Anda di halaman 1dari 8

DUPLIK REKOVENSI

NOMOR : 49/PDT.G/2020/PN.TTE

Kepada
Yth. Majelis Hakim Pengadilan Negeri Ternate
Yang Memeriksa dan Mengadili Perkara
Nomor : 49/Pdt.G/2020/PN.Tte
di-
Ternate.

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Sehubungan dengan adanya diajukannya Jawaban Eksepsi & Replik


Rekovensi oleh Tergugat I tanggal 17 November 2020, dengan ini Kuasa
hukum Para Penggugat mengajukan Jawaban Eksepsi dan Duplik
Rekopensi sebagai berikut :

TERGUGAT I/PENGGUGAT REKOVENSI

JAWABAN TERHADAP EKSEPSI

Konstruksi hukum yang dibangun Kuasa Hukum dan Tergugat I haruslah


didasarkan pada argumentasi hukum yang jelas dan logis, pemahaman
hukum yang dangkal akan mengakibatkan eksepsi dan Replik Rekopensi
menjadi sangat rapuh dan mudah dibantah.

NE BIS IN INDEM

Tergugat I keliru dalam memahami subtansi dari perkara a quo, dalam


putusan Pengadilan Negeri Ternate No. 14/PDT.G/2015/PN.TTE tanggal 13
Juni 2016 dst masih ada pihak-pihak yang harus di gugat karena masih
ada pihak yang masih belum menerima putusan. Dan putusan yang
sifatnya declaratoir/voluntaire jurisdicte tidak bisa dikategorikan nebis in
idem.

Bahwa objek dalam perkara sebelumnya adalah tentang HGB 01 dan dalam
perakara a quo terkait dengan SHM No. 578 dan 579 an Kasman Kasim
sebagai akibat pemecahan HGB 01 yang menurut putusan pengadilan
negeri Ternate no. 14/PDT.G/2016/PN, penerbitan SHM yang diterbitkan
oleh Tergugat III adalah Perbuatan Melawan Hukum, dan para penggugat
meminta kepada Tergugat III untuk membatalkan SHM tersebut karena
cacat hukum.

Maka untuk itu dalil eksepsi Tergugat I haruslah ditolak

Gugatan Error In persona

1. Bahwa, pada prinsipnya Para Penggugat menolak semua dalil-dalil yang


disampaikan dalam eksepsi terkait Error In Persona oleh Tergugat I.
2. Bahwa, perolehan SHM milik Tergugat I tidak lagi mempunyai kekuatan
hukum karena asal tanah yang dimiliki oleh Tergugat I yakni dari Pihak
Telkom yang dalam pertimbangan hukum putusan no. 14/PDT.G/2016/PN
Tte menyatakan perbuatan PT. Telkom yang menjual serta perbuatan BPN
yang mendukung sehinga HGB tersebut menjadi terbagi bagi merupakan
perbuatan melawan hukum.
3. Bahwa, apa yang Para Penggugat sampaikan merupakan fakta hukum
sebagaimana telah diwujudkan dalam putusan. Penguasaan tanah sejak
tahun 1958 merupakan fakta hukum yang tidak terbantahkan
sebagaimana termuat dalam Putusan Pengadilan Negeri Ternate
No14/Pdt.G/2015/PN.Tte Tertanggal 13 juni 2016, Putusan Pengadilan
Tinggi Maluku Utara nomor 17/PDT/2016/PT MU tanggal 13 Oktober
2016, Putusan Mahkamah Agung Nomor : 1140 K/Pdt/2017 Tanggal 19
Oktober 2019. dan terkait dengan pergantian dan pemanfaatan lahan
sebagaiman dalil Tergugat I telah diputus oleh pengadilan sehingga tidak
perlu Para Penggugat tanggapi, baiknya Tergugat I kembali membaca
putusan sebagaimana dimaksud agar paham dan legowo.
4. Bahwa, dalam pertimbangan hukum putusan pengadilan negeri
No14/Pdt.G/2015/PN.Tte Tertanggal 13 juni 2016 sudah dijelaskan sejak
tahun 1958 orang tua para penggugat sejak turun temurun menggarap di
lahan seluas 40.450m2, di tahun 1990 PT. Telkom datang untuk
membangun kantor dengan jangka waktu berakhir di tahun 2010, sebelum
masa berakhir HGB 01 Tersebut, PT. Telkom telah menjual kepada SEKAR
yang menurut ahli jual beli tersebut tetaplah sah namun harus sesuai
dengan peruntukannya dan HGB 01 dan pemecahan HGB tersebut harus
berakhir tahun 2010 karena sesuai dengan peruntukannya. Penerbitan
sertifikat milik Tergugat I tidak sesuai dengan prosedur untuk itu dalam
Putusan pengadilan negeri Ternate, BPN, Telkom dan Taha Saleh telah
dinyatakan melakukan perbuatan melawan hukum. Dan tanah seluas 40.
450m2 harus dikembalikan kepada para penggarap untuk dikelola.
5. Bahwa, sumpah pemutus bukanlah alat bukti kalaupun dalil yang
disampaikan oleh Tergugat I benar silahkan buktikan, actori incumbit
probatio, siapa yang mendalilkan maka dialah yang harus dibuktikan.
6. Bahwa, Para Penggugat mendalilkan luas objek seluas 40.450 m2 karena
instrumen putusan menyatakan demikian, tanah yang di tempati oleh
Tergugat I tidak lagi mempunyai kekuatan hukum.
7. Bahwa, sudah sangat jelas sebagaimana putusan pengadilan negeri ternate
nomor 14/Pdt.G/2015/Pn Tte, para penggugat memiliki hak untuk
menggarap, sehingga gugatan a quo tetaplah dilanjutkan.

OBSCUUR LIBEL

1. Bahwa, Para Penggugat menolak semua dalil-dalil Tergugat dalam eksepsi


kecuali yang secara Tegas diakui dan dibernarkan oleh Penggugat.
2. Bahwa, tunjukan salah satu saja pasal yang tidak ambigu ataupun
yurisprudensi mana saja yang menyatakan bahwa kedudukan ahli waris
pengganti dalam gugatan harus ada penetapan Ahli Waris dari Pengadilan
Agama. Kalau ada perlihatkan jangan menginterprestasikan pasal,
Mahkamah Konstitusi saja interpretasikan 1 pasal harus membutuhkan 9
Hakim, jangan pemahaman yang dangkal dipakai sebagai dasar. Sekarang
kalaupun Tergugat I ingin menggugat seorang yang sudah meninggal
apakah membutuhkan terlebih dalu penetapan ahli waris pengganti
pengadilan agama sebelum mengajukan gugatan ? Kuasa hukum harus
bisa paham, pasti yang di gugat adalah salah satu ahli waris pengganti, dan
tidak perlu penetapan pengadilan karena bukan sengketa waris. Pasal 49
ayat 3 hanyalah terkait dengan kekuasaan pengadilan agama. Dan
sepanjang tidak ada ahli waris lain yang keberatan maka perkara a quo
haruslah tetap dilanjutkan.
3. Bahwa, keterangan dari lurah tetaplah bisa dipakai sepanjang bisa
dibuktikan kebenarannya, kalaupun Tergugat I merasa kalaulah
keterangan lurah tersebut Salah Para Penggugat persilahlan untuk
membuktikan dalil Tergugat I.
4. Bahwa, tidak ada dalam satu rumusan pasal yang menegaskan penetapan
ahli waris pengganti wajib didahulukan di pengadilan agama sebelum
mengajukan gugatan ke pengadilan, yang ada dalam perUU hanyalah
“dapat” namun tidak ada kata “wajib”. Keterangan Lurah bisa menjadi
dasar selagi keterangan tersebut benar dan dapat dibuktikan.
5. Dengan demikian dalil Kuasa hukum Tergugat I haruslah di tolak.

Dalam Rekovensi

1. Bahwa, seluruh dalil-dalil yang dikemukakan oleh Para Tergugat


Rekovensi/Para Penggugat dan tanggapan eksepsi merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dalam pokok perkara ini.
2. Bahwa, Para Tergugat Rekovensi/Para Penggugat tetap pada dalil-dalil
sebagaimana dikemukakan dalam Jawaban Rekovensi dan menolak
seluruh dalil-dalil Penggugat Rekovensi dalam Eksepsi maupun dalam
gugatan rekovensi kecuali yang secara tegas diakui kebenarannya oleh Para
Tergugat Rekovensi/Para Penggugat
3. Bahwa, dalam putusan pengadilan nomor 14/pdt.g/2015/Pn Tte Hal 46
“ .... HGB boleh dijual kepada pihak ketiga asal sesuai dengan
peruntukannya semula, dengan demikian maka proses jual beli antara
Tergugat I dengan Tergugat III terhadap HGB No. 01 Kelurahan sasa adalah
menurut hukum namun HGB tersebut hanya berlaku sampai tahun 2010 dan
harus sesuai dengan peruntukannya semula”

jual yang beli yang diperoleh Penggugat Rekovensi yang dibeli sebelum HGB
01 berakhir adalah sah, namun hanya berakhir sampai tahun 2010,
setelah itu dikembalikan sesuai dengan peruntukannnya. Di hal 42
putusan di maksud juga menjelaskan terkait dengan Pihak ketiga yang
telah membeli tanah aquo.
4. Bahwa, Para Tergugat Rekovensi telah menjelaskan status ahli waris
pengganti dalam gugatan sehingga gugatan tidak cacat formil, dan
tunjukan salah satu saja pasal yang tidak ambigu ataupun yurisprudensi
mana saja yang menyatakan bahwa kedudukan ahli waris pengganti dalam
gugatan harus ada penetapan Ahli Waris dari Pengadilan Agama. Kalau ada
perlihatkan jangan menginterprestasikan pasal, Mahkamah Konstitusi saja
interpretasikan 1 pasal harus membutuhkan 9 Hakim, jangan pemahaman
yang dangkal dan dituangkan. Sekarang kalaupun Tergugat I ingin
menggugat seorang yang sudah meninggal apakah membutuhkan terlebih
dalu penetapan ahli waris pengganti pengadilan agama sebelum
mengajukan gugatan ? Kuasa hukum harus bisa paham, pasti yang di
gugat adalah salah satu ahli waris pengganti, dan tidak perlu penetapan
pengadilan karena bukan sengketa waris. Pasal 49 ayat 3 hanyalah terkait
dengan kekuasaan pengadilan agama. Dan sepanjang tidak ada ahli waris
lain yang keberatan maka perkara a quo haruslah tetap dilanjutkan.
5. Bahwa, para penggugat/Tergugat Rekovensi sepakat kalau membaca
pandangan ahli haruslah di baca secara utuh, hal 46 pertimbangan hukum
:
“ .... HGB boleh dijual kepada pihak ketiga asal sesuai dengan
peruntukannya semula, dengan demikian maka proses jual beli antara
Tergugat I dengan Tergugat III terhadap HGB No. 01 Kelurahan sasa adalah
menurut hukum namun HGB tersebut hanya berlaku sampai tahun
2010 dan harus sesuai dengan peruntukannya semula”

“ menimbang, bahwa oleh karena HGB harus sesuai dengan peruntukannya

semula maka bagi SIAPAPUN yang mendapatkan hak dari HGB


tersebut juga harus sesuai dengan peruntukannya semula, oleh karena
peruntukan awal HGB No. 01 terhadap objek sengketa adalah untuk

pembangunan kantor Telkom dan perangkatnya maka perbuatan


Tergugat III yang kembali MENJUAL kepada PIHAK
LAIN sebagaimana fakta yang terungkap pada saat sidang ditempat
terdapat bangunan RUMAH KOS dan sekolah yang menurut
keterangan saksi-saki pada saat pemeriksaan Setempat berlangsung
PEMILIK RUMAH KOS tersebut membeli dari Tergugat III serta
MEMECAH sertifikat HGB No. 01 tersebut menjadi beberapa HGB
adalah PERBUATAN YANG TIDAK PATUT dan merupakan PERBUATAN
MELAWAN HUKUM, begitu pula dengan tindakan Tergugat II yang
mendukung Tergugat III dalam hal memecahkan HGB No. 01 tersebut
menjadi beberapa HGB juga merupakan perbuatan melawan hukum maka
petitum pada point (4) sudah sepatutnya dikabulkan hanya terhadap
Tergugat III maka sejak saat itu pula beralih haknya kepada Tergugat III dan
tanggung jawab sepenuhnya ada pada pihak Tergugat III.

Maka untuk itu khususnya kepada kuasa hukum Penggugat Rekovensi


membaca pertimbangan hukum suatu putusan harusnya dibaca secara
utuh jangan hanya mengutip beberapa bagian yang menguntungkan saja
hal ini diperlukan untuk mencegah adanya kesalahan pengertian atau
KEKELIRUAN dalam menemukan hukum.

6. Bahwa, masalah terkait Telkom, ganti kerugian masalahnya sudah


diselesaikan dalam putusan pengadilan sehingga para penggugat tidak
perlu menanggapi hal-hal yang tidak etis lagi dan Kuasa Hukum Penggugat
Rekovensi/Tergugat I hanya mengulang-ulang jawaban.
7. Bahwa, para tergugat rekovensi tidak pernah menghentikan proses
pembangunan yang sedang dikerjakan oleh Penggugat Rekopensi, sehingga
dalil Penggugat Rekopensi yang isinya hanya mengarang haruslah ditolak,
sehingga kerugian Penggugat Rekopensi/Tergugat I dengan total kerugian
Rp. 362.000.000.- (tiga ratus enam puluh juta rupiah) haruslah ditolak,
8. Bahwa, pemasangan spanduk dasarnya adalah putusan pengadilan yang
menyatakan lahan seluas 40. 450 m2 adalah hak menggarap dari Para
Tergugat Rekopensi dan sudah melalui tahap persidangan dan pembuktian,
sehingga penggugat Rekopensi/Tergugat I bukan gagal paham tapi
pemahaman yang berlebihan dengan meminta uang sebesar Rp.
5.000.000.000 (lima miliar rupiah) haruslah di tolak
9. Bahwa, selama beberapa tahun ini para Tergugat Rekopensi selalu
berupaya untuk masalah ini diselesaikan secara kekeluargaan, namun
hanya Penggugat Rekopensi/Tergugat I yang tidak mau menyelesaikan
secara baik
10. Bahwa, Penggugat Rekopensi mendalilkan para Terggugat Rekopensi
telah melakukan Perbuatan Melawan Hukum, bahwa yang melakukan
Perbuatan Melawan Hukum adalah Telkom, BPN dan TAHA SALEH,
seharusnya gugatan rekopensi ini diajukan kembali untuk menggugat
mereka sesuai dengan putusan Pengadilan Negeri Ternate Nomor
14/Pdt.G/2015/Pn Tte.
11. Bahwa, karena Perbuatan Para Tergugat Rekopensi tidak memenuhi
unsur sebagaimana dalam Pasal 1365 KUHPerdata maka seluruh dalil-dalil
yang disampaikan Penggugat Rekopensi dengan total nilai kerugian Rp.
5.362.000.000 (lima miliar tiga ratus enam puluh dua juta rupiah) dan
meminta uang paksa (dwansom) sebesar Rp. 1.000.000 (satu juta rupiah)
haruslah ditolak.
12. Bahwa, Penggugat Rekopensi/Tergugat I menggabungkan
Wanprestasi dan Perbuatan Melawan Hukum dalam satu gugatan
rekopensi, di satu sisi Penggugat Rekopensi menyatakan kalau Tergugat
Rekopensi II/Penggugat II telah meminta ijin untuk berkebun tanaman
bulanan dan ironisnya meminta biaya sewa, dan di satu sisi Penggugat
Rekopensi meminta kalau Tergugat Rekopensi telah melakukan perbuatan
melawan hukum, perlu diingat penggabungan gugatan diperbolehkan
apabila bisa di jelaskan hubungan terkait persoalan di maksud hal ini demi
menghidari putusan yang saling bertentangan.
13. Bahwa, dalil Penggugat Rekopensi kabur dan tidak mendasar maka
terkait dengan sita jaminan haruslah di tolak.

Dalam Eksepsi
Menolak Eksepsi Tergugat I dan Tergugat III untuk seluruhnya

Dalam Pokok Perkara


1. Menolak jawaban/duplik Tergugat I dan Tergugat III untuk seluruhnya
2. Mengabulkan Gugatan Para Penggugat Untuk seluruhnya

Dalam Rekopensi

1. Menolak Gugatan Rekopensi Tergugat I/Penggugat Rekopensi untuk


seluruhnya
2. Menolak semua kerugian materil maupun inmateril yang tidak jelas dari
Tergugat I/Penggugat rekopensi sebesar Rp. 5.362.000.000 (lima miliar tiga
ratus enam puluh dua juta rupiah)
3. Menolak uang paksa (dwangsom) sebesar Rp. 1.000.000.- (satu juta rupiah)
4. Menghukum Penggugat Rekopensi/ Tergugat I untuk membayar biaya-
biaya yang timbul dari perkara ini.

Demikian kami sampaikan Replik,atas perhatian Mejelis hakim kami


ucapkan terima kasih.
Ternate, 20 November 2020
Hormat Kami
Kuasa Hukum Para Penggugat

Harly Setiawan, S.H.,M.H.,C.L.A

Anda mungkin juga menyukai