Anda di halaman 1dari 11

JAWABAN TERHADAP EKSEPSI,REPLIK PENGGUGAT DAN JAWABAN

TERGUGAT REKOPENSI
NOMOR : 49/PDT.G/2020/PN.TTE

Kepada
Yth. Majelis Hakim Pengadilan Negeri Ternate
Yang Memeriksa dan Mengadili Perkara
Nomor : 49/Pdt.G/2020/PN.Tte
di-
Ternate.

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Sehubungan dengan adanya eksepsi,Jawaban Tergugat dan gugatan


rekopensi dari Tergugat I dan Eksepsi, jawaban dari Tergugat III tertanggal
3 November 2020, maka dengan ini para Penggugat akan menyampaikan
Jawaban Terhadap Eksepsi, Replik Penggugat dan Jawaban Tergugat
Rekopensi yang pada pokoknya sebagai berikut :

TERGUGAT I

JAWABAN TERHADAP EKSEPSI

NE BIS IN INDEM

Kalaupun mengutip putusan Mahkamah Agung No. 1456 K/Sip/1967


Tanggal 6 Desember 1969 menyatakan “hakikat dari asas hukum ne bis in
indem adalah bahwa baik para pihak yang berperkara (subject) maupun
barang yang disengketakan (objek) dalam gugatan perdata tersebut adalah
sama “
Menilai suatu perkara apakah itu ne bis in idem ataukah tidak haruslah
dilihat dari gugatan yang ajukan, pada putusan Pengadilan Negeri Ternate
Nomor 14/Pdt.G/2015/PN.TTe tanggal 13 Juni 2016 dst, putusan tersebut
bersifat Declaratoir/voluntaire jurisdicte dalam hal tersebut tidak ada ne bis
in idem”.

Sekedar pengetahuan untuk Tergugat I, unsur yang terdapat pada Pasal


1917 KUHPerdata yakni :
a. Objek yang sama
b. Pihak yang sama
c. Alasan/Dalil gugatan yang sama
Unsur dalam pasal 1917 haruslah berlaku secara kumulatif. Sehingga jika
salah satu untur tidak terpenuhi maka tidak bisa dikatakan sebagai ne bis
in idem.

Tergugat I mengutip banyak sekali yurisprudensi namun tidak memahami


maksud dari yurisprudensi tersebut dan membabi buta dimasukan sebagai
exception res judicata.

Sebagai contoh penggugat mendalilkan kalaulah “.... apabila putusan yang


bersifat positif (menolak untuk mengabulkan), kemudian putusan tersebut
telah berkekuatan hukum tetap maka dalam putusan tersebut melekat ne bis
in indem” namun perlu Para Penggugat sampaikan, Tergugat I tidak
mengerti maksud dari putusan yang bersifat positif, maksud dari putusan
yang bersifat positif ialah bahwa dengan putusan pengadilan tersebut
masalah yang disengketakan telah berakhir atau sifatnya litis finiri oppertet,
namun masih ada pihak yang harus di gugat karena berada dalam objek
garapan para penggugat.

Sehingga eksepsi terkait dengan perkara nebis in idem haruslah di tolak


Gugatan Error In persona

Tergugat I mendalilkan bahwa objek perkara dengan SHM no 579 dan 578
yang disengketakan adalah milknya, dan mendalilkan bahwa perkara a quo
adalah eror in persona yang kualifikasinya yakni mengenai salah sasaran
pihak yang digugat.

1. Bahwa, pada prinsipnya Para Penggugat menolak semua dalil-dalil yang


disampaikan dalam eksepsi terkait Error In Persona oleh Tergugat I.
2. Bahwa dalil yang disampaikan adalah keliru, para penggugat mengajukan
gugatan berdasarkan putusan pengadilan negeri ternate yang salah satu
amarnya yakni orang tua para Penggugat dan Para Penggugat secara sayh
memiliki hak untuk menggarap atas objek sengketa seluas 40.450 m2, yang
di dalam objek tersebut mash ada tanah dan bangunan dengan SHM no
579 dan 578 an Tergugat I.
3. Bahwa, Tergugat I mendalilkan sejak tahun 2008 tanah tersebut telah
dibangun usaha kos-kosan, namun perlu untuk Tergugat I ketahui sejak
1958 Orang Tua Para Penggugat telah menggarap objek yang diatasnya
terdapat bangunan Tergugat I. Dan Tergugat I mendalilkan para penggugat
menempati untuk menggarap diatas tanah yang lain yakni meminta ijin
adalah rekayasa Tergugat I.
4. Bahwa, Kedudukan Para Penggugat sudah cukup jelas sebagaimana amar
putusan pengadilan, ORANG TUA PENGGUGAT DAN PARA PENGGUGAT I-
111 secara syah memilik hak untuk menggarap atas objek sengketa
tersebut seluas 40.450 m2, lantas dimana putusan pengadilan yang
ambigu sehingga perlu dijelaskan oleh Para Penggugat ?
5. Bahwa, Dengan adanya Putusan Pengadilan Negeri Ternate no
14/Pdt.G/2015/Pn Tte tanggal 13 Juni dst. Tergugat I haruslah menggugat
Telkom, Koperasi Sekar dan BPN, karena dalam putusan a quo sangatlah
jelas kalau Telkom dan BPN telah melakukan Perbuatan Melawan Hukum,
6. Bahwa, sudah sangat jelas sebagaimana putusan pengadilan negeri ternate
nomor 14/Pdt.G/2015/Pn Tte, para penggugat memiliki hak untuk
menggarap, kalaupun dalilnya para tergugat tidak pernah menggarap
diatas tanah milik Tergugat I, bagaimana mau menggarap sementara salah
satu objek tanah tersebut masih dikuasai oleh Tergugat I.

OBSCUUR LIBEL

1. Bahwa, Para Penggugat menolak semua dalil-dalil Tergugat dalam eksepsi


kecuali yang secara Tegas diakui dan dibernarkan oleh Penggugat.
2. Bahwa, Tergugat I tidak cermat dalam memahami gugatan, Suatu Gugatan
bisa nyatakan kabur (obscuur libel) menurut M. Yahya Harahap, S.H dalam
bukunya Hukum Acara Perdata (Hal 449-451) setidaknya memenuhi
unsur-unsur sebagai berikut :
a. Tidak jelas dasar hukum dalil gugatan
b. Tidak jelasnya objek perkara
c. Petitum tidak jelas
3. Bahwa, tanah yang menjadi objek garapan adalah Hak Kelompok Tani
bukanlah Objek waris yang diwajibkan untuk melalui penetapan
Pengadilan Agama. Terkait dengan ILHAM TAHER/ Penggugat III memang
ada kekeliruan dalam hal pencantuman pekerjaan penggugat III. Terkait
dengan keabsahan kuasa silahkan tanyakan kepada istrinya atau tanyakan
kepada yang bersangkutan apakah menandatangani surat kuasa atau
tidak, karena surat kuasa semua ditandatangani oleh pihak.
4. Bahwa, kedudukan beberapa orang Penggugat sebagai ahli waris pengganti
dipersoalkan oleh Tergugat I karena harus melalui Penetapan Ahli waris di
pengadilan agama bukanlah suatu keharusan, karena tidak ada dasar
hukum yang mewajibkan demikian dan ini adalah pandangan Tergugat I
sendiri.
5. Bahwa,gugatan telah menjelaskan dan menyebutkan posita (fundamentum
petendi) dan petitum (tuntutan). Antara keduanya terdapat persesuaian
dan tidak terjadi penyimpangan satu sama lain. Sehingga materi gugatan
ini tidak kabur (obscuur libel) sebagaimana telah diuraikan dalam guagatan
Para Penggugat. Dengan demikian dalil sesat yang disampaikan dalam
eksepsi Tergugat I haruslah ditolak.
Dalam Pokok Perkara

1. Bahwa, seluruh dalil-dalil yang dikemukakan Para Penggugat dan


tanggapan eksepsi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam pokok
perkara ini.
2. Bahwa, Para Penggugat tetap pada dalil-dalil sebagaimana dikemukakan
Para Penggugat dalam gugatan dan menolak seluruh dalil-dalil Tergugat I
dalam Eksepsi maupun Jawaban kecuali yang secara tegas diakui
kebenarannya oleh Para Penggugat.
3. Bahwa, dasar dalil gugatan ini adalah Putusan Pengadilan, dan sudah
sangat jelas kalaulah Orang Tua Penggugat menggarap tanah seluas 40.450
M2 sejak tahun 1958, dan saudara Ansar Djae tidak pernah meminta ijin
kepada Tergugat I untuk menanam tanaman bulanan sebagaimana dalam
jawaban Tergugat I angka 4.
4. Bahwa, sebagaimana di jelaskan sebelumnya Penetapan Ahli waris di
pengadilan agama yang harus di lakukan oleh beberapa orang Penggugat
sebagai ahli waris pengganti bukanlah suatu keharusan, dalam UU sendiri
mengatakan “dapat” bukan “wajib/harus”, karena tidak ada dasar hukum
yang mewajibkan maka pandangan sesat Tergugat I seperti ini haruslah
dikesampingkan.
5. Bahwa, sebagaimana jawaban angka 7, Tergugat I mendalilkan dasar
pembelian tanah yang sekarang di tempati oleh Tergugat I adalah HGB 01
yang telah berakhir tanggal 30 Oktober 2010 dan sebelum masa
berakhirnya ditingkatkan menjadi Hak milik. Kalaupun merujuk pada
pertimbangan hukum Pengadilan Negeri Ternate nomor 14/pdt.g/2015/Pn
Tte Hal 46 ahli Prof. Dr. Husen Alting, SH sudah menjelaskan terkait
dengan hal yang dimaksud yakni “ suatu Hak guna Bangunan diberikan
oleh harus sesuai dengan peruntukannya, dan HGB boleh dijual kepada
pihak ketiga asal sesuai dengan peruntukannya semula”. Para Penggugat
mengakui keabsahan jual beli tersebut sah namun dalam putusan
pengadilan jual beli tersebut hanya berlaku sampai HGB tersebut berakhir,
sehingga pada tahun 2010 dengan berakhirnya HGB maka harus di
kembalikan sesuai dengan peruntukannya, sehingga pertimbangan
hukumnya Majelis Hakim berpendapat “ Hak Guna Bangunan (HGB) No.01
tersebut sudah tidak mempunyai kekuatan hukum lagi dan oleh karena
sejak tahun 2010 tidak berlaku lagi dan tidak ada satupun bukti surat yang
diajukan dipersidangan bahwa Sertifikat Hak Guna Bangunan (HGB) No. 01
diperpanjang maka Majelis berpendapat segala peristiwa hukum lainnya
yang megikuti hak-hak Guna Bangunan tersebut juga sudah tidak
mempunyai kekuatan hukum”.
6. Bahwa, dalam putusan pengadilan para penggugat memiliki hak untuk
menggarap tanah seluas 40.450 m2 yang didalamnya terdapat bangunan
milik Tergugat I, pertanyaannya bagaimana Para Penggugat mau
menggarap sedangkan Tergugat I masih menguasai objek tersebut? yang
tidak rasional sebaliknya adalah Tergugat I.
7. Bahwa, putusan tersebut tentu ada kaitannya dengan Tergugat I, sekali lagi
yakni objek seluas 40. 450.m2 yang diputuskan pengadilan didalam objek
tersebut terdapat kos-kosan milik Tergugat I, dan putusan tersebut menjadi
dasar untuk mengajukan gugatan di pengadilan.
8. Bahwa, dalil jawaban angka 10 Terlihat jelas kalau Tergugat tidak pernah
membaca Putusan Pengadilan Nomor 14/Pdt.G/2015/ PN Tte, dst. Padahal
salah satu Kuasa hukum dari Tergugat I pernah mengajukan Peninjauan
Kembali Terkait kasus diatas, yang akan Para Penggugat lampirkan memori
Peninjauan kembali yang diajukan oleh Kuasa Hukum Tergugat I saat
pembuktian nanti, dan melampirkan novum sertifikat-sertifikat yang
diantaranya adalah milik Tergugat I dan Tergugat III namun putusan PK
tersebut amarnya menolak permohonan kasasi dari kuasa hukum dari
salah satu Tergugat I, lantas mengapa dipertanyakan jawaban yang
harusnya Tergugat I sudah tau.
9. Bahwa, terkait dengan jawaban angka 11 tidak untk ditanggapi pada replik
untuk Tergugat I dan akan di jawab untuk Tergugat III, karena ditujukan
kepada Tergugat III
10. Bahwa, Tergugat I mulai melakukan lawakan dengan mengatakan
Para Penggugat yang meminta ijin kepada Tergugat I untuk memanfaatkan
lahan dan juga meminta bayaran. Lagi-lagi Tergugat I membual dan
membuat cerita dongeng, jangan sampai saat Tergugat I membuat jawaban
ini dengan sedang bermimpi ? meminta izin kepada Tergugat I adalah
dongeng di negeri impian Tergugat I, dalil seperti ini harusnya dibuat cerita
rakyat yang isinya lawakan Tergugat I.

DALAM REKOPENSI

1. Bahwa hal-hal yang Tergugat Rekopensi sampaikan dalam jawaban eksepsi


dan pokok perkara konpensi merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan dengan jawaban Rekopensi ini.
2. Bahwa, lagi-lagi cerita dongeng yang disampaikan Penggugat Rekopensi
kalau Tergugat Rekopensi II meminta ijin kepada Penggugat Rekopensi,
pada jawaban angka 13 Tergugat I Konvensi/Penggugat Rekopensi
menyampaikan Para Penggugat/Para Tergugat Rekopensi meminta ijin
kepada Tergugat I dan dalam Rekopensi Penggugat Rekopensi menyatakan
kalau hanya Penggugat II/Ansar djae yang meminta ijin, ironis lagi
meminta ganti rugi atas biaya sewa, Penggugat Rekopensi/Tergugat I
sedang menyampaikan fakta ataukah sedang bermimpi? Tanah yang
Penggugat Rekopensi tempati adalah hak penggarap bukan milik Penggugat
Rekopensi, sehingga dalil yang sesat Penggugat Rekopensi haruslah ditolak.
3. Bahwa, para tergugat tidak pernah menghentikan proses pembangunan
yang sedang dikerjakan oleh Penggugat Rekopensi, sehingga dalil
Penggugat Rekopensi yang isinya hanya mengarang haruslah ditolak,
sehingga kerugian Penggugat Rekopensi/Tergugat I dengan total kerugian
Rp. 362.000.000.- (tiga ratus enam puluh juta rupiah) haruslah ditolak,
4. Bahwa, pemasangan spanduk dasarnya adalah putusan pengadilan yang
menyatakan lahan seluas 40. 450 m2 adalah hak menggarap dari Para
Tergugat Rekopensi dan sudah melalui tahap persidangan dan pembuktian,
sehingga penggugat Rekopensi/Tergugat I bukan gagal paham tapi
pemahaman yang berlebihan dengan meminta uang sebesar Rp.
5.000.000.000 (lima miliar rupiah) haruslah di tolak.
5. Bahwa, selama beberapa tahun ini para Tergugat Rekopensi selalu
berupaya untuk masalah ini diselesaikan secara kekeluargaan, namun
hanya Penggugat Rekopensi/Tergugat I yang tidak mau menyelesaikan
secara baik
6. Bahwa, Penggugat Rekopensi mendalilkan para Terggugat Rekopensi telah
melakukan Perbuatan Melawan Hukum, bahwa yang melakukan Perbuatan
Melawan Hukum adalah Telkom, BPN dan TAHA SALEH, seharusnya
gugatan rekopensi ini diajukan kembali untuk menggugat mereka sesuai
dengan putusan Pengadilan Negeri Ternate Nomor 14/Pdt.G/2015/Pn Tte.
7. Bahwa, karena Perbuatan Para Tergugat Rekopensi tidak memenuhi unsur
sebagaimana dalam Pasal 1365 KUHPerdata maka seluruh dalil-dalil yang
disampaikan Penggugat Rekopensi dengan total nilai kerugian Rp.
5.362.000.000 (lima miliar tiga ratus enam puluh dua juta rupiah) dan
meminta uang paksa (dwansom) sebesar Rp. 1.000.000 (satu juta rupiah)
haruslah ditolak.
8. Bahwa, dalil Penggugat Rekopensi kabur dan tidak mendasar maka terkait
dengan sita jaminan haruslah di tolak.

TERGUGAT II

JAWABAN TERHADAP EKSEPSI

NE BIS IN IDEM

Unsur yang terdapat pada Pasal 1917 KUHPerdata yakni Objek yang sama,
Pihak yang sama, Alasan/Dalil gugatan yang sama. Unsur dalam pasal
1917 haruslah berlaku secara kumulatif. Sehingga jika salah satu untusr
tidak terpenuhi maka tidak bisa dikatakan sebagai ne bis in idem. Muatan
materi pun sangat berbeda dengan putusan yang sebagaimana di
sampaikan dalam Eksepsi Tergugat III

Kompetensi Absolut PTUN


Bahwa, Pengadilan Negeri Ternate berwewenang mengadili perkara ini,
karna dalilnya adalah menyangkut PMH dan Hak keperdataan Para
Penggugat sehingga Pengadilan Negeri Ternate berwewenang mengadili.
Bahwa, pada pasal 2 Huruf a UU No. 5 Tahun 1986 tentang Pengadilan
Tata Usaha Negar terakhir diubah dengan UU No. 51 Tahun 2009
dijelaskan yang tidak termasuk dalam pengertian Keputusan Tata Usaha
Negara adalah Keputusan Taa Usaha Negara yang merupakan perbuatan
hukum perdata. Sehingga dalil dari Tergugat III haruslah ditolak

Dalam Pokok Perkara

1. Para Penggugat menolak semua dalil yang disampaikan oleh Tergugat III
kecuali yang diakui secara tegas.
2. Bahwa, Tergugat III mendalilkan kalau Para Penggugat tidak bisa masuk
dalam kualifikasi khusus terkait jenis hak kepemilikan karena para
penggugat hanya mempunyai hak menggarap. Kalaupun merujuk pada PP
224 Tahun 1961 Jo SK Menteri Agraria No.Sk.509/Ka/1961 tanggal 22
Agustus 1961 menyebutkan bahwa petani penggarap yang mendapatkan
izin menggarap berhak mendaptkan hak milik atas tanah yang digarapnya
setelah dua tahun ia menggarap. Kalaupun merujuk pada putusan
Pengadilan Negeri Ternate Nomor 14/Pdt.G/2015/PN.Tte Tanggal 13 Juni
2016, Putusan Pengadilan Tinggi Maluku Utara Nomor
17/PDT/2016/PT.MU tanggal 13 Oktober 2016, Putusan Mahkamah Agung
Nomor 1140/PDT/PT.MU tahun 2017 tanggal 19 Oktober 2017 maka Para
Penggugat telah mendaptkan hak untuk menggarap sejak putusan tersebut
incrah, dengan dasar tersebut haruslah para Penggugat boleh memohon
kepemilikan kepada Tergugat III.
3. Bahwa, Para Penggugat tidak menggiring opini sebagaimana dalil angka 3
Tergugat III. Memang benar pemisahan sertidikat terjadi seblumnya ada
Putusan Pengadilan sebagaimana di dalilkan, namun bukannya
berdasarkan putusan itu pemecahan itu dinyatakan sebagai perbuatan
melawan hukum sebagaimana dalam pertimbangan hukum putusan Nomor
14/Pdt.G/2015/PN Tte. Hal 46 sewaktu Tergugat III menjadi Tergugat II
yakni “ ...... Tergugat II yang mendukung Tergugat III dalam hal
memecahkan HGB 01 tersebut menjadi beberapa HGB juga merupakan
perbuatan melawan hukum”. Tergugat III mempunyai andil yang sangat
besar dalam pemecahan tersebut, sehingga dalil Para Penggugat sangatlah
mendasar.
4. Bahwa, Tergugat III menyatakan Para Penggugat sangat naif, namun
Tergugat III lupa bahwa putusan Pengadilan Negeri Ternate Nomor
14/Pdt.G/2015/PN.Tte Tanggal 13 Juni 2016, Putusan Pengadilan Tinggi
Maluku Utara Nomor 17/PDT/2016/PT.MU tanggal 13 Oktober 2016,
Putusan Mahkamah Agung Nomor 1140/PDT/PT.MU tahun 2017 tanggal
19 Oktober 2017 menyatakan kalau Tergugat III telah melakukan
Perbuatan Melawan Hukum. Lantas siapa yang naif ?
5. Bahwa, mekanisme yang ditempuh oleh Para Penggugat telah di diserahkan
sebagaimana dalam pada pasal 50 ayat (4) dan salah satu persyaratan
adalah Berita Acara Pelaksanaan Eksekusi, dalam hal putusan perkara
yang memerlukan pelaksanaan putusan eksekusi; atau surat-surat lain
yang berkaitan.... telah di mohonkan sejak tahun 2019, para Penggugat
selalu mengoreksi kesalahan persayaratan yang di minta oleh Tergugat III
dan selalu memperbaikinya namun sampai dengan gugatan ini didaftarkan
Tergugat III tidak pernah memberikan informasi apapun terkait dengan
permohonan dimaksud.
6. Bahwa, point 13 sangatlah relevan karena itu adalah kewajiban dari
Tergugat III untuk membatalkan semua Sertifikat akibat pemecahan HGB
01.

Dalam Eksepsi

Menolak Eksepsi Tergugat I dan Tergugat III untuk seluruhnya

Dalam Pokok Perkara

1. Menolak jawaban Tergugat I dan Tergugat III untuk seluruhnya


2. Mengabulkan Gugatan Para Penggugat Untuk seluruhnya
Dalam Rekopensi

1. Menolak Gugatan Rekopensi Tergugat I/Penggugat Rekopensi untuk


seluruhnya
2. Menolak semua kerugian materil maupun inmateril yang tidak jelas dari
Tergugat I/Penggugat rekopensi sebesar Rp. 5.362.000.000 (lima miliar tiga
ratus enam puluh dua juta rupiah)
3. Menolak uang paksa (dwangsom) sebesar Rp. 1.000.000.- (satu juta rupiah)
4. Menghukum Penggugat Rekopensi/ Tergugat I untuk membayar biaya-
biaya yang timbul dari perkara ini.

Demikian kami sampaikan Replik,atas perhatian Mejelis hakim kami


ucapkan terima kasih.

Ternate, 06 November 2020


Hormat Kami
Kuasa Hukum Para Penggugat

Harly Setiawan, S.H.,M.H.,C.L.A

Anda mungkin juga menyukai