Anda di halaman 1dari 25

NOTA KEBERATAN

Nomor : PDM– 195 /Smg/Ep.1/11/2015.–

TIM PENASIHAT HUKUM

TERDAKWA

MUHAMMAD TAUFIK BIN ISTIYANTO

Terhadap Surat Dakwaan Penuntut Umum

Nomor : PDM– 195 /Smg/Ep.1/11/2015.–

Atas Nama Terdakwa MUHAMMAD TAUFIK BIN ISTIYANTO

Oleh Tim Penasihat Hukum

Azam Zaini Muchtar S.H., M.H.

Arvian Alimul khaq S.H., M.H.

Rohmaniah S.H., M.H

Fitri Indrawati S.H., M.H

1
Kepada yang terhormat,

Majelis Hakim Pemeriksa

No. PDM– 195 /Smg/Ep.1/11/2015.–

Pada Pengadilan Negeri Sungai Liat

Di-

Muntok

Bapak/ibu Majelis Hakim Yang Mulia;

Saudara Penuntut Umum Yang Kami Hormati;

Serta Hadirin Sidang Yang Kami Hormati;

Dengan Hormat,

Bertanda-tangan di bawah ini Azam Zaini Muchtar S.H.,M.H. Arvian Alimul khaq

S.H.,M.H., Rohmaniah S.H.,M.H., dan Fitri Indrawati S.H.,M.H dalam hal ini yang

berkantor di Kantor Advokat Mochtar and Pattner di Jl ……………..,

berdasarkan Surat Kuasa Khusus No……………….. tertanggal ………………..

yang aslinya telah tersimpan pada berkas perkara a quo sebagaimana telah

didaftarkan pada kepaniteraan Pengadilan Negeri Semarang, bertindak sebagai

Penasihat Hukum Terdakwa dengan identitas sebagai berikut:

Nama Lengkap : Muhammad Taufik bin Istiyanto

Tempat Lahir : Muntok

Umur / Tanggal lahir : 23 tahun / 15 Maret 1992

Jenis Kelamin : Laki- laki

Kebangsaan : Indonesia

2
Tempat tinggal : Jl. Gergaji I No.13 Semarang

Agama : Islam

Pekerjaan :

Pendidikan :

Sehubungan dengan Surat Dakwaan dari Penuntut Umum yang didahului

dengan pernyataan “UNTUK KEADILAN”, dalam perkara pidana Nomor Nomor :

PDM– 195 /Smg/Ep.1/11/2015.– Terhadap Terdakwa yang didakwa melanggar:

Dakwaan Kesatu

---------Perbuatan TERDAKWA tersebut di atas sebagaimana diatur dan

diancam pidana dalam Pasal 365 ayat (3) Jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) ---------

ATAU

Dakwaan kedua

---------Perbuatan TERDAKWA tersebut di atas sebagaimana diatur dan

diancam pidana dalam Pasal 339 Jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 Kitab Undang-

Undang Hukum Pidana (KUHP) ---------

I. Pendahuluan

Majelis Hakim yang kami muliakan,

Penuntut Umum yang Terhormat,

Sidang Pengadilan yang kami hormati,

3
Sebelum kami masuk terlebih jauh terhadap pokok Nota Keberatan

kami, mohon kiranya Yang Mulia Majelis Hakim yang kami hormati agar

mengizinkan kami untuk menyampaikan sepatah dua patah kata terkait

perkara ini.

Kami mengharapkan kiranya sidang yang mulia ini berjalan

sebagaimana mestinya, yang berarti semuanya sesuai dengan aturan hukum

yang berlaku di negeri yang kita cintai ini. Dengan demikian setiap orang

maupun setiap pihak yang terlibat dalam persidangan ini tidak ada yang

merasa dirugikan, atau juga tidak ada yang hak-hak telah dilanggar.

Kami bukanlah tim penasihat hukum yang hanya melakukan

pembelaan secara membabi-buta demi kepentingan klien kami semata. Tetapi

kepentingan kami jauh dari hanya mengejar kemenangan dan mendapatkan

bayaran yang tinggi dari klien kami, namun kami juga turut andil dalam

penegakan hukum di negeri ini, sebagaimana telah diamanatkan dalam

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat,

yang menyatakan bahwa profesi advokat juga merupakan penegak hukum

yang sejajar dengan polisi, jaksa dan hakim yang terhormat. Oleh sebab itu,

telah menjadi tanggungjawab kami sebagai Advokat untuk mengawal

perjalanan penegakan hukum di negeri ini. Sebagai salah satu bukti

konkritnya adalah kehadiran kami sebagai tim pembela hukum dalam perkara

a quo.

Oleh karena itu, sebagai penyeimbang dalam perkara ini, wajib

rasanya kami untuk menggunakan hak kami untuk mengajukan nota

keberatan (eksepsi) sebagai tanggapan atas dakwaan dari Jaksa Penuntut

4
Umum, maka untuk itu, tanpa berniat untuk mengintervensi independensi

pengadilan dan majelis hakim, kami berharap agar majelis hakim yang mulia

mampu memberikan pertimbangan yang didasarkan pada pertimbangan

hukum dan pendapat yang dapat memberikan keadilan terhadap setiap orang

yang berada dalam ruang sidang ini.

Kami selaku Penasihat Hukum Terdakwa Muhammad Taufik bin

Istianto mengucapkan terima kasih kepada majelis hakim yang telah memberi

kesempatan kepada kami untuk mengajukan Nota Keberatan terhadap Surat

Dakwaan Penuntut Umum.

Setelah kami Penasihat Hukum Terdakwa mempelajari, meneliti dan

memahami Surat Dakwaan Penuntut Umum dengan Nomor Register Perkara:

PDM– 195 /Smg/Ep.1/11/2015.– yang dibacakan, maka pada sidang hari ini

perkenankanlah kami Penasihat Hukum Terdakwa mengajukan Nota

Keberatan terhadap Surat Dakwaan Penuntut Umum berdasarkan ketentuan

KUHAP Pasal 156 ayat (1) yang berbunyi sebagai berikut:

“Dalam hal Terdakwa atau Penasihat Hukum mengajukan keberatan

pengadilan tidak berwenang mengadili perkaranya atau dakwaan

tidak dapat diterima atau Surat Dakwaan harus dibatalkan, maka

setelah diberikan kesempatan kepada Penuntut Umum untuk

menyatakan pendapatnya, Hakim mempertimbangkan keberatan

tersebut untuk selanjutnya mengambil keputusan.”

Bahwa salah satu komponen yang paling fundamental dalam perkara

pidana adalah keharusan pembuat Surat Dakwaan, hal ini menentukan batas-

batas pemeriksaan dan penilaian Majelis Hakim yang memuat fakta-fakta

5
yang dituduhkan terhadap Terdakwa dan Majelis Hakim hanya boleh

memutuskan atas bukti dan fakta yang valid, tidak boleh kurang, atau lebih

sehingga itulah yang Majelis Hakim pandang sebagai suatu letis contenstatie.

Majelis Hakim yang kami muliakan,

Penuntut Umum yang Terhormat,

Sidang Pengadilan yang kami hormati,

Setelah membaca dan mendengarkan pembacaan Surat Dakwaan dan

bagaimana proses investigasi dilakukan sebelum kasus ini disajikan dalam

sidang ini, ada banyak alasan hukum yang kuat dan mendasar bagi Terdakwa

untuk mengajukan keberatan atas Surat Dakwaan. Pertama, Kitab Hukum

Acara Pidana (KUHAP) menetapkan proses penyelidikan dan membuatnya

mematuhi due process of law, sebagaimana diterjemahkan oleh Prof.

Mardjono Reksodiputro dalam bukunya Hak Azasi Manusia dalam

menggunakan Sistem Peradilan Pidana (Hak Azasi Manusia dalam Sistem

Peradilan Pidana), sebagai “sebuah proses hukum yang adil”. Aspek prinsip

ini yang tidak puas antara lain adalah mereka yang berhubungan dengan (i)

pendengaran (pemeriksaan di forum ditentukan) yaitu yang forum harus

memiliki kompetensi atas masalah ini, (ii) pertahanan yaitu hak untuk

memasukkan informasi dalam penyelidikan (BAP) sebelum Surat Dakwaan

6
siap. Kedua, bagaimana Surat Dakwaan disiapkan dan akibat hukum dari

ketidakpatuhan (dengan persyaratan perundang-undangan yang relevan).

Dalam pandangan di atas, kami Tim Penasihat Hukum Terdakwa

Muhammad Taufik bin Istianto, dengan ini mengajukan keberatan

sehubungan dengan Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum. Keberatan ini

berdasarkan pada Pasal 156 ayat (1) KUHAP bahwa Surat Dakwaan harus

dibatalkan dan atau Surat Dakwaan harus dinyatakan tidak dapat diterima jika

tidak memenuhi ketentuan Pasal 143 ayat (2) Jo Pasal 140 ayat (1) KUHAP.

Kami jelaskan dibagian mana dari Surat Dakwaan, Terdakwa memiliki

keberatan atas dan menyatakan tidak harus sesuai dengan ketentuan hukum

yang relevan, sehingga atas dasar ini, faktual dan demi hukum memiliki

alasan yang sah untuk menyatakan bahwa Surat Dakwaan batal demi hukum

dan tidak bisa diterima sebagai dasar untuk percobaan untuk menentukan

kebenaran dan keadilan dalam kasus ini.

Untuk menjadi jelas atas Surat Dakwaan. Kami menemukan (1) tidak

semua BAP, yang merupakan hasil dari penyelidikan dan yang merupakan

dasar bagi Jaksa Penuntut Umum dalam menyusun Surat Dakwaan (lihat

Pasal 140 ayat (1) KUHAP) memenuhi persyaratan KUHAP, (2) Persyaratan

legal formal dan substansif menyiapkan Surat Dakwaan (lihat Pasal 143 Ayat

(2) dan (3) dari KUHAP) tidak puas, oleh karena itu dapat disimpulkan

bahwa (i) “due process of law” prinsip dalam penyusunan BAP sebagai dasar

untuk tagihan Dakwaan, dan (ii) persyaratan KUHAP dalam mempersiapkan

Surat Dakwaan, tidak puas, karena itu Dakwaan Penuntut Umum dalam kasus

ini harus batal demi hukum dan harus dinyatakan oleh pengadilan menjadi

tidak dapat diterima.

7
II. Surat Dakwaan Tidak Jelas, Tidak Cermat, dan Tidak Lengkap

Mencermati Pasal 143 KUHAP, ditentukan dua syarat yang harus

dipenuhi sebuah Surat Dakwaan, Surat Dakwaan dalam Pasal 143 ayat (2)

huruf b KUHAP menegaskan bahwa Surat Dakwaan harus menguraikan

secara cermat, jelas dan lengkap.

Penafsiran umum diberikan terhadap ketentuan ini, yang mana

menurut M. Yahya Harahap, dalam bukunya Pembahasan Permasalahan dan

Penerapan KUHAP edisi kedua halaman 132-133, menerangkan ketentuan-

ketentuan untuk memenuhi kriteria Surat Dakwaan yang cermat, jelas dan

lengkap yaitu:

a) Semua unsur delik yang dirumuskan dalam pasal pidana yang

didakwakan harus cermat satu per satu.

b) Menyebut secara cermat, jelas dan lengkap cara tindak pidana

dilakukan.

c) Menyebut keadaan-keadaan (circumtances) yang melekat pada

tindak pidana.

Syarat mutlak dalam Surat Dakwaan tersebut harus diuraikan secara

cermat, jelas dan lengkap karena pelanggaran dan atau tidak dipenuhinya

syarat mutlak tersebut konsekuensi yuridisnya adalah sebagaimana ditentukan

dalam Pasal 143 ayat (3) KUHAP, yaitu Surat Dakwaan yang tidak

memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf b

adalah batal demi hukum.

8
Hal tersebut menjadi demikian penting karena Surat Dakwaan yang

tidak memenuhi syarat materiil berdasarkan pendapat dari Lilik Mulyadi

S.H,M.H., dalam bukunya Hukum Acara Pidana halaman 43, menyatakan

mengenai Surat Dakwaan yang tidak cermat, tidak jelas dan tidak lengkap

dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu:

Pertama, apabila ditinjau dari pendapat doktrina maka pengertian

cermat dimaksudkan Surat Dakwaan dibuat dengan penuh ketelitian dan

ketidaksembarangan serta hati-hati disertai suatu ketajaman dan keteguhan,

kemudian jelas berarti tidak menimbulkan kekaburan atau keragu-raguan

serta serba terang dan tidak perlu ditafsirkan lagi, sedangkan lengkap berarti

komplit atau cukup yang dimaksudkan tidak ada fakta-fakta yang tertinggal.

Adapun dengan menyusun Surat Dakwaan dengan kajian-kajian

gramatikal tentang Tindak Pidana yang diuraikan secara seksama, teliti,

terang, tegas dan komplit maka hal tersebut sejalan dengan maksud dan

tujuan Pasal 142 ayat (2) KUHAP agar dimengerti bagi kami Penasihat

Hukum Terdakwa.

Demikian halnya uraian pengertian cermat, jelas dan lengkap juga telah

diatur dalam Yurisprudensi Mahkamah Agung Nomor: 808 K/Pid/1984,

yang selengkapnya diperoleh pengertian sebagai berikut:

1. Cermat artinya bahwa dalam menyusun surat dakwaan, kecermatan

diperlukan dalam mengutarakan unsur-unsur perbuatan pidana yang

ditentukan oleh undang-undang atau pasal-pasal yang bersangkutan, yang

dilanjutkan dengan mengemukakan fakta-fakta perbuatan yang

didakwakan sesuai dengan unsur-unsur dari pasal yang dilanggar.

9
2. Jelas artinya bahwa untuk memudahkan Terdakwa mengerti tentang

perbuatan, apa yang didakwakan kepadanya, dengan demikian

memudahkan baginya untuk mengadakan pembelaan diri terhadap

dakwaan tersebut.

3. Lengkap artinya bahwa uraian perbuatan yang didakwakan menjadi

bulat, artinya hal-hal yang relevan sesuai dengan unsur-unsur pasal yang

bersangkutan tidak ada ketinggalan dan tidak ada yang tercecer.

Berdasarkan Surat Edaran Kejaksaan Agung RI No.

SE-004/J.A/11/1993 tanggal 16 November 1993 tentang Pembuatan Surat

Dakwaan dirumuskan perumusan cermat, jelas dan lengkap tersebut

sebagai berikut:

 Bahwa yang dimaksud dengan “cermat” adalah ketelitian

Penuntut Umum dalam mempersiapkan Surat Dakwaan dengan

memuat uraian yang didasarkan pada ketentuan pidana terkait,

tanpa adanya kekurangan atau kekeliruan menyebabkan Surat

Dakwaan batal demi hukum atau dapat dibatalkan atau dinyatakan

tidak dapat diterima.

 Bahwa yang dimaksud dengan “jelas” adalah Penuntut harus

mampu menguraikan dengan jelas dan dapat dimengerti dengan

cara menyusun redaksi yang mempertemukan fakta-fakta

perbuatan Terdakwa dengan unsur-unsur tindak pidana yang

didakwakan sehingga Terdakwa mendengar atau membacanya

akan mengerti dan mendapatkan gambaran tentang siapa yang

melakukan tindak pidana, tindak pidana yang dilakukan, kapan

10
dan dimana tindak pidana tersebut dilakukan, apa akibat yang

ditimbulkan dan mengapa Terdakwa melakukan tindak pidana

tersebut.

 Bahwa yang dimaksud dengan “lengkap” adalah uraian yang

bulat dan utuh yang mampu menggambarkan unsur-unsur tindak

pidana yang didakwakan beserta waktu dan tempat pidana itu

dilakukan.

Bertolak dari pengertian-pengertian diatas, maka kami menyimpulkan

bahwa Dakwaan dari Penuntut Umum tidak cermat, tidak jelas, dan tidak

lengkap, dengan rincian sebagai berikut:

Dakwaan Tidak Cermat

Bahwa Penuntut Umum dalam Dakwaannya mendakwa Terdakwa

dengan :

Dakwaan Kesatu, Pasal 365 ayat (3) Jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana(KUHP) yang berbunyi:

“Jika perbuatan mengakibatkan kematian, maka diancam dengan

pidana penjara paling lama lima belas tahun”

Atau Dakwaan Kedua, Pasal 339 Jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana(KUHP) yang berbunyi :

“Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh suatu

perbuatan pidana, yang dilakukan dengan maksud untuk

mempersiapkan atau mempermudah pelaksanaannya, atau untuk

melepaskan diri sendiri maupun peserta lainnya dari pidana dalam

11
hal tertangkap tangan, ataupun untuk memastikan penguasaan

barang yang diperolehnya secara melawan hukum, diancam

dengan pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu,

paling lama dua puluh tahun.”

Dalam Surat Dakwaannya Penuntut Umum menguraikan perbuatan

sebagai berikut:

 Bahwa pada tanggal 7 September 2015 Pukul 23.00 WIB Terdakwa

bersama Arief Rizal dan Mustajab sedang berkumpul dan

berbincang-bincang disebuah warung di desa Simpang Teritip.

 Bahwa Terdakwa bersama Arief Rizal dan Mustajab berbincang-

bincang sambil minum-minuman keras.

 Bahwa Terdakwa bercerita kepada Arief Rizal dan Mustajab jika

Terdakwa sedang membutuhkan uang untuk membayar hutang-

hutangnya.

 Bahwa terdakwa mengatakan kepada Arief Rizal dan Mustajab jika

Terdakwa berencana untuk mencuri uang dari truk-truk timah yang

biasa lewat di Jalan Lintas Muntok-Parit Tiga dan mengajak Arief

Rizal dan Mustajab untuk melakukan aksi tersebut.

 Bahwa Arief Rizal dan Mustajab menyetujui usulan Terdakwa dan

mulai mempersiapkan alat-alat yang dirasa dapat melancarkan aksi

mereka.

 Bahwa pada Tanggal 8 September 2015 dini hari, Korban Warsito

bersama Muhammad Isyar Reza sedang dalam perjalanan pulang

menuju rumah Korban Warsito di Desa Sekar Biru, Kecamatan Parit

12
Tiga setelah mengantarkan 1 ton timah hitam ke Pusat Peleburan

Timah Di kota Muntok

 Bahwa truk yang dikendarai korban mengalami kerusakan dibagian

mesin yang menyebabkan korban harus menghentikan truknya

dipinggit jalan untuk memeriksa mesin truk

 Bahwa Muhammad Isyar Reza diperintahkan korban untuk membeli

air untuk mengisi radiator disebuah warung kopi kecil tidak jauh

dari lokasi truk berhenti.

 Bahwa Muhammad Isyar Reza mendengar suara berisik dan

mengetahui bahwa korban Warsito sedang dirampok, sehingga

Muhammad Isyar Reza langsung berlari membantu korban Warsito

 Bahwa Muhammad Isyar Reza tidak dapat membantu korban karena

ditahan oleh Arief Rizal

 Bahwa disebabkan korban Warsito melawan dengan sengit, maka

Terdakwa memukuli korban dengan balok kayu dan menusuk

korban sehingga korban tidak bergerak lagi

 Bahwa Terdakwa, Arief Rizal dan Mustajab berhasil mendapatkan

uang hasil peleburan timah sebesar lima puluh juta rupiah beserta

Handphone milik korban.

Dari uraian Dakwaan Penuntut Umum diatas, menurut kami kuasa

hukum terdakwa berpendapat dalam surat dakwaan penuntut umum

terdapat kesalahan pendakwaan pasal, yaitu pada dakwaan kedua pada

Pasal 339, Kitab Undang-undang Hukum Pidana yang berbunyi sebagai

berikut :

13
“Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh suatu

perbuatan pidana, yang dilakukan dengan maksud untuk

mempersiapkan atau mempermudah pelaksanaannya, atau untuk

melepaskan diri sendiri maupun peserta lainnya dari pidana dalam

hal tertangkap tangan, ataupun untuk memastikan penguasaan

barang yang diperolehnya secara melawan hukum, diancam

dengan pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu,

paling lama dua puluh tahun.”

Yang mana penjelasan dari pasal tersebut lebih menitik beratkan

pada pembunuhan daripada pencuriannya. Akan tetapi berdasarkan

keterangan klien kami, bahwa terdakwa tidak ada niatan untuk

membunuh korban melainkan hanya mencuri. Jadi dakwaan Pasal 399

KUHP adalah dakwaan yang salah karena kurang cermatnya Penuntut

Umum dalam mendakwa.

Kesalahan pendakwaan pasal yang dilakukan oleh Penuntut Umum

diatas membuktikan bahwa Surat Dakwaan dibuat dengan tidak cermat

dan harus dinyatakan batal demi hukum sebagaimana berdasarkan Pasal

143 ayat (3) Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana.

Maka berdasarkan dalil-dalil yang telah disampaikan oleh Tim

Penasihat Hukum Terdakwa, maka Surat Dakwaan yang tidak cermat

harus dinyatakan batal demi hukum.

Dakwaan Tidak Jelas

14
Dalam surat dakwaannya, Penuntut Umum menguraikan sebagai

berikut :

 Bahwa pada tanggal 7 September 2015 Pukul 23.00 WIB Terdakwa

bersama Arief Rizal dan Mustajab sedang berkumpul dan

berbincang-bincang disebuah warung di desa Simpang Teritip.

 Bahwa Terdakwa bersama Arief Rizal dan Mustajab berbincang-

bincang sambil minum-minuman keras.

 Bahwa Terdakwa bercerita kepada Arief Rizal dan Mustajab jika

Terdakwa sedang membutuhkan uang untuk membayar hutang-

hutangnya.

 Bahwa terdakwa mengatakan kepada Arief Rizal dan Mustajab jika

Terdakwa berencana untuk mencuri uang dari truk-truk timah yang

biasa lewat di Jalan Lintas Muntok-Parit Tiga dan mengajak Arief

Rizal dan Mustajab untuk melakukan aksi tersebut.

 Bahwa Arief Rizal dan Mustajab menyetujui usulan Terdakwa dan

mulai mempersiapkan alat-alat yang dirasa dapat melancarkan aksi

mereka.

 Bahwa pada Tanggal 8 September 2015 dini hari, Korban Warsito

bersama Muhammad Isyar Reza sedang dalam perjalanan pulang

menuju rumah Korban Warsito di Desa Sekar Biru, Kecamatan Parit

Tiga setelah mengantarkan 1 ton timah hitam ke Pusat Peleburan

Timah Di kota Muntok

15
 Bahwa truk yang dikendarai korban mengalami kerusakan dibagian

mesin yang menyebabkan korban harus menghentikan truknya

dipinggit jalan untuk memeriksa mesin truk

 Bahwa Muhammad Isyar Reza diperintahkan korban untuk membeli

air untuk mengisi radiator disebuah warung kopi kecil tidak jauh

dari lokasi truk berhenti.

 Bahwa Muhammad Isyar Reza mendengar suara berisik dan

mengetahui bahwa korban Warsito sedang dirampok, sehingga

Muhammad Isyar Reza langsung berlari membantu korban Warsito

 Bahwa Muhammad Isyar Reza tidak dapat membantu korban karena

ditahan oleh Arief Rizal

 Bahwa disebabkan korban Warsito melawan dengan sengit, maka

Terdakwa memukuli korban dengan balok kayu dan menusuk

korban sehingga korban tidak bergerak lagi

 Bahwa Terdakwa, Arief Rizal dan Mustajab berhasil mendapatkan

uang hasil peleburan timah sebesar lima puluh juta rupiah beserta

Handphone milik korban.

Bahwa mencermati dakwaan dan susunan dakwaan Penuntut Umum,

maka Dakwaan Penuntut Umum terhadap Terdakwa pada pokoknya

adalah sebagai berikut:

a) Dakwaan kesatu sebagaimana diatur dan diancam Pidana Pasal

365 ayat (3) Jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 Kitab Undang-Undang

Hukum Pidana(KUHP).

16
 Atau Dakwaan Kedua sebagaimana diatur dan diancam Pidana

dalam Pasal 339 365 ayat (3) Jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana(KUHP).

 Bahwa Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP menentukan syarat

tentang isi Surat Dakwaan ialah “harus berupa uraian secara cermat,

jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan dengan

menyebut waktu dan tempat tindak pidana dilakukan”

 Bahwa yang dimaksud dengan cermat, jelas dan lengkap tidak saja

menyebut seluruh unsur beserta dasar hukum (pasal) dari peraturan

perundang-undangan pidana yang didakwakan, melainkan juga

menyebutkan secara cermat, jelas dan lengkap tentang unsur-unsur

tindak pidana dari pasal yang didakwakan, melainkan juga harus

menyebut secara cermat, jelas dan lengkap tentang unsur-unsur

tindak pidana dari pasal yang didakwakan yang harus jelas pula cara

tindak Pidana tersebut dilakukan Terdakwa dan kaitan atau

hubungannya dengan peristiwa atau kejadian nyata yang

didakwakan;

 Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP

diatas, Penasihat Hukum memandang ada 1 (poin) poin ketidak

jelasan uraian Surat Dakwaan oleh Penuntut Umum, yaitu:

ketidakjelasan penguraian perbuatan melawan hukumnya;

 Bahwa mengenai ketidakjelasan perbuatan melawan hukum, pada

Dakwaan kesatu dan Atau kedua hanya dirumuskan fakta bahwa

Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam

pasal 365 ayat (3) Jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 Kitab Undang-Undang

17
Hukum Pidana(KUHP) dan atau Pasal 339 Jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana(KUHP),

 Bahwa Penuntut Umum tidak menjelaskan dan mendalilkan

mengenai unsur-unsur tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa

terhadap pasal yang didakwakan dan kaitan atau hubungannya

dengan peristiwa atau kejadian nyata yang didakwakan kepada

terdakwa.

 Bahwa Penuntut Umum juga tidak menjelaskan perbuatan tersebut

dilakukan tepatnya pada pukul berapa, melainkan hanya

menyebutkan “dini hari”.

 Bahwa rumusan antara feiten dengan materiele heid sebagai suatu

persyaratan memenuhi unsur “dengan sengaja” sebagai bestanddeel

delict (tindak pidana inti), sama sekali tidak ditemukan dalam Surat

Dakwaan terhadap Terdakwa.

 Bahwa rumusan unsur “melawan hukum” dari suatu perbuatan,

dalam Surat Dakwaan sepatutnya dirumuskan secara tegas dan jelas,

mengingat Surat Dakwaan terhadap Terdakwa ini berkaitan dengan

dugaan perbuatan yang melanggar pasal 365 ayat (3) Jo. Pasal 55

ayat (1) ke-1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana(KUHP) dan atau

Pasal 339 Jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana(KUHP). Sepatutnya Penuntut Umum harus menjelaskan

“bagaimana” dan “dengan cara apa” sehingga Terdakwa dianggap

melakukan perbuatan melawan hukum menurut analisis Penuntut

Umum. Dalam merumuskan unsur tindak pidana tersebut, Penuntut

Umum memberikan uraian unsur melawan hukum, tetapi sama sekali

18
tidak terlihat jelas dalam rumusan perbuatan dalam bentuk

“feiten”nya;

 Bahwa Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP menyebutkan harus

adanya uraian secara cermat, jelas, dan lengkap mengenai “tindak

pidana yang didakwakan” tersebut merupakan unsur-unsur tindak

pidana yang didakwakan kepada Terdakwa. Dalam artian yang

ekstensif pengertian “unsur tindak pidana” dalam kerangka

memenuhi persyaratan materiil suatu Surat Dakwaan haruslah

mencakup persesuaian antara unsur-unsur tindak pidana disatu sisi

dengan perbuatan-perbuatan yang tertuang dalam suatu “feiten”

disisi lainnya;

 Dengan perumusan fakta-fakta yang jelas dan tegas inilah akan

terlihat sikap sinkronitas antara “fakta” dengan “unsur” adanya

tindak pidana. Fakta-fakta yang bertentangan satu dengan lainnya,

baik antara fakta dengan fakta maupun antara fakta dengan unsur

dari suatu tindak pidana dalam suatu perumusan Surat Dakwaan

akan menimbulkan kekaburan mengenai cara merumuskan “unsur-

unsur tindak pidana” sebagaimana dikehendaki ketentuan Pasal 143

ayat (2) huruf b KUHAP;

 Menurut M. Yahya Harahap, dalam bukunya yang berjudul

Pembahasan & Penerapan KUHAP, Cetakan Pertama, Edisi Kedua,

Surat Dakwaan yang berisi perumusan yang bertentangan isinya dan

menimbulkan keraguan terutama bagi kepentingan Terdakwa, Surat

Dakwaan yang demikian harus dinyatakan batal demi hukum. Surat

dakwaan tidak boleh kabur atau tidak jelas (obscuur libel). Surat

19
dakwaan harus jelas memuat usur tindak pidana yang didakwakan

(voldoende n duidelijkeopgave van hetfeit).

 Disamping itu, Surat Dakwaan harus merinci secara jelas:

a) Bagaimana cara tindak pidana dilakukan Terdakwa, tidak hanya

menguraikan secara umum, tetapi dirinci dengan jelas bagaimana

Terdakwa melakukan tindak pidana;

b) Juga menyebut dengan terang saat waktu dan tempat tindak

pidana dilakukan (tempus delicti dan locus delicti). Adapaun

mengenai pencantuman waktu dan tempat dapat dirumuskan

secara alternatif;

(M. Yahya Harahap, Pembahasan, Permasalahan & Penerapan

KUHAP, Cetakan Pertama, Edisi Kedua);

 Bahwa sebagaimana telah dijelaskan, Surat Dakwaan Penuntut

Umum sama sekali tidak memberikan gambaran yang jelas

mengenai “feiten” dalam bentuk “bagaimana dan dengan cara apa”

Terdakwa melakukan perbuatan, khususnya formile wederrechtelijke

tersebut. juga mengenai unsur “tanpa wewenang” sebagai suatu

bentuk kategories dari sifat melawan hukum, tidak diuraikan secara

rinci dan jelas. Bagaimana unsur melawan hukum yang dilakukan

oleh Terdakwa tidak terurai wujud dan cara dilakukannya, sehingga

Surat Dakwaan Penuntut Umum ini menjadi tidak jelas dan kabur

(obscuur libel);

 oleh karena itu, Tim Penasihat Hukum Terdakwa berpendapat bahwa

Surat Dakwaan Penuntut Umum haruslah dinyatakan batal demi

20
hukum sebagaimana berdasarkan Pasal 143 KUHAP (3) Kitab

Undang-Undang Hukum Acara Pidana

Dakwaan Tidak Lengkap

Seperti halnya yang telah kami jelaskan sebelumnya, Penuntut

Umum menyebutkan:

 Bahwa pada tanggal 7 September 2015 Pukul 23.00 WIB

Terdakwa bersama Arief Rizal dan Mustajab sedang

berkumpul dan berbincang-bincang disebuah warung di

desa Simpang Teritip.

 Bahwa Terdakwa bersama Arief Rizal dan Mustajab

berbincang-bincang sambil minum-minuman keras.

 Bahwa Terdakwa bercerita kepada Arief Rizal dan

Mustajab jika Terdakwa sedang membutuhkan uang untuk

membayar hutang-hutangnya.

 Bahwa terdakwa mengatakan kepada Arief Rizal dan

Mustajab jika Terdakwa berencana untuk mencuri uang

dari truk-truk timah yang biasa lewat di Jalan Lintas

Muntok-Parit Tiga dan mengajak Arief Rizal dan Mustajab

untuk melakukan aksi tersebut.

 Bahwa Arief Rizal dan Mustajab menyetujui usulan

Terdakwa dan mulai mempersiapkan alat-alat yang dirasa

dapat melancarkan aksi mereka.

21
 Bahwa pada Tanggal 8 September 2015 dini hari, Korban

Warsito bersama Muhammad Isyar Reza sedang dalam

perjalanan pulang menuju rumah Korban Warsito di Desa

Sekar Biru, Kecamatan Parit Tiga setelah mengantarkan 1

ton timah hitam ke Pusat Peleburan Timah Di kota Muntok

 Bahwa truk yang dikendarai korban mengalami kerusakan

dibagian mesin yang menyebabkan korban harus

menghentikan truknya dipinggit jalan untuk memeriksa

mesin truk

 Bahwa Muhammad Isyar Reza diperintahkan korban untuk

membeli air untuk mengisi radiator disebuah warung kopi

kecil tidak jauh dari lokasi truk berhenti.

 Bahwa Muhammad Isyar Reza mendengar suara berisik

dan mengetahui bahwa korban Warsito sedang dirampok,

sehingga Muhammad Isyar Reza langsung berlari

membantu korban Warsito

 Bahwa Muhammad Isyar Reza tidak dapat membantu

korban karena ditahan oleh Arief Rizal

 Bahwa disebabkan korban Warsito melawan dengan

sengit, maka Terdakwa memukuli korban dengan balok

kayu dan menusuk korban sehingga korban tidak bergerak

lagi

 Bahwa Terdakwa, Arief Rizal dan Mustajab berhasil

mendapatkan uang hasil peleburan timah sebesar lima

puluh juta rupiah beserta Handphone milik korban.

22
Penuntut Umum pada Dakwaannya mendakwa Terdakwa

menggunakan Dakwaan Kesatu Pasal 365 ayat (3) Jo. Pasal 55 ayat (1)

ke-1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana(KUHP) atau Dakwaan

Kedua Pasal 339 Jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 Kitab Undang-Undang

Hukum Pidana(KUHP).

Dalam Surat Dakwaannya, Penuntut Umum tidak menguraikan

secara lengkap hasil penelitian, penyelidikan, dan penyidikan terkait

dengan dakwaan tersebut. Sehingga Tim Penasihat Hukum Terdakwa

berpendapat, Dakwaan Penuntut Umum tidak lengkap, sehingga Surat

Dakwaan tersebut harus dinyatakan batal demi hukum.

Maka berdasarkan dalil-dalil yang telah disampaikan oleh Penasihat

Hukum, bahwa Surat Dakwaan Penuntut tidak lengkap sehingga harus

dinyatakan batal demi hukum.

III. KESIMPULAN

Bahwa prinsipnya Negara Indonesia adalah Negara yang bersadarkan

atas hukum atau rechtstaat sebagaimana yang diamanatkan UUD 1945 oleh

karenanya segala permasalahan yang timbul mutlak harus diselesaikan

dengan mendasar pada ketentuan hukum yang berlaku termasuk harus

dihormatinya azas-azas hukum yang menjadi sumber filosofinya. Dalam hal

yang sangat mendasar (basicly) persidangan perkara tindak pidana ini

ternyata dipenuhi dengan permasalahan teknis yuridis yang dapat

menimbulkan cacat persidangan pada perkara ini apabila tetap dipaksakan

untuk dijalankan.

23
Uraian keberatan terhadap Surat Dakwaan yang tidak cermat, tidak

jelas dan tidak lengkap cukup menyimpulkan Surat Dakwaan harus

dinyatakan batal demi hukum atau setidak-tidaknya tidak dapat diterima.

IV. PENUTUP

Majelis Hakim Yang Mulia;

Penuntut Umum, Dan

Pengunjung Sidang Yang Kami Hormati.

Bahwa setelah membacakan uraian-uraian yang telah Kami sampaikan

dalam Nota Keberatan, maka sampailah pada bagian penutup dari Nota

Keberatan ini. Berdasarkan uraian pokok-pokok Nota keberatan kami diatas,

maka dengan ini kami selaku Penasihat Hukum Terdakwa memohon kepada

Majelis Hakim menjatuhkan Putusan, dengan amar putusan yang pada

pokoknya sebagai berikut:

1. Menyatakan menerima Nota Keberatan Penasihat Hukum Terdakwa.

2. Menyatakan Surat Dakwaan Penuntut Umum dengan nomor registrasi

perkara No. Reg. Perkara: PDM– 195 /Smg/Ep.1/11/2015.– tanggal

08 September 2014 batal demi hukum atau setidak-tidaknya tidak

dapat diterima.

3. Membebankan biaya perkara kepada Negara.

24
Atau apabila Majelis Hakim berpendapat lain maka kami mohon agar

diberikan putusan yang seadil-adilnya “ex ae quo et bono” demi tegaknya

keadilan berdasarkan hukum yang berlaku dan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Semarang, 15 September 2014

Hormat kami

Penasihat Hukum Terdakwa

…………………………….

25

Anda mungkin juga menyukai