Anda di halaman 1dari 34

”DEMI KEADILAN”

Medan, 21 Juli 2021

Perihal: Pledoi Penasehat Hukum Perkara Pidana


Nomor : 114/Pid. Sus/2021/PN. Tpg

Kepada Yth:
Hakim Pemeriksa dan Pemutus Perkara Nomor :
114/Pid. Sus/2021/PN. Tpg Atas Nama Terdakwa
Rini Pratiwi.
Di-
Pengadilan Negeri Tanjung Pinang

Dengan hormat,
yang bertanda tangan di bawah ini :
1. Dr. Muhammad Ridwan Lubis, S.H. M.Hum
2. Tengku Mabar Ali, S.H., M.H
3. Reza Nurul Ichsan, S.H
4. Fahmi Amrico, S.H
5. Wahyu., S.H.

Kesemuanya adalah Advokat pada Kantor Hukum Muhammad Ridwan Lubis,


S.H., M.Hum & Associates, berkantor di Jl. Menteng VII, Komplek Menteng Indah
Blok VI E No. 8 Medan, Phone : 0812 6320 474, bertindak untuk dan atas nama
serta kepentingan Klien Kami berdasarkan Surat Kuasa Khusus .................., atas
nama :
Nama : Rini Pratiwi
Tempat Tangal Lahir : Kijang, 11 Mei 1990
Umur : 30 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Anggota DPRD Kota Tanjung Pinang
Pendidikan : Strata 2 (S-2)
Tempat Tinggal : JL. Cemara Kp. Sidomukit No. 24 RT 005/RW008, Kelurahan
Pinang Kencana Kota Tanjung Pinang

Dengan ini perkenankan kami selaku Penasihat Hukum dalam perkara ini
menjalankan hak kami untuk menyampaikan nota pembelaan (Pledoi) atas Surat
Tuntutan (Requisitoir) Sdr. Jaksa Penuntut Umum dalam perkara pidana Nomor :
114/Pid. Sus/2021/PN. Tpg, atas nama Terdakwa Rini Pratiwi.
Kami Penasihat Hukum terdakwa cukup mengapresiasi dan sangat
berterimakasih atas komitmen Majelis Hakim dan Penuntut Umum selama masa

1
persidangan berlangsung, untuk tetap menjalankan tugasnya dengan baik selama
lebih kurang 4 bulan sejak persidangan pertama, meskipun saat ini negara kita
sedang dihadapkan pada pandemi Covid-19 yang hingga saat ini belum juga
berakhir, bahkan menunjukkan peningkatan.
Bahwa dengan tidak mengurangi rasa hormat kami, di sini kami memohon
kepada Majelis Hakim yang memeriksa perkara ini dengan cermat dan tetap
menjunjung tinggi asas praduga tak bersalah (presumption of innocence) dan bukan
dengan asas praduga bersalah (presumption of guilty). Di sini kami yakin, bahwa
dalam pemeriksaan perkara ini kita semua, baik Majelis Hakim, Jaksa Penuntut
Umum, maupun kami selaku Kuasa Hukum tetap berlandaskan pada semangat
bersama untuk menjalankan proses persidangan atas nama Rini Pratiwi (Terdakwa)
berdasarkan prinsip-prinsip peradilan yang bersih, jujur (fair), demi tegaknya hukum
dan keadilan.
Di sini kami juga memohon agar Penuntut Umum meskipun dalam posisinya
sebagai wakil Negara, namun tetap dapat secara seimbang (proporsional)
mendudukkan perkara ini, dengan terbebas dari berbagai kepentingan, sehingga
baik penuntut umum, hakim dan juga penasihat hukum secara bersama-sama
mencari kebenaran materil berdasarkan apa yang terungkap di persidangan.
Ungkapan terima kasih kepada Jaksa Penuntut Umum juga perlu kami
sampaikan atas surat tuntutan yang telah dibacakan pada hari pada hari Rabu
tanggal 14 Juli 2021. Setidaknya, surat tuntutan atas perkara ini sudah dibacakan
oleh Penuntut Umum, sehingga perkara ini secara formil dapat dilanjutkan ke tahap
pembelaan.
Namun demikian dengan penghormatan yang tinggi terhadap profesi Hakim
dan Jaksa, kami menyadari hukum harus ditegakkan demi adanya masyarakat yang
adil, damai dan sejahtera dengan menyatakan bersalah dan menghukum orang
yang bersalah dan membebaskan orang-orang yang tidak bersalah. Untuk itu
ijinkanlah kami memberikan pembelaan terhadap Terdakwa sebagaimana yang
sudah diatur dalam Pasal 182 ayat (1) huruf b KUHAP, yang akan kami jelaskan
secara perlahan namun pasti sehingga akan jelas. Nota Pembelaan ini kami buat
dengan garis besar sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN
II. TENTANG SURAT DAKWAAN DAN ANALISIS SURAT DAKWAAN
III. TENTANG SURAT TUNTUTAN DAN ANALISIS SURAT TUNTUTAN
IV. FAKTA PERSIDANGAN
V. TANGGAPAN ATAS FAKTA PERSIDANGAN
VI. ANALISIS UNSUR PASAL
VII. KESIMPULAN DAN PENUTUP
VIII. PERMOHONAN

I. PENDAHULUAN
Majelis Hakim Yang Mulia,
Saudara Jaksa Penuntut Umum Yang Kami Hormati,

Dengan memanjatkan puji syukur Kehadirat Allah Subhana Wata’ala, yang


hingga sampai saat ini masih memberikan dan mengkaruniakan nikmat kesehatan
bagi kita semua, setelah melalui proses panjang persidangan dalam pemeriksaan
perkara ini, hingga sampailah saatnya bagi kami selaku Penasihat Hukum dari

2
Terdakwa diberi kesempatan untuk menyusun dan membacakan nota pembelaan
(Pledoi) ini.
Sebelum masuk pada materi pokok Pledoi ini, ada baiknya lebih dahulu kami
sampaikan Firman Allah Subhana Wata’ala dalam Al-Qur’an, sebagai acuan dan
pedoman bagi kita semua, khususnya bagi kita yang beragama muslim dan orang-
orang yang seiman, yang dapat dijadikan sebagai pedoman bagi kita selaku
penegak hukum, untuk tetap menjalankan tugas dan fungsi masing-masing sesuai
amanah jabatan dan profesi sebaik-baiknya dengan penuh rasa tanggung jawab,
sehingga kita semua benar-benar sebagai penegak keadilan. Sebagai penegak
hukum, dalam menjalankan tugas dan fungsi kita masing-masing, kita tidak saja
dihadapkan pada pertanggungjawaban kepada atasan maupun lembaga, akan tetapi
juga dihadapkan pada pertanggungjawaban kepada Allah Subhana Wata’ala
(pengadilan akhirat). Allah Subhana Wata’ala berfirman dalam Al-Qur’an Surat An-
nisa Ayat 135 :

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang-orang yang


benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah SWT. biarpun terhadap
dirimu sendiri, atau Ibu Bapakmu dan Kaum Kerabatmu, jika Ia kaya atau miskin,
maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti Hawa
Nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan
(kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah SWT. adalah
Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan” (Q.S. Annisa’ 135).

Pada ayat yang lain, Allah Subhana Wata’ala juga berfirman dalam Al-quran
Surat Almaidah, 8 :

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang


yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil dan
janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk
berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan” (Q.S. Al-Maidah: 8).

3
Majelis Hakim Yang Mulia,
Saudara Jaksa Penuntut Umum Yang Kami Hormati,

Terungkapnya dugaan penggunaan ijazah palsu dan gelar palsu dalam perkara
ini berawal dari adanya pemberitaan media online yang dimuat pada website :
https://batamtoday.com/home/read/143764/Unjuang-45-Jakarta-Bantah - Keluarkan-
Gelar-MMPd-Anggota-DPRD-Tanjungpidang-RP., yang mana anggota DPRD kota
Tanjungpinang yang dimaksudkan adalah Rini Pratiwi yang saat ini berstatus
sebagai Terdakwa. Berita online tersebut kemudian dijadikan dasar oleh Sdr. Pandi
Ahmad Simangunsong selaku Ketua Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
Tanjung Pinang-Bintan dan kawan-kawan, yaitu : Samsudin Harahap dan Sardjono
(Pelapor) untuk melaporkan Rini Pratiwi ke Polres Tanjung Pinang. Setelah melalui
proses penyelidikan dan penyidikan yang cukup panjang, akhirnya perkara ini
sampai ke tingkat pemeriksaan di muka pengadilan.
Berdasarkan hasil pemeriksaan saksi-saksi, saksi ahli, dan pemeriksaan
Terdakwa dan bukti-bukti yang diajukan dalam perkara in casu, kami selaku
Penasihat Hukum dari Terdakwa berkewajiban untuk mengemukakan apa yang
benar dan apa yang salah, apa yang masuk akal dan apa yang tidak masuk akal.
Karena dengan demikianlah kebenaran baru dapat terungkap dalam persidangan
yang terhormat ini.
Dalam penegakan hukum, kita sama-sama mengetahui bahwa tujuan akhir dari
penegakan hukum pidana adalah untuk mencari kebenaran materil dari suatu
peristiwa pidana atau tindak pidana, sehingga dapat diperoleh keadilan hukum, baik
itu bagi terdakwa maupun masyarakat. Oleh karena itu, sebagai penegak hukum,
baik Majelis Hakim Yang Mulia, Penuntut Umum serta Penasihat Hukum Terdakwa
tentunya memiliki tujuan yang sama, yaitu bersama-sama mencari kebenaran
materiil (materiil waarheid) dalam perkara in casu, bukanlah hanya sekedar mencari
alat bukti yang dapat menghukum Terdakwa belaka. Hal inilah sesungguhnya yang
diminta oleh hukum dan didambakan oleh Terdakwa, keluarga Terdakwa maupun
masyarakat luas, sehingga keadilan yang merupakan tujuan hakiki dari hukum dapat
tercapai.
Kebenaran materiil hanya dapat ditemui dan ditegakkan dalam suatu proses
peradilan yang jujur dan adil. Tanpa adanya peradilan yang jujur dan adil, maka
mustahil kebenaran materiil itu akan diperoleh. Sebaliknya, yang didapati adalah
justeru rangkaian atau rentetan peristiwa kebohongan atau bahkan dapat disebut
sebagai rekayasa kasus, yang hanya bertujuan untuk mencari-mencari kesalahan
seseorang dan akhirnya berujung pada pemidanaan terhadap seseorang, yang
notabene orang tersebut belum tentu bersalah.

II. TENTANG SURAT DAKWAAN DAN ANALISIS SURAT DAKWAAN

Majelis Hakim Yang Mulia;


Saudara Jaksa Penuntut Umum Yang Kami Hormati;

Jaksa Penuntut Umum dalam surat dakwaannya telah mendakwa RINI


PRATIWI dengan dakwaan sebagaimana diatur dan diancam dengan pidana pada
Pasal 68 ayat (3) Jo Pasal 21 ayat (4) UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, dan saudara Jaksa Penuntut Umum telah menjelaskan unsur-

4
unsur tersebut dan menurut Jaksa Penuntut Umum unsur-unsur tersebut telah
terbukti dengan jelas.

III. TENTANG SURAT TUNTUTAN DAN ANALISIS SURAT TUNTUTAN


Majelis Hakim Yang Mulia;
Saudara Jaksa Penuntut Umum Yang Kami Hormati;

Pada hari rabu tanggal 14 Juli 2021, Jaksa Penuntut Umum telah membacakan
tuntutannya, yang menuntut terdakwa :

1. Menyatakan terdakwa RINI PRATIWI, tersebut secara sah dan menyakinkan


menurut hukum melakukan tindak pidana “Sistem Pendidikan Nasional” pada
dakwaan Tunggal Penuntut Umum yang diatur dalam Pasal 68 Ayat (3) Jo ayat
(4) UU RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional;
2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa RINI PRATIWI dengan pidana penjara
selama 1 (satu) dan denda sebesar Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah)
subsidair 6 (enam) bulan kurungan;
3. Menyatakan barang bukti berupa :
1) 1 (satu) lembar Kartu Tanda Anggoat DPC PKB Kota Tanjung Pinang Nomor
KTA 21.72.02.1005.000035 atas nama RINI PRATIWI;
2) 1 (satu) lembar fotocopi KTP (Kartu Tanda Penduduk) dengan NIK
2172025105900003 atas nama RINI PRATIWI;
3) 2 (dua) lembar Surat Pernyataan Bakal Calon Anggota DPRD kota dalam
Pemilihan Umum Tahun 2009 yang ditanda tangani oleh Rini Pratiwi, M.Pd,
tertanggal 17 Juli 2018;
4) 3 (tiga dua) lembar Surat Pernyataan Bakal Calon Anggota DPRD kota dalam
Pemilihan Umum Tahun 2019 yang ditanda tangani oleh Rini Pratiwi, M.Pd,
tertanggal 28 Juli 2018;
5) 1 (satu) lembar fotocopi ijazah Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Bintan Timur
atas nama RINI PRATIWI yang telah dilegalisir;
6) 1 (satu) lembar fotocopi ijazah S2 manajemen pendidikan Universitas
Kejuangan 45 Jakarta atas nama RINI PRATIWI yang telah dilegalisir;
7) 1 (satu) lembar asli Surat Keterangan terdaftar dalam daftar pemilihan tetap
(DPT) kota Tanjung Pinang atas namaa RINI PRATIWI dari Komisi Pemilihan
Umum kota Tanjung Pinang ROBY PATRIA;
8) 1 (satu) lembar asli Surat Keterangan Kesehatan Nomor 636/SKK-RSUD/2018
atas nama RINI PRATIWI yang dikeluarkan dari RSUD provinsi Kepri Raja
Ahmad Tabib tertanggal 03 Juli 2018;
9) 1 (satu) lembar asli surat keterangan pemeriksaan kesehatan jiwa atas nama
RINI PRATIWI yang dikeluarkan dari RSUD Provinsi Kepri Raja Ahmad Tabib
tertanggal 03 Juli 2018;
10) 1 (satu) lembar asli surat keterangan pemeriksaan Napza atas nama RINI
PRATIWI sebagai persyaratan administratif Calon Legislatif DPRD kota
Tanjungpinang yang dikeluarkan dari RSUD Provinsi Kepri Raja Ahmad Tabib
tertanggal 03 Juli 2018;
11) 1 (satu) lembar asli surat keterangan pemeriksaan mikrobilogi/ilmunologi atas
nama RINI PRATIWI yang dikeluarkan dari RSUD Provinsi Kepri Raja Ahmad
Tabib tertanggal 03 Juli 2018;

5
12) 1 (satu) lembar asli surat keterangan tidak penah dihukum penjara karena
melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun
atau lebih yang dikeluarkan dari Pengadilan Negeri Tanjungpinang Kelas IA
tertanggal 03 Juli 2018;
13) 1 (satu) lembar Surat Keterangan Catatan Kepolisian atas nama RINI PRATIWI
yang dikeluarkan dari Kepolisian Sektor Tanjungpinang tertanggal 02 Juli 2018;
14) 1 (satu) rangkap surat instrumen verifikasi kelengkapan dan keabsahan
dokumen Bakan Calon atas nama RINI PRATIWI;
15) 1 (satu) rangkap asli daftar calon sementara anggota DPRD kota
Tanjungpinang tahun 2019 daerah pemilihan kota Tanjungpinang 2
(Tanjungpinang Timur) yang mencantumkan nama RINI PRATIWI, M.Pd no.
urut 2 Partai Kebangkitan Bangsa yang ditandatangani oleh komisioner KPU
kota Tanjungpinang atas nama ASWIN NASUTION, Hj. SUSANTY, dan M.
HAFIDZ DWI PRAYOGA tertanggal 11 Agustus 2018;
16) 1 (satu) rangkap asli surat Rancangan Daftar Calon Tetap Anggota DPRD kota
Tanjungpinang 2 (Tanjungpinang Timur) yang mencantumkan nama RINI
Pratiwi no. urut 2 Partai Kebangkitan Bangsa yang ditandatangani oleh RINI
Pratiwi, M.MPd tanggal 19 September 2018;
17) 1 (satu) rangkap asli surat Daftar Calon Tetap Anggota DPRD kota
Tanjungpinang tahun 2019 Daerah Pemilihan Kota Tanjungpinang 2 (Tanjung
Pinang Timur) yang mencantumkan nama RINI PRATIWI M.MPd No. urut 2
yang ditandatangani oleh komisioner KPU kota Tanjungpinang atas nama
ASWIN NASUTION, Hj. SUSANTY, dan M. HAFIDZ DWI PRAYOGA tanggal
20 September 2018;
18) 1 (satu) rangkap dokumentasi verifikasi persyaratan bakal calon legislatif
pemilu 2009 kota Tanjungpinang;
19) 1 (satu) rangkap Asli surat Sertifikat Rekapitulasi Hasil Perhitungan Perolehan
Suara Calon Anggota DPRD kota/kabupaten Pemilihan Umum Tahun 2019;
20) 1 (satu) rangkap salinan SK KPU kota Tanjungpinang Nomor 32/HK.03/1-
Kpt/2172/Kota/VIII/2019 tentang Penetapan Calon Terpilih Anggota Dewan
Perwakilan Daerah Kota Tanjungpinang pada pemilu tahun 2019 tertanggal 11
Agustus 2018;
21) 1 (satu) rangkap Kronologi Pendaftaran Daftar Caleg PKB dan Caleg atas
nama RINI PRATIWI pada pemilu tahun 2019;
22) 1 (satu) rangkap salinan SK KPU kota Tanjungpinang Nomor 43/HK.03.1-
Kpt/2172/Kota/VIII/2018 tentang Penetapan Daftar Calon Sementara Anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Tanjungpinang pada pemilu tahun
2019 tertanggal 11 Agustus 2018;
23) 1 (satu) rangkap salinan SK KPU kota Tanjungpinang Nomor : 26/HK.03.1-
Kpt/2172/Kota/IV/2019 tentang Perubahan atas Keputusan KPU kota
Tanjungpinang Nomor : 50/HK03.1-Kpt/2172/Kota/IX /2018 tentang Penetapan
Daftar Calon Anggota Tetap Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kota
Tanjungpinang pada pemilihan umum tahun 2019;
24) 2 (dua) lembar asli surat persetujuan desain surat suara untuk dasar
percetakan surat suara yang ditandatangani oleh masing-masing
LO/Penghubung partai yang terdaftar pada KPU kota Tanjungpinang;
25) 1 (satu) rangkap berkas dokumen data/informasi terkait riwayat
kemahasiswaan RINI PRATIWI, yang terdiri dari:
a) 1 (satu) lembar print Pangkalan Data Dikti (SRV4 PDDIKTI) atas nama RINI
PRATIWI status mahasiswa perguruan tinggi Universitas Negeri Padang;

6
b) 1 (satu) lembar hasil print Pangkalan Data Dikti (SRV4 PDDIKTI) atas nama
RINI PRATIWI status mahasiswa Perguruan Tinggi Universitas Maritim Raja
Ali Haji (Umrah);
c) 1 (satu) lembar hasil print Pangkalan Data Dikti (SRV4 PDDIKTI) atas nama
RINI PRATIWI status mahasiswa Perguruan Tinggi STKIP Pelita Bangsa;
d) 1 (satu) lembar asli Surat Keteragan dari Madrasah Tsanawiyah Madani
tertanggal 18 Maret 2020;
e) 3 (tiga) lembar fotocopi nama-nama SDK dan karyawan MTs Madani yang
mencantumkan nama RINI PRATIWI nomor urut 11;
f) 1 (satu) lembar printnan foto RINI PRATIWI di depan gedung MTs Madani;
g) 2 (dua) Lembar asli surat keterangan data mahasiswa dari lembaga
Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah 1 Sumatera Utara tertanggal 11 Maret
2020;
h) 2 (dua) klembar haskil printnan Pangkalan Data Dikti (SRV4 PDDIKTI) atas
nama RINI PRATIWI status dosen di STAI MIFTAHUL ULUM
Tanjungpinang;
i) 1 (satu) lembar fotocopi BAN-PT Universitas Kejuangan 45 Jakarta Program
Studi Manajemen S2;
j) 2 (dua) lembar hasil prin profil dan daftar Program Studi Universitas
Kejuangan 45 Jakarta.
26) 1 (satu) lembar Asli Surat Keterangan Universitas Kejuangan 45 Jakarta
(UNJUANG 45 Jakarta) No : 004/KT/RUK45/III/2020 tanggal 4 Maret 2020;
Tetap terlampir dalam berkas perkara
27) 1 (satu) lembar asli ijazah Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Pelita
Bangsa Nomor Seri ijazah : 304/02/STKIP-PB/VII/2012 tanggal 16 Juli 2012
atas nama RINI PRATIWI;
28) 1 (satu) lembar asli Surat Keterangan Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Pelita Bangsa Nomor : 121/STKIP-PB/III/2019 tanggal 19 Agustus
2019;
29) 1 (satu) lembar ijazah asli Universitas Kejuangan 45 Jakarta Nomor seri
Ijazah : 027/S2/MM/XII.14 tanggal 10 Desember 2014 atas nama RINI
PRATIWI.
Dikembalikan kepada Terdakwa.

4. Menetapkan agar terdakwa dibebani biaya perkara sebesar Rp. 5000,- (lima ribu
rupiah).

Majelis Hakim Yang Mulia;


Saudara Jaksa Penuntut Umum Yang Kami Hormati;

Setelah kami membaca dan menganalisa tuntutan pidana yang diajukan oleh
Jaksa Penuntut Umum, kami berkesimpulan Jaksa Penuntut Umum membuat
tuntutan tanpa memperhatikan fakta yang terungkap dipersidangan. Adapun
keterangan-keterangan saksi dan keterangan para terdakwa yang ditulis dalam
tuntutan JPU banyak yang tidak mengungkap fakta di persidangan, sehingga sangat
merugikan Terdakwa. Seharusnya, Jaksa Penuntut Umum tidak mengkonstruksikan
tuntutan berdasarkan keinginannya, namun tetap merujuk pada fakta persidangan
sesuai dengan ketentuan Pasal 185 ayat (1) KUHAP yang menyebutkan;
“keterangan seorang saksi sebagai alat bukti ialah apa yang saksi nyatakan di
sidang pengadilan”.
7
Berdasarkan analisa kami, Jaksa Penuntut Umum hanya melakukan copy
paste/menyalin dari berkas acara pemeriksaan yang diduga merupakan hasil
rekayasa penyidik dan juga surat dakwaan, agar terdakwa diputuskan bersalah.
Sebagai contoh, dalam surat tuntutannya yang tidak sesuai dengan fakta
persidangan yaitu :

1. Jaksa Penuntut Umum menyatakan dalam tuntutannya, bahwa dalam


keterangan saksi Samsudin Harahap, bahwa benar saksi bahwa ijazah yang
diduga palsu digunakan terdakwa RINI PRATIWI M.MPd, yaitu ijazah S1 (strata
satu) dan S2 (starata dua) dan untuk gelar yang diduga palsu digunakan oleh
Saudara Terdakwa RINI PRATIWI, M.MPd, yaitu gelar S.Pd dan M.MPd.
Padahal fakta yang terungkap dipersidangan, saksi mengatakan bahwa
saksi tidak mengetahui apakah ijazah Terdakwa RINI PRATIWI asli atau palsu.
Saksi juga mengatakan bahwa dirinya mendapatkan informasi dan data ijazah
terdakwa dari salah seorang anggota Partai Politik PKB yang bernama Iksan.
Saksi juga mengatakan, saksi tidak mengetahui tujuan saksi melaporkan RINI
PRATIWI, dan saksi juga merasa tidak dirugikan atas penggunaan gelar
Terdakwa.
2. Jaksa Penuntut Umum menyatakan dalam tuntutannya, bahwa dalam
keterangan saksi Pandi Ahmad Simangunsong, bahwa benar saksi yang
telah menggunakan IJAZAH dan GELAR PALSU tersebut adalah salah satu
anggota DPRD kota Tanjungpinang masa Bakti 2019 s/d 2024 atas nama
PRATIWI, M.MPd. Bahwa benar dapat saksi jelaskan bahwa IJAZAH dan
GELAR PALSU yang telah dipergunakan oleh Terdakwa RINI PRATIWI,
M.MPd tersebut ijazah S1 dan IJAZAH S2. Padahal, fakta yang terungkap di
persidangan, Saksi Pandi Ahmad Simangunsong mengatakan, tidak pernah
menyebut IJAZAH Rini PRATIWI Palsu, tetapi terdakwa statusnya dikeluarkan,
yang diketahui oleh Saksi dari Forlap.Dikti. Saksi juga mengatakan bahwa
saksi tidak pernah melihat langsung ijazah asli dari RINI PRATIWI, sehingga
saksi tidak dapat membedakan mana ijazah yang asli dan mana yang Palsu.
3. Jaksa Penuntut Umum menyatakan dalam tuntutannya, bahwa dalam
keterangan saksi Sardjono, bahwa benar saksi yang telah menggunakan
IJAZAH dan GELAR PALSU tersebut adalah salah satu anggota DPRD kota
Tanjungpinang masa Bakti 2019 s/d 2024 atas nama PRATIWI, M.MPd. Bahwa
benar dapat saksi jelaskan bahwa IJAZAH dan GELAR PALSU yang telah
dipergunakan oleh Terdakwa RINI PRATIWI, M.MPd tersebut ijazah S1 dan
IJAZAH S2. Padahal, fakta yang terungkap dipersidangan, saksi
mengatakan tidak pernah melihat langsung ijazah asli Terdakwa, baik itu ijazah
S1 maupun ijazah S2 terdakwa, sehingga saksi tidak bisa membedakan dan
membandingkan mana ijazah yang asli dan palsu. Saksi mengatakan gelar
yang seharusnya digunakan Terdakwa adalah M. Pd, namun belakang saksi
menyebut gelar yang seharusnya digunakan oleh Terdakwa adalah M.M. Saksi
mengatakan tidak mengetahui perbedaan antara gelar akademik dan singkatan
gelar, juga perbedaan antara gelar M. Pd dan M.MPd., sehingga saksi
menyatakan “Bingung” apa sebenarnya gelar yang seharusnya digunakan
Terdakwa. Saksi mengatakan dasar laporan saksi dan kawan-kawan ke pihak
kepolisian adalah adanya dugaan penggunaan Ijazah S1 dan S2 yang
digunakan Terdakwa bersumber dari berita media.online “Kasat Belum Ada
Menerima Laporan Pengunaan Ijazah Bodong”. Selain itu, saksi juga
melakukan penelusuran melalui Forlap.Dikti, diduga ijazah S1 terdakwa adalah
8
Palsu. Saksi juga mendapatkan informasi bahwa ijazah dan gelar dari terdakwa
adalah Palsu dari salah seorang Politikus partai politik PKB, yang oleh saksi
tidak dapat disebutkan namanya.
4. Jaksa Penuntut Umum dalam tuntutannya, bahwa dalam keterangan saksi Prof
Dian Armanto, MSc, PhD, bahwa benar saksi selaku Kepala Lembaga
Pendidikan Wilayah I Sumatera Utara, bahwa didalam Keputusan Menteri
RistekDikti Nomor : 257/M/KPT/2017 pada lampiran I halaman 15 disebutkan
kolom pertama nama program Studi Rumpun Ilmu, yaitu untuk manajemen
pendidikan tinggi juga menggunakan penulisan singkatan gelar dengan huruf
(M.), sehingga tidak ada sama sekali pencantuman huruf (Pd) pada penulisan
singkatan Gelar tersebut. Padahal fakta yang terungkap dipersidangan,
saksi tidak mengetahui adanya peraturan yang mengatur tentang tata cara
penulisan gelar dan singkatan gelar pada ijazah sebagaimana diatur dalam
Pasal 5 ayat (2) huruf k Permenristekdikti No. 59 Tahun 2018, bahwa dalam
penulisan gelar pada ijazah harus memuat gelar beserta singkatan gelar. Saksi
mengatakan bahwa untuk ijazah S1 Terdakwa adalah asli. Saksi mengatakan
bahwa yang berwenang untuk mendaftarkan data mahasiswa ke Forlap.Dikti
adalah pihak Perguruan Tinggi, bukanlah mahasiswa. Namun, dapat
dimohonkan oleh mahasiswa. Saksi juga mengatakan bahwa untuk Universitas
Kejuangan 45 bukanlah merupakan wilayah administratif atau wilayah yang
menjadi kewenangan LLDIKTI wilayah 1 yang dipimpinnya.
5. Jaksa Penuntut Umum dalam tuntutannya, bahwa dalam keterangan saksi Dr.
Ir. R. Soesetyo Soetadji, M.M., bahwa benar saksi gelar yang diberikan oleh
Universitas Kejuangan 45 Jakarta kepada RINI PRATIWI setelah
menyelesaikan perkuliahan di Universitas Kejuangan 45 Jakarta adalah
Magister Manajemen (M.M). Bahwa benar saksi gelar yang diperoleh terdakwa
RINI PRATIWI dari Universitas Kejuangan 45 Jakarta adalah Magister
Manajemen (M.M), berdasarkan peraturan maupun undang-undang penulisan
gelar yang benar adalah (M.M), sedangkan penggunaan gelar M.MPd yang
digunakan terdakwa RINI PRATIWI tidak pernah diatur didalam peraturan
perundang-undangan. Padahal fakta yang terungkap dipersidangan, saksi
mengatakan tidak mengetahui kalau pada ijazah terdakwa tidak terdapat
singkatan gelar. Saksi juga tidak mengetahui jika dalam peraturan perundang-
undangan terdapat aturan mengenai penulisan gelar dan singkatan gelar
dalam ijazah. Saksi juga mengatakan bahwa tentang singkatan gelar sesuai
dengan apa yang tertulis.
6. Jaksa Penuntut Umum dalam tuntutannya, dalam keterangan ahli Taupiq
Alamsyah, S.H., menyatakan, bahwa benar bahwa benar ahli gelar untuk
pendidikan akademik Magister ditulis di belakang nama yang berhak dengan
mencantumkan huruf M. dan diikuti dengan inisial program studi atau bidang
ilmu. Dengan demikian bentuk atau singkatan gelar Akademik Magister
Manajemen yang berhak digunakan oleh saudari RINI PRATIWI adalah M.M.
dan tidak menambahkan singkatan konsentrasi dari program studinya. Bahwa
benar ahli dasar hukum pengaturan penulisan dan penggunaan gelar diatur
dalam Permendikbud No. 154 Tahun 2014 tentang Rumpun Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi Serta Gelar Lulusan Perguruan Tinggi. Bahwa benar ahli
berdasarkan aturan tersebut untuk magister dengan Prodi Manajamen maka
gelar yang seharusnya dipakai adalah M.M. Padahal fakta yang terungkap
dipersidangan, Saksi mengatakan tidak mengetahui secara pasti dan tidak
mampu menjelaskan apakah Keputusan Menteri RistekDikti Nomor: 257/M/
KPT/2017 tentang Namana Program Studi Pada Perguruan Tinggi Pada
9
Program Sarjana, Magister dan Doktor, dan Peraturan Menteri RistekDikti
Nomor 59 Tahun 2018 Tentang Ijazah, Sertifikat Kompetensi, Sertifikat Profesi,
Gelar dan Tata Cara Penulisan Gelar di Perguruan Tinggi, dapat diberlakukan
atau diterapkan terhadap Terdakwa. Saksi juga mengatakan bahwa dirinya
bukanlah ahli pidana, melainkan ahli validasi. Ahli juga mengatakan yang
seharusnya memberikan keterangan dalam perkara ini adalah ahli pidana
bukanlah dirinya (ahli validasi).
Jaksa Penuntut Umum telah membuat surat tuntutan dengan mendasarkan
pada suatu dalil-dalil yang tidak sesuai dengan fakta-fakta persidangan. Oleh karena
itu kami selaku Penasehat Hukum Terdakwa memohon kepada Majelis Hakim Yang
Mulia agar dapat meneliti fakta-fakta yang terdapat di persidangan dengan baik dan
teliti serta mengesampingkan keterangan yang dituliskan Jaksa Penuntut Umum
dalam surat tuntutannya, yang dibuat secara menyesatkan dan tidak profesional,
sehingga putusan yang dijatuhkan nantinya merupakan putusan yang seadil-adilnya.
Ketidakcermatan Penuntut Umum terlihat pada poin satu tuntutan penuntutan
umum yang menyatakan : Terdakwa RINI PRATIWI, terbukti secara sah dan
menyakinkan menurut hukum bersalah melakukan tindak pidana “Sistem Pendidikan
Nasional”, pada dakwaan tunggal Penuntut Umum yang diatur dalam Pasal 68 Ayat
(3) jo Pasal 21 Ayat (4) Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Seharusnya, penuntut umum menyatakan dengan jelas dan
tegas perbuatan apa yang didakwakan dan yang menjadi dasar tuntutan penuntut
umum, sehingga tidak bersifat ambigu dan multitafsir, dengan menyatakan
melakukan tindak pidana “Sistem Pendidikan Nasional”.
Selain itu, pada poin kedua Tuntutan Jaksa Penuntut Umum, menyatakan :
menjatuhkan pidana terhadap terdakwa RINI PRATIWI dengan pidana penjara
selama 1 (satu) ….. dst. Di sini terlihat ketidakcermatan Penuntut Umum dalam
menyusun Surat Tuntutan, sehingga menjadikan kabur tuntutan yang diajukan oleh
Penuntutan Umum, khususnya mengenai lamanya pemidanaan yang dituntut,
apakah 1 hari, 1 bulan atau 1 tahun.

IV. FAKTA-FAKTA DALAM PERSIDANGAN


A. KETERANGAN SAKSI-SAKSI
1. Saksi Samsudin Harahap, di bawah sumpah dan di depan Hakim
Pemeriksa perkara, menerangkan :
- Bahwa saksi adalah wakil ketua I pada organisasi PMII kota Tanjung
Pinang-Bintan berdasarkan Surat Keputusan pengurus besar Pergerakan
Mahasiswa Islam Nomor : 417.PB.-XIX.01.-334.A-1.10.2019, tertanggal 10
Oktober 2019 tentang susunan pengurus cabang Pergerakan Mahasiswa
Islam Indonesia Tanjung Pinang-Bintan masa khidmat 2019-2020;
- Bahwa saksi mengatakan bahwa saksi melaporkan RINI PRATIWI kepihak
Kepolisian terkait dugaan penggunaan ijazah palsu dan gelar palsu
berdasarkan pada sumber berita : batam.today.com. Selain itu, saksi juga
melakukan pengecekan melalui Forlap Dikti;
- Bahwa saksi mengatakan saksi memperoleh data-data dokumen
Terdakwa, yaitu ijazah Terdakwa dari seseorang yang bernama Ichsan
yang menurut saksi merupakan salah seorang anggota Partai Politik PKB.
Kemudian saksi bertanya kepada Sdr. Ichsan apa betul saudara Rini
Pratiwi menggunakan ijazah dan gelar palsu. Atas pertanyaan saksi
tersebut, Sdr. Ichan menjawab tidak tahu;

10
- Bahwa saksi mengatakan tidak mengetahui apakah ijazah S1 dan S2
Terdakwa asli atau palsu;
- Bahwa saksi mengatakan gelar MM.Pd., yang digunakan Terdakwa untuk
mendaftar sebagai Caleg DPRD Kota Tanjung Pinang diduga Palsu. Saksi
mengatakan, sepengetahuan saksi tidak ada gelar dengan singkatan
MM.Pd., bahkan saksi mengatakan gelar tersebut tidak pernah ada di
dunia ini.
- Bahwa saksi mengatakan gelar yang seharusnya digunakan oleh
Terdakwa adalah M.Pd.

2. Saksi Hj. Susanty, S.Ag., di bawah sumpah dan di depan Hakim Pemeriksa
perkara, menerangkan :
- Bahwa saksi adalah Komisioner divisi teknis penyelenggara kantor KPU
Kota Tanjungpinang sesuai dengan Surat Keputusan KPU kota
Tanjungpunang nomor 55/HK.03.01-KPT/2172/Kota/X/2018, tanggal 15
Oktober 2018 tentang Pembagian divisi anggota pemilihan umum kota
Tanjungpinang periode 2018-2023;
- Bahwa saksi mengatakan tugas dan tanggung jawab saksi selaku
komisioner teknis penyelenggara pada KPU Tanjungpinang adalah:
a. Penentuan daerah pemilihan dan alokasi kursi;
b. verifikasi partai politik dan DPD;
c. pencalonan peserta pemilu;
d. pemungutan perhitungan suara dan rekapitulasi perhitungan suara;
e. penetapan hasil dan pendokumentasian hasil-hasil pemilu dan
pemilihan;
f. pelaporan dan kampanye;
g. penggantian antar waktu anggota DPRD.
- Bahwa saksi mengatakan mengenal RINI PRATIWI, sejak mendaftarkan
diri sebagai calon anggota DPRD kota Tanjungpinang;
- Bahwa saksi mengatakan, benar bahwa RINI PRATIWI, MM.Pd
mendaftarkan diri sebagai Bacaleg dari partai PKB dapil 2 Kota
Tanjungpinang;
- Bahwa saksi mengatakan dalam mendaftarkan diri sebagai Bacaleg,
minimal tamatan SMA atau menggunakan ijazah SMA;
- Bahwa saksi mengatakan, pada saat melakukan pendaftaran gelar
Terdakwa adalah MM.Pd;
- Bahwa saksi mengatakan, pada saat verifikasi persyaratan calon hanya
melakukan pengecekan fisik persyaratan saja, tidak melakukan pengujian
keasliannya. Saksi mengatakan bahwa berdasarkan pengecekan dan
hasil verifikasi pada saat pendaftaran calon, Terdakwa RINI PRATIWI,
MM.Pd, telah memenuhi persyaratan.
- Bahwa saksi mengatakan, benar bahwa Terdakwa ada mengajukan
permohonan perubahan gelar pada namanya, yang awalnya M.Pd
menjadi MM.Pd. Terdakwa mengajukan perubahan gelar pada namanya
pada tanggal 19 September 2018, yang kemudian dituangkan di dalam
berita acara penyusunan DCT serta ada dibuatkan dokumentasinya;
- Bahwa saksi mengatakan, benar bahwa Terdakwa ditetapkan sebagai
calon anggota DPRD kota Tanjungpinang pada tanggal 10 Agustus 2019.
Adapun gelar yang digunakan oleh Terdakwa pada saat penetapan calon
anggota DPRD terpilih berdasarkan surat keputusan penetapan calon
11
anggota DPRD kota Tanjungpinang yang dikeluarkan KPU Kota
Tanjungpinang adalah MM.Pd;

3. Saksi William Hendri, S.H., di bawah sumpah dan di depan Hakim


Pemeriksa perkara, menerangkan :
- Bahwa saksi mengatakan, benar bahwa Jabatan saksi di Kantor KPU
Kota Tanjungpinang saat ini adalah sebagai Kasubbag Teknis Pemilu dan
Hubungan Partisipasi Masyarakat Sekretariat KPU Kota Tanjungpinang
berdasarkan Surat Keputusan Sekretaris KPU Kota Tanjungpinang
Nomor : 108/Kpts/Sesprov-031/2016, dan jabatan tersebut saksi emban
sejak tanggal 22 Agustus 2016;
- Bahwa saksi mengatakan, benar bahwa pada saat dilakukannya
pendaftaran Bakal Calon Legislatif (Bacaleg) DPRD kota Tanjungpinang
periode 2019-2024, saksi ditunjuk sebagai Ketua Kelompok Kerja (Pokja)
pendaftaran dan verifikasi Calon Anggota DPRD Kota Tanjungpinang
pada pemilu tahun 2019;
- Bahwa saksi mengatakan, dasar penunjukkan saksi sebagai Ketua
Kelompok Kerja pendaftaran dan verifikasi Calon Anggota DPRD Kota
Tanjungpinang adalah Surat Keputusan Sekretaris KPU Kota Tanjung
Pinang Nomor : 46/HK.03.2-Kpt/2172/Sek-kot/VI/2018 tanggal 12 Juni
2018, tentang Penetapan Kelompok Kerja Pendaftaran dan verifikasi
Calon Anggota DPRD Kota Tanjungpinang;
- Bahwa saksi mengatakan kenal dengan Terdakwa RINI PRATIWI;
- Bahwa saksi mengatakan benar Terdakwa RINI PRATIWI mendaftarkan
diri sebagai bakal calon anggota DPRD Kota Tanjungpinang dari Partai
PKB. Saksi mengatakan, pada saat verifikasi persyaratan calon hanya
melakukan pengecekan fisik persyaratan saja, tidak melakukan pengujian
keasliannya. Saksi mengatakan bahwa berdasarkan pengecekan dan
hasil verifikasi pada saat pendaftaran calon, Terdakwa RINI PRATIWI,
MM.Pd, telah memenuhi persyaratan.
- Bahwa saksi mengatakan, dari sejak pendaftaran sampai terbitnya daftar
calon sementara (DCS) pada tanggal 11 Agustus 2018, Terdakwa RINI
PRATIWI menggunakan singkatan Gelar M.Pd sesuai yang tercantum
pada Sistem Informasi Pencalonan (SILON);
- Bahwa saksi mengatakan, benar pada saat dilakukannya klarifikasi
penyusunan Rancangan Daftar Calon Tetap (DCT ) anggota DPRD Kota
Tanjungpinang yang dilaksanakan pada tanggal 14 s.d 19 September
2018 oleh KPU Kota Tanjungpinang, RINI PRATIWI ada mengajukan
permintaan secara lisan dari RINI PRATIWI kepada Panitia Pokja dan
Operator SILON KPU Kota Tanjungpinang untuk merubah Gelar yang
tercantum dibelakang namanya, yang awalnya M.Pd kemudian diubah
menjadi MM.Pd. Terdakwa RINI PRATIWI menjelaskan bahwa singkatan
gelar akademik yang dimilikinya adalah MM.Pd dan bukan M.Pd.
Berdasarkan pada permintaan dari RINI PRATIWI tersebut, Operator
kemudian merubah singkatan Gelar Akademik yang ada dalam
rancangan DCT, dari M.Pd menjadi MM.Pd;
- Bahwa saksi mengatakan, berdasarkan adanya permintaan tersebut, KPU
Kota Tanjungpinang kemudian menetapkan DCT anggota DPRD Kota
Tanjungpinang Partai PKB untuk Dapil 2 Kecamatan Tanjungpinang
Timur pada tanggal 20 september 2020 yang ditandatangani oleh

12
Komisioner KPU Kota Tanjungpinang, yaitu : Saudara Aswin Nasution
selaku Ketua, juga Hj. Susanty selaku anggota dan M. Hafidz Diwa
Prayoga selaku anggota. Dalam DCT Partai PKB untuk Dapil 2
Kecamatan Tanjungpinang Timur tercantum nama lengkap RINI
PRATIWI, MM.Pd;
- Bahwa saksi mengatakan, benar bahwa Terdakwa ditetapkan sebagai
calon anggota DPRD kota Tanjungpinang pada tanggal 10 Agustus 2019.
Adapun gelar yang digunakan oleh Terdakwa pada saat penetapan calon
anggota DPRD terpilih berdasarkan surat keputusan penetapan calon
anggota DPRD kota Tanjungpinang yang dikeluarkan KPU Kota
Tanjungpinang adalah MM.Pd.

4. Saksi Pandi Harahap Simangunsong, di bawah sumpah dan di depan


Hakim Pemeriksa perkara, menerangkan :
- Bahwa saksi adalah sebagai saksi pelapor, dalam hal ini kedudukannya
sebagai Ketua pada organisasi PMII kota Tanjung Pinang-Bintan
berdasarkan Surat Keputusan pengurus besar Pergerakan Mahasiswa
Islam Nomor : 417.PB.-XIX.01.-334.A-1.10.2019, tertanggal 10 Oktober
2019 tentang susunan pengurus cabang Pergerakan Mahasiswa Islam
Indonesia Tanjung Pinang-Bintan masa khidmat 2019-2020;
- Bahwa saksi mengatakan dasar laporan saksi dan kawan-kawan ke pihak
kepolisian adalah adanya dugaan penggunaan Ijazah S1 dan S2 yang
digunakan Terdakwa;
- Bahwa saksi mengatakan mengetahui bahwa Terdakwa telah
menggunakan ijazah dan gelar palsu dari sumber berita media.online dan
juga penelusuran melalui Forlap.Dikti;
- Bahwa saksi mengatakan pernah mensurati Kemmendikbud dan LLDIKTI
III, untuk mengkonfirmasi mengenai ijazah terdakwa. Namun, saksi
mengatakan tidak mendapatkan balasan atas surat yang telah
disampaikannya tersebut;
- Bahwa saksi mengatakan tidak pernah melihat langsung ijazah asli
Terdakwa, baik itu ijazah S1 maupun ijazah S2 terdakwa, sehingga saksi
tidak mengetahui bentuk dari ijazah asli terdakwa;
- Bahwa saksi mengatakan, berdasarkan penelusuran melalui Forlap.Dikti,
diduga ijazah S1 dan S2 dan gelar yang digunakan Terdakwa adalah
Palsu, karena tidak terdaftar di Forlap.Dikti.
- Bahwa saksi juga menyebutkan bahwa tidak mengatakan ijazah
Terdakwa Palsu, tapi Terdakwa dikeluarkan;
- Bahwa saksi mengatakan, menurut pengetahuan saksi untuk penulisan
gelar S2 Pendidikan adalah M.Pd, sedangkan yang digunakan oleh Rini
Pratiwi adalah MM.Pd;

5. Saksi Prof. Dian Armanto, M.Sc, P.hD, di bawah sumpah dan di depan
Hakim Pemeriksa perkara, menerangkan :
- Bahwa saksi mengatakan, benar bahwa saksi diangkat menjadi Kepala
LLDIKTI (Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi) Wilayah I Sumatera Utara
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Riset Teknologi Dan Pendidikan
Tinggi No. 214/MPK.A4/KP/2012 tentang Pengangakatan Sebagai Kepala
LLDIKTI Wilayah 1 di Medan, periode 2018-2020.
- Bahwa saksi mengatakan awalnya data Rini Pratiwi (terdakwa) tidak
terdaftar di Forlap Dikti, namun belakangan ada perubahan di tahun 2020,
13
di mana data Rini Pratiwi kemudian terdaftar di Forlap.Dikti. Akan tetapi
terdapat perbedaan, di mana dalam Forlap Dikti dinyatakan lulus tanggal
9 Juli, sedangkan di ijazah tanggal 16 Juli. Bahwa saksi menyatakan tidak
mengetahui pasti bagaimana terjadinya perubahan tersebut.
- Bahwa saksi mengatakan yang berwenang untuk mendaftarkan data
mahasiswa ke Forlap.Dikti adalah pihak Perguruan Tinggi, bukanlah
mahasiswa.
- Bahwa saksi mengatakan benar bahwa ijazah S1 (strata satu) Terdakwa
adalah asli;
- Bahwa saksi mengatakan pernah mendengar gelar MM.Pd, namun gelar
tersebut tidak pernah digunakan;
- Bahwa menurut Saksi berdasarkan Keputusan Menteri ResDikti Nomor :
257/M/KPT/2017 dan Peraturan Menteri RistekDikti Nomor 59 Tahun
2018 tentang Ijazah, Sertifikat Kompetensi, Sertifikat Profesi, Gelar dan
Tata Cara Penulis Gelar di Perguruan Tinggi, serta Peraturan Pemerintah
Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Pendidikan, gelar yang seharusnya digunakan Terdakwa adalah M.M.,
bukanlah MM.Pd.
- Bahwa saksi mengatakan tidak mengetahui adanya ketentuan mengenai
tata cara penulisan gelar pada ijazah, yang diatur dalam Peraturan
Menteri RistekDikti Nomor 59 Tahun 2018 tentang Ijazah, Sertifikat
Kompetensi, Sertifikat Profesi, Gelar dan Tata Cara Penulis Gelar di
Perguruan Tinggi;
- Bahwa saksi mengatakan untuk Universitas Juang 45 bukanlah
merupakan wilayah administratif atau wilayah kewenangan LLDIKTI
Wilayah 1 yang dipimpinnya.

6. Saksi Ramli. S.Son Bin Bandu, di bawah sumpah dan di depan Hakim
Pemeriksa perkara, menerangkan :
- Bahwa saksi adalah salah seorang guru yang mengajar di sekolah MTS
Madani Bintan;
- Bahwa saksi pernah mengeluarkan surat keterangan Nomor : Mts.
3201/PP/01.02/018/2020, tanggal 18 Maret 2020 atas permintaan dari
pengurus Pergerakan Mahasiswa Islam yang inti surat tersebut
menyatakan terdakwa Rini Pratiwi pernah menjadi tenaga pengajar/guru
di sekolah MTS Madani Bintan tahun 2009 s/d 2012;
- Bahwa saksi mengatakan Rini Pratiwi adalah tenaga hononer atau guru
honor di sekolah MTS Madani Bintan tahun 2009 s/d 2013.
Kedudukannya sebagai guru Honorer, Rini Pratiwi tidak terikat dengan
yayasan, sebab Rini Pratiwi bukanlah guru tetap;
- Bahwa saksi mengatakan tidak mengetahui bahwa Terdakwa ada kuliah
keluar atau tidak;
- Bahwa saksi juga tidak mengetahui apakah terdakwa ada meminta izin
izin kuliah, saat mengajar terdakwa hanya 4 (empat) jam dalam sehari
saat mengajar di MTS dan hanya mengajar kelas VII (tujuh);
- Bahwa saksi mengatakan proses belajar mengajar di sekolah MTS
Madani Bintan dilakukan mulai hari senin-sabtu;
- Bahwa saksi mengatakan Rini Pratiwi tidak pernah masuk pada setiap
hari sabtu, namun saksi tidak mengetahui alasannya;

14
7. Saksi Sardjono, di bawah sumpah dan di depan Hakim Pemeriksa perkara,
menerangkan :
- Bahwa saksi adalah sebagai saksi pelapor, dalam hal ini kedudukannya
sebagai Wakil Ketua I pada organisasi PMII kota Tanjung Pinang-Bintan
berdasarkan Surat Keputusan pengurus besar Pergerakan Mahasiswa
Islam Nomor : 417.PB.-XIX.01.-334.A-1.10.2019, tertanggal 10 Oktober
2019 tentang susunan pengurus cabang Pergerakan Mahasiswa Islam
Indonesia Tanjung Pinang-Bintan masa khidmat 2019-2020;
- Bahwa saksi mengatakan dasar laporan saksi dan kawan-kawan ke pihak
kepolisian adalah adanya dugaan penggunaan Ijazah S1 dan S2 yang
digunakan Terdakwa bersumber dari berita media.online “Kasat Belum
Ada Menerima Laporan Pengunaan Ijazah Bodong”.
- Bahwa saksi juga melakukan penelusuran melalui Forlap.Dikti, diduga
ijazah S1 terdakwa adalah Palsu.
- Bahwa saksi mengatakan, saksi juga mendapatkan informasi bahwa
ijazah dan gelar dari terdakwa adalah Palsu dari salah seorang Politikus
partai politik PKB, yang oleh saksi tidak dapat disebutkan namanya.
- Bahwa saksi mengatakan tidak pernah mengkonfirmasi pihak kampus
(perguruan tinggi), baik itu pihak Stie Pelita Bangsa maupun Unjuang 45;
- Bahwa saksi mengatakan tidak pernah melihat langsung ijazah asli
Terdakwa, baik itu ijazah S1 maupun ijazah S2 terdakwa;
- Bahwa saksi mengatakan tidak bisa membedakan dan membandingkan
mana ijazah yang asli dan palsu;
- Bahwa saksi mengatakan gelar yang seharusnya digunakan Terdakwa
adalah M. Pd;
- Bahwa saksi mengatakan tidak mengetahui perbedaan antara gelar
akademiki dan singkatan gelar;
- Bahwa saksi mengatakan tidak mengetahui perbedaan antara gelar M. Pd
dan M.MPd. Sehingga saksi mengatakan “Bingung” apa sebenarnya gelar
yang seharusnya digunakan Terdakwa.

8. Saksi Dr. Ir. R. Soesetyo Soetadji, M.M., di bawah sumpah dan di depan
Hakim Pemeriksa perkara, menerangkan :
- Bahwa saksi adalah rektor Universitas Juang 45 dan menjabat sejak
tahun 2014 s/d Desember 2020;
- Bahwa saksi mengenal Terdakwa dan pernah bertemu dengan Terdakwa;
- Bahwa saksi mengatakan terdakwa pernah berkuliah langsung di
Universitas Kejuangan 45 Jakarta;
- Bahwa Saksi menjelaskan Prodi yang terdapat di Universitas Kejuangan
45 ada 9 (sembilan) prodi untuk program strata satu (S1) dan untuk
program strata 2 (S2) hanya terdapat 1 (satu) prodi, yaitu prodi
manajemen. Prodi manajemen sudah ada sejak tahun 2014, yang salah
satunya termasuk konsentrasi pendidikan;
- Bahwa saksi mengatakan di dalam menandatangani ijazah terlebih
dahulu Direktur kemudian baru tanda tangan Rektor;
- Bahwa saksi menyatakan bahwa benar saksi mengeluarkan Surat
Keterangan No : 004/KT/RUK45/III/20 tanggal 4 Maret 2020;
- Bahwa menurut saksi gelar yang digunakan untuk register manajemen di
singkat dengan M.M tidak ada yang menggunakan gelar MM.Pd;
- Bahwa menurut saksi tentang singkatan gelar pada ijazah sesuai dengan
apa yang tertulis;
15
- Bahwa saksi mengatakan tidak mengetahui kalau pada ijazah Terdakwa
tidak terdapat singkatan gelar, saksi lupa pernah melihat ijazah terdakwa;
- Bahwa saksi mengatakan orang yang berkompeten untuk penulisan gelar
dan singkatan gelar pada ijazah adalah Direktur Pasca Sarjana
Universitas Kejuangan 45 Jakarta;
- Bahwa saksi mengatakan ijazah milik terdakwa adalah asli, dan saksi
mengakui bahwa saksi telah menandatangani ijazah itu;
- Bahwa saksi mengatakan bahwa Universitas kejuangan 45 Jakarta pada
bulan Desember sudah tutup dengan Surat Keputusan Menteri tentang
izin operasi sementara dicabut;
- Saksi tidak mengetahui dakwaan dari JPU tentang kesalahan singkatan
gelar;

B. KETERANGAN SAKSI A DE CHARGE


9. Saksi Husni, di bawah sumpah dan di depan Hakim Pemeriksa perkara,
menerangkan :
- Bahwa benar saksi adalah sekretaris Rektor Universitas Kejuangan 45
Jakarta pada tahun 2016 s.d 2020;
- Bahwa saksi mengenal terdakwa, dan saksi juga mendampingi Terdakwa
untuk menemui Rektor;
- Bahwa saksi pernah melihat di pangkalan Dikti, bahwa nama terdakwa
terdaftar sebagai mahasiswa Universitas Juang 45 Jakarta ;
- Bahwa saksi mengatakan pernah melihat ijazah Terdakwa;
- Bahwa saksi menyatakan bahwa gelar MMPd ada, dan saksi juga
mengakui bahwa gelar yang digunakannya adalah MMPd;
- Bahwa saksi menyatakan program studi saksi berbeda dengan terdakwa;

10. Saksi Ali Fatoni, di bawah sumpah dan di depan Hakim Pemeriksa perkara,
menerangkan :
- Bahwa saksi adalah operator Partai PKB Tanjung Pinang;
- Bahwa benar pada saat menginput data Terdakwa ke dalam sisyem
pendaftaran calon legislatif (SILON), saksi menulis nama terdakwa
dengan menggunakan gelar M.Pd., karena di dalam ijazah terdakwa tidak
terdapat singkatan gelar;
- Bahwa setelah dilakukannya input data, Terdakwa ada mengkonfirmasi
saksi, dan menyatakan bahwa gelar yang tercantum pada nama terdakwa
yang telah diinput oleh saksi itu adalah salah, terdakwa menyatakan
bahwa gelarnya adalah M. MPd;
- Bahwa setelah terdakwa mengkonfirmasi saksi, kemudian saksi
melaporkannnya ke KPU dan dilakukan perubahan atas gelar terdakwa;

C. KETERANGAN AHLI
Taupiq Alamsyah, S.H, di bawah sumpah dan di depan Hakim Pemeriksa
perkara, pada pokoknya menerangkan sebagai berikut:
- Bahwa benar ahli bekerja di LLDIKTI Wilayah III;
- Bahwa ahli menyatakan gelar untuk pendidikan strata 2 (S2) prodi
manajemen adalah M.M, bukanlah MM.Pd;
- Bahwa dasar yang menjadi peraturan penulisan gelar adalah Peraturan
Pemerintah Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaran Pendidikan
16
Tinggi Dan Pengelolaan Pendidikan Tinggi, Keputusan Menteri RistekDikti
Nomor : 257/M/KPT/2017 tentang Nama Program Studi Pada Perguruan
Tinggi Pada Program Sarjana, Magister dan Doktor, dan Peraturan Menteri
RistekDikti Nomor 59 Tahun 2018 Tentang Ijazah, Sertifikat Kompetensi,
Sertifikat Profesi, Gelar dan Tata Cara Penulisan Gelar di Perguruan Tinggi;
- Bahwa saksi mengatakan tidak mengetahui secara pasti dan tidak mampu
menjelaskan apakah Keputusan Menteri RistekDikti Nomor: 257/M/
KPT/2017 tentang Namana Program Studi Pada Perguruan Tinggi Pada
Program Sarjana, Magister dan Doktor, dan Peraturan Menteri RistekDikti
Nomor 59 Tahun 2018 Tentang Ijazah, Sertifikat Kompetensi, Sertifikat
Profesi, Gelar dan Tata Cara Penulisan Gelar di Perguruan Tinggi, dapat
diberlakukan atau diterapkan terhadap Terdakwa;
- Bahwa saksi mengatakan bahwa dirinya bukanlah ahli pidana, melainkan
ahli validasi. Ahli juga mengatakan bahwa yang seharusnya memberikan
keterangan dalam adalah ahli pidana bukanlah dirinya (ahli validasi);
- Bahwa saksi juga menjelaskan tentang pengaturan penulisan gelar yang
diatur dalam Permendikbud No. 154 Tahun 2014 tentang Rumpun Ilmu
Pengetahuan Dan Teknologi Serta Gelar Lulusan Perguruan Tinggi. Dalam
Permendikbud tersebut diatur tentang tata cara penulisan gelar untuk prodi
manegemen, yaitu M.M.

D. KETERANGAN TERDAKWA
RINI PRATIWI, perempuan lahir di Kijang, 11 Mei 1990, Pekerjaan Anggota
DPRD Kota Tanjungpinang, Kewarganegaraan Indonesia, Agama Islam,
Alamat Jl. Cemara Kp. Sidomukit No. 24 RT005/RW008, Kelurahan Pinang
Kencana Kota Tanjung Pinang, pada pokoknya memberikan keterangan
sebagai berikut:

- Bahwa Terdakwa, pada saat ingin kuliah di Universitas Kejuangan 45


Jakarta menemui Muhammad Arfa sebagai koordinator di kota Batam, dan
terdakwa menemui sdr. Muhammad Arfa untuk yang berdomisili di kota
batam untuk mendapatkan informasi tentang pendaftaran S2 Di Universitas
Kejuangan 45 Jakarta;
- Bahwa benar Terdakwa, untuk dalam proses pendaftaran dilakukan
terdakwa sebagai mahasiswi dilakukan secara langsung ke Universitas
Kejuangan 45 Jakarta, dan mendaftarkan diri sebagai mahasiswi program
manajemen dengan konsentrasi manajemen pendidikan dengan sistem atau
pola perkuliahan tata muka;
- Bahwa benar, masa perkuliahan yang dijalani oleh Terdakwa selama 3 (tiga)
semester, yaitu selama 1 (satu) tahun 8 (delapan) bulan dengan rutin, jika
tidak ada jadwal tatap muka, maka pihak kampus memberikan tugas-tugas
untuk pemadatan mata kuliah;
- Bahwa Terdakwa, menyebutkan bahwa selama mengikuti perkuliahan
jumlah SKS yang harus diselesaikan sebanyak 40 SKS;
- Bahwa Terdakwa, mengatakan jumlah mahasiswa pada tiap-tiap kelas
berbeda-beda, yaitu : sekitar 10 sampai 12 orang. Bahwa Terdakwa tidak
ingat beberapa teman semasa kuliahnya yang berhasil menyelesaikan
perkuliahan, karena ada beberapa orang yang tidak selesai, bahkan ada
juga yang meninggal 1 (satu) orang. Salah seorang teman kuliah terdakwa
yang berhasil menyelesaikan perkuliahan adalah Saudari Ratna Sari Dewi,

17
yang ketika itu masih berstatus sebagai Kepala sekolah di salah satu
sekolah swasta di Kota Batam dan Irwansyah (anggota DPRD Prov. Kepri);
- Bahwa Terdakwa menyatakan pada saat perkuliahan berlangsung,
Terdakwa sedang hamil, sehingga tidak mengikuti perkuliahan tatap muka
secara rutin di kampus Jakarta, untuk menutupi materi perkuliahan yang
tertinggal, Terdakwa kemudian dibebani tugas-tugas oleh dosen mata
kuliah;
- Bahwa Terdakwa mengatakan pada saat penulisan Tesis, Terdakwa
dibimbing oleh Dosen pembimbing yang bernama Prof. Sumarno;
- Bahwa Terdakwa, mengatakan benar pada saat melakukan pendaftaran
sebagai bakal calon legislatif di Kantor KPU Kota Tanjungpinang
menggunakan Gelar Akademik dan ijazah S2 dari Universitas Kejuangan 45
Jakarta, dan ketika pengisian formulir Bacaleg menuliskan singkatan gelar
akademik dengan singkatan MM.Pd;
- Bahwa Terdakwa, sempat mengajar sebagai dosen di salah satu sekolah
tinggi dan mendapatkan NIDN sebagai Dosen di sekolah tinggi tersebut.
Bahwa pada saat proses pengurusan NIDN Dosen, terdakwa juga
menggunakan singkatan gelar akademik MM.Pd, dan tidak ada masalah
dalam proses validiasi data, sampai NIDN Dosen terdakwa dikeluarkan dan
bisa dipergunakan.
- Bahwa terdakwa menyatakan, Surat Keterangan yang diperoleh dari Rektor
Universitas Kejuangan 45 Jakarta adalah atas permintaan terdakwa sendiri
untuk memperoleh kebenaran dan kejelasan Terdakwa sebagai Lulusan
(Alumni) dari Universitas Kejuangan 45 Jakarta, serta mendapatkan
kejelasan mengenai Singkatan Gelar Akademik terdakwa, yang berdasarkan
surat keterangan Rektor Universitas Kejuangan 45 Jakarta bahwa Singkatan
Gelar Akademik terdakwa adalah M.M;
- Bahwa benar terdakwa tidak mengetahui bahwa Singkatan Gelar Akademik
yang seharusnya adalah M.M., karena tidak dalam ijazah tidak ada tertulis
singkatan gelar akademik;
- Bahwa terdakwa, menyatakan menyesal saat mengetahui bahwa singkatan
gelar akademik yang selama ini digunakannya salah.

V. TANGGAPAN ATAS FAKTA YANG TERUNGKAP DI PERSIDANGAN


A. Tanggapan Atas Keterangan Saksi-Saksi :
1. Tanggapan atas keterangan Saksi Samsudin Harahap.
Bahwa saksi mengatakan dasar saksi melaporkan RINI PRATIWI kepihak
Kepolisian adalah terkait dugaan penggunaan ijazah palsu dan gelar palsu
berdasarkan pada sumber berita : batam.today.com. Selain itu, saksi juga
melakukan pengecekan melalui Forlap Dikti. Di mana saksi dan kawan-
kawan saksi yang tergabung dalam Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
memperoleh data-data dokumen Terdakwa, yaitu ijazah Terdakwa dari
seseorang yang bernama Ichsan yang menurut saksi merupakan salah
seorang anggota Partai Politik PKB. Namun, saksi mengatakan tidak
mengetahui apakah ijazah S1 dan S2 Terdakwa asli atau palsu. Selanjutnya,
saksi mengatakan gelar MM.Pd., yang digunakan Terdakwa untuk
mendaftar sebagai Caleg DPRD Kota Tanjung Pinang diduga Palsu. Saksi
mengatakan, sepengetahuan saksi tidak ada gelar dengan singkatan

18
MM.Pd., bahkan saksi mengatakan gelar tersebut tidak pernah ada di dunia
ini. Adapun gelar yang seharusnya digunakan oleh Terdakwa adalah M.Pd.

Bahwa berdasarkan keterangan saksi yang terungkap dipersidangan, terlihat


bahwa dasar pelaporan saksi tidaklah memiliki dasar hukum yang kuat dan
memiliki kekuatan yang mengikat sebagai salah satu alat bukti. Pada saat
melaporkan Terdakwa saksi ke Kepolisian, saksi membuat laporan bahwa
Terdakwa telah menggunakan Ijazah palsu, yaitu Ijazah S1 dan S2 dari
Terdakwa dan menggunakan gelar Palsu. Akan tetapi, pada saat di
persidangan saksi mengatakan bahwa saksi tidak mengetahui apakah ijazah
terdakwa asli atau palsu. Demikian juga gelar yang seharusnya digunakan
oleh Terdakwa, saksi menyatakan bahwa gelar yang seharusnya digunakan
terdakwa adalah M.Pd. Padahal, berdasarkan Surat Keterangan Rektor
Universitas Kejuangan 45 Jakarta, seharusnya gelar yang digunakan oleh
Terdakwa adalah M.M. Jadi sebenarnya, saksi dalam hal melaporkan
Terdakwa tidaklah memiliki dasar bukti yang kuat, dan hanya menduga-duga
saja. Sehingga maksud dari pelaporan tersebut menjadi tidak memiliki dasar
hukum yang kuat, bahkan terkesan mengada-ada dan diada-adakan, untuk
memenuhi suatu kepentingan yang terselubung.

Bahwa keterangan dari saksi di atas, sama sekali tidak memiliki kekuatan
sebagai suatu alat bukti. Kalaupun ada, maka keterangan saksi Samsudin
Harahap tidak satupun menunjukkan fakta hukum tentang apa yang
dituduhkan terhadap Terdakwa, yaitu menggunakan ijazah dan gelar palsu.

2. Tanggapan Saksi Hj. Susanty, S.Ag


Bahwa saksi mengatakan, benar bahwa Terdakwa ada mengajukan
permohonan perubahan gelar pada namanya, yang awalnya M.Pd menjadi
MM.Pd. Terdakwa mengajukan perubahan gelar pada namanya pada
tanggal 19 September 2018, yang kemudian dituangkan di dalam berita
acara penyusunan DCT serta ada dibuatkan dokumentasinya. Selanjutnya,
saksi mengatakan, benar bahwa Terdakwa ditetapkan sebagai calon
anggota DPRD kota Tanjungpinang pada tanggal 10 Agustus 2019. Adapun
gelar yang digunakan oleh Terdakwa pada saat penetapan calon anggota
DPRD terpilih berdasarkan surat keputusan penetapan calon anggota DPRD
kota Tanjungpinang yang dikeluarkan KPU Kota Tanjungpinang adalah
MM.Pd.

Keterangan saksi Hj. Susanty, S.Ag, sebagian besar menjelaskan tentang


tupoksi sebagai anggota Komisioner KPU Kota Tanjungpinang. Kalaupun
ada yang berkaitan dengan perkara yang sedang dihadapi oleh Terdakwa,
adalah menjelaskan bahwa sejak awal Terdakwa telah menggunakan gelar
MM.Pd, tidak pernah merubah-rubah gelarnya. Adapun permintaan
perubahan gelar dibelakang nama terdakwa, dilakukan karena terjadinya
kesalahan yang dilakukan oleh operator SILON partai PKB dan menginput
data pada SILON KPU.

3. Tanggapan Saksi William Hendri, S.H.,

19
Bahwa saksi mengatakan, dari sejak pendaftaran sampai terbitnya daftar
calon sementara (DCS) pada tanggal 11 Agustus 2018, Terdakwa RINI
PRATIWI menggunakan singkatan Gelar M.Pd sesuai yang tercantum pada
Sistem Informasi Pencalonan (SILON). Kemudian pada saat dilakukannya
klarifikasi penyusunan Rancangan Daftar Calon Tetap (DCT ) anggota
DPRD Kota Tanjungpinang yang dilaksanakan pada tanggal 14 s.d 19
September 2018 oleh KPU Kota Tanjungpinang, RINI PRATIWI ada
mengajukan permintaan secara lisan dari RINI PRATIWI kepada Panitia
Pokja dan Operator SILON KPU Kota Tanjungpinang untuk merubah Gelar
yang tercantum dibelakang namanya, yang awalnya M.Pd kemudian diubah
menjadi MM.Pd. Terdakwa RINI PRATIWI menjelaskan bahwa singkatan
gelar akademik yang dimilikinya adalah MM.Pd dan bukan M.Pd.
Berdasarkan pada permintaan dari RINI PRATIWI tersebut, Operator
kemudian merubah singkatan Gelar Akademik yang ada dalam rancangan
DCT, dari M.Pd menjadi MM.Pd. Berdasarkan adanya permintaan tersebut,
KPU Kota Tanjungpinang kemudian menetapkan DCT anggota DPRD Kota
Tanjungpinang Partai PKB untuk Dapil 2 Kecamatan Tanjungpinang Timur
pada tanggal 20 september 2020 yang ditandatangani oleh Komisioner KPU
Kota Tanjungpinang, yaitu : Saudara Aswin Nasution selaku Ketua, juga Hj.
Susanty selaku anggota dan M. Hafidz Diwa Prayoga selaku anggota.
Dalam DCT Partai PKB untuk Dapil 2 Kecamatan Tanjungpinang Timur
tercantum nama lengkap RINI PRATIWI, MM.Pd. Sehingga, pada saat
ditetapkan sebagai calon anggota DPRD kota Tanjungpinang pada tanggal
10 Agustus 2019, gelar yang digunakan oleh Terdakwa pada saat
penetapan calon anggota DPRD terpilih berdasarkan surat keputusan
penetapan calon anggota DPRD kota Tanjungpinang yang dikeluarkan KPU
Kota Tanjungpinang adalah MM.Pd.

4. Tanggapan Saksi Pandi Harahap Simangunsong.


Bahwa saksi mengatakan mengetahui bahwa Terdakwa telah menggunakan
ijazah dan gelar palsu dari sumber berita media.online dan juga penelusuran
melalui Forlap.Dikti. Saksi mengatakan tidak pernah melihat langsung ijazah
asli Terdakwa, baik itu ijazah S1 maupun ijazah S2 terdakwa, sehingga
saksi tidak mengetahui bentuk dari ijazah asli terdakwa. Saksi mengatakan,
berdasarkan penelusuran melalui Forlap.Dikti, diduga ijazah S1 dan S2 dan
gelar yang digunakan Terdakwa adalah Palsu, karena tidak terdaftar di
Forlap.Dikti. Saksi juga menyebutkan bahwa tidak mengatakan ijazah
Terdakwa Palsu, tetapi Terdakwa dikeluarkan. Menurut saksi, untuk
penulisan gelar S2 Pendidikan adalah M.Pd, sedangkan yang digunakan
oleh Rini Pratiwi adalah MM.Pd.

Bahwa keterangan saksi tersebut di atas menunjukkan ketidakkonsistenan


dari saksi sebagai pelapor dalam perkara ini. Juga menunjukkan bahwa
saksi tidak memahami apa yang sebenarnya dilaporkannya. Saksi
mengatakan bahwa ijazah S1 dan S2 dari Terdakwa adalah palsu, tetapi
saksi sama sekali belum pernah melihat ijazah asli dari Terdakwa.
Berdasarkan logik hukum, maka mana mungkin saksi dapat menyatakan
ijazah milik Terdakwa adalah Palsu, sementara saksi sendiri sama sekali
tidak pernah melihat ijazah asli Terdakwa. Untuk mendapat kepastian
apakah suatu ijazah palsu atau asli, maka dibutuhkan adanya perbandingan

20
antara ijazah asli yang dikeluarkan oleh pihak perguruan tinggi degan ijazah
seseorang yang diduga palsu atau dipalsukan. Oleh karena itu, pihak yang
paling berkompeten dalam hal menyatakan asli tidaknya suatu ijazah adalah
perguruan tinggi. Ataupun pihak Laboratorium Forensik Kepolisian, yang
tentunya didasari pada perbandingan dengan ijazah yang asli.

Saksi juga mengatakan bahwa gelar yang seharusnya digunakan oleh


Terdakwa adalah M.Pd. Pernyataan saksi tersebut menunjukkan bahwa
saksi telah terjebak dengan keadaan yang sesungguhnya tidak dipahami
oleh saksi sendiri, yaitu adanya perubahan gelar oleh Terdakwa pada saat
penetapan Daftar Calon Tetap anggota DPRD Kota Tanjungpinang pada
saat KPU Kota Tanjungpinang melakukan klarifikasi DCT. Saksi mengira
bahwa Terdakwa telah merubah-rubah gelarnya, sehingga gelar yang
digunakan oleh Terdakwa adalah Palsu. Jika menurut saksi saksi gelar yang
seharusnya digunakan terdakwa adalah M.Pd, maka justeru saksi telah
mengarahkan Terdakwa untuk menggunakan gelar palsu, yaitu gelar yang
tidak sesuai dengan gelar akademik dan singkatan gelar akademik yang
dikeluarkan oleh perguruan tingginya. Karena program studi yang diikuti oleh
Terdakwa bukanlah program studi magister pendidikan, melainkan program
studi manajemen dengan konsentrasi pendidikan.

Dengan alasan tersebut di atas, maka keterangan yang disampaikan oleh


saksi Pandi Harahap Simangunsong sama sekali tidak memiliki kekuatan
sebagai salah satu alat bukti. Kalaupun ada, keterangan saksi tidak
menunjukkan duduk persoalan yang sebenarnya, yaitu kebenaran materiil
terkait dengan apa yang telah disangkakan dan dituduhkan kepada
Terdakwa, yaitu menggunakan ijazah dan gelar palsu.

5. Tanggapan Saksi Prof. Dian Armanto, M.Sc, P.hD,


Bahwa menurut Saksi berdasarkan Keputusan Menteri ResDikti Nomor :
257/M/KPT/2017 dan Peraturan Menteri RistekDikti Nomor 59 Tahun 2018
tentang Ijazah, Sertifikat Kompetensi, Sertifikat Profesi, Gelar dan Tata Cara
Penulis Gelar di Perguruan Tinggi, serta Peraturan Pemerintah Nomor 17
Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, gelar
yang seharusnya digunakan Terdakwa adalah M.M., bukanlah MM.Pd.
Namun saksi tidak mengetahui tentang tata cara penulisan gelar pada ijazah
yang benar dan baik, sesuai dengan ketentuan Pasal 5 Ayat (2) huruf k
Peraturan Menteri RistekDikti Nomor 59 Tahun 2018 tentang Ijazah,
Sertifikat Kompetensi, Sertifikat Profesi, Gelar dan Tata Cara Penulis Gelar
di Perguruan Tinggi, yang mana Permen RistekDikti tersebut dijadikan oleh
saksi sebagai dasar untuk menyatakan terdakwa telah melanggar Pasal 21
ayat (4) jo Pasal 68 Ayat (3) Undang-Undang SISDIKNAS. (vide, BAP Saksi
Prof. Dian Armanto, M.Sc, P.hD, halaman 12 Nomor 37).

Saksi mengatakan untuk Universitas Juang 45 bukanlah merupakan wilayah


administratif atau kewenangan LLDIKTI Wilayah 1 Sumatera Utara. Artinya,
bahwa saksi tidaklah mempunyai kapasitas sebagai saksi untuk
menjelaskan dan menerangkan keadaan yang terjadi di Universitas
Kejuangan 45 Jakarta, terlebih lagi menjelaskan tentang keabsahan gelar
yang digunakan oleh Terdakwa. Sebab, kedudukan saksi adalah saksi fakta,

21
sehingga saksi hanya berkompetensi untuk menjelaskan dan menerangkan
fakta-fakta yang berkaitan dengan ijazah S1 (strata satu) terdakwa yang
diperoleh dari Stie Pelita Bangsa, yang merupakan bagian wilayah
kewenangan pengawasan LLDIKTI WILayah 1 Sumatera Utara dan menjadi
tanggung jawab dari saksi selaku Ketua LLDIKTI WILayah 1 Sumatera
Utara.

Dengan alasan tersebut di atas, bahwa keterangan saksi sangat tidak


mendasar dan mempunyai kekuatan sebagai salah satu alat bukti. Sebab,
kedudukan saksi sebagai saksi fakta, bukanlah saksi ahli. Oleh karena itu,
sebagai saksi fakta, maka saksi tidaklah dapat berpendapat tentang hukum
terkait dengan perkara ini, melainkan hanya menjelaskan fakta-fakta yang
diketahui, didengar dan dilihatnya saja. Pernyataan saksi menyangkut
tentang Gelar Akademik S2 Terdakwa tidaklah dalam kompetensi saksi
sebagai saksi fakta untuk menjelaskan hal tersebut, karena Universitas
Kejuangan 45 Jakarta bukanlah menjadi kewenangan dari LLDIKTI Wilayah
1 Sumatera Utara yang saat itu dikepalai oleh Saksi (Prof. Dian Armanto,
M.Sc, P.hD).

6. Tanggapan Saksi Ramli. S.Son Bin Bandu.


Bahwa saksi pernah mengeluarkan surat keterangan Nomor : Mts.
3201/PP/01.02/018/2020, tanggal 18 Maret 2020 atas permintaan dari
pengurus Pergerakan Mahasiswa Islam yang inti surat tersebut menyatakan
terdakwa Rini Pratiwi pernah menjadi tenaga pengajar/guru di sekolah MTS
Madani Bintan tahun 2009 s/d 2012. Saksi mengatakan Rini Pratiwi adalah
tenaga hononer atau guru honor di sekolah MTS Madani Bintan tahun 2009
s/d 2013. Kedudukannya sebagai guru Honorer, Rini Pratiwi tidak terikat
dengan yayasan, sebab Rini Pratiwi bukanlah guru tetap. Saksi mengatakan
tidak mengetahui bahwa Terdakwa ada kuliah keluar atau tidak, juga tidak
mengetahui apakah terdakwa ada meminta izin izin kuliah, saat mengajar
terdakwa hanya 4 (empat) jam dalam sehari saat mengajar di MTS dan
hanya mengajar kelas VII (tujuh). Namun, sepengetahuan saksi, Terdakwa
Rini Pratiwi tidak pernah masuk pada setiap hari sabtu, tetapi saksi tidak
mengetahui alasannya.

Keterangan saksi tersebut di atas, menerangkan bahwa Terdakwa memang


benar pernah mengajar di sekolah MTS Madani Bintan tahun 2009 s/d 2012.
Kemudian, menerangkan bahwa Terdakwa memang tidak pernah masuk
pada setiap hari sabtu, akan tetapi saksi tidak mengetahui alasannya.
Artinya. sebagian keterangan saksi juga tidak memiliki relevansi yang kuat
untuk membuktikan apa yang didakwakan oleh penuntut umum.

7. Tanggapan Saksi Sardjono.


Bahwa saksi mengatakan dasar laporan saksi dan kawan-kawan ke pihak
kepolisian adalah adanya dugaan penggunaan Ijazah S1 dan S2 yang
digunakan Terdakwa bersumber dari berita media.online “Kasat Belum Ada
Menerima Laporan Pengunaan Ijazah Bodong”. Selain juga melakukan
penelusuran melalui Forlap.Dikti, yang diduga bahwa ijazah S1 terdakwa
adalah Palsu. Saksi juga mengatakan, saksi juga mendapatkan informasi
bahwa ijazah dan gelar dari terdakwa adalah Palsu dari salah seorang
22
Politikus partai politik PKB, yang oleh saksi tidak dapat disebutkan namanya.
Saksi mengatakan tidak pernah mengkonfirmasi pihak kampus (perguruan
tinggi), baik itu pihak STIE PELITA BANGSA maupun UNJUANG 45. Saksi
mengatakan tidak pernah melihat langsung ijazah asli Terdakwa, baik itu
ijazah S1 maupun ijazah S2 terdakwa, sehingga saksi tidak bisa
membedakan dan membandingkan mana ijazah yang asli dan palsu.
Namun, saksi mengatakan gelar yang seharusnya digunakan Terdakwa
adalah M. Pd. Selanjutnya, saksi mengatakan tidak mengetahui perbedaan
antara gelar akademiki dan singkatan gelar, sehingga saksi mengatakan
“Bingung” apa sebenarnya gelar yang seharusnya digunakan Terdakwa.

Dari keterangan saksi tersebut di atas, terlihat jelas bahwa laporan saksi
dan kawan-kawan yang tergabung dalam Pergerakan Mahasiswa Islam
Indonesia Tanjung Pinang-Bintan sesungguhnya tidaklah memiliki dasar
bukti yang kuat, karena hanya berdasarkan pada sumber berita media.online
dan penelusuran Forlap.Dikti. Bahwa kedua sumber tersebut tidaklah dapat
dijadikan sebagai dasar untuk menyatakan ijazah dan gelar seseorang
palsu. Sebab, sumber berita online tersebut belum tentu dapat dipastikan
kebenarannya. Demikian pula dengan informasi yang diperoleh dari
Forlap.Dikti, bukanlah menginformasikan tentang palsu tidaknya ijazah dan
gelar seseorang, melainkan menginformasikan tentang status data
mahasiswa, sehingga tidak dapat dijadikan sebagai dasar untuk melaporkan
Terdakwa telah menggunakan gelar dan ijazah palsu.

Bahwa dengan adanya keterangan saksi yang terungkap dipersidangan,


yang menyatakan bahwa saksi mendapatkan informasi ijazah dan gelar dari
terdakwa adalah Palsu dari salah seorang Politikus partai politik PKB, yang
oleh saksi tidak dapat disebutkan namanya, telah menunjukkan bahwa
kasus atau perkara ini sangat sarat dengan kepentingan, entah itu
kepentingan politik atau adanya kepentingan lainnya, yang berkeinginan
untuk menjatuhkan Terdakwa.

Dengan alasan tersebut di atas, maka keterangan yang disampaikan oleh


saksi Saksi Sardjono sama sekali tidak memiliki kekuatan sebagai salah
satu alat bukti. Kalaupun ada, keterangan saksi tidak menunjukkan duduk
persoalan yang sebenarnya, yaitu kebenaran materiil terkait dengan apa
yang telah disangkakan dan dituduhkan kepada Terdakwa, yaitu
menggunakan ijazah dan gelar palsu.

8. Tanggapan Saksi Dr. Ir. R. Soesetyo Soetadji, M.M.


Bahwa saksi menyatakan bahwa benar saksi mengeluarkan Surat
Keterangan No : 004/KT/RUK45/III/20 tanggal 4 Maret 2020. Menurut saksi
gelar yang digunakan untuk register manajemen di singkat dengan M.M
tidak ada yang menggunakan gelar MM.Pd. Selanjutnya, menurut saksi
tentang singkatan gelar pada ijazah sesuai dengan apa yang tertulis.

Saksi mengatakan tidak mengetahui kalau pada ijazah Terdakwa tidak


terdapat singkatan gelar, saksi lupa pernah melihat ijazah terdakwa. Saksi
mengatakan orang yang berkompeten untuk penulisan gelar dan singkatan
gelar pada ijazah adalah Direktur Pasca Sarjana Universitas Kejuangan 45

23
Jakarta. Saksi mengatakan ijazah milik terdakwa adalah asli, dan saksi
mengakui bahwa saksi telah menandatangani ijazah itu.

Bahwa keterangan saksi tersebut di atas, menunjukkan bahwa saksi tidak


mengetahui bahwa dalam penulisan gelar pada ijazah terdakwa tidak
tercantum singkatan gelar akademik. Sehingga, menurut saksi bahwa
tentang singkatan gelar pada ijazah sesuai dengan apa yang tertulis.
Adapun surat keterangan yang dikeluarkan oleh Saksi selaku Rektor
Universitas Kejuangan 45 Jakarta adalah atas permintaah dari Terdakwa
sendiri, untuk memastikan apakah sebenarnya singkatan gelar yang
seharusnya digunakan oleh terdakwa. Jadi surat keterangan yang
dikeluarkan Rektor tersebut bukanlah dimaksudkan untuk menjadi dasar
dalam memidanakan mahasiswinya, melainkan untuk memberikan kejelasan
mengenai singkatan gelar yang seharusnya digunakan oleh RINI PRATIWI
selaku alumni dari Universitas Kejuangan 45 Jakarta. Karena itu, selain
surat keterangan yang dikeluarkan oleh Rektor Kejuangan 45 Jakarta, RINI
PRATIWI juga meminta pertanggungjawaban dari pihak pimpinan program
pasca sarjana, dalam hal ini Direktur Pasca Sarjana Magister Manajemen
Universitas Kejuangan 45 Jakarta, yaitu : SK Nomor 0025/KT/Dir. PS-UK-
45/IX/2020. (Terlampir).

Berdasarkan pada angka 5 dan angka 6 Surat Keterangan Direktur Pasca


Sarjana Nomor 0025/KT/Dir. PS-UK-45/IX/2020. (Terlampir)., menyebutkan
bahwa Alumni Pascasarjana Manajemen Pendidikan Universitas Kejuangan
45 Jakarta, yang telah lulus dengan konsentrasi Manajemen Pendidikan,
dan yang menggunakan selama ini singkatan gelar akademik berupa
MM.Pd, merupakan ketidaktahuan mahasiswa tersebut dan tidak dianggap
gelar palsu, dikarenakan tidak adanya bentuk dan singkatan gelar akademik
pada ijazah yang diterima oleh mahasiswa tersebut. Bahwa Alumni Pasca
Sarjana Magister Manajemen Universitas Kejuangan 45 Jakarta yang telah
menyelesaikan studi dengan konsentrasi manajemen pendidikan, agar
menggunakan singkatan dan bentuk gelar akademik, yaitu M.M., yang
disesuaikan dengan surat keterangan dari Universitas Kejuangan 45
Jakarta.

Sesuai dengan keterangan yang disampaikan oleh Saksi, yang menyatakan


bahwa “Tentang Singkatan Gelar Pada Ijazah Sesuai Dengan Apa Yang
Tertulis”, maka dapat dipahami bahwa singkatan gelar haruslah tertulis
pada ijazah. Sedangkan jika tidak tertulis, maka singkatan gelar, maka itu
adalah kesalahan dari pihak perguruan tinggi. Oleh karenanya, sebagai
bentuk tanggung jawab dari pihak perguruan tinggi yang bersangkutan, yaitu
UNJUANG 45 JAKARTA, maka pihak Rektorat (Rektor) dan Pihak Direktur
Pasca Sarjana Magister Manajemen Universitas Kejuangan 45 Jakarta
menerbitkan dua surat, yaitu : Surat Keteragan Rektor No :
004/KT/RUK45/III/20 tanggal 4 Maret 2020 dan Surat Keterangan dari
Direktur Pascasarjana Nomor 0025/KT/Dir. PS-UK-45/IX/2020. (Terlampir).

Bahwa keterangan saksi, haruslah dipahami secara utuh, di mana Surat


Surat Keteragan Rektor No : 004/KT/RUK45/III/20 tanggal 4 Maret 2020,
tidaklah dimaksudkan untuk menghukumi Alumni Universitas Kejuangan 45
Jakarta yang selama ini telah menggunakan bentuk singkatan gelar yang
24
salah. Keterangan tersebut memberikan kejelasan mengenai bentuk
singkatan gelar yang seharusnya digunakan oleh Alumni Pascasarjana
Program Magister Manajemen dengan Konsentrasi Pendidikan. Sebagai
bentuk pertanggungjawaban atas kelalaian dari pihak Perguruan Tinggi
dalam penulisan ijazah Alumni (mahasiswa/i)nya, kemudian Direktur Pasca
Sarjana Magister Manajemen mengeluarkan Surat Keterangan dari Direktur
Pascasarjana Nomor 0025/KT/Dir. PS-UK-45/IX/2020. (Terlampir).

B. Tanggapan Atas Keterangan A De Charge :


1. Tanggapan atas keterangan Saksi Husni
Bahwa saksi pernah melihat di pangkalan Dikti, bahwa nama terdakwa
terdaftar sebagai mahasiswa Universitas Juang 45 Jakarta, saksi juga
mengatakan pernah melihat ijazah Terdakwa. Kemudian saksi menyatakan
bahwa gelar MMPd ada, dan saksi juga mengakui bahwa gelar yang
digunakannya adalah MMPd. Namun, menurut saksi program studi saksi
berbeda dengan terdakwa.

Keterangan saksi tersebut di atas, telah membantah pernyataan dari saksi


Samsudin Harahap yang menyatakan bahwa gelar MM.Pd tidak pernah
ada, bahkan tidak pernah ada di muka bumi. Demikian juga keterangan
saksi Prof. Dian Armanto, M.Sc, P.hD, yang menyatakan pernah
mendengar gelar MM.Pd, namun gelar tersebut tidak pernah digunakan.

Bahwa benar memang program studi antara Saksi Husni dengan Terdakwa
Berbeda. Program studi Saksi Husni adalah Magister Manajemen
Pendidikan dengan konsentrasi Manajemen Pendidikan, sedangkan prodi
dari terdakwa (RINI PRATIWI) adalah Magister Manajemen dengan
konsentrasi Manajemen Pendidikan. Namun setidaknya, keterangan saksi
Husni telah membuktikan bahwa penggunaan gelar MM.Pd oleh Terdakwa
bukanlah atas inisiasi atau bentuk gelar singkatan yang dikarang-karang
sendiri oleh terdakwa, melainkan karena memang gelar tersebut telah ada
dan digunakan oleh orang lain, yang hampir sama dengan program studi
dan konsentrasi pendidikan yang tertera pada ijazah terdakwa.

2. Tanggapan atas keterangan Saksi Ali Fatoni


Bahwa benar pada saat menginput data Terdakwa ke dalam sisyem
pendaftaran calon legislatif (SILON), saksi menulis nama terdakwa dengan
menggunakan gelar M.Pd., karena di dalam ijazah terdakwa tidak terdapat
singkatan gelar. Bahwa setelah dilakukannya input data, Terdakwa ada
mengkonfirmasi saksi, dan menyatakan bahwa gelar yang tercantum pada
nama terdakwa yang telah diinput oleh saksi itu adalah salah, terdakwa
menyatakan bahwa gelarnya adalah M. MPd. Bahwa setelah terdakwa
mengkonfirmasi saksi, kemudian saksi melaporkannnya ke KPU dan
dilakukan perubahan atas gelar terdakwa.

Keterangan saksi Ali Fatoni, menunjukkan bahwa terdakwa sejak awal


menggunakan gelar MM.Pd. Jikapun terdakwa ada melakukan perubahan
pada saat klarifikasi DCT yang dilaksanakan oleh KPU, hal itu dikarenakan

25
terjadinya kesalahan yang dilakukan oleh Saksi pada saat menginput data
terdakwa pada SILON KPU. Artinya, tidak benar bahwa terdakwa telah
merubah-rubah gelar yang digunakannya dari M.Pd, ,menjeadi MM.Pd.
Juga tidak benar dugaan dari para saksi Samsudin Harahap dan kawan-
kawan yang tergabung dalam Pergerakan Mahasiswa Islam, bahwa gelar
yang seharusnya digunakan oleh Terdakwa adalah M.Pd.

C. Tanggapan Atas Keterangan Ahli Taupiq Alamsyah, S.H


Bahwa saksi mengatakan tidak mengetahui secara pasti dan tidak mampu
menjelaskan apakah Keputusan Menteri RistekDikti Nomor: 257/M/ KPT/2017
tentang Namana Program Studi Pada Perguruan Tinggi Pada Program
Sarjana, Magister dan Doktor, dan Peraturan Menteri RistekDikti Nomor 59
Tahun 2018 Tentang Ijazah, Sertifikat Kompetensi, Sertifikat Profesi, Gelar dan
Tata Cara Penulisan Gelar di Perguruan Tinggi, dapat diberlakukan atau
diterapkan terhadap Terdakwa. Saksi menjelaskan tentang pengaturan
penulisan gelar yang diatur dalam Permendikbud No. 154 Tahun 2014 tentang
Rumpun Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Serta Gelar Lulusan Perguruan
Tinggi. Dalam Permendikbud tersebut diatur tentang tata cara penulisan gelar
untuk prodi manegemen, yaitu M.M.

Akan tetapi, saksi tidak mampu menjelaskan apakah peraturan perundang-


undangan yang dijadikan dasar oleh ahli dapat diterapkan terhadap perkara
Terdakwa, mengingat peraturan yang dijadikan dasar oleh ahli jauh
belakangan keluar daripada ijazah terdakwa. Selanjutnya, saksi mengatakan
bahwa dirinya bukanlah ahli pidana, melainkan ahli validasi. Ahli juga
mengatakan bahwa yang seharusnya memberikan keterangan dalam adalah
ahli pidana bukanlah dirinya (ahli validasi).

Dengan alasan tersebut di atas, maka keterangan yang disampaikan oleh ahli
sama sekali tidak memiliki kekuatan sebagai salah satu alat bukti. Kalaupun
ada, keterangan saksi tidak menunjukkan duduk persoalan hukum yang
sebenarnya, di mana ahli tidak mampu menjelaskan bahwa peraturan-
peraturan yang dijadikan sebagai dasar oleh untuk menyatakan bahwa
perbuatan terdakwa telah melanggar ketentuan Pasal 68 ayat (3) jo Pasal 21
Ayat (4) UU SISDIKNAS, sebagaimana dakwaan dan tuntutan Jaksa Penuntut
Umum. Terlebih lagi, secara jelas ahli mengatakan bahwa dirinya adalah ahli
validasi, bukanlah ahli pidana. Dari pernyataan tersebut, maka keterangan
yang disampaikan oleh ahli tidaklah memiliki kekuatan pembuktian sebagai
keterangan ahli, sebab keterangan tersebut diberikan dan disampaikan oleh
orang yang sesungguhnya tidak berkompeten sebagai ahli, yaitu ahli pidana.
yang mana hal tersebut secara tegas dinyatakan dan diakui oleh ahli di muka
persidangan.

D. Tanggapan Atas Keterangan Terdakwa


Bahwa keterangan Terdakwa menunjukkan bahwa terdakwa adalah benar
kuliah di Universitas Kejuangan 45 Jakarta. Terdakwa juga menerangkan
secara rinci tentang bagaimana proses awal Terdakwa mendaftar sebagai
mahasiswi pada program pasca sarjana magister manajemen Universitas
26
Kejuangan 45 Jakarta, sampai akhirnya terdakwa menyelesaikan perkuliahan
di Universitas Kejuangan 45 Jakarta dan memperoleh ijazah strata dua (S2)
dari Universitas Kejuangan 45 Jakarta.

Bahwa Terdakwa, juga membenarkan pada saat melakukan pendaftaran


sebagai bakal calon legislatif di Kantor KPU Kota Tanjungpinang menggunakan
Gelar Akademik dan ijazah S2 dari Universitas Kejuangan 45 Jakarta, dan
ketika pengisian formulir Bacaleg menuliskan singkatan gelar akademik
dengan singkatan MM.Pd., yang kemudian terdakwa dilaporkan karena
penggunaaan gelar tersebut.

Bahwa karena adanya laporan atas diri Terdakwa, maka kemudian terdakwa
meminta klarifikasi kepada pihak perguruan tinggi Universitas Kejuangan 45
Jakarta, untuk memastikan apa sebenarnya gelar yang seharusnya digunakan
oleh terdakwa. Atas permintaan klarifikasi terdakwa tersebut, kemudian Rektor
Universitas Kejuangan 45 Jakarta mengeluarkan Surat Keterangan Rektor No :
004/KT/RUK45/III/20 tanggal 4 Maret 2020, yang intinya menegaskan bahwa
bentuk singkatan gelar yang seharusnya digunakan oleh terdakwa adalah
M.M., bukanlah MM.Pd.

Selanjutnya, sebagai tindak lanjut dari surat Rektor tersebut, kemudian


dikeluarkan Surat Keterangan Direktur Pasca Sarjana Magister Managemen
Universitas Kejuangan 45 Jakarta Nomor 0025/KT/Dir. PS-UK-45/IX/2020.
(Terlampir), yang pada intinya menyatakan bahwa Alumni Pascasarjana
Manajemen Pendidikan Universitas Kejuangan 45 Jakarta, yang telah lulus
dengan konsentrasi Manajemen Pendidikan, dan yang menggunakan selama
ini singkatan gelar akademik berupa MM.Pd, merupakan ketidaktahuan
mahasiswa tersebut dan tidak dianggap gelar palsu, dikarenakan tidak adanya
bentuk dan singkatan gelar akademik pada ijazah yang diterima oleh
mahasiswa tersebut. Bahwa Alumni Pasca Sarjana Magister Manajemen
Universitas Kejuangan 45 Jakarta yang telah menyelesaikan studi dengan
konsentrasi manajemen pendidikan, agar menggunakan singkatan dan bentuk
gelar akademik, yaitu M.M., yang disesuaikan dengan surat keterangan dari
Universitas Kejuangan 45 Jakarta.

Bahwa terdakwa mengakui selama ini telah menggunakan bentuk singkatan


gelar akademik yang salah, yaitu MM.Pd, yang dikarenakan tidak adanya
tertulis bentuk singkatan gelar akademik pada ijazah. Terdakwa mengatakan
cukup menyesal, selama ini telah menggunakan bentuk singkatan gelar
akademik yang keliru, sebab ketidaktahuan terdakwa dan dikarenakan tidak
tercantumnya bentuk singkatan gelar akademik pada ijazah. Sehingga,
terdakwa mengasumsikan bahwa bentuk singkatan gelar akademik yang
digunakannya adalah MM.Pd, karena terdakwa melihat adanya gelar MM.Pd
yang digunakan oleh beberapa orang yang mengikuti program studi yang sama
atau paling tidak hampir sama dengan Terdakwa. Selain juga Terdakwa
merasa , bahwa bentuk dan singkatan gelar yang lebih tepat digunakan adalah
MM.Pd, sesuai dengan gelar akademik yang tertulis pada ijazah Terdakwa.

Berdasarkan keterangan Terdakwa tersebut di atas, bahwa terjadinya


kekeliruan dalam penggunaan bentuk dan singkatan gelar akademik yang
selama ini digunakan oleh terdakwa adalah dikarenakan ketidaktahuan dari
27
Terdakwa, juga dikarenakan tidak tercantumnya bentuk dan singkatan gelar
akademik pada ijazah yang diperoleh terdakwa dari Universitas Kejuangan 45
Jakarta. Atas kekeliruan terdakwa tersebut, pihak Perguruan Tinggi Universitas
Kejuangan 45 Jakarta telah memberikan penjelasan melalui Surat Keterangan
Rektor No : 004/KT/RUK45/III/20 tanggal 4 Maret 2020 dan Surat Keterangan
Direktur Pasca Sarjana Magister Managemen Universitas Kejuangan 45
Jakarta Nomor 0025/KT/Dir. PS-UK-45/IX/2020, yang mana Terdakwa harus
menyesuaikan bentuk singkatan gelar akademiknya terhitung sejak
dikeluarkannya Surat Keterangan : Nomor 0025/KT/Dir. PS-UK-45/IX/2020,
yang dikeluarkan oleh Direktur Pasca Sarjana Magister Managemen
Universitas Kejuangan 45 Jakarta.

Dari keterangan tersebut di atas, bahwa Terdakwa sama sekali tidak memiliki
niat untuk menggunakan bentuk singkatan gelar akademik yang tidak sesuai
dengan yang dikeluarkannya oleh perguruan tinggi. Kekeliruan yang selama
ini terjadi, dikarenakan pada ijazah terdakwa memang tidak tertulis bentuk
singkatan gelar.

VI. ANALISIS UNSUR PASAL


Berdasarkan fakta-fakta yang terungkap dalam Persidangan, perkenankan kami
menyampaikan yang juga merupakan pembelaan kami terhadap diri Terdakwa.
Maka selanjutnya kami akan menguraikan serta menganalisa satu persatu unsur
Pasal 68 Ayat (3) jo Pasal 21 Ayat (4) UU Sisdiknas dengan mengacu pada
dakwaan yang dituntut oleh Jaksa Penuntut Umum, yaitu sebagai berikut :

1. Unsur Setiap Orang.

Bahwa yang dimaksud ”Setiap orang” adalah subjek dari pelaku tindak
pidana yang berarti orang atau siapa saja yang telah melakukan tindak
pidana. Dipersiapkan telah diperhadapkan Terdakwa RINI PRATIWI, yang
berdasarkan fakta yang terungkap dalam persidangan bahwa terdakwalah
pelaku tindak pidana. Hal ini sesuai dengan keterangan para saksi
dipersidangan dan keterangan terdakwa sendiri serta pada diri terdakwa
tidak terdapat adanya alasan pemaaf maupun alasan pembenar terhadap
perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa dan ternyata terdakwa mempunyai
kemampuan untuk bertanggung jawab atas perbuatannya.

Dengan demikian unsur ini telah terpenuhi dan terbukti secara sah dan
menyakinkan menurut Hukum.

Penuntut umum dalam hal ini sangat tidak mendasar untuk menyimpulkan
unsur ”setiap orang” secara sah dan menyakinkan telah terbukti menurut
hukum, hanya berdasarkan kepada tidak adanya alasan pembenar dan
alasan pemaaf pada diri terdakwa.

Bahwa untuk menentukan kemampuan bertanggungjawab dari seorang yang


diduga telah melakukan suatu perbuatan pidana/tindak pidana yang telah
dituduhkan atau didakwakan terhadap diri orang tersebut, tidak saja dilihat
dari ada tidaknya alasan pembenar dan pemaaf, tetapi juga dilihat dari ada
tidaknya unsur-unsur kesalahan sebagai dasar dalam meminta

28
pertanggungjawaban dari terdakwa. Unsur kesalahan dalam kaitannya
dengan pertanggungjawaban pidana seseorang dapat terjadinya dalam dua
bentuk, yaitu kesengajaan (dolus) dan kelalaian (culpa).
Penggunaan gelar MM.Pd oleh terdakwa dikarenakan tidak adanya bentuk
singkatan gelar akademik yang tertera dalam ijazah terdakwa. Sehingga
terdakwa menggunakan gelar MM.Pd, karena menurut terdakwa gelar
akademik ”Magister Manajemen dengan konsentari Manajemen Pendidikan”,
lebih tepat disingkat dengan MM.Pd. Sedangkan gelar M.Pd, adalah gelar
yang diperuntukkan bagi program Magister Pendidikan, yang menurut
terdakwa tidaklah tepat digunakan oleh nya. Penggunaan gelar MM.Pd,
bukanlah inisiasi atau hasil karangan dari terdakwa, namun gelar tersebut
memang ada dan digunakan oleh orang lain yang memiliki kemiripan dengan
Prodi dan Konsentrasi pendidikan yang sama dengan prodi dan konsentrasi
pendidikan yang diambil Terdakwa pada program pascasarjana Magister
Manajemen di Universitas Kejuangan 45 Jakarta.

Pihak Universitas Kejuangan 45 Jakarta, dalam menyikapi persoalan hukum


yang sedang dihadapi oleh RINI PRATIWI sebagai alumninya telah pula
menerbitkan 2 (dua) Surat Keterangan, yaitu : Surat Keterangan Rektor No :
004/KT/RUK45/III/20 tanggal 4 Maret 2020 dan Surat Keterangan Direktur
Pasca Sarjana Magister Managemen Universitas Kejuangan 45 Jakarta
Nomor 0025/KT/Dir. PS-UK-45/IX/2020, yang mana Terdakwa harus
menyesuaikan bentuk singkatan gelar akademiknya terhitung sejak
dikeluarkannya Surat Keterangan : Nomor 0025/KT/Dir. PS-UK-45/IX/2020,
yang dikeluarkan oleh Direktur Pasca Sarjana Magister Managemen
Universitas Kejuangan 45 Jakarta.

Di dalam Surat Keterangan : Nomor 0025/KT/Dir. PS-UK-45/IX/2020, yang


dikeluarkan oleh Direktur Pasca Sarjana Magister Managemen Universitas
Kejuangan 45 Jakarta, secara tegas dinyatakan bahwa kekeliruan Terdakwa
dalam menggunakan bentuk singkatan gelar akademik dikarenakan pada
ijazah yang diterima oleh terdakwa tidak tercantum bentuk dan singkatan
gelar. Hal ini berarti bahwa, terdakwa sama sekali tidak berniat untuk
merubah bentuk dan singkatan gelar lulusan yang dikeluarkan dari
perguruan tingginya.

Pasal 68 Ayat (3) UU SISDIKNAS, menyebutkan bahwa : “Setiap orang


yang menggunakan gelar lulusan yang tidak sesuai dengan bentuk dan
singkatan yang diterima dari perguruan tinggi yang bersangkutan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (4) dipidana dengan pidana
penjara paling lama dua tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).” Kemudian dalam Pasal 21 Ayat (4),
menyebutkan bahwa : ”Penggunaan gelar akademik, profesi, atau vokasi
lulusan perguruan tinggi hanya dibenarkan dalam bentuk dan singkatan yang
diterima dari perguruan tinggi yang bersangkutan”.

Pada penjelasan Pasal 68 Ayat (3) UU SISDIKNAS, tertulis “cukup jelas”,


artinya substansi ketentuan Pasal 68 Ayat (3) UU SISDIKNAS, sudah jelas
dan tidak diperlukan penjelasan lebih lanjut. Bahwa yang dimaksudkan
dalam pasal ini adalah “Setiap orang yang menggunakan gelar lulusan yang
tidak sesuai dengan bentuk dan singkatan yang diterima dari perguruan
29
tinggi yang bersangkutan”. Artinya, tindakan yang dimaksudkan adalah
bahwa seseorang dilarang untuk menggunakan gelar lulusan yang tidak
sesuai dengan bentuk dan singkatan yang diterima dari perguruan tinggi
yang bersangkutan, bukan tidak sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

Jika Perguruan tinggi yang bersangkutan, dalam hal ini Universitas


Kejuangan 45 Jakarta tidak mengeluarkan bentuk singkatan gelar, maka
Terdakwa tidaklah patut untuk dikatakan telah menggunakan gelar lulusan
yang tidak sesuai dengan bentuk dan singkatan yang diterima dari perguruan
tinggi yang bersangkutan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 ayat (3)
UU SISDIKNAS, meskipun Terdakwa menggunakan gelar MM.Pd.

Kemudian, dasar hukum yang dijadikan Jaksa Penuntut Umum dalam


menentukan bahwa terdakwa telah terbukti dan sah menyakinkan dalam hal
ini adalah merujuk Lampiran Permendikbud Nomor 154 Tahun 2014 Tentang
Rumpun Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Serta Gelar Lulusan Perguruan
Tinggi, Poin 316 untuk Program Studi S2 Manajemen, sehingga gelarnya
adalah M setelah Magister. Di sini Jaksa terlihat belum memahami
sistematika peraturan perundang-undangan, yang mana Permendikbud
Nomor 154 Tahun 2014 merupakan peraturan pelaksana lebih lanjut dari
ketentuan Pasal 18 PP No. 4 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan
Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan Perguruan Tinggi. Sementara PP No. 4
Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan
Perguruan Tinggi, merupakan peraturan pelaksana dari Undang-Undang No.
12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, sehingga ketentuan
Permendikbud No. 154 Tahun 2014, tidak dimaksudkan sebagai peraturan
pelaksana dari UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas, terlebih lagi jika
dikaitkan dengan ketentuan Pasal 21 ayat (4) Jo Pasal 68 Ayat (3) UU
SISDIKNAS. Redaksional Pasal 68 Ayat (3) UU SISDIKNAS, cukup jelas
sehingga tidak dapat ditafsirkan lain-lain, terlebih dengan merujuk berbagai
peraturan yang tidak sesungguhnya tidak memiliki relevansi dengan pasal
tersebut.

Dengan demikian, perbuatan terdakwa menggunakan gelar MM.Pd, tidaklah


dapat dikatakan telah melanggar ketentuan Pasal 68 Ayat (3) jo Pasal 21
Ayat (4) UU SISDIKNAS, karena memang pada ijazah yang diterima
terdakwa dari perguruan tinggi yang bersangkutan (Universitas Kejuangan
45 Jakarta) memang tidak tertera atau tercantum bentuk dan singkatan gelar
akademik.

2. Yang menggunakan gelar lulusan yang tidak sesuai dengan bentuk dan
singkatan yang diterima dari perguruan tinggi yang bersangkutan.

Bahwa Permendikbud Nomor 154 Tahun 2014 merupakan peraturan


pelaksana lebih lanjut dari ketentuan Pasal 18 PP No. 4 Tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan Perguruan Tinggi.
Sementara PP No. 4 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pendidikan
Tinggi dan Pengelolaan Perguruan Tinggi, merupakan peraturan pelaksana
dari Undang-Undang No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi,
sehingga ketentuan Permendikbud No. 154 Tahun 2014, tidak dimaksudkan
30
sebagai peraturan pelaksana dari UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas,
terlebih lagi jika dikaitkan dengan ketentuan Pasal 21 ayat (4) Jo Pasal 68
Ayat (3) UU SISDIKNAS. Redaksional Pasal 68 Ayat (3) UU SISDIKNAS,
cukup jelas sehingga tidak dapat ditafsirkan lain-lain, terlebih dengan
merujuk berbagai peraturan yang tidak sesungguhnya tidak memiliki
relevansi dengan pasal tersebut.

Bahwa perlu diingat, dalam Pasal 15 Permendikbud Nomor 154 Tahun 2014,
secar jelas terdapat ketentuan pengecualian yang merupakan wujud dari
penerapan “asas rektoratif”, bahwa peraturan perundang-undangan tidak
berlaku secara surut. Dalam Pasal 15 Permendikbud Nomor 154 Tahun
2014, menyebutkan:

a. Nama program studi pada perguruan tinggi yang telah ditetapkan


sebelumnya tetap berlaku dan wajib disesuaikan dengan ketentuan
Peraturan Menteri ini paling lambat (dua) tahun sejak Peraturan Menteri
ini diundangkan;
b. Perubahan nama program studi sebagai akibat penyesuaian sesuai
dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri ini tidak menghilangkan
Status akreditasi dan/atau sanksi terhadap program studi dimaksud;
c. Gelar yang diberikan sebelum Peraturan Menteri ini ditetapkan masih
tetap berlaku;
d. Perguruan tinggi wajib melakukan penyesuaian pemberian gelar menurut
Peraturan Menteri ini dan peraturan pelaksanaannya paling lambat 2 (dua)
tahun sejak Peraturan Menteri ini diundangkan; dan
e. Keputusan Menteri Pendidikan NasionalNomor 178/U/2001 tentang Gelar
dan Lulusan Perguruan Tinggi dinyatakan tidak berlaku.

Dari ketentuan Pasal 15 Permendikbud Nomor 154 Tahun 2014 tersebut di


atas, jelas bahwa ketentuan Permen ini tidaklah dapat dijadikan sebagai
dasar hukum dalam menentukan perbuatan terdakwa telah secara sah dan
menyakinkan terbukti bersalah melanggar ketentuan Pasal 68 Ayat (3) jo
Pasal 21 Ayat (4) UU SISDIKNAS, karena dalam ketentuan Pasal 15
terdapat pengecualian dalam pemberlakuan ketentuan Permendikbud Nomor
154 Tahun 2014.

Bahwa Surat Keteragan Rektor No : 004/KT/RUK45/III/20 tanggal 4 Maret


2020, tidaklah dimaksudkan untuk menghukumi Alumni Universitas
Kejuangan 45 Jakarta dan dapat dijadikan sebagai landasan hukum untuk
memidankan Terdakwa, terkait dengan penggunaan bentuk singkatan gelar
akademik MM.Pd yang selama ini telah digunakan oleh Terdakwa.
Keterangan tersebut memberikan kejelasan mengenai bentuk singkatan
gelar yang seharusnya digunakan oleh Alumni Pascasarjana Program
Magister Manajemen dengan Konsentrasi Pendidikan. Sebagai bentuk
pertanggungjawaban atas kelalaian dari pihak Perguruan Tinggi dalam
penulisan ijazah Alumni (mahasiswa/i)nya, kemudian Direktur Pasca Sarjana
Magister Manajemen mengeluarkan Surat Keterangan dari Direktur
Pascasarjana Nomor 0025/KT/Dir. PS-UK-45/IX/2020. (Terlampir).

Surat Keteragan Rektor No : 004/KT/RUK45/III/20 tanggal 4 Maret 2020,


bukanlah suatu surat keputusan, melainkan surat keterangan. Jikapun surat
31
keterangan terserbut dijadikan sebagai dasar dalam menyatakan terdakwa
bersalah dan menjadi dasar bagi penuntut umum dalam menuntut perbuatan
terdakwa, maka secara hukum, khususnya hukum administrasi penuntut
umum telah salah dalam menerapkan hukum, di mana suatu keputusan
pejabat administrasi tidaklah dapat berlaku surut.

Bahwa Surat Keteragan Rektor No : 004/KT/RUK45/III/20 tanggal 4 Maret


2020, tidaklah dimaksudkan untuk menghukumi Alumni Universitas
Kejuangan 45 Jakarta yang selama ini telah menggunakan bentuk singkatan
gelar yang salah. Keterangan tersebut memberikan kejelasan mengenai
bentuk singkatan gelar yang seharusnya digunakan oleh Alumni
Pascasarjana Program Magister Manajemen dengan Konsentrasi
Pendidikan. Sebagai bentuk pertanggungjawaban atas kelalaian dari pihak
Perguruan Tinggi dalam penulisan ijazah Alumni (mahasiswa/i)nya,
kemudian Direktur Pasca Sarjana Magister Manajemen mengeluarkan Surat
Keterangan dari Direktur Pascasarjana Nomor 0025/KT/Dir. PS-UK-
45/IX/2020. (Terlampir).

VII. KESIMPULAN DAN PENUTUP


Bahwa sebelum kesimpulan dan penutup ini kami sampaikan, maka izinkanlah
kami selaku Penasihat Hukum dari Terdakwa menyampaikan Kesimpulan dan
Penutup ini dengan Judul : ”Pasal 68 Ayat (3) jo Pasal 21 Ayat (4) adalah
perbuatan seseorang yang menggunakan gelar lulusan yang tidak sesuai
dengan bentuk dan singkatan yang diterima dari perguruan tinggi yang
bersangkutan”, bukanlah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Proses peradilan pidana adalah suatu persidangan yang sangat berbeda dengan
proses persidangan lainnya, karena dalam suatu proses persidangan pidana
haruslah dapat diukur seberapa jauh kesalahan (schuld) yang terdapat pada diri
seorang Terdakwa pada dugaan tindak pidana yang didakwakan tanpa ada
sedikitpun keraguan pada Hakim Pemeriksa suatu perkara tentang hal tersebut,
untuk kemudian berdasarkan hal ini dapat pula diukur dan dimintakan seberapa
besar pertanggungjawaban pidana dilekatkan pada seorang Terdakwa, hal ini
pula yang disampaikan Curzon LB Cuzon dalam bukunya “Criminal Law” yang
menjelaskan “bahwa untuk dapat mempertanggungjawabkan seseorang dan
karenanya mengenakan pidana terhadapnya, tidak boleh ada keraguan
sedikitpun pada diri Hakim tentang kesalahan Terdakwa” hal ini pula yang
disampaikan oleh Prof Moeljatno dalam Bukunya “Asas-Asas Hukum Pidana”
dengan menerangkan “orang-orang tidak mungkin dipertanggungjawabkan
(dijatuhi pidana) kalau dia tidak melakukan perbuatan pidana”;

Bahwa berdasarkan fakta yang telah terungkap dimuka persidangan dan


penelitian secara hukum yang kami berikan, kami selaku Penasihat Hukum
Terdakwa bukan ingin mengaburkan, melainkan Mohon kepada Majelis
Hakim Yang Mulia agar dapat memberikan pertimbangan secara objektif
dengan melihat semua bukti-bukti dan fakta-fakta dalam persidangan;

Suatu tindak pidana, Hakim harus mendasarkan putusannya sekurang-


kurangnya pada dua alat bukti yang sah dan diperoleh keyakinan kalau

32
Terdakwalah yang bersalah melakukannya, dan berdasarkan ketentuan Pasal
185 ayat (2) KUHAP, keterangan dari seorang saksi saja tidak cukup untuk
membuktikan adanya tindak pidana (unus testis nullus testis), menurut ajaran /
prinsip hukum pidana adalah apabila salah satu unsur dari pasal dakwaan tidak
terbukti, maka seluruh unsur pasal dakwaan tersebut harus dianggap tidak
terbukti;

Bahwa berdasarkan fakta persidangan dengan melihat alat bukti yang diajukan
oleh Jaksa Penuntut Umum baik alat bukti berupa saksi ataupun alat bukti
berupa surat kemudian dikaitkan dengan Tuntutan Jaksa Penuntut Umum yang
menuntut Terdakwa telah terbukti secara sah melakukan tidak ada sama sekali
keterangannya yang dapat menguatkan unsur delik atau tidak pidana yang
didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum terhadap Terdakwa yakni unsur Pasal
68 Ayat (3) jo Pasal 21 Ayat (4) UU SISDIKNAS. Justeru keterangan saksi yang
dihadirkan oleh Jaksa Penuntut Umum menggugurkan unsur delik atau dakwaan
dari Jaksa Penuntut Umum, dengan demikian secara logika hukum maka
Terdakwa wajib dilepaskan dari segala dakwaan dan tuntutan.

Atas uraian tersebut diatas, kami selaku Penasihat Hukum Terdakwa mohon
kepada Majelis Hakim Yang Mulia agar dapat memberikan rasa keadilan kepada
Terdakwa, dan apabila Majelis Hakim Yang Mulia berpendapat lain mohon
putusan yang seadil-adilnya.

VIII. PERMOHONAN
Majelis Hakim Yang Mulia;
Saudara Jaksa Penuntut Umum Yang Kami Hormati,

Berdasarkan semua alasan diatas kami Penasihat Hukum Terdakwa memohon


dengan segala hormat kepada Majelis Hakim Yang Mulia, yang memeriksa dan
mengadili perkara a quo, kiranya berkenan memutus yang amarnya sebagai berikut :

Primair :
1. Menerima Nota Pembelaan/Pledoi Penasihat Hukum Terdakwa RINI PRATIWI
untuk seluruhnya;
2. Menolak Surat Dakwaan yang masuk dalam Surat Tuntutan Nomor Reg.Perk :
PDM-07/TG.PIN/Eku.2/2021 pada perkara pidana Nomor : 114/Pid. Sus/
2021/PN. Tpg.
3. Menyatakan Terdakwa RINI PRATIWI tidak terbukti secara sah melakukan
tindak pidana sebagaimana yang didakwakan dan dituntut oleh Jaksa Penuntut
Umum berdasarkan Pasal 68 ayat (3) jo Pasal 24 UU RI Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional.
4. Membebaskan Terdakwa RINI PRATIWI dari dakwaan dan tuntutan hukum
yang diajukan Jaksa Penuntut Umum.
5. Memerintahkan pada Jaksa Penuntut Umum agar merehabilitasi nama baik
Terdakwa RINI PRATIWI.
6. Menyatakan membebankan biaya perkara ini kepada negara.

Subsidair :

33
Apabila Majelis Hakim Yang Mulia berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-
adilnya (ex aequo et bono).

Untuk menutup Pledoi ini, izinkanlah kami mengutip kata-kata Nabi Muhammad
SAW “Menghukum dalam keraguan adalah dosa” dan di dunia hukum juga dikenal
dalam keadaan “IN DUBIO PRO REO” adalah “jika terjadi keragu-raguan apakah
Terdakwa salah atau tidak, maka sebaiknya diberikan hal yang menguntungkan bagi
Terdakwa”.

Demikianlah Nota Pembelaan atau Pledoi ini kami bacakan pada persidangan hari
ini, atas perhatian dan pertimbangan Majelis Hakim Yang Mulia kami ucapkan terima
kasih.

Hormat kami,
Penasehat Hukum Terdakwa

Dr. Mhd. Ridwan Lubis, S.H., M. Hum Tengku Mabar Ali, S.H., M.H

Reza Nurul Ichsan, S.H Fahmi Armico, S.H

Wahyu, S.H.

34

Anda mungkin juga menyukai