Anda di halaman 1dari 17

LAW FIRM HERMAN & ASSOCIATES

|ADVOCAT | LEGAL AUDITOR HUKUM | PENGACARA PENGADAAN INDONESIA |

ADV. HERMAN SAPUTRA, S.H.


|ADVOCAT | LEGAL AUDITOR HUKUM | PENGACARA PENGADAAN INDONESIA |
Alamat: Jalan Patimura, Kuningan, Jakarta Selatan, Phone: 082121335566

“DEMI KEADILAN”
Jakarta, 01 Juni 2014

Perihal : Pledoi Penasihat Hukum Perkara


Pidana No: /Pid.Sus/2014/PN.JKTSL

Kepada Yth.,
Hakim Pemeriksa dan Pemutus Perkara
Nomor : /Pid.Sus/2014/PN.JKTSL Atas
Nama Terdakwa BUDI BIN AHMAD
di-
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan

Dengan Hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini :
1. HERMAN SAPUTRA, S.H
2. DEDY TRIONO, S.H

Kesemuanya adalah Advokat pada LAW FIRM HERMAN &


ASSOCIATES beralamat: Jalan Patimura, Kuningan, Jakarta
Selatan, E- Mail: hermansaputra@gmail.com Phone:
082121335566, bertindak untuk dan atas nama serta
kepentingan klien kami berdasarkan Surat Kuasa Khusus
tertanggal 05 Mei 2014 atas nama:

Nama : BUDI Bin AHMAD


TTL : Kuningan, 01 januari 1980

1
Umur : 30 Tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : Strata Satu (S1)
Tempat Tinggal : Jl. jalan Mawar No. 30 Rt 03/02
kelurahan cipari, kecamatan Cigugur,
Kabupaten Kuningan.

Dengan ini perkenankan kami selaku Penasihat Hukum


dalam perkara ini menjalankan hak kami untuk
menyampaikan pembelaan (Pledoi) atas Surat Tuntutan
(Requisitoir) Sdr. Jaksa Penuntut Umum.

Bahwa Terdakwa telah didakwa oleh Sdr. Jaksa


Penuntut Umum dalam surat dakwaannya dengan dakwaan
Kesatu melanggar Pasal 340 KUHP Jo Pasal 55 Ayat (1) ke
-2 KUHP dan kedua melanggar Pasal 353 Ayat (3) Jo Pasal
55 Ayat (1) ke -2 KUHP.

Majelis Hakim Yang Mulia,


Saudara Jaksa Penuntut Umum Yang Kami Hormati,

Bahwa surat tuntutan (Requisitoir) Sdr. Jaksa


Penuntut Umum telah dibacakan pada persidangan di
Pengadilan Negeri Jakarta Selata yang terbuka untuk
umum, dimana Terdakwa telah dinyatakan terbukti
melakukan perbuatan pidana sebagaimana yang diatur dan
diancam Pasal 353 Ayat (3) Jo Pasal 55 Ayat (1) ke -2
KUHP, maka pada kesempatan ini izinkanlah kami selaku
Penasihat Hukum Terdakwa menyampaikan Pledoi yang kami
bagi menjadi beberapa bagian sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang


Maha Esa, yang telah memberikan kekuatan fisik dan
mental kepada kita semua, hingga pada akhirnya kami
selaku Penasihat Hukum dari Terdakwa dapat menyusun dan
membacakan Pledoi ini.

2
Selanjutnya, kami sampaikan ucapan terima kasih kepada
Majelis Hakim yang telah memberikan kesempatan kepada
kami selaku Penasihat Hukum Terdakwa untuk menyampaikan
Nota Pembelaan (pledoi) atas tuntutan Jaksa Penuntut
Umum sebelumnya.

Majelis Hakim Yang Mulia,


Saudara Jaksa Penuntut Umum Yang Kami Hormati,
Sudah menjadi rahasia umum bahwa tak jarang terjadi
penyalahgunaan wewenang dalam upaya penegakan hukum.
Salah satu bentuk penyalahgunaan wewenang tersebut yaitu
menjerat para pelaku tindak pidana dengan ketentuan
yang jauh lebih berat, yaitu Pasal 353 Ayat (3) Jo
Pasal 55 Ayat (1) ke -2 KUHP.

Kasus ini berawal pada saat terdakwa mengalami


pertengkaran hebat dengan korban (ANGIE), terdakwa yang
sudah merasa jenuh meminta kepada saksi CECEP untuk
mencarikan seseorang yang bisa memberi korban pelajaran,
dan akhirnya saksi CECEP memberikan saran yang didapat
dari saksi DANANG yaitu melakukan pembunuhan dengan cara
dirampok di dalam sebuah taksi melainkan Terdakwa hanya
menginginkan untuk memberi pelajaran kepada korban
supaya tidak menggangu Terdakwa lagi. Dan akhirnya
Terdajwa memberikan ide untuk melakukan penculikan
dengan cara membius korban dan memasukkan korban kedalam
koper besar dan meneror korban supaya tidak mengganggu
Terdakwa lagi. Akan tetapi pada pelaksaannya tidak
sesuai dengan rencana yang dimana Terdakwa tidak
menghendaki untuk melakukan pembunuhan tetapi pada
pelaksanaanya korban meninggal dunia.

Di tahap penuntutan, Penuntut Umum menuntut Terdakwa


terbukti atas Dakwaan Kedua dan menuntut terdakwa
dijatuhi hukuman 4 tahun penjara.

3
Setelah membaca Surat Tuntutan JPU dengan teliti dan
seksama serta berdasarkan pada fakta-fakta yang
terungkap di persidangan, kami menyatakan tidak
sependapat dengan tuntutan JPU tersebut karena isi
tuntutannya banyak yang tidak didasarkan pada fakta-
fakta yang terungkap dalam persidangan.

Majelis Hakim Yang Mulia;


Saudara Jaksa Penuntut Umum Yang Kami Hormati;

Berdasarkan hasil pemeriksaan saksi-saksi, saksi


ahli, saksi verbalisan, pemeriksaan Terdakwa dan bukti-
bukti yang diajukan dalam perkara in casu, kami selaku
Penasihat Hukum dari Terdakwa berkewajiban mengemukakan
apa yang benar dan apa yang salah, apa yang masuk akal
dan apa yang tidak masuk akal. Karena dengan demikianlah
kebenaran baru dapat terungkap dalam persidangan yang
terhormat ini.

Dalam menegakkan hukum, tujuan kita bersama baik


Majelis Hakim Yang Mulia, Penuntut Umum serta kami
selaku Penasihat Hukum Terdakwa adalah sama, yaitu sama-
sama mencari kebenaran yang sejati dalam perkara in casu
(materiil waarheid), bukan hanya sekedar mencari alat
bukti yang dapat menghukum Terdakwa belaka. Hal inilah
sesungguhnya yang diminta oleh hukum dan didambakan oleh
Terdakwa, keluarga Terdakwa maupun oleh masyarakat luas.
Kebenaran sejati itu hanya dapat ditemui dan ditegakkan
dalam suatu proses peradilan yang jujur dan adil. Jika
tidak demikian, bukan kebenaran sejati yang akan kita
peroleh, melainkan potongan-potongan dari kebenaran dan
jika dari potongan-potongan kebenaran itu ditarik suatu
kesimpulan apalagi dijadikan dasar untuk memutus perkara
ini, maka hasilnya akan lebih kejam dari seluruh
kebohongan yang ada.

Majelis Hakim Yang Mulia;


Sudara Jaksa Penuntut Umum Yang Kami Hormati;

Setelah mendengar dan mempelajari surat tuntutan


(Requisitoir) dari Jaksa Penuntut Umum, maka kami selaku
Penasihat Hukum Terdakwa menyampaikan pembelaan sebagai
4
berikut :
I. DAKWAAN JAKSA PENUNTUT UMUM
Bahwa saudara Jaksa Penuntut Umum dalam surat
dakwaannya telah mendakwa BUDI Bin AHMAD dengan
dakwaan primer Pasal 340 KUHP Jo Pasal 55 Ayat (1)
ke -2 KUHP dan Subsidair dan kedua melanggar Pasal
353 Ayat (3) Jo Pasal 55 Ayat (1) ke -2 KUHP. Akan
tetapi, apakah benar saudara BUDI BIN AHMAD telah
melakukan kejahatan itu? Sebelum menyampaikan
pembelaan, terlebih dahulu kami untuk mencoba
menggali dan memahami kronologis perkara ini yaitu
melihat dengan seksama duduk perkara ini dengan
menempatkan kebenaran di atas segalanya demi
terciptanya penegakan hukum yang adil berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa.

II. TUNTUTAN

Bahwa, Jaksa Penuntut Umum dalam surat tuntutannya


Nomor: PDM - / JKTSL / 05 / 2014, selasa tertanggal
30 Mei 2014, telah menuntut terdakwa sebagai berikut:

1. Menyatakan Terdakwa BUDI Bin AHMAD telah terbukti


secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak
pidana dengan memberi janji atau menjanjikan sesuatu
dengan menyalahgunakan kekuasaan atau martabat,
dengan kekerasan, ancaman atau penyesatan, atau
dengan memberi kesempatan, sarana atau keterangan,
sengaja menganjurkan orang lain supaya melakukan
perbuatan penganiayaan dengan rencana lebih dahulu
mengakibatkan kematian, sebagaimana Pasal 353 ayat
(3) K.U.H.Pidana Jo. Pasal 55 Ayat (1) ke-2 KUHPidana
dalam dakwaan Lebih Subsidair dalam dakwaan kedua.

2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa BUDI Bin


AHMAD dengan pidana penjara selama 4 (empat) tahun
dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan dengan
perintah agar terdakwa tetap ditahan.

3.Menetapkan agar membebankan biaya perkara kepada


Terdakwa sebesar Rp. 5.000,-

5
III. FAKTA-FAKTA DALAM PERSIDANGAN
A.KETERANGAN SAKSI-SAKSI
1.Saksi CECEP, di bawah sumpah, pada pokoknya saksi
menerangkan sebagaimana berikut :
- Bahwa, saksi kenal dengan terdakwa namun tidak
memiliki hubungan keluarga melainkan saksi hanya
sebagai supir pribadi terdakwa.
- Bahwa, saksi mengetahui bahwa saksi ANGIE adalah
istri dari terdakwa.
- Bahwa, terdakwa sering bercerita kepada saksi
tentang pertengkaran terdakwa dengan istri
terdakwa.
- Bahwa, yang menyuruh saksi untuk melakukan
eksuksi terhadap saksi ANGIE adalah terdakwa.
- Bahwa, sekitar bulan April 2013 terdakwa
bercerita kepada saksi bahwa terdakwa sudah
merasa jenuh dan meminta untuk mencarikan orang
yang dapat memberi pelajaran terhadap istri
terdakwa.
- Bahwa, saksi ada menyarankan kepada terdakwa
untuk melakukan pembunuhan tehadap saksi ANGIE
dengan cara dirampok di taksi akan tetapi
terdakwa tidak menyetujui saran tersebut dan
terdakwa hanya ingin saksi ANGIE cukup diberi
pelajaran.
- Bahwa, saksi mendapat ide tersebut dari saksi
DANANG karna saksi menghubungi saksi DANANG.
- Bahwa, sekitar bulan Agustus 2013 terdakwa
memberikan ide penculikan terhadap saksi ANGIE
kepada saksi, yaitu dengan cara membius saksi
ANGIE dan kemudian memasukan saksi ANGIE ke dalam
koper besar dan meneror saksi ANGIE supaya tidak
mengganggu terdakwa lagi.
- Bahwa, setelah terdakwa memberikan ide tersebut,
saksi langsung menghubungi saksi DANANG, saksi

6
GITO (DPO), dan saksi HARIS (MD) dan mereka
setuju dengan ide tersebut.
- Bahwa, saksi ditugaskan oleh terdakwa untuk
mencari obat bius dan membuat peti untuk
memasukkan tubuh saksi ANGIE dan juga membeli 2
(dua) buah gitar listrik untuk mengelabuhi
pengehuni apartemen pada saat melakukan eksekusi
terhadap saksi ANGIE.
- Bahwa, terdakwa yang memberikan anak kunci kamar
saksi ANGIE, dan memberikan sebuah Handphone
beserta nomor nya, dan juga terdakwa menyewakan
partemen di Tower Casablanca lantai 10 unit BE
yang akan digunakan rapat Tim.
- Bahwa, setiap orang memiliki perannya masing-
masing, 1. Saksi DANANG berperan sebagai supir
yang menunggu di Lobby apartemen kuningan untuk
membawa peti yang berisi korban. 2. Saksi GITO
berperan untuk melakukan pembiusan di kamar
korban. 3. Saksi Haris berepran sebagai orang
yang memegangi korban saat dilakukan pembiusan 4.
Saksi IWAN bertugas untuk mengawasi lorong
apartemen.
- Bahwa, pada akhir bulan September 2013 terdakwa
memberikan uang sebesar Rp. 250.000.000 (dua
ratus lima puluh juta) dengan rincian Rp.
200.000.000 untuk Saksi DANANG dkk dan Rp.
50.000.000 (lima puluh juta) untuk oprasional.
- Bahwa, terdakwa meminta kepada saksi untuk
melakukan eksekusi pada saat terdakwa berada di
Singapura.
- Bahwa, pada tanggal 28 September 2013 terdakwa
memberikan informasi kepada saksi bahwa saksi
ANGIE akan pergi ke Bandung dan akan kembali ke
Apartemen kuningan hari Minggu pagi.
- Bahwa, pada tanggal 30 September 2013 terdakwa
memberikan informasi kepada saksi bahwa Saksi
ANGIE akan pulang dari Bandung sekitar pukul
22.00 WIB.
7
- Bahwa, sekitar pukul 22.00 WIB saksi mendapat
kabar dari saksi DANANG bahwa saksi ANGIE sedang
berada di dalam taksi dan menuju ke Apartemen
Kuningan.
- Bahwa terdakwa ada menanyakan hasil dari eksekusi
tersebut kepada saksi, dan kemudian saksi
menjelaskan kepada terdakwa bahwa pelaksanaan
eksekusi tersebut tidak sesuai dengan rencana,
dan kemudian terdakwa meminta kepada Saksi untuk
menghapus semua kontak yang berhubungan dengan
rencana eksukusi tersebut dan terdakwa meminta
untuk membuang Handphone beserta kartu telponnya.
- Bahwa, hari selasa tanggal 01 Oktober 2013 saksi
bertemu dengan Tim saksi DANANG (kecuali saksi
GITO) sisa uang hasil pembayaran tersebut dan
saksi juga memberikan uang Rp. 10.000.000
(sepuluh juta) kepada keluarga saksi HARIS yang
meninggal dunia.

2.Saksi DANANG, di bawah sumpah, pada pokoknya saksi


menerangkan sebagaimana berikut:
- Bahwa, saksi tidak kenal dengan terdakwa dan
saksi tidak memiliki hubungan keluarga dengan
terdakwa.
- Bahwa, saksi mengetahui bahwa saksi ANGIE adalah
istri dari terdakwa yang dimana terdakwa ingin
memberikan pelajaran kepada saksi ANGIE.
- Bahwa, saksi pernah menyarankan pembunuhan dengan
cara perampokan di dalam taksi kepada saksi CECEP
akan tetapi saran saksi tersebut tidak diingikan
oleh terdakwa.
- Bahwa, saksi diberikan ide oleh saksi CECEP untuk
melakukan penculikan terhadap saksi ANGIE, yaitu
dengan cara membius saksi ANGIE dan kemudian
memasukan saksi ANGIE ke dalam koper besar dan
meneror saksi ANGIE supaya tidak mengganggu
terdakwa lagi kemudian saksi menyetujui ide
tersebut.

8
- Bahwa, yang berperan sebagai tim eksekutor untuk
rencana tersebut adalah saksi, saksi GITO, dan
saksi HARIS dan kemudian saksi mengajak saksi
IWAN untuk mengawasi lorong.
- Bahwa, saksi bertugas sebagai sopir yang menunggu
di lobby untuk membawa peti yang berisi korban.
- Bahwa eksekusi tersebut terjadi pada hari Senin
tanggal 30 September 2013 sekitar pukul 22.30 WIB
di kamar saksi ANGIE di apartemen Tower
Casablanca Kuningan.
- Bahwa, saksi diberikan bayaran kepada saksi CECEP
Rp. 40.000.000 (empat puluh juta rupiah) untuk
melakukan eksekusi tersebut.
- Bahwa, saksi mengetahui pembayaran tersebut
merupakan pembayaran yang diberikan oleh terdakwa
kepada saksi CECEP dan kemudian diberikan kepada
saksi.
- Bahwa, saksi GITO melarikan diri dan saksi tidak
mengetahui dimana keberadaan saksi GITO sampai
sekarang, dan untuk saksi HARIS meninggal dunia
akibat terjadi dari balkon kamar Apartemen
Kuningan pada saat melarikan diri.
- Bahwa, eksekusi tersebut tidak berjalan dengan
lancar karna ada satpam yang mendengar kegiatan
tersebut.

3.Saksi IWAN, di bawah sumpah, pada pokoknya saksi


menerangkan sebagaimana berikut :
- Bahwa, saksi tidak kenal dengan terdakwa dan
saksi tidak memiliki hubungan keluarga dengan
terdakwa.
- Bahwa, saksi mengetahui bahwa saksi ANGIE adalah
istri dari terdakwa yang dimana terdakwa ingin
memberikan pelajaran kepada saksi ANGIE.
- Bahwa, diajak oleh saksi DANANG untuk mengawasi
lorong kamar Apartemen Kuningan.
- Bahwa, eksekusi tersebut terjadi pada hari Senin
tanggal 30 September 2013 sekitar pukul 22.30 WIB
9
di kamar saksi ANGIE di apartemen Tower
Casablanca Kuningan.
- Bahwa, saksi diberitahu oleh saksi DANANG terkait
rencana penculikan terhadap saksi ANGIE.
- Bahwa, saksi diberikan bayaran sebesar Rp.
40.000.000 (empat puluh juta rupiah) dari saksi
CECEP sebagai pembayaran dari rencana penculikan
terhadap saksi ANGIE tersebut.

B.KETERANGAN TERDAKWA:
Terdakwa BUDI Bin AHMAD pada kesaksiannya dalam
persidangan menerangkan :
- Bahwa, terdakwa kenal dengan saksi ANGIE dan
terdakwa merupakan suami dari saksi ANGIE.
- Bahwa terdakwa mengalami pertengkaran dengan
saksi ANGIE yang membuat terdakwa merasa jenuh
dan ingin memberikan pelajaran kepada saksi
ANGIE.
- Bahwa terdakwa mengenali saksi CECEP dan terdakwa
tidak memiliki hubungan dengan saksi CECEP
melainkan saksi CECEP hanya sebagai supir pribadi
terdakwa.
- Bahwa terdakwa sering bercerita kepada saksi
CECEP tentang pertengkaran antara terdakwa dengan
saksi ANGIE.
- Bahwa terdakwa yang memberikan ide ataupun
rencana penculikan terhadap saksi ANGIE dengan
cara membius dan memasukan saksi ANGIE kedalam
koper dan kemudian meneror saksi ANGIE supaya
tidak mengganggu terdakwa.
- Bahwa terdakwa yang memberikan anak kunci kamar
saksi ANGIE kepada saksi CECEP dan memberikan
Handphone beserta nomor nya kepada saksi CECEP
dan terdakwa juga menyewakan 1 kamar di Apartemen
Tower Casablanca lantai 10 unit BE.

10
- Bahwa terdakwa yang memberikan informasi kepada
saksi CECEP terkait pulangnya saksi ke Apartemen
kuningan.
- Bahwa, terdakwa memberikan tugas kepada saksi
CECEP untuk mencari obat bius dan membuat peti
untuk memasukkan tubuh saksi ANGIE dan juga
membeli 2 (dua) buah gitar listrik untuk
mengelabuhi pengehuni apartemen pada saat
melakukan eksekusi terhadap saksi ANGIE.
- Bahwa, pada akhir bulan September 2013 terdakwa
memberikan uang sebesar Rp. 250.000.000 (dua
ratus lima puluh juta) dengan rincian Rp.
200.000.000 untuk Saksi DANANG dkk dan Rp.
50.000.000 (lima puluh juta) untuk oprasional.
- Bahwa, terdakwa meminta kepada saksi untuk
melakukan eksekusi pada saat terdakwa berada di
Singapura.
- Bahwa, pada tanggal 28 September 2013 terdakwa
memberikan informasi kepada saksi bahwa saksi
ANGIE akan pergi ke Bandung dan akan kembali ke
Apartemen kuningan hari Minggu pagi.
- Bahwa, pada tanggal 30 September 2013 terdakwa
memberikan informasi kepada saksi bahwa Saksi
ANGIE akan pulang dari Bandung sekitar pukul
22.00 WIB.
- Bahwa terdakwa ada menanyakan hasil dari
eksekusi tersebut kepada saksi CECEP, dan
kemudian saksi CECEP menjelaskan kepada terdakwa
bahwa pelaksanaan eksekusi tersebut tidak sesuai
dengan rencana, dan kemudian terdakwa meminta
kepada Saksi CECEP untuk menghapus semua kontak
yang berhubungan dengan rencana eksukusi
tersebut dan terdakwa meminta untuk membuang
Handphone beserta kartu telponnya.

IV. ANALISA YURIDIS


Bahwa berdasarkan fakta-fakta yang terungkap dalam
Persidangan, perkenankan kami menyampaikan yang juga
merupakan pembelaan kami terhadap diri Terdakwa.
11
Maka selanjutnya kami akan menguraikan serta
memberikan terkait posisi kasus Terdakwa sesuai
dengan Tuntutan dari Jaksa Penuntut Umumu yaitu
Pasal 353 Ayat (3) Jo Pasal 55 Ayat (1) ke -2 KUHP.

Terkait hal tersebut kami selaku penasehat hukum


Terdajwa berpandangan, bukan merupakan sesuatu yang
janggal dalam hukum pidana materil. Kendati demikian,
kami memandang seharusnya Terdakwa tetap tidak dapat
dimintakan pertanggungjawaban atas tindak pidana
penganiayaan dengan rencana yang menyebabkan
kematian. Hal ini dikarenakan, pelaku langsung tidak
melakukan perbuatan yang digerakkan oleh Terdakwa.
Sebelumnya, kami akan membahas terlebih dahulu
mengenai syarat-syarat terjadinya penggerakan dalam
ajaran penyertaan. Moeljatno mengatakan terdapat
beberapa syarat adanya suatu penggerakan dalam tindak
pidana, yakni :

1.Harus ada orang yang mempunyai opzet untuk


melakukan perbuatan pidana dengan cara
menganjurkan orang lain;
2.Harus ada orang lain yang dapat melakukan
perbuatan yang sengaja dianjurkan;
3.Cara menganjurkan harus dengan cara-cara/salah
satu cara daya upaya sebagaimana ditentukan dalam
Pasal 55 ayat (1) ke-2 KUHP;
4.Orang yang dianjurkan harus benar-benar melakukan
perbuatan pidana sebagaiman yang dikehendaki oleh
orang yang dianjurkan.

Kami mencermati pada poin yang keempat, bahwa pelaku


langsung harus melakukan yang digerakkan oleh seorang
penggerak. Oleh karenanya, seorang de uitlokker dalam
suatu kondisi tertentu merupakan seorang peserta yang
assesoir atau onzelfstandig, yaitu berarti pemidanaan
orang yang mengggerakkan digantungkan kepada
perbuatan yang digerakkan. Penggerak baru dapat
dipidana apabila yang digerakkan telah melakukan
perbuatan yang dikehendaki. Dalam kasus ini, Terdakwa
menggerakkan para pelaku untuk melakukan penculikan
dengan cara pembiusan, tetapi pelaku langsung
melakukan suatu pemukulan yang menyebabkan kematian.
Adanya perbedaan perbuataan antara pelaku langsung
12
dengan Terdakwa merupakan suatu bentuk dari
penggerakkan yang gagal (mislukte uitlokking).
Terdakwa seharusnya tidak dapat dimintakan
pertanggungjawaban pidana atas perbuatan pembunuhan
yang dilakukan pelaku langsung, bahkan tidak dapat
dimintakan pertanggungjawaban pula atas perintah
penggerakkannya untuk melakukan penganiayaan yang
dipandang sebagai delik selesai.

Kami melihat adanya suatu miskonsepsi mengenai


konstruksi pola berpikir Majelis Hakim dalam memahami
bentuk penyertaan penggerakan dalam perkara ini. Amat
disayangkan pertimbangan Majelis Hakim mengenai unsur
“penggerakan” tidak menjelaskan mengenai duduk
permasalahan. Akan tetapi, kerangka berpikir Majelis
Hakim dapat ditinjau dari pertimbangan majelis Hakim
di dalam unsur “penganiayaan”, yakni sebagai
berikut :
“Berdasarkan fakta hukum diatas dapat
disimpulkan bahwa terdakwa menghendaki
pemberian pelajaran kepada korban ANGIE, yang
dikehendaki adalah pemberian pelajaran kepada
korban dengan cara diculik dan ditakut-takuti
serta diteror supaya tidak menganggu terdakwa
lagi, hal ini dapat di lihat dari perencanaan
serta alat-alat yang dipergunakan serta
dihubungkan dengan visum et repertum, sedangkan
kejadian yang terjadi dalam kamar Apartemen
yang mengetahui GITO (DPO) dan Haris (meninggal
dunia), yang keduanya tidak dapat diajukan
dalam persidangan dikarenakan belum tertangkap
dan yang lain meninggal dunia, sehingga unsur
“dengan sengaja menghilangkan nyawa melakukan
perbuatan penganiayaan” telah terpenuhi dan
telah terbukti pula.”

Dari pertimbangan Majelis Hakim dalam unsur


“penganiayaan” maka dapat didapatkan suatu pemahaman
bahwa Majelis Hakim memandang perbuatan pelaku
langsung yang menyebabkan korban meninggal mempunyai
suatu korelasi dengan penggerakan terdakwa untuk
melakukan penganiayaan. Konsepsi tersebut merupakan
suatu kesalahan dalam hukum pidana, dikarenakan
perbuatan yang dilakukan oleh para pelaku langsung
13
tidak memenuhi syarat adanya kesamaan cara untuk
mewujudkan kehendak, yang menyebabkan syarat terjadi
suatu penggerakkan tidaklah terpenuhi. Dengan tidak
terpenuhinya suatu penggerakan, maka kami
berpandangan Terdakwa tidak dapat dimintakan
pertanggungjawaban dengan penganiayaan sebagai
voltooid delict (delik selesai), apalagi jika harus
dimintakan pertanggungjawaban atas penganiayaan
dengan rencana yang menyebabkan matinya korban.

Majelis Hakim memandang perbuatan terdakwa yang


menggerakan untuk melakukan penganiayaan dengan
pembiusan dipandang sama dengan perbuatan
penganiayaan yang dilakukan pelaku dengan memukul
kepala korban. Meskipun tujuan yang ingin dicapai
ialah untuk melakukan penganiayaan, akan tetapi
dengan adanya perbedaan cara, maka penggerakan
tersebut tidak terjadi. Hal ini sesuai dengan
pandangan Moeljatno mengenai syarat keempat
terjadinya suatu penyertaan dalam bentuk penggerakan.
Kendati apabila kita menggunakan kerangka pemikiran
dari Majelis hakim, maka akan timbul suatu
kejanggalan berikutnya, apakah melakukan pembiusan
terhadap terdakwa merupakan suatu penganiayaan yang
menyebabkan kematian. Kejanggalan tersebut disebabkan
oleh implikasi dari kerangka berpikir Majelis Hakim
yang seolah-olah menyamakan antara perbuatan
penganiayaan yang diperintah oleh Terdakwa dengan
Penganiayaan yang dilakukan oleh pelaku langsung.

Dengan demikian, Seharusnya Terdakwa dapat dimintakan


pertanggungjawaban pidana dengan menggunakan
ketentuan Pasal 163 bis KUHP. Oleh karenanya,
penuntut umum juga dapat menggunakan pasal tersebut
dalam menentukan pasal yang didakwakan. Oleh
karenanya pada subab berikutnya penulis akan membahas
mengenai Pasal 163 bis KUHP yang akan dikaitkan
dengan fakta pada kasus ini.
V. KESIMPULAN DAN PENUTUP

Proses peradilan pidana adalah suatu persidangan


yang sangat berbeda dengan proses persidangan
lainnya, karena dalam suatu proses persidangan
14
pidana haruslah dapat diukur seberapa jauh kesalahan
(schuld) yang terdapat pada diri seorang Terdakwa
pada dugaan tindak pidana yang didakwakan tanpa ada
sedikitpun keraguan pada Hakim Pemeriksa suatu
perkara tentang hal tersebut, untuk kemudian
berdasarkan hal ini dapat pula diukur dan dimintakan
seberapa besar pertanggungjawaban pidana dilekatkan
pada seorang Terdakwa, hal ini pula yang disampaikan
Curzon LB Cuzon dalam bukunya “Criminal Law” yang
menjelaskan “bahwa untuk dapat
mempertanggungjawabkan seseorang dan karenanya
mengenakan pidana terhadapnya, tidak boleh ada
keraguan sedikitpun pada diri Hakim tentang
kesalahan Terdakwa” hal ini pula yang disampaikan
oleh Prof Moeljatno dalam Bukunya “Asas-Asas Hukum
Pidana” dengan menerangkan “orang-orang tidak
mungkin dipertanggungjawabkan (dijatuhi pidana)
kalau dia tidak melakukan perbuatan pidana”;

Bahwa berdasarkan fakta yang telah terungkap dimuka


persidangan dan penelitian secara hukum yang kami
berikan, kami selaku Penasihat Hukum Terdakwa bukan
ingin mengaburkan, melainkan Mohon kepada Majelis
Hakim Yang Mulia agar dapat memberikan pertimbangan
secara objektif dengan melihat semua bukti-bukti dan
fakta-fakta dalam persidangan.

Bahwa Jaksa Penuntut Umum telah menuntut Terdakwa


BUDI Bin AHMAD dengan pidana selama 4 (empat) Tahun
adalah BATAL DEMI HUKUM, oleh karena berdasarkan
fakta dalam persidangan tidak ada satu alat
buktipun, baik bukti saksi dan bukti surat yang
menyatakan Terdakwa bernama BUDI Bin AHMAD terbukti
secara sah melakukan tindak pidana sebagaimana
tindak pidana yang didakwakan oleh Jaksa Penuintut
Umum dalam tuntutannya yakni Pasal 353 ayat (3)
K.U.H.Pidana Jo. Pasal 55 Ayat (1) ke-2 KUHPidana.

Atas uraian tersebut diatas, kami selaku Penasihat


Hukum Terdakwa mohon kepada Majelis Hakim Yang Mulia
agar dapat memberikan rasa keadilan kepada Terdakwa,
dan apabila Majelis Hakim Yang Mulia berpendapat
lain mohon putusan yang seadil-adilnya.

15
Majelis Hakim Yang Mulia;
Saudara Jaksa Penuntut Umum Yang Kami Hormati,

Berdasarkan semua alasan diatas kami Penasihat Hukum


Terdakwa memohon dengan segala hormat kepada Majelis
Hakim Yang Mulia, yang memeriksa dan mengadili perkara a
quo, kiranya berkenan memutus yang amarnya sebagai
berikut :

Primair :
1.Menerima Nota Pembelaan/Pledoi Penasihat Hukum
Terdakwa BUDI BIN AHMAD untuk seluruhnya;
2.Menolak Surat Dakwaan yang masuk dalam Surat Tuntutan
Nomor Reg.Perk : PDM - / JKTSL / 05 / 2014 pada
perkara pidana Nomor: / Pen.Pid.Sus / 2014 /
PN.JKTSL.
3.Menyatakan Terdakwa BUDI BIN AHMAD tidak terbukti
secara sah melakukan tindak pidana sebagaimana yang
didakwakan dan dituntut oleh Jaksa Penuntut Umum
berdasarkan Pasal 353 ayat (3) K.U.H.Pidana Jo. Pasal
55 Ayat (1) ke-2 KUHPidana.
4.Membebaskan Terdakwa BUDI BIN AHMAD dari dakwaan dan
tuntutan hukum yang diajukan Jaksa Penuntut Umum.
5.Menyatakan membebankan biaya perkara ini kepada
negara.

Subsidair :
Apabila Majelis Hakim Yang Mulia berpendapat lain, mohon
putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono).

Untuk menutup Pledoi ini, izinkanlah kami mengutip kata-


kata Nabi Muhammad SAW “Menghukum dalam keraguan adalah
dosa” dan di dunia hukum juga dikenal dalam keadaan “IN
DUBIO PRO REO” adalah “jika terjadi keragu-raguan apakah
Terdakwa salah atau tidak maka sebaiknya diberikan hal
yang menguntungkan bagi Terdakwa”.

Demikianlah Nota Pembelaan atau Pledoi ini kami bacakan


pada persidangan hari ini, atas perhatian dan
pertimbangan Majelis Hakim Yang Mulia kami ucapkan
terima kasih.

16
Hormat Kami
Kuasa Hukum
TERDAKWA,

HERMAN SAPUTRA, S.H.

DEDY TRIONO, S.H.

17

Anda mungkin juga menyukai