NOTA KEBERATAN
(EKSEPSI)
Atas Surat Dakwaan Penuntut Umum Dalam Perkara Pidana
PDM-113/Smn/08/2021
I. IDENTITAS TERDAKWA
II. PENDAHULUAN
Izinkanlah kami yang bertanda tangan di bawah ini :
1. Adinda Lestari, S.H., M.H.
2. Made Sarmila , S.H., M.H.
3. Aga Jukitta Sinuraya, S.H.
Bahwa dalam persidangan kali ini, kiranya Majelis Hakim yang mulai
mencermati kualitas Surat Dakwaan yang telah disampaikan oleh Jaksa Penuntut
Umum mengenai rumusan delik, penjabaran terhadap delik dan penerapan ketentuan
Undang-Undang serta kesesuaiannya terhadap norma-norma hukum, fakta dan bukti
kejadian yang sebenarnya. Bahwa adanya rumusan delik hukum yang tidak sesuai
dengan kebenaran dalam Surat Dakwaan dapat membentuk suatu “kontruksi hukum”
yang dapat menyudutkan Terdakwa pada posisi lemah secara yuridis.
Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa surat dakwaan menempati posisi
sentral dan strategis dalam pemeriksaan perkara pidana di pengadilan. Meskipun
dalam KUHAP tidak dijelaskan secara tegas, mengatur, atau menyatakan bahwa
surat dakwaan tersebut berfungsi sebagai dasar atau landasan dalam pemeriksaan
sidang pengadilan, akan tetapi berdasarkan Pasal 182 ayat (3) dan (4) KUHAP secara
implisit dapat dilihat bahwa musyawarah yang dilakukan oleh Majelis Hakim untuk
mengambil atau menjatuhkan putusan terhadap terdakwa didasarkan pada surat
dakwaan. Sehingga dari dasar tersebut dapat disimpulkan bahwa surat dakwaan
tersebut sangat penting dan strategis keberadaan dan posisinya dalam pemeriksaan
sidang pengadilan.
Dikarenakan posisi Surat Dakwaan yang begitu penting dalam suatu
persidangan, maka surat dakwaan haruslah dibuat dengan cermat, jelas dan lengkap
dalam memuat unsur-unsur tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa. Bahwa
telah tercantum dalam Pasal 143 ayat (2) KUHAP tentang persyaratan dalam
pembuatan Surat Dakwaan. Adapun persyaratan sebagimana dimaksud dalam Pasal
143 ayat (2) KUHAP telah ditentukan secara khusus dan lengkap dalam Surat Edaran
Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor SE-004/JA/11/1993 tentang Surat
Dakwaan, yakni adanya syarat formil dan syarat materiil. Adapun ketentuan terhadap
syarat formil, yakni sebagai berikut :
a. Surat Dakwaan harus dibubuhi tanggal dan tanda tangan Penuntut
Umum.
b. Surat Dakwaan harus memuat secara lengkap identitas terdakwa yang
meliputi: nama lengkap, tempat lahir, umur/tanggal lahir, jenis
kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan.
Disamping itu, bahwa Surat Dakwaan haruslah memuat uraian secara jelas,
dan lengkap mengenai tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa. Syarat yang
dimaksud adalah syarat materiil dengan ketentuan, yakni sebagai berikut:
a. Uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang
didakwakan.
b. Uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai waktu dan tempat
tindak pidana dilakukan.
Bahwa berdasarkan ketentuan pasal 143 (3) KUHAP diatur secara tegas
bahwasanya apabila Surat Dakwaan tidak memenuhi unsur syarat-syarat materiil
Surat Dakwaan maka Surat Dakwaan tersebut Batal Demi Hukum atau Absolut
Nietig yang berarti suatu tindak pidana sebagian ataupun keseluruhan bagi Hukum
dianggap tidak pernah ada (dihapuskan) tanpa diperlukan suatu keputusan Majelis
Hakim.
Bahwa surat dakwaan “CERMAT” yakni Jaksa penuntut umum haruslah teliti
dalam mempersiapkan surat dakwaan yang didasarkan kepada Pasal 143 (2) huruf b
KUHP Undang Undang yang berlaku bagi terdakwa serta tidak terdapat kekurangan
dan/atau kekeliruan yang dapat mengakibatkan batalnya surat dakwaan atau tidak
dapat dibuktikan, antara lain :
a. Apakah ada pengaduan dalam hal delik khusus?,
b. Apakah penerapan hukum sudah tepat?,
c. Apakah terdakwa dapat dipertanggungjawabkan dalam melakukan tindak pidana
yang di maksud?,
d. Apakah tindak pidana yang didakwakan itu tidak Nebis in Idem?
Bahwa surat dakwaan haruslah “JELAS”, yakni Jaksa Penuntut Umum (JPU)
harus mampu merumuskan unsur-unsur dari tindak pidana yang didakwakan
sekaligus memadukan dengan uraian perbuatan materiil (fakta) yang dilakukan oleh
terdakwa dalam surat dakwaan. Bahwa Jaksa Penuntut Umum (JPU) harus
menghindari adanya percampuradukkan unsur suatu pasal tertentu dengan pasal lain
dalam surat dakwaan yang dapat mengakibatkan surat dakwaan menjadi kabur atau
tidak jelas (Obscuur Libel).
Bahwa surat dakwaan haruslah “LENGKAP”, yakni surat dakwaan harus
mencakup semua unsur-unsur yang ditentukan secara lengkap. Jangan sampai terjadi
adanya unsur delik yang tidak dirumuskan secara lengkap atau tidak diuraikan
perbuatan materiilnya secara tegas dalam surat dakwaan, sehingga berakibat itu
bukan merupakan tindak pidana menurut Undang-Undang.
Kami selaku penasihat hukum terdakwa menemukan Surat Dakwaan yang telah
dibuat dan dibacakan Jaksa Penuntut Umum di hadapan persidangan belum lengkap
dalam menguraikan rentetan kejadian atau fakta terkait tindak pidana yang diduga
dilakukan oleh terdakwa dikarenakan beberapa alasan yaitu:
Demikianlah nota keberatan kami, dan sekali lagi kami mohon dijatuhkan
putusan sela terlebih dahulu, demi hukum dan hak asasi manusia terdakwa yang
dilindungi oleh undang-undang. Atas perkenan Bapak/Ibu Ketua dan anggota
Majelis, kami ucapkan terima kasih.
Made
Sarmila,
S.H., M.H.