Anda di halaman 1dari 6

KANTOR ADVOKAT DAN KONSULTAN HUKUM

NIRANI LAW OFFICE


Jalan Mrican Baru no. 19 Yogyakarta No Telp. (0274)-451319

NOTA KEBERATAN

(EKSEPSI)
Atas Surat Dakwaan Penuntut Umum Dalam Perkara Pidana
PDM-113/Smn/08/2021

I. IDENTITAS TERDAKWA

Nama : RIZKI JAELUDI


Tempat Lahir : Yogyakarta
Umur/Tanggal Lahir : 25 tahun / 5 Januari 1996
Jenis Kelamin : Laki-laki
Kebangsaan : Indonesia
Alamat : Jalan Kaliurang No.126 C RT/RW 02/05 Sinduharjo
Ngaglik Sleman,Daerah Istimewa Yogyakarta
Agama : Katolik
Pekerjaan : Tukang Parkir
Pendidikan Terakhir : SMP/Tidak Tamat

Majelis Hakim yang mulia


Tim Jaksa Penuntut Umum yang terhormat
Saudara Terdakwa dan hadirin yang kami hormati

II. PENDAHULUAN
Izinkanlah kami yang bertanda tangan di bawah ini :
1. Adinda Lestari, S.H., M.H.
2. Made Sarmila , S.H., M.H.
3. Aga Jukitta Sinuraya, S.H.

Terlebih dahulu perkenalkan kami selaku Tim Penasehat Hukum Terdakwa


berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 26 Agustus 2021 bertindak untuk dan
atas nama Terdakwa Rizi Jaeludi, pada kesempatan kali ini kami memanjatkan
segala puji dan syukur atas berkat dan karunia-Nya kita dapat berkumpul di ruang
sidang ini dengan dihadiri oleh Majelis Hakim, Penuntut Umum, Terdakwa dan
Tim Penasehat Hukum Terdakwa serta para hadirin sidang. Bahwa dengan ini
kami selaku Penasehat Hukum Terdakwa menyampaikan terima kasih kepada
Majelis Hakim atas kesempatan yang diberikan untuk mengajukan Nota
Keberatan (Eksepsi) terhadap Surat Dakwaan Penuntut Umum dalam perkara atas
nama Rizki Jaeludi, atas kejahatan Pasal 365 ayat 1 (satu) KUHP Dan Pasal 365
ayat 2 (4e) KUHP atas tuduhan tersebut. Eksepsi ini kami sampaikan dengan
pertimbangan bahwa ada hal-hal yang principal yang perlu kami sampaikan
berkaitan demi tegaknya hukum, kebenaran, dan keadilan dan demi memastikan
terpenuhinya keadilan yang menjadi Hak Asasi Manusia, sebagaimana tercantum
dalam Pasal 28 D ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 7, Pasal 17 Undang-
Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, Pasal 14 ayat (1)
kovenan Hak-hak Sipil dan Politik yang telah diratifikasi menjadi Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2005 tentang Pengesahan International Covenants on
Civil and Rights (Kovenan Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik), Pasal
27 ayat (1), yang pada intinya menyebutkan bahwa semua orang adalah sama di
depan hukum dan tanpa adanya diskriminasi apapun serta berhak atas pengakuan,
jaminan, perlindungan, dan perlakuan hukum yang sama.

Bahwa proses penegakan hukum yang dianut di Indonesia seyogyanya tetap


menjunjung status terdakwa yang dianggap tidak bersalah sesuai dengan prinsip
hukum “praduga tidak bersalah” (presumption of innocence)1 hingga Majelis Hakim
yang Mulia menjatuhkan putusannya. Oleh karena itu sebelum putusan dijatuhkan,
kita patut untuk mempertahankan hak dan kewajiban terdakwa sesuai dengan hak
asasi manusia. Oleh karena itu, kehadiran kami adalah sebagai bentuk hak yang
dimiliki oleh terdakwa dalam persidangan sesuai dengan Pasal 54 KUHAP yang
menyatakan bahwa “Guna kepentingan pembelaan, terdakwa berhak mendapat
bantuan hukum seorang atau lebih penasihat hukum” (Miranda Rules).

Bahwa dalam persidangan kali ini, kiranya Majelis Hakim yang mulai
mencermati kualitas Surat Dakwaan yang telah disampaikan oleh Jaksa Penuntut
Umum mengenai rumusan delik, penjabaran terhadap delik dan penerapan ketentuan
Undang-Undang serta kesesuaiannya terhadap norma-norma hukum, fakta dan bukti
kejadian yang sebenarnya. Bahwa adanya rumusan delik hukum yang tidak sesuai
dengan kebenaran dalam Surat Dakwaan dapat membentuk suatu “kontruksi hukum”
yang dapat menyudutkan Terdakwa pada posisi lemah secara yuridis.

III. KEBERATAN TERHADAP SURAT DAKWAAN PENUNTUT UMUM


Setelah mempelajari surat dakwaan yang diajukan dan yang telah dibacakan
oleh Saudara Jaksa Penuntut Umum, sesuai dengan ketentuan Hukum acara yang
berlaku, maka berdasarkan Pasal 156 (1) KUHAP sekarang tiba giliran kami selaku

1 Soedjono Dirjosisworo, Pemeriksaan Pendahuluan Menurut KUHAP, Bandung, 1982, Hlm 72


Penasihat Hukum terdakwa untuk mengajukan Nota Keberatan (Eksepsi) terhadap
Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum yang salinannya telah diberikan kepada
Penasihat Hukum Terdakwa bersamaan dengan pelimpahan berkas ke Pengadilan
pada tanggal 26 Agustus 2021 kami selaku Tim Penasihat Hukum Rizki Jaeludi
menemukan beberapa keganjalan dan ketidakjelasan dalam Surat Dakwaan, sehingga
hal tersebut perlu kami tanggapi agar dapat diteliti secara seksama sebagai bahan
pertimbangan untuk dapat dilanjutkannya perkara ini.
Adapun beberapa keberatan kami terhadap pemeriksaan ini pada pokoknya
adalah sebagai berikut :

1. Surat Dakwaan Tidak Cermat, Tidak Jelas dan Tidak Lengkap

Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa surat dakwaan menempati posisi
sentral dan strategis dalam pemeriksaan perkara pidana di pengadilan. Meskipun
dalam KUHAP tidak dijelaskan secara tegas, mengatur, atau menyatakan bahwa
surat dakwaan tersebut berfungsi sebagai dasar atau landasan dalam pemeriksaan
sidang pengadilan, akan tetapi berdasarkan Pasal 182 ayat (3) dan (4) KUHAP secara
implisit dapat dilihat bahwa musyawarah yang dilakukan oleh Majelis Hakim untuk
mengambil atau menjatuhkan putusan terhadap terdakwa didasarkan pada surat
dakwaan. Sehingga dari dasar tersebut dapat disimpulkan bahwa surat dakwaan
tersebut sangat penting dan strategis keberadaan dan posisinya dalam pemeriksaan
sidang pengadilan.
Dikarenakan posisi Surat Dakwaan yang begitu penting dalam suatu
persidangan, maka surat dakwaan haruslah dibuat dengan cermat, jelas dan lengkap
dalam memuat unsur-unsur tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa. Bahwa
telah tercantum dalam Pasal 143 ayat (2) KUHAP tentang persyaratan dalam
pembuatan Surat Dakwaan. Adapun persyaratan sebagimana dimaksud dalam Pasal
143 ayat (2) KUHAP telah ditentukan secara khusus dan lengkap dalam Surat Edaran
Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor SE-004/JA/11/1993 tentang Surat
Dakwaan, yakni adanya syarat formil dan syarat materiil. Adapun ketentuan terhadap
syarat formil, yakni sebagai berikut :
a. Surat Dakwaan harus dibubuhi tanggal dan tanda tangan Penuntut
Umum.
b. Surat Dakwaan harus memuat secara lengkap identitas terdakwa yang
meliputi: nama lengkap, tempat lahir, umur/tanggal lahir, jenis
kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan.

Disamping itu, bahwa Surat Dakwaan haruslah memuat uraian secara jelas,
dan lengkap mengenai tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa. Syarat yang
dimaksud adalah syarat materiil dengan ketentuan, yakni sebagai berikut:
a. Uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang
didakwakan.
b. Uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai waktu dan tempat
tindak pidana dilakukan.
Bahwa berdasarkan ketentuan pasal 143 (3) KUHAP diatur secara tegas
bahwasanya apabila Surat Dakwaan tidak memenuhi unsur syarat-syarat materiil
Surat Dakwaan maka Surat Dakwaan tersebut Batal Demi Hukum atau Absolut
Nietig yang berarti suatu tindak pidana sebagian ataupun keseluruhan bagi Hukum
dianggap tidak pernah ada (dihapuskan) tanpa diperlukan suatu keputusan Majelis
Hakim.
Bahwa surat dakwaan “CERMAT” yakni Jaksa penuntut umum haruslah teliti
dalam mempersiapkan surat dakwaan yang didasarkan kepada Pasal 143 (2) huruf b
KUHP Undang Undang yang berlaku bagi terdakwa serta tidak terdapat kekurangan
dan/atau kekeliruan yang dapat mengakibatkan batalnya surat dakwaan atau tidak
dapat dibuktikan, antara lain :
a. Apakah ada pengaduan dalam hal delik khusus?,
b. Apakah penerapan hukum sudah tepat?,
c. Apakah terdakwa dapat dipertanggungjawabkan dalam melakukan tindak pidana
yang di maksud?,
d. Apakah tindak pidana yang didakwakan itu tidak Nebis in Idem?

Bahwa surat dakwaan haruslah “JELAS”, yakni Jaksa Penuntut Umum (JPU)
harus mampu merumuskan unsur-unsur dari tindak pidana yang didakwakan
sekaligus memadukan dengan uraian perbuatan materiil (fakta) yang dilakukan oleh
terdakwa dalam surat dakwaan. Bahwa Jaksa Penuntut Umum (JPU) harus
menghindari adanya percampuradukkan unsur suatu pasal tertentu dengan pasal lain
dalam surat dakwaan yang dapat mengakibatkan surat dakwaan menjadi kabur atau
tidak jelas (Obscuur Libel).
Bahwa surat dakwaan haruslah “LENGKAP”, yakni surat dakwaan harus
mencakup semua unsur-unsur yang ditentukan secara lengkap. Jangan sampai terjadi
adanya unsur delik yang tidak dirumuskan secara lengkap atau tidak diuraikan
perbuatan materiilnya secara tegas dalam surat dakwaan, sehingga berakibat itu
bukan merupakan tindak pidana menurut Undang-Undang.
Kami selaku penasihat hukum terdakwa menemukan Surat Dakwaan yang telah
dibuat dan dibacakan Jaksa Penuntut Umum di hadapan persidangan belum lengkap
dalam menguraikan rentetan kejadian atau fakta terkait tindak pidana yang diduga
dilakukan oleh terdakwa dikarenakan beberapa alasan yaitu:

1) Dalam Dakwaan Penuntut Umum menggunakan frasa pengiraan sehingga


menimbulkan ketidakpastian.
2) Dalam Dakwaan tidak menyebutkan hari dimana terdakwa melakukan
perbuatan sebagaimana yang didakwakan Penuntut Umum sehingga uraian
secara lengkap tidak terpenuhi
3) Dalam Dakwaan Penuntut Umum tidak menjelaskan cara terdakwa
melakukan perbuatan secara terperinci sebagaimana yang didakwakan
Penuntut Umum sehingga surat dakwaan terkesan mengada-ngada.

IV. KESIMPULAN DAN PERMOHONAN


Berdasarkan uraian-uraian yang telah kami kemukakan diatas, maka kami
Tim Penasihat Hukum Terdakwa menyatakan, Bahwa uraian dakwaan Penuntut
Umum dianggap tidak memuat uraian secara cermat, jelas dan lengkap.
Selanjutnya kami memohon agar Majelis Hakim Yang Mulia berkenaan
mempertimbangkan Nota Keberatan kami agar memutus perkara ini sebagai berikut :
1. Menerima dan mengabulkan Nota Keberatan Terdakwa/Tim Penasihat
Hukum;
2. Menyatakan Surat Dakwaan Penuntut Umum dengan Nomor: PDM-
113/Smn/08/2021 adalah Batal Demi Hukum (Nietigheid Van Rechtswege)
atau setidaknya Tidak Dapat Diterima (Niet Onbakelijke Verklaard);
3. Mengembalikan berkas perkara Penuntut Umum;
4. Memulihkan Hak Terdakwa dalam kemampuan, kedudukan, harkat dan
martabatnya sebagai seseorang yang telah dicemarkan nama baiknya oleh
dakwaan Penuntut Umum;
5. Membebankan segala biaya yang timbul dalam perkara ini kepada Negara.
Atau apabila Majelis Hakim Yang Mulia berpendapat lain, maka kami selaku
Tim Penasihat Hukum Terdakwa memohon Putusan yang seadil-adilnya sesuai
dengan Hukum dan Hak Asasi Terdakwa. (ex aequo et bono).

Demikianlah nota keberatan kami, dan sekali lagi kami mohon dijatuhkan
putusan sela terlebih dahulu, demi hukum dan hak asasi manusia terdakwa yang
dilindungi oleh undang-undang. Atas perkenan Bapak/Ibu Ketua dan anggota
Majelis, kami ucapkan terima kasih.

Sleman, 26 Agustus 2021


Hormat kami

Penasihat Hukum Terdakwa

Adinda Lestari, S.H., M.H.

Made
Sarmila,
S.H., M.H.

Aga Jukitta Sinuraya, S.H.

Anda mungkin juga menyukai