal
136 Reglement Indonesia Yang Diperbaharui (HIR).

Substansi Pasal 136 HIR angka 1 menyebutkan bahwa; eceptie itu adalah perlawanan yang sekiranya
hendak dikemukakan oleh tergugat. Dalam angka 2 menyebutkan; Apakah yang dimaksud dengan
eksepsi, dikatakan bahwa eksepsi itu harus diartikan sebagai perlawanan tergugat yang tidak
mengenai pokok persoalannya, melainkan misalnya hanya mengenai acara belaka.
Berdasarkan pasal 156 ayat 1 KUHAP, dalam hal terdakwa atau penasihat hukum
mengajukan keberatan bahwa pengadilan tidak berwenang mengadili perkaranya atau
dakwaan tidak dapat diterima atau surat dakwaan harus dibatalkan, maka setelah diberi
kesempatan kepada penuntut umum untuk menyatakan pendapatnya, hakim
mempertimbangkan keberatan tersebut untuk selanjutnya mengambil keputusan.

Adapun macam-macam eksepsi sesuai

A. Atas dasar amar putusan (pasal 156 ayat 3 KUHAP)

1. Eksepsi pengadilan tidak berwenang mengadili

2. Eksepsi dakwaan tidak dapat diterima

3. Eksepsi serta dakwaan batal/dibatalkan

B. Atas dasar Tujuan Eksepsi

1. Untuk menghambat /menghentikan sementara perkara pidana

2. Untuk menghentikan perkara pidana seterusnya

a). Macam eksepsi berdasarkan tujuan menghentikan sementara perkara pidana:

1. Eksepsi pengadilan tidak berwenang mengadili


ada macam-macam alasan, yakni:

a. Tidak berwenang, karena yang berwenang ialah pengadilan militer (kompetensi


absolut, Pasal 10 UU 4/2004 jo. Pasal UU 31/97)

b. Tidak berwenang, karena yg berwenang majelis pengadilan koneksitas (pasal 89


KUHAP)

c. Tidak berwenang, karena yang berwenang Pengadilan negeri lain (kompetensi relatif,
pasal 84 KUHAP)

2. Eksepsi tentang hal tidak jelasnya (obscuur libel) Surat dakwaan:

a. Menyebut/mengurai unsur-unsur tetapi lain dari pasal dakwaan

b. Salah satu unsur tapi tidak dikorelasikan pada fakta yang ada dalam peristiwa
konkritnya

c. Uraian peristiwa tidak menggambarkan suatu tindak pidana yang didakwakan, tapi
justru menggabarkan peristiwa perdata atau TUN

d. Salah satu atau beberapa unsur tetapi tidak disebut atau tidak diuraikan dalam
dakwaan

e. Konstruksi peristiwa yang didakwakan tidak jelas, baik lokus, tempos, atau jalan
perisitiwanya

f. Tidak menyebut pasal atau kualifikasi tapi yang didakwakan

g. Bentuk surat dakwaan yang tidak jelas, misalnya apakah alternatif atau primer-subsider

3. Eksepsi surat dakwaan tidak memenuhi syarat materiil atau formil (pasal 143 ayat 2
KUHAP)

Pasal 143 (2) KUHAP, surat dakwaan mempunyai dua syarat yang harus dipenuhi
yaitu syarat formal dan syarat materil. Syarat formal yaitu dicantumkannya identitas
tersangka secara jelas dan lengkap, terdiri dari nama lengkap, tempat lahir, umur atau
tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan. Serta
surat dakwaan diberi tanggal dan ditandatangani oleh jaksa penuntut umum. Sedangkan
syarat materil berisikan uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana
yang didakwakan. Ketentuan Pasal 143 (2) KUHAP, mensyaratkan bahwa surat dakwaan
harus menyebutkan waktu (Tempus Delicti), dan tempat tindak pidana itu terjadi (Locus
Delicti). Dan harus disusun secara cermat, jelas dan lengkap tentang delik yang
didakwakan. Kadang eksepsi ini masuk eksepsi surat dakwaan obscuur libel, akibat dari
penafsiran terhadap kata cermat, jelas dan lengkap (pasal 183 ayat 2 KUHAP)

4. Eksepsi dengan alasan dalam perkra ini terdapat pertentangan pra yudicial dengan
perkara lain.

Alasan eksepsi ini berdasarkan pasal 81 KUHP, tentang schorsing penuntutan yang
menunda berjalannya tenggang waktu daluwarsa penuntutan pidana. Dapat digunakan
sebagai alasan eksepsi, karena bila dua perkara yang saling berhubungan, dimana
putusan perkara yang sedang diperiksa lainnya sangat berpengaruh terhadap kelanjutan
perkara yang diajukan eksepsi, maka perkara yang dipengaruhi ini harus di schorsing
penuntutannya, menunggu perkara yang mempengaruhi itu diputus lebih dulu.

Contoh: perkara pidana menggunakan surat palsu (Pasal 263 ayat 2) dischorsing
menunggu perkara pidana membuat surat palsu (pasal 263 ayat 1) diputus terlebih dulu.

5. Alasan eksepsi surat dakwaan disusun atas BAP yang cacat hukum

Surat dakwaan disusun atas dasar BA Penyidikan yang diterima JPU dari Penyidik.

Jika ada cara dalam menjalankan penyidikan yang tidak sesuai KUHAP, maka BAP yang
dihasilkan dari pekerjaan itu menjadi cacat hukum. Maka keadaan ini dapat digunakan
sebagai alasan mengajukan eksepsi.

Contoh: pemeriksaan terdakwa kejahatan yg diancam pidana 15 th tidak didampingi


kuasa hukum (melanggar pasal 56). Lihat putusan sela PN Wonosari No.
22/Pid.B/2002/PN Wns yg dikuatkan oleh PT Yogyakarta.

b). Eksepsi yang bertujuan menghentikan perkara pidana untuk seterusnya

Ada beberapa alasan, antara lain:

1. Perkara yang didakwakan bukan perkara pidana


2. Dalam hal tindak pidana aduan sedangkan pengaduan tidak dimajukan, atau dimajukan oleh
orang yang tidak berhak
3. Tindak pidana yang didakwakan tidak dapat lagi dituntut, karena hal-hal antara lain:
a. Sudah diputus dengan putusan yang tetap (pasal 76)
b. Telah lampau waktu (pasal 78)
c. Pembuatnya bagi tindak pidana yang dapat diperiksa secara absentia telah meninggal
dunia
4. UU mengenai tindak pidana yang didakwakan belum berlaku atau sudah tidak berlaku lagi
pada saat tindak pidana diwujudkan
5. Bagi tindak pidana ekonomi (penyelundupan) telah diselesaikan melalui lembaga schekking
dengan membayar uang denda yang ditetapkan.

KERANGKA EKSEPSI:
1. Kepala: memuat judul / kepala “ EKSEPSI”
2. Pembuka: ditujukan pada majelis pemeriksa dll yang sifatnya sebagai pendahuluan
3. Isi Eksepsi:
(a) Objek keberatan
(b) Alasan keberatan.
4. Penutup:
(a) Permintaan
(b) Tanggal dibacakan eksepsi
(d) Nama & tanda tangan PH

Anda mungkin juga menyukai