Anda di halaman 1dari 21

MEMORI BANDING

Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Batusangkar Nomor : 29/Pdt.G/2014/PN.Bsk, tanggal 18


Agustus 2015

Batusangkar, 28 Agustus 2015

Kepada Yth.
Ketua Pengadilan Tinggi Padang
di
Padang

melalui :
Ketua Pengadilan Negeri Batusangkar
di
Batusangkar.

Dengan hormat,

Untuk dan atas nama Bupati Tanah Datar selaku Pemohon Banding, yaitu
M. Rezha Fahlevie, SH : Kasubag. Bantuan Hukum dan HAM Setda Kabupaten Tanah Datar yang berala
St. Alam Bagagarsyah, Pagaruyung, Batusangkar.
Berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor : 180/01/Hukum dan HAM-2015, tanggal 5 Januari
2015 yang yang telah diregister oleh Panitera Pengadilan Negeri Batusangkar tanggal 7 Januari
2015 dibawah Nomor : 02/SK/PDT/2015/PN.BS.

Dengan ini menyampaikan Memori Banding Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Batusangkar
Nomor : 29/Pdt.G/2014/PN.Bsk, tanggal 18 Agustus 2015 yang amarnya berbunyi sebagai
berikut :-------------------------------------------------------------------------------------------

Mengadili :
A.          Dalam Eksepsi
-        Menolak eksepsi Tergugat untuk seluruhnya
B.          Dalam Pokok Perkara
1.       Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya ;
2.       Menyatakan perbuatan dan tindakan Tergugat yang tidak memberikan IUP Eksplorasi kepada
Penggugat selama 8 (delapan) tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (1) Undang-
Undang No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara adalah perbuatan
melawan hukum;
3.       Menyatakan Penggugat berhak atas IUP Eksplorasi dengan Komoditas Tambang Bijih Besi
dengan wilayah/lokasi Usaha Pertambangan di Nagari Tanjung Barulak, Kecamatan Batipuh dan
Nagari III Koto, Kecamatan Rambatan, Kabupaten Tanah Datar, Propinsi Sumatera Barat, Kode
Wilayah 02.07-05.05TD, luas 351,4 Ha selama 8 (delapan) tahun semenjak 8 Januari 2007
sampai dengan 7 Januari 2015;-
4.       Menyatakan Penggugat dijamin dan berhak atas IUP Operasi Produksi Komoditas Tambang
Bijih Besi dengan Lokasi Usaha Pertambangan di Nagari Tanjung Barulak, Kecamatan Batipuh
dan Nagari III Koto, Kecamatan Rambatan, Kabupaten Tanah Datar Kode Wilayah 02.07-
05.05TD, luas 351,4 Ha;-
5.       Menghukum Tergugat untuk membayar biaya yang timbul dalam perkara ini sebesar Rp.
5.371.000,-00 (lima juta tiga ratus tujuh puluh satu ribu rupiah)

Bahwa atas Putusan Pengadilan Negeri Batusangkar Nomor :29/Pdt.G/2014/PN.BSK yang


diucapkan dalam sidang yang terbuka untuk umum pada hari Selasa, tanggal 18 Agustus 2015,
Bupati Tanah Datar selaku Pemohon Banding, telah menyatakan Permohonan Banding pada hari
Jum’at, 28 Agustus 2015 sesuai dengan Akta Permintaan Banding Nomor : 8/2015 Perdata
NOmor 29/Pdt.G/2014/PN.Bsk. Dengan demikian, Permohonan Banding ini diajukan masih
dalam tenggang waktu yang ditentukan menurut pasal 199 ayat (1) Rbg yang menyatakan :
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Dalam hal dimungkinkan pemeriksaan dalam tingkat banding, maka pemohon banding yang
ingin menggunakan kesempatan itu, mengajukan permohonan untuk itu yang bila dipandang
perlu, disertai dengan suatu risalah banding dan surat-surat lain yang berguna untuk itu atau
permohonan itu dapat diajukan oleh seorang kuasa seperti dimaksud dalam ayat (3) Pasal 147
dengan suatu surat kuasa khusus kepada panitera dalam waktu 14 hari terhitung mulai hari
diucapkannya keputusan pengadilan negeri, sedangkan tenggang waktu itu adalah empat belas
hari setelah putusan diberitahukan menurut Pasal 190 kepada yang bersangkutan, jika ia tidak
hadir pada waktu putusan diucapkan.

Demikian pula penyerahan Memori Banding ini melalui Pengadilan Negeri Batusangkar masih
dalam tenggang waktu yang disyaratkan, mengingat berkas perkara ini sebelumnya belum
diperiksa dan diputus oleh Pengadilan Tinggi Padang.------------------------------------------

Berdasarkan hal-hal tersebut, maka adalah layak dan beralasan hukum jika Pengadilan Tinggi
Padang yang memeriksa dan mengadili perkara ini menerima Permohonan dan Memori Banding
ini.--------------------------------------------------------------------------------------------------

Bahwa segala sesuatu yang diuraikan dalam Memori Banding ini merupakan satu kesatuan yang
tidak terpisahkan dengan Eksepsi dan Jawaban, Duplik dan Kesimpulan Tergugat/ Pemohon
Banding.---------------------------------------------------------------------------------------

Bahwa setelah membaca dan mempelajari segala isi dan pertimbangan dalam Pengadilan Negeri
Batusangkar Nomor : 29/Pdt.G/2014/PN.Bsk, tanggal 18 Agustus 2015, Pemohon Banding
menyatakan keberatan dan berpendapat bahwa pertimbangan hukum dan amar Putusan judex
factie Tingkat Pertama Nomor : 29/Pdt.G/2014/PN.Bsk tersebut tidak tepat dan tidak benar.
Dengan alasan-alasan sebagai berikut :------------------------------------------------
A.          Bahwa Majelis Hakim Tingkat Pertama telah keliru dalam mempertimbangkan
kewenangan Pengadilan Negeri (Peradilan Umum) dalam memeriksa dan mengadili
perkara aquo sebagaimana dalam putusan selanya.
--------------------------------------------------------------------------------------------------
Dimana dalam pertimbangan hukumnya, Majelis Hakim merujuk pada peraturan-peraturan yang
berhubungan dengan ojek TUN yaitu : UU No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha
Negara sebagaimana telah diubah yaitu dengan UU No. 9 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas
UU No.5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, dan terakhir dengan UU. No.51
Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas UU No.5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha
Negara, maka hal yang menjadi objek dalam sengketa TUN adalah Keputusan TUN (Pasal 1
angka 10 UU PTUN) dengan pengertian dari Keputusan TUN (Pasal 1 angka 9 UU No.51/2009)
adalah :-------------------------------------------------------------------------------------------
“suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata usaha negara yang
berisi tindakan hukum tata usaha negara yang berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, yang bersifat konkret, individual dan final yang menimbulkan akibat hukum bagi
seseorang atau badan hukum
perdata”.---------------------------------------------------------------------------------------------

Bahwa Majelis Hakim merujuk pada ketentuan Pasal 2 UU No.9 Tahun 2004 yang menyebutkan
keputusan-keputusan yang tidak termasuk dalam pengertian Keputusan TUN,
yaitu :--------------------------------------------------------------------------------------
a.           Keputusan Tata Usaha Negara yang merupakan perbuatan hukum perdata;
b.           Keputusan Tata Usaha Negara yang merupakan pengaturan yang bersifat umum; dan seterusnya
sampai dengan huruf g.----------------------------------------------

Bahwa Majelis Hakim mempertimbangkan dalam uraian posita angka 11 pada gugatan yang
menyebutkan adanya tindakan Tergugat (Pemohon Banding) yang merupakan perbuatan
melawan hukum dan menimbulkan kerugian bagi Penggugat, sehingga Majelis Hakim
berkesimpulan gugatan Penggugat (Termohn Banding) bukan gugatan terhadap administrasi
negara/ keputusan tata usaha negara, tetapi gugatan yang berkaitan dengan Pasal 1365 KUH
Perdata yang dilakukan oleh Pemohon Banding. Terlebih Majelis Hakim menilai Keputusan
Administrasi Negara/ TUN yang dikeluarkan oleh Pemohon Banding telah tidak memenuhi
tenggang waktu pengajuan gugatan sengketa tata usaha negara oleh Termohon Banding
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 UU No.51 Tahun 2009, sehingga dapat diajukan sebagai
perkara gugatan perdata di peradilan umum serta dalam petitum gugatan tidak ada meminta
dilakukan pembatalan atas suatu ketetapan tata usaha negara yang dikeluarkan oleh Pemohon
Banding sebagaimana dimaksud dalam Pasal 97 UU No.9 Tahun 2004 sehingga Keputusan Tata
Usaha Negara yang dilakukan Pemohon Banding merupakan perbuatan yang masuk dalam ranah
hukum perdata;--

Bahwa atas hal tersebut Pemohon Banding tidak sependapat dan keberatan atas pertimbangan
hukum Majelis Hakim Tingkat Pertama sebagaimana diuraikan diatas. Bahwa Majelis Hakim
Tingkat Pertama telah keliru menerapkan hukum terutama Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara sebagaimana terakhir telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 51 Tahun
2009.--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
--

Bahwa Majelis Hakim Tingkat Pertama dalam menjatuhkan putusan sela dalam perkara a quo
hanya mempertimbangkan dalil-dalil yang diajukan oleh Penggugat/ Termohon Banding semata
tanpa mempertimbangkan dalil-dalil dari Tergugat/Pemohon Banding yakni dengan hanya
mempertimbangkan uraian posita gugatan. Dengan adanya kalimat “perbuatan melawan
hukum” dan “menimbulkan” kerugian Majelis Hakim telah mengkonstair bahwa perkara a quo
merupakan perkara yang berkaitan dengan Pasal 1365 KUH Perdata. Padahal tindakan Tergugat
(Pemohon Banding) secara jelas dan terang merupakan murni tindakan dalam ranah administrasi
negara, dimana Pemohon Banding tidak mengeluarkan Keputusan Tata Usaha Negara yaitu tidak
memperpanjang IUP Eksplorasi--------------

Bahwa Majelis Hakim Tingkat Pertama telah keliru menyatakan perbuatan Tergugat (Pemohon
Banding) yang tidak memperpanjang IUP Eksplorasi Penggugat (Termohon Banding)
merupakan perbuatan yang masuk dalam ranah hukum
perdata.-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
-

Bahwa yang termasuk dengan dengan Keputusan Tata Usaha Negara yang merupakan perbuatan
hukum perdata sebagaimana dijelaskan dalam Penjelasan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha
Negara, dimana Keputusan Tata Usaha Negara yang merupakan perbuatan hukum perdata,
misalnya keputusan yang menyangkut masalah jual beli yang dilakukan antara instansi
pemerintah dan perseorangan yang didasarkan pada ketentuan hukum
perdata.------------------------------

Bahwa berdasarkan fakta di persidangan secara jelas dan nyata tidak pernah ada perikatan
apapun antara Penggugat (Termohon Banding) dengan Tergugat (Pemohon Banding),selain
adanya permohonan penerbitan IUP Eksplorasi dan selanjutnya permohonan perpanjangan IUP
Eksplorasi.-----------------------------------------------------------

Bahwa apabila Penggugat (Termohon Banding) menyatakan dalam dalilnya yang dimohonkan
adalah agar Majelis Hakim Tingkat Pertama untuk memutus bahwa Penggugat (Termohon
Banding) berhak atas IUP Eksplorasi, maka hal tersebut merupakan hal yang absurd dan kabur.
Sebab dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara sudah menjamin kepada setiap orang maupun badan usaha mendapat IUP Eksplorasi
dan IUP Produksi.--------

Bahwa sudah sepantasnya Majelis Hakim Tingkat Pertama menilai kehendak yang dimintakan
oleh Penggugat (Termohon Banding) dalam perkara a quo. Sebab tidak serta merta Penggugat
(Termohon Banding) dapat menyandang suatu hak tanpa pemberian suatu hak oleh pemberi
hak.----------------------------------------------------------------

Bahwa menurut hemat kami, bahwa hak yang dimintakan oleh Penggugat (Termohon Banding)
adalah murni dalam ranah hukum perizinan, dimana IUP Eksplorasi yang dimohonkan
perpanjangannya kepada Tergugat (Pemohon Banding) adalah diwujudkan dalam suatu
Keputusan Tata Usaha Negara dalam bentuk bentuk izin (vergunning), sebagai instrument
yuridis pemerintahan.-----------------------

Bahwa Instrumen yuridis tersebut adalah dalam rangka tugas dan kewenangan pemerintah dalam
menciptakan dan menjaga ketertiban, keteraturan dan keamanan. Oleh karenanya instrument
yuridis ini merupakan bagian dari fungsi pengaturan yang dimiliki oleh pemerintah. Sebagai
instrument yuridis pemerintahan, oleh karenanya tindakan atau perbuatan Tergugat harus
dipandang sebagai perbuatan atau tindakan dalam kerangka hukum administasi negara yang
bersifat konkret, final dan
individual.-------------------------------------------------------------------------------------------

Sejalan dengan hal tersebut menurut Sjachran Basah, “izin adalah perbuatan hukum administrasi
negara bersegi satu yang menghasilkan peraturan dalam hal kontrol berdasarkan persyaratan dan
prosedur sebagaimana ditetapkan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku”
(Sjahran Basah. 1995:30)------------------

Bahwa perbuatan Tergugat yang menerbitkan izin atau tidak menerbitkan izin haruslah dipahami
sebagai tindakan hukum pemerintah yang berada dan dijalankan dalam lapangan hukum publik,
dimana tindakan atau perbuatan dimaksud dalam kedudukannya sebagai penguasa maupun
sebagai alat perlengkapan pemerintahan yang memiliki tugas dan tanggungjawab. Bahwa
perbuatan tersebut dilaksanakan dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan yang
menimbulkan akibat hukum dibidang hukum administrasi negara dalam rangka pemeliharaan
kepentingan negara dan
rakyat.---------------------------------------------------------------------------------------------

Bahwa Majelis Hakim Tingkat Pertama juga keliru dalam pertimbangan hukumnya yang
menyatakan dengan Penggugat (Termohon Banding) sudah tidak memungkinkan lagi untuk
mengajukan gugatan tata usaha negara karena telah melampaui waktu 90 (sembilan puluh) hari
sejak tidak diterimanya permohonan Penggugat (Termohon Banding), sehingga hal tersebut
beralih menjadi kewenangan peradilan
umum.-----------------------------------------------------------------------------------------------

Apabila tenggang waktu untuk mengajukan gugatan telah melampaui waktu, maka harus
dipandang sebagai kondisi “daluarsa” sehingga dengan demikian akibat hukumnya gugatan
menjadi gugur. Namun Faktanya Majelis Hakim menilai bahwa apabila suatu perkara yang
merupakan kewenangan Peradilan Tata Usaha Negara tetapi sudah melampaui tenggang waktu
mengajukan gugatan, maka dengan sendirinya kewenangan peradilan umum dalam hal ini
Pengadilan Negeri
Batusangkar.----------------------------------------------------------------------------------------------------

Bahwa Majelis Hakim Tingkat Pertama telah keliru dalam pertimbangannya dengan
menyimpulkan bahwa Penggugat (Termohon Banding) dalam petitumnya tidak pernah meminta
dilakukan pembatalan atas suatu ketetapan tata usaha negara, sehingga bukan menjadi
kewenangan peradilan tata usaha negara.-------------------------

Bahwa tindakan Tergugat (Pemohon Banding) yang tidak memproses perpanjangan IUP
Eksplorasi Penggugat, harus dipahami bahwa Tergugat (Pemohon Banding) telah menerbitkan
ketetapan (beschiking) yang merupakan ketetapan (beschiking) yang bersifat fiktif negatif
sebagai pejabat tata usaha negara yang memiliki kewenangan untuk hal dimaksud. Hal ini sesuai
dengan Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha
Negara sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 51
Tahun 2009 yakni sebagai
berikut :----------------------------------------------------------------------------------------
“Apabila Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara tidak mengeluarkan keputusan, sedangkan
hal itu menjadi kewajibannya, maka hal tersebut disamakan dengan Keputusan Tata Usaha
Negara”

Berdasarkan hal tersebut menurut hemat kami, apabila Penggugat (Termohon Banding) merasa
keberatan atas tindakan atau perbuatan Tergugat (Pemohon Banding), maka bukanlah
kewenangan Peradilan Umum untuk menguji tindakan administrasi Pejabat Tata Usaha Negara
dalam menerbitkan atau tidak menerbitkan keputusan tata usaha negara dalam hal ini Izin Usaha
Eksplorasi Pertambangan yang dimohonkan Penggugat (Termohon
Banding).----------------------------------------------

Bahwa terdapat ketidakkonsistenan pada putusan Majelis Hakim Tingkat Pertama yang
menggunakan Pasal 97 UU No.9 Tahun 2004 sebagai rujukan. Sebab Pasal 97 UU No.9 Tahun
2004 ternyata dijelaskan terhadap suatu Keputusan Tata Usaha Negara juga dapat dimintakan
putusan adanya penerbitan suatu keputusan tata usaha negara. Dengan demikian hak yang
dimintakan oleh Penggugat (Termohon Banding) harus diimplemantasikan dalam bentuk
penerbitan IUP Eksplorasi yang mana merupakan kompetensi/ kewenangan pengadilan tata
usaha negara.------------
Berdasarkan uraian tersebut, maka sudah sepantasnya Majelis Hakim Tingkat Banding judex
factie menyatakan menerima eksepsi Pemohon Banding sepanjang mengenai kompetensi
absolute.--------------------------------------------------------------------------

B.          Bahwa Majelis Hakim Tingkat Pertama telah keliru menolak Eksepsi mengenai Gugatan
Penggugat tidak didasarkan pada hukum yang benar; Gugatan Penggugat mengandung cacat
error in persona; Gugatan Penggugat Kurang Pihak; Gugatan Penggugat obscure libel (tidak jelas
dan kabur).-----------------------------------------------------

Bahwa Majelis Hakim Tingkat Pertama telah keliru dalam mempertimbangkan dalil-dalil pada
eksepsi yang diajukan Tergugat (Pemohon Banding). Dimana Majelis Hakim menggunakan
hanya 1 (satu) teori dalam menyimpulkan perkara ini yakni teori individualisasi. Meskipun
dalam teori individualisasi juga dimungkinkan namun masih terdapat kekurangan dari teori ini.
Sebab untuk menilai dan menyimpulkan suatu perkara dibutuhkan teori pembanding agar
terdapat keadilan bagi para
pihak.------------------------------------------------------------------------------------------------

Bahwa alasan yang diajukannya gugatan dalam perkara a quo didasarkan adanya perbuatan
melawan hukum (Pasal 1365 KUHPerdata) yang disangkakan kepada Tergugat (Pemohon
Banding). Meskipun dalam “perbuatan melawan hukum” (PMH) tidak perlu dibuktikan adanya
unsur “persetujuan” atau “kesepakatan” dan juga “causa yang diperbolehkan”, namun Timbulnya
kerugian akibat dari suatu PMH merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi berdasarkan Pasal
1365 KUHPerdata. Hubungan sebab akibat dari adanya suatu kerugian akibat dari suatu PMH
juga merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi sebagaimana Pasal 1365
KHUPerdata.----------------------------------------------------------------------------------------------------

Bahwa berdasarkan posita angka 11 dalam gugatannya Penggugat (Termohon Banding)


mendalilkan :---------------------------------------------------------------------------------------
“Tindakan Tergugat yang tidak memproses perpanjangan IUP Eksplorasi Penggugat
bertentangan dengan Pasal 42 ayat (1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara, perbuatan tersebut merupakan perbuatan melawan
hukum dan merugikan Penggugat”.

Bahwa dalam mengajukan gugatan perbuatan melawan hukum, maka sesuai yurisprudensi
putusan pengadilan sejak kasus Lindenbaum vs Cohen, setidak-tidaknya unsur perbuatan
melawan hukum tersebut memenuhi hal sebagai berikut : perbuatan yang melanggar ketentuan
perundang-undangan yang berlaku; yang melanggar hak orang lain yang dijamin oleh hukum;
perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban hukum dari si pelaku; perbuatan yang
bertentangan dengan kesusilaan; perbuatan yang bertentangan dengan sikap tindak yang baik
(patut) dalam
bermasyarakat.----------------------------------------------------------------------------------------

Bahwa Pasal 42 ayat (1) UU .No. 4 Tahun 2009 dan penjelasannya , sebagai berikut :
IUP Eksplorasi untuk pertambangan mineral logam dapat diberikan dalam jangka waktu paling
lama 8 (delapan) tahun.

Penjelasan :
Jangka waktu 8 (delapan) tahun meliputi penyelidikan umum 1(satu) tahun; eksplorasi 3 tiga)
tahun dan dapat diperpanjang 2 (dua) kali masing-masing 1 (satu) tahun; serta studi kelayakan
1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang 1 (satu) kali 1 (satu) tahun.

Bahwa berdasarkan hal tersebut menurut hemat kami, maka sudah sepantasnya Termohon
Banding menguraikan hubungan antara kerugian yang diderita akibat perbuatan yang yang
dilakukan oleh Pemohon Banding. Sementara dalam gugatan ini tidak pernah satupun bentuk
kerugian yang ditimbulkan oleh perbuatan Termohon Banding dengan permohonan adanya
penerbitan ganti kerugian.--------------

Bahwa dilain pihak Majelis Hakim Tingkat Pertama berpendapat perumusan kejadian perkara
didasarkan pada permasalahan keperdataan dalam hal-hal yang diatur dalam UU. No. 4 Tahun
2009. Hal ini merupakan pendapat keliru sebab pemberian IUP Eksplorasi dari negara kepada
perusahaan, koperasi dan perseorangan bukanlah dalam ranah keperdataan melainkan
administrasi negara.
Sebab timbulnya hak tidak lahir karena perikatan atau perjanjian melainkan lahir dari perbuatan
administrasi negara yang diimplementasikan dalam bentuk keputusan tata usaha negara dalam ini
Keputusan Bupati Tanah Datar tentang IUP
Eksplorasi.-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-

Bahwa menimbang pendapat Majelis Hakim Peradilan Tingkat Pertama yang mendasarkan pada
teori bahwa adalah hak setiap Penggugat untuk menggugat dan menentukan pihak-pihak yang
akan digugatnya, semestinya tidak dipandang secara
sempit.------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-

Bahwa dalam perkara a quo terdapat rangkaian peristiwa yang harus uraikan oleh Penggugat
yang melibatkan beberapa pihak didalamnya, yakni mulai dari pihak-pihak terkait persyaratan
perizinan sampai dengan pihak-pihak mana yang memiliki kewenangan untuk mengeluarkan
perizinan.--------------------------------------------------------

Bahwa sebagaimana yang telah dikemukan oleh Pemohon Banding dalam Eksepsi dan Jawaban,
Duplik serta kesimpulan terdapat andil besar pihak lain sehingga tercipta rangkaian fakta hukum
yang harus diungkapkan dalam persidangan. hal ini sesuai dengan adagium hukum : jus in causa
positum (dalam fakta terkandung
hukum)-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
--

Bahwa berdasarkan Penjelasan Umum UU No. 4 Tahun 2009 yang terangkum dalam pokok-
pokok pikiran angka 2 (dua) dan angka 6 (enam) , dinyatakan :
Angka 2
Pemerintah selanjutnya memberikan kesempatan kepada badan usaha yang berbadan hukum
Indonesia, koperasi, perseorangan, maupun masyarakat setempat untuk melakukan
pengusahaan mineral dari batubara berdasarkan izin, yang sejalan dengan otonomi daerah,
diberikan oleh Pemerintah dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya masing-
masing.
Angka 6
Dalam rangka terciptanya pembangunan berkelanjutan, kegiatan usaha pertambangan harus
dilaksanakan dengarl memperhatikan prinsip lingkungan hidup, transparansi, dan partisipasi
masyarakat

Oleh karenanya Pemerintah Daerah sebagai institusi yang diberikan kewenangan untuk
memberikan kesempatan kepada kepada badan usaha yang berbadan hukum Indonesia, koperasi,
perseorangan, maupun masyarakat setempat untuk melakukan pengusahaan mineral dari
batubara yang sejalan dengan otonomi daerah memiliki kekuasaan penuh
didalamnya.-----------------------------------------------------------------------------

Kewenangan dimaksud dapat dipandang sebagai kewenangan Pemerintah Daerah dalam


menentukan persyaratan perizinan yang berskala otonomi lokal sesuai dengan karakteristik
setempatnya dengan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan.--------------------------------------------------------------------------------------------------------
-

Bahwa kewenangan dalam pelaksanaan otonomi dimaksud juga diamanatkan dalam


pembentukan peraturan perundang-undangan sebagaimana tertuang dalam Pasal 14 UU No. 12
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan yakni :
Materi muatan Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota berisi
materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan serta
menampung kondisi khusus daerah dan/atau penjabaran lebih lanjut Peraturan
Perundangundangan yang lebih tinggi.

Bahwa berdasarkan Pasal 9 ayat (3) Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2008 tentang Tanah
Ulayat dan Pemanfaatannya, dinyatakan :
Pemanfaatan tanah ulayat untuk kepentingan badan hukum dan atau perorangan dapat
dilakukan berdasarkan surat perjanjian pengusahaan dan pengelolaan antara penguasa dan
pemilik berdasrkan kesepakatan masyarakat adat dengan badan hokum dan atau perorangan
dalam jangka waktu teertentu dalam bentuk lain yang disepakati berdasrkan masyawarah dan
mufakat di KAN, diketahui oleh pemerintahan nagari.

Berdasarkan hal tersebut Tungku Tigo Sajarangan sebagai lembaga yang berasal unsur KAN
memiliki kewenangan dalam pengusaan ulayat, dimana wilayah IUP Eksplorasi yang dimintakan
perpanjangan seluruhnya merupakan berstatus tanah
ulayat.------------------------------------------------------------------------------------------------------------
--

Oleh sebab itu dukungan dari Tungku Tigo Sajarangan merupakan persyaratan yang harus
dipenuhi oleh Termohon Banding. --------------------------------------------------------------

Dengan tidak adanya dukungan dari Tungku Tigo Sajarangan ataupun Penolakan dari Tungku
Tigo Sajarangan jelas adalah diluar kekuasaan dari Pemohon Banding. untuk dapat menerbitkan
IUP Eksplorasi.-------------------------------------------------------------

Berdasarkan hal tersebut jelas terangkum uraian peristiwa yang ternyata tidak pernah diuraikan
dan dibuktikan oleh Termohon Banding selama pemeriksaan perkara ini di Tingkat
Pertama.---------------------------------------------------------------------------
Fakta :
Bahwa tidak diperpanjangnya IUP Eksplorasi Penggugat karena adanya penarikan dukungan
dari Tigo Tungku Sajarangan (KAN, BPRN dan Wali Nagari III Koto) yang semula mendukung
kegiatan eksplorasi biji besi yang dilakukan oleh Penggugat.

Bahwa apabila Penggugat merasa dirugikan, maka hal tersebut akibat tindakan sepihak KAN,
BPRN dan Wali Nagari III Koto yang menarik dukungannya sebagai syarat penerbitan
perpanjangan IUP Eksplorasi. Oleh karenanya sepantas Penggugat mengajukan tuntutan terhadap
Tigo Tungku Sajarangan (KAN, BPRN dan Wali Nagari III
Koto).-----------------------------------------------------------------------------------

Bahwa sesuai dengan Hukum Acara Perdata, gugatan Penggugat yang tidak lengkap atau
tidak sempurna karena kurang pihak dapat dinyatakan tidak dapat
diterima.-----------------------------------------------------------------------------------------------

Bahwa Majelis Hakim Tingkat Pertama dalam pertimbangan menolak Gubernur Sumatera Barat
sebagai pihak dalam perkara ini disebabkan Kuasa Hukum Tergugat (Pemohon Banding) tidak
dapat membuktikan sejumlah keputusan keperdataan yang dilakukan pemerintah Kabupaten
Tanah Datar dengan Termohon Banding adalah keliru dan tidak
benar.----------------------------------------------------------------

Bahwa sebagaimana telah diuraikan dalam oleh Pemohon Banding dalam Eksepsi dan Jawaban,
Duplik serta kesimpulan bahwa lahirnya IUP Eksplorasi bukanlah dalam ranah keperdataan
melainkan murni administrasi negara, sebab Kuasa Pertambangan (sebagaimana dimaksud UU
No. 11 Tahun 1967) dan IUP Eksplorasi (UU No. 4 Tahun 2009) bukan lahir karena perikatan
atau perjanjian melainkan pendelegasian kewenangan dari negara kepada badan usaha yang
berbadan hukum Indonesia, koperasi, perseorangan, maupun masyarakat setempat untuk
melakukan pengusahaan mineral dari batubara berdasarkan
izin.--------------------------------------------

Bahwa berdasarkan Pasal 14 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah, maka Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan bidang energi dan sumber daya mineral
dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi. Dimana merujuk pada Matriks Pembagian
Urusan Pemerintahan Konkuren antara Pemerintah Pusat dan Daerah Provinsi dan Daerah
Kabupaten/Kota, Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral, Sub Bidang Batubara dan Mineral,
maka penerbitan Izin Usaha Pertambangan mineral logam dan batubara dalam rangka
penanaman modal dalam negeri pada wilayah izin usaha pertambangan Daerah yang berada
dalam (satu) Daerah provinsi termasuk wilayah laut sampai dengan 12 mil laut merupakan
kewenangan propinsi dalam hal ini Gubernur Propinsi Sumatera
Barat.---------------------------------------------------------------------

Berdasarkan hal tersebut, kewenangan pemberian IUP Eksplorasi menjadi kewenangan Gubernur
Propinsi Sumatera Barat. Oleh karena itu sudah sepantasnya Pemerintah Propinsi Sumatera Barat
dalam hal ini Gubernur Sumatera Barat juga harus
digugat.---------------------------------------------------------------------------------------------------
Berdasarkan uraian tersebut, maka sudah sepantasnya Majelis Hakim Tingkat Banding judex
factie menyatakan menerima eksepsi Pemohon Banding sepanjang mengenai Eksepsi mengenai
Gugatan Penggugat tidak didasarkan pada hukum yang benar; Gugatan Penggugat mengandung
cacat error in persona; Gugatan Penggugat Kurang Pihak; Gugatan Penggugat obscure libel
(tidak jelas dan kabur).-------------------

C.          Bahwa Majelis Hakim Tingkat Pertama telah keliru mempertimbangkan pemeriksaan pokok
perkara yang mengabulkan gugatan Penggugat (Termohon Banding)
seluruhnya.-----------------------------------------------------------------------------------------

Bahwa Majelis Hakim Tingkat Pertama tidak konsisten dalam pertimbangannya terutama
berkenaan dengan perbuatan melawan hukum dan adanya perikatan hukum keperdataan antara
Penggugat dengan Tergugat.----------------------------------------

Bahwa diawal pertimbangannya Majelis Hakim Tingkat Pertama menyatakan (halaman 48 alinea
6) :---------------------------------------------------------------------------------------
“Menimbang, bahwa PMH dengan jelas kita jumpai di dalam Pasal 1365 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata ditentukan : Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa
kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian
itu, mengganti kerugian tersebut. Pasal ini menunjukan bahwa hubungan hukum antara dua
subyek hukum atau lebih tidak diperjanjikan, tetapi muncul setelah ada perbuatan yang
menimbulkan kerugian kepada orang lain…

Namun pada pertimbangan hukum lainnya Majelis Hakim Tingkat Pertama menyatakan
(halaman 49 alinea 1) :---------------------------------------------------------------------
“Menimbang, bahwa terjadi perikatan hukum keperdataan antara Penggugat diawali dengan
adanya Surat Permohonan PT. Selaras Bumi Banua (selaku Pengguna saat ini) Nomor
011/SBB-SK/V/2005 tanggal 5 April 2005 dan Nomor 028/SSB-D/V/2006 tanggal 26 Mei 2006
perihal Permohonan Ijin Kuasa Pertambangan Eksplorasi Bijih Besi, yang diajukan kepada
Tergugat selaku Kepala Daerah di Kabupaten Tanah Datar dan oleh Pihak Tergugat
permohonan tersebut setelah dipertimbangkan bahwa yang bersangkutan telah memenuhi
persyaratan sebagaimana dimaksud Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Nomor 1453/K/29/MEM/2000 tanggal 3 Nopember 2000 tentang Pedoman Teknis
Penyelenggaraan Tugas Pemerintah di Bidang Pertambangan Umum…”
Dengan demikian terlihat bahwa Majelis Hakim Tingkat Pertama berada dalam keraguan tentang
perkara ini termasuk perbuatan melawan hukum atau wanprestasi yang lahir karena perjanjian
atau perikatan.---------------------------------------------------------

Bahwa berdasarkan teori hukum, maka gugatan perbuatan melawan hukum tidak dapat
dicampur adukkan dengan gugatan wanprestasi sebab PMH lahir dari perikatan karena undang-
undang, sedang-kan wanprestasi lahir dari perikatan karena
perjanjian.----------------------------------------------------------------------------------------------

Bahwa terdapat keberpihakan Majelis Hakim Tingkat Pertama dalam perkara ini dengan seolah
beban pembuktian dipikul oleh Tergugat, sementara sesuai dengan asas hukum acara perdata dan
Pasal 283 RBg dinyatakan “barangsiapa mendalilkan suatu hak atau mengajukan suatu peristiwa
hukum untuk menegaskan haknya atau untuk membatalkan adanya hak orang lain, harus
mebuktikan hak atau peristiwa
itu”.---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
---

Bahwa dalam perkara a quo, tidak ada satupun fakta hukum yang menyatakan bahwa Pemohon
Banding (Tergugat) telah melakukan PMH sebagaimana yang disangkakan oleh Termohon
Banding (Penggugat), namun disatu sisi malah Majelis Hakim Tingkat Pertama yang
meneguhkan pendirian bahwa Pemohon Banding (Tergugat) tidak bisa membuktikan Tigo
Tungku Sajarangan sebagai pemilik lahan dan nama-nama pemilik lahan sebagaimana bukti T-4
yang diajukan oleh Pemohon Banding
(Tergugat).-------------------------------------------------------------------------------------------

Bahwa faktanya Tungku Tigo Sajarangan merupakan perwakilan dari KAN, BPRN dan Weali
Nagari, dimana Saksi Hendri, SH merupakan Wali Nagari III Koto adalah juga sebagai pemilik
lahan memberikan kesaksian bahwa saksi secara pribadi dan mewakili kaumnya merasa
keberatan dengan adanya kegiatan eksplorasi yang dijalankan oleh Termohon
Banding.---------------------------------------------------------------------
Begitu juga Saksi Asrizal yang merupakan Sekretaris KAN Nagari Koto yang juga sebagai
pemilik lahan merasa keberatan dengan adanya kegiatan eksplorasi yang dijalankan oleh
Termohon Banding.---------------------------------------------------------------------

Dengan demikian apabila Majelis Hakim Tingkat Pertama meragukan pembuktian yang diajukan
oleh Pemohon Banding (Tergugat) bahwa tidak ada satupun pemilik lahan yang berkeberatan
jelas adalah keliru.---------------------------------------------------------

Bahwa Majelis Hakim Tingkat Pertama tidak obyektif terhadap beban pembuktian yang diajukan
oleh Termohon Banding (Penggugat), dimana Majelis Hakim berpendapat Penggugat (Termohon
Banding) telah memenuhi semua kewajibannya yang dibebankan oleh Tergugat, khususnya
mengenai persetujuan pemilik lahan.---

Bahwa faktanya Penggugat (Termohon Banding) tidak pernah membuktikan dari 351, 4 Ha
wilayah IUP Eksplorasi telah seluruh pemilik lahan menyetujuinya. Sementara dalam alat bukti
surat yang diajukan Termohon Banding (Penggugat) hanya 14 pemilik lahan yang setuju atau
lebih kurang 30 % saja dari keseluruhan wilayah IUP
Eksplorasi.-------------------------------------------------------------------------------------

Bahwa Majelis Hakim Tingkat Pertama telah keliru dalam pertimbangannya yang menyatakan :
(halaman 54 alinea 3 Putusan )
“Menimbang, bahwa tiada suatu kewajiban yang ditetapkan oleh Tergugat mengenai adanya
ijin dari pemilik lahan, namun demikian Penggugat telah dapat menunjukkan bukti
persetujuan…”

Bahwa sesuai Pasal 135 UU No. 4 Tahun 2009, maka Pemegang IUP Eksplorasi atau IUPK
Eksplorasi hanya dapat melaksanakan kegiatannya setelah mendapat persetujuan dari
pemegang hak atas tanah.---------------------------------------------------------------------
Berdasarkan hal tersebut, seharus Penggugat (Termohon Banding) wajib membuktikan bahwa
telah seluruh pemilih lahan memberikan izin untuk melaksanakan kegiatan. Sementara dalam
pembuktian Termohon Banding (Penggugat) hanya membuktikan 14 pemilik lahan saja atau 10
% dari jumlah wilayah yang dilaksanakan
kegiatan.-------------------------------------------------------------------

Bahwa tidak benar adanya keterangan Saksi Hendri, SH dan Saksi Asrizal menyatakan yang
melakukan penolakan adalah bukan pemilik lahan sebagaimana ternagkum dalam keterangan
Saksi dalam putusan Pengadilan Tingkat Pertama, melainkan Saksi menggunakan kalimat
“bukan hanya”.-------------------------------------

Bahwa ketrangan Saksi tersebut bertalian dengan bukti surat yang diajukan oleh Pemohon
Banding (Tergugat) Bukti Surat T-4---------------------------------------------------

Bahwa fakta yang sebenarnya adalah saksi-saksi yang diajukan oleh Pemohon Banding
(Tergugat) yakni Saksi Hendri, SH dak Saksi Asrizal, mengungkapkan dipersidangan sebagian
pemilik lahan melakukan penolakan terhadap kegiatan eksplorasi dan adanya kegagalan
sosialisasi yang dilakukan oleh Penggugat (Termohon
Banding)------------------------------------------------------------------------------------

Bahwa selanjutnya Majelis Hakim Tingkat Pertama telah salah mengkonstair alat bukti yang
diajukan oleh Termohon Banding (Penggugat) terkait dengan soal adanya kekhawatiran
kerusakan lingkungan dengan merujuk alat bukti surat Penggugat (Termohon Banding) bukti
Surat P-63 ; bukti surat P-64 dan Bukti surat P-65 yang merupakan surat berkenaan Fisibility
Study (studi kelayakan).-----------------------------

Bahwa apabila Majelis Hakim Tingkat Pertama berpendapat masih ada tempo waktu yang masih
dimiliki oleh Termohon Banding (Penggugat) selama 1 (satu) sebagaiaman pertimbangan
Majelis Hakim halaman 58 alinea 2, maka sudah sepantasnya Majelis Hakim Tingkat Pertama
mempertimbangan tahapan kegiatan IUP eksplorasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat
(1) UU.No. 4 Tahun 2009, dimana untuk tahun ke 8 (delapan) adalah kegiatan Fisibility Study
(studi
kelayakan).-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Faktanya :
Hasil Fisibility Study (studi kelayakan) dari kegiatan eksplorasi dari Termohon Banding telah
selesai dan oleh karenanya Termohon banding seharusnya sudah masuk pada tahap IUP
Produksi. (Bukti Surat P-63; 64 dan 65)

Bahwa Majelis Hakim Tingkat Pertama telah keliru menyatakan bahwa Tergugat (Termohon
Banding) mempunyai kewenangan untuk menentukan wilayah izin usaha pertambangan dan
wilayah yang menjadi objek perkara a quo bukan tempat yang dilarang untuk melakukan
kegiatan usaha pertambangan.------------------------------------

Bahwa berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Tanah Datar Tahun 2011 -2031, maka kawasan yang menjadi wilayah IUP
Eksplorasi dari Penggugat (Termohon Banding) bukanlah termasuk kawasan yang diperbolehkan
sebagai kawasan pertambangan.----------------

Dengan demikian maka IUP Eksplorasi yang telah diterbitkan oleh Pemohon Banding (Tergugat)
haruslah dinyatakan gugur karena bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan.--------------------------------------------------------------------------

Bahwa berdasarkan UU No. 4 Tahun 2009, maka wilayah pertambangan ditentukan oleh
pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya. Oleh karenanya putusan Majelis Hakim
Tingkat Pertama terkait wilayah yang diperkenankan untuk melakukan kegiatan usaha
pertambangan telah bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan.----------------------------------------------------------------------------------------

Bahwa putusan maajelis hakim tingkat pertama adalah putusan yang tidak bisa dijalankan sebab
putusan dimaksud hanya menetapkan adanya hak IUP Eksplorasi dan IUP Operasi produksi bagi
termohon banding , sementara permohonan banding tidak memiliki kompetensi untuk
menyatakan hak dimaksud , diluar kewenangan sebagaimana dalam pasal 14 Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang pemerintah
Daerah.------------------------------------------------------------------------------------------

Bahwa putusan Pengadilan Tingkat Pertama tidak serta merta bisa dijalankan
sebab IUP Operasi Produk yang di nyatakan sebagai hak oleh Majelis Hakim Tingkat Pertama
kepada Termohon Banding baru ada jika telah memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh
peraturan perundang-undangan termasuk salah satunya izin pemilik lahan-
------------------------------------------------------------------------------------------------------

D.          Pengajuan Alat Bukti Surat berupa Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Barat Nomor 16 Tahun
2008 tentang Tanah Ulayat dan Pemanfaatannya dan Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar
Nomor 2 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar Tahun 2011
-2031.---------------------------------------------

Bahwa bersamaan dengan diajukan Memori Banding ini, Pemohon Banding bermohon kepada
Majelis Hakim Tingkat Banding Judex Factie kiranya berkenan mempertimbangan 2 (dua) alat
bukti Surat beruppa peraturan perundangan-undangan yang belum pernah diajukan sebelumnya
pada pembuktian di Pengadilan Tingkat Pertama
yakni :-------------------------------------------------------------------------------------
1.           Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Barat Nomor 16 Tahun 2008 tentang Tanah Ulayat dan
Pemanfaatannya.-------------------------------------------------------------
Bukti :
Peranan KAN dan Pemerintahan Nagari terkait dengan pemanfaatan tanah ulayat di Sumatera
Barat.---------------------------------------------------------------------------

2.           Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 2 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Tanah Datar Tahun 2011 -2031.-----
Bukti :

Bahwa lokasi yang menjadi wilayah IUP Eksplorasi oleh Termohon Banding tidak termasuk
dalam kawasan pertambangan.----------------------------------------------
Berdasarkan pertimbangan dan alasan serta fakta-fakta yang telah diuraikan di atas, kiranya
Majelis Hakim Tingkat Banding berkenan menjatuhkan putusan sebagai berikut :

Mengadili
1.     Menerima Permohonan Banding dari Pembanding semula Tergugat.
2.     Membatalkan Putusan Pengadilan Negeri Batusangkar Nomor : 29/Pdt.G/2014/PN.Bsk, tanggal
18 Agustus 2015.

Mengadili Sendiri
Dalam Eksepsi
1.     Mengabulkan eksepsi Tergugat untuk seluruhnya.
2.     Membebankan biaya perkara yang timbul kepada Penggugat.

Atau apabila Majelis Hakim berpendapat lain, ex aequo ex bono, mohon putusan yang seadil-
adilnya…

Hormat Kami
Kuasa Pemohon Banding,

M. Rezha Fahlevie, SH

Anda mungkin juga menyukai