Anda di halaman 1dari 17

JAWABAN GUGATAN

Perkara Nomor: 49/Pdt.Sus-PHI/2019/PN Bdg


Antara:
PT. VICTORY PAN MULTITEX ...............................................................TERGUGAT
MELAWAN
DADANG KURNIAWAN Dkk. ............................................................... PENGGUGAT

No. Jakarta, _____________ 2018

Kepada Yth.:
Yang Mulia Majelis Hakim Pengadilan Hubungan Industrial
pada Pengadilan Negeri Kelas 1A Bandung
Di Bandung

Dengan hormat,

Kami yang bertanda tangan di bawah ini, __________ bertindak untuk dan atas nama
Direksi PT. VICTORY PAN MULTITEX yang berkedudukan di Kota Jakarta Selatan,
selaku TERGUGAT, perkenankanlah Kami mengajukan Jawaban atas Gugatan
PENGGUGAT dalam Perkara No. 49/Pdt.Sus-PHI/2019/PN Bdg sebagai berikut:

Bahwa sebelum menguraikan Eksepsi dan Jawaban dalam perkara a quo, maka
terlebih dahulu TERGUGAT menerangkan dan menyatakan hal-hal sebagai berikut:
1. Bahwa Tergugat menolak dengan tegas seluruh dalil-dalil PENGGUGAT
kecuali atas pengakuan TERGUGAT yang dinyatakan secara jelas dan tegas
oleh TERGUGAT;
2. Bahwa TERGUGAT mengajukan eksepsi terhadap gugatan PENGGUGAT
yang mana Tergugat uraikan dalam eksepsi dibawah, dimana patut secara
hukum Majelis Hakim yang terhormat yang memeriksa perkara a quo
menimbang, memeriksa dan memutus dalam putusan sela dan atau putusan
akhir yang menyatakan bahwa Gugatan PENGGUGAT tidak dapat diterima
(Niet Onvankelijdke Verklaard);
3. Bahwa apa yang didalilkan PENGGUGAT adalah tidak benar, dan supaya
Majelis Hakim Yang Terhormat, yang memeriksa kasus ini tidak terkecoh oleh
dalil-dalil PENGGUGAT maka TERGUGAT perlu mengemukakan fakta-fakta
yang sebenarnya sebagai berikut.

DALAM EKSEPSI:
GUGATAN PENGGUGAT SALAH PIHAK (ERROR IN PERSONA)
4. Bahwa dalam Gugatan PENGGUGAT halaman 2 (dua), mengajukan Gugatan
kepada PT. VICTORY PAN MULTITEK, yang beralamat di Jl. Raya Batujajar
KM. 2.8 Batujajar Kabupaten Bandung Barat – Provinsi Jawa Barat;--------------
Bahwa berdasarkan Akta Pendirian Perusahaan PT. VICTORY PAN
MULTITEX Nomor: 64,-, melalui Rapat Umum Pemegang Saham, pada hari
Selasa, tanggal 20 Mei 2014, ditetapkan bahwa nama perusahaan adalah PT.
VICTORY PAN MULTITEX yang berkedudukan hukum di Kota Jakarta
Selatan.
Dalam Akta tersebut disebutkan legal entitiy atau nama perusahaan yang SAH
adalah PT. VICTORY PAN MULTITEX, yang berkedudukan hukum di Kota
Jakarta Selatan.

Menurut Yahya Harahap dalam bukunya “Hukum Acara Perdata tentang


Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian dan Putusan Pengadilan”
halaman 57 dan 58 menyebutkan bahwa:

Penulisan Nama Perseroan Harus Lengkap dan Jelas, berdasarkan:


1. Nama yang disebut dalam anggaran dasar atau yang tercantum
pada papan nama maupun yang tertulis pada surat-surat resmi
perusahaan;
2. Biasanya, selain ditulis nama lengkap perseroan, ditulis juga nama
singkatan sebagaimana yang disebut dalam anggaran dasar atau
papan nama.
Penulisan alamat didasarkan pada keabsahannya yaitu diambil dari
NPWP, Anggaran Dasar, Izin Usaha atau dari Papan Nama

Dengan demikian, Gugatan PENGGUGAT yang ditujukan kepada PT.


VICTORY PAN MULTITEX tersebut, adalah “Kekeliruan atau Kesalahan
Pihak” (Error In Persona) dalam Gugatan a quo, sehingga mengakibatkan
Gugatan a quo CACAT FORMIL.

Bahwa hal tersebut senada dengan artikel Hukum Online yang diterbitkan
tanggal 15 Mei 2017, mengutip dari Buku Yahya Harahap mengenai Hukum
Acara Perdata: Tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian
dan Putusan Pengadilan (hal. 117) menjelaskan bahwa:

“cacat formil yang timbul atas kekeliruan atau kesalahan bertindak sebagai
penggugat maupun yang ditarik sebagai tergugat dikualifikasi
mengandung error in persona.”

Untuk itu TERGUGAT memohon Kepada Majelis Hakim Pengadilan Hubungan


Industrial pada Pengadilan Negeri Kelas IA Bandung, dapat MENOLAK atau
setidak-tidaknya untuk TIDAK DAPAT MENERIMA Gugatan PENGGUGAT,
sebelum memasuki pembahasan substansi Gugatan dalam perkara a quo.

GUGATAN PENGGUGAT TIDAK JELAS/KABUR (OBSCUUR LIBEL)

5. Bahwa Gugatan PENGGUGAT pada poin 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 dan 16 pada


pokoknya PENGGUGAT mendalilkan Gugatannya mengenai Tindak Pidana
Kejahatan yang tertuang dalam Pasal 28 UU. 21 Tahun 2000, yaitu Union
Busting (Pemberangusan Serikat Pekerja/Buruh), lebih lanjut dalam poin 9, 10
dan 11 PENGGUGAT telah mendalilkan Gugatannya mengenai Perselisihan
Hak, lalu pada poin 12 dan 15 PENGGUGAT mendalilkan Gugatannya
mengenai Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja antara PENGGUGAT dan
TERGUGAT, sehingga telah terjadi ketidakjelasan antara Posita dan Petitum
Gugatan PENGGUGAT;-----------------------------------------------------------------------

Berdasarkan hal tersebut diatas, dalam Gugatan PENGGUGAT poin 1, 2, 3, 4,


5, 6, 7 dan 16 pada pokoknya PENGGUGAT mendalilkan Gugatannya
mengenai Tindak Pidana Kejahatan, yaitu: “dalam hal ini, PENGGUGAT
berasumsi bahwa TERGUGAT telah melakukan Union Busting
(Pemberangusan Serikat Pekerja/Buruh), yang mana menurut PENGGUGAT,
TERGUGAT telah melanggar Pasal 28 UUD 1945, Pasal 28, Pasal 43 UU. No.
21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Buruh dan Konvensi ILO No. 87 Tahun
1948 Tentang Kebebasan Berserikat dan Perlindungan Hak untuk
berorganisasi” (Vide : poin 1 – 7 dan 16 Gugatan).

Bahwa, berdasarkan bunyi Undang-Undang 21 Tahun 2000 Pasal 43, adalah


sebagai berikut:
Pasal 43
(1) Barang siapa yang menghalang-halangi atau memaksa
pekerja/buruh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28, dikenakan
sanksi pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama
5 (lima) tahun dan/atau denda paling sedikit Rp 100.000.000,00
(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah).
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan
tindak pidana kejahatan.

Tetapi, dalam Gugatannya PENGGUGAT juga berasumsi, bahwa TERGUGAT


telah salah dalam menerapkan mekanisme Mutasi dan PKWT, (Vide : poin 9,
10 dan 11 Gugatan), bahwa hal tersebut sesuai dengan Pasal 1 Ayat 2
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial adalah mengenai Perselisihan Hak antara
PENGGUGAT dan TERGUGAT.

Adapun, dalam poin 12 dan 15, PENGGUGAT telah mendalilkan mengenai


permasalahan Pemutusan Hubungan Kerja terhadap PENGGUGAT atau
perselisihan yang timbul karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai
pengakhiran hubungan kerja dan diwajibkan memberikan Uang
Kompensasinya (Vide : poin 12 dan 15 Gugatan).

6. Bersamaan dengan hal tersebut, KETIDAKJELASAN atau KABURNYA


Gugatan PENGGUGAT terlihat JELAS dan NYATA pada Petitum yang
dimohonkannya, yaitu:--------------------------------------------------------------------------

Bahwa poin 2 halaman 9 Petitum Gugatan, PENGGUGAT memohon kepada


Majelis Hakim Pengadilan Negeri Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri
Kelas IA Bandung untuk “Menyatakan bahwa TERGUGAT telah melakukan
Penolakan Serikat Pekerja dan telah melakukan Pemberangusan Serikat
Pekerja/ Serikat Buruh (Union Busting) dan harus dihukum.
Ketidakjelasan Gugatan yang diajukan oleh PENGGUGAT terlihat JELAS dan
NYATA, karena dalam petitum Gugatannya, PENGGUGAT memerintahkan
dalam Provisi mengenai pembayaran Upah Proses selama proses
perselisihan. Adapun terkait hal tersebut, sangatlah tidak masuk akal karena
dalam Positanya tidak ada kesinambungan atau kesesuian dengan Petitum
Gugatan PENGGUGAT tersebut.

7. Berdasarkan uraian tersebut di atas, jelas dan nyata menunjukkan bahwa


PENGGUGAT tidak konsisten dalam menyusun dalil-dalil Gugatannya karena
terdapat dalil-dalil yang kontradiktif satu sama lain atau saling tidak mendukung
atau bertentangan satu sama lainnya, yaitu PENGGUGAT mendasarkan
Gugatannya sebagai Gugatan Perselisihan Hubungan Industrial, tetapi dalam
dalil Posita dan Petitum, PENGGUGAT mendasarkan pula Gugatannya
mengenai Tindak Pidana Kejahatan sesuai Pasal 43 undang-Undang No.
21 Tahun 2000 Tentang Serikat Pekerja/Buruh dan dalam Petitum Provisi
PENGGUGAT juga memerintahkan/ menuntut diluar Positanya. Sehingga,
berdasarkan hal tersebut, menyebabkan Gugatan PENGGUGAT menjadi
TIDAK JELAS dan TIDAK TERTENTU (een duidelijke en bepaalde conclusie)
atau Gugatan PENGGUGAT telah KABUR (Obsecure Libelle), sehingga
Gugatan PENGGUGAT TIDAK MEMENUHI SYARAT FORMIL suatu
Gugatan.

Bahwa berdasarkan Jawaban TERGUGAT di atas, JELAS dan NYATA,


bahwa, PENGGUGAT “TELAH TIDAK TELITI dan TIDAK CERMAT” serta
“TELAH LALAI” merumuskan Posita dan Petitumnya secara jelas, tegas dan
berkesinambungan, sehingga Gugatan PENGGUGAT menjadi tidak jelas,
kabur atau tidak sempurna mengenai alasan-alasan dan dasar-dasar hukum
dalam Gugatannya.

Maka berdasarkan hal tersebut, Gugatan PENGGUGAT, dapat berakibat tidak


diterimanya petitum tersebut (vide : Yurisprudensi MA RI Nomor :
582K/Sip/1973 tanggal 18 Desember 1975 dan Yurispridensi MA RI Nomor
: 492K/ Sip/1970 tanggal 21 Nopember 1970 yang menyatakan “Karena
petitum gugatan tidak jelas, maka gugatan harus dinyatakan tidak dapat
diterima”).

Oleh karenanya, TERGUGAT mohon kepada Majelis Hakim yang memeriksa


dan mengadili perkara aquo agar berkenan menolak Gugatan PENGGUGAT
atau setidak-tidaknya dinyatakan TIDAK DAPAT DITERIMA (Niet Ontvankelijk
Verklaard).
PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL PADA PENGADILAN NEGERI
KELAS IA BANDUNG TIDAK BERWENANG MENGADILI PERKARA AQUO
8. Sebagaimana disampaikan oleh PENGGUGAT, pada Posita dan Petitum
Gugatan yang saling TIDAK BERKAITAN satu sama lainnya. apabila
PENGGUGAT ingin menindaklanjuti atau memproses Tindak Pidana
Kejahatan Union Busting, maka Lembaga atau Instansi yang berwenang untuk
menangani perkara aquo adalah BUKAN Pengadilan Hubungan Industrial
pada Pengadilan Negeri Kelas IA Bandung;---------------------------------------------
Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 56 UU No.2/2004, Pengadilan
Hubungan Industrial bertugas dan berwenang memeriksa dan memutus:
1) di tingkat pertama mengenai perselisihan hak;
2) di tingkat pertama dan terakhir mengenai perselisihan kepentingan;
3) di tingkat pertama mengenai perselisihan pemutusan hubungan kerja;
4) di tingkat pertama dan terakhir mengenai perselisihan antar serikat
pekerja/serikat buruh dalam satu perusahaan.

Adapun, berdasar pada Pasal 40 dan 41 UU. No. 21 Tahun 2000, Tindak
Pidana Kejahatan Union Busting, telah JELAS dan TERANG, mengenai
pengawasan dan penanganannya, yaitu:
Pasal 40
Untuk menjamin hak pekerja/buruh berorganisasi dan hak serikat
pekerja/serikat buruh melaksanakan kegiatannya, pegawai pengawas
ketenagakerjaan melakukan pengawasan sesuai dengan peraturan
perundang-perundangan yang berlaku.
Pasal 41
Selain penyidik pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, juga kepada
pejabat pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan instansi pemerintah yang
lingkup tugas dan tanggungjawabnya di bidang ketenagakerjaan diberi
wewenang khusus sebagai penyidik sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku untuk melakukan penyidikan tindak pidana.

Sehingga, berkaitan dengan hal tersebut merujuk pada Pasal 56 UU No.


24/2004 diatas, mengenai kewenangan Pengadilan Hubungan Industrial,
dalam hal ini TERGUGAT memohon kepada yang terhormat Majelis Hakim
Pengadilan Hubungan Industrial klas IA Bandung untuk MENOLAK atau
setidaknya TIDAK DAPAT MENERIMA Gugatan PENGGUGAT dalam perkara
a quo.

DALAM POKOK PERKARA


9. Bahwa segala sesuatu yang telah TERGUGAT uraikan dalam Eksepsi tersebut
di atas, secara mutatis mutandis mohon dianggap merupakan satu kesatuan
yang tidak terpisahkan dengan pokok perkara;------------------------------------------
10. Bahwa TERGUGAT menolak dengan tegas seluruh dalil-dalil PENGGUGAT
kecuali atas pengakuan TERGUGAT yang dinyatakan secara jelas dan tegas
oleh TERGUGAT;-------------------------------------------------------------------------------

11. Bahwa TERGUGAT menolak segala proses Penyelesaian Hubungan


Industrial (Bipartit, Tripartit & Gugatan) yang diajukan oleh PENGGUGAT
kepada TERGUGAT, karena tidak sesuai dengan Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Hubungan Industrial;------------------------

Bahwa atas hal tersebut diatas, PENGGUGAT melakukan Penyelesaian


Hubungan Industrial kepada TERGUGAT, telah melibatkan Pihak
Eksternal/Luar yaitu Pihak Dewan Pimpinan Cabang Gabungan Organisasi
Buruh Seluruh Indonesia (DPC. GOBSI), sedangkan Serikat Pekerja/Buruh
yang diakui secara hukum, berdasarkan bukti pencatatan yang didaftarkan
pada Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung adalah _____________
dengan nomor pendaftaran _________________ dan tertera pada
pengesahan PKB PT. VICTORY PAN MULTITEX. Dengan demikian, atas
segala proses yang dilakukan PENGGUGAT tersebut, TERGUGAT merasa
tidak perlu untuk menanggapi dan secara patut menghiraukan segala bentuk
keputusan didalamnya, dikarenakan secara formil, hal tersebut tidak lah sesuai
dengan ketentuan Perundang-Undangan khususnya Undang-undang Nomor
2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial,
dimana menurut TERGUGAT mengacu pada Undang-undang Nomor 2
Tahun 2004 kehadiran pihak selain Pekerja/Buruh, Serikat Pekerja/Buruh dan
Pengusaha dalam suatu perusahaan dalam proses Penyelesaian
Permasalahan Hubungan Industrial, adalah menyalahi prosedural yang telah
diatur sedemikian jelas dalam UU No 2 Tahun 2004.

Hal diatas sesuai dengan Ketentuan-ketentuan sebagaimana berikut ;


Pasal 1 Angka 1 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2004:
“Perselisihan Hubungan Industrial adalah perbedaan pendapat yang
mengakibatkan pertentangan antara pengusaha atau gabungan
pengusaha dengan pekerja/buruh atau serikat pekerja/buruh karena
adanya perselisihan mengenai Hak, Perselisihan Kepentingan,
Perselisihan PHK dan Perselisihan antara Serikat Pekerja/buruh dalam
suatu perusahaan”

Dalam hal ini, Pasal 1 Angka 10 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004:


“Perundingan Bipartit adalah perundingan antara pekerja /buruh atau
serikat pekerja/buruh dengan pengusaha untuk menyelesaikan
perselisihan hubungan industrial”.

Lebih lanjut pembentuk Undang-undang memberikan pemahaman secara


JELAS dalam Bab Penjelasan atas Undang-undang Nomor 2 Tahun 2004
Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial sebagaimana
berikut;
Penjelasan Pasal 3 ayat (1) UU No 2 Tahun 2004 ;
“Yang dimaksud perundingan Bipartit dalam pasal ini adalah perundingan
antara pengusaha atau gabungan pengusaha dan pekerja atau serikat
pekerja/serikat buruh atau antara serikat pekerja/serikat buruh dan serikat
pekerja/serikat buruh yang lain dalam satu perusahaan yang berselisih”.

Lebih lanjut, terkait hal tersebut secara terang dan jelas pengakuan
perusahaan terhadap serikat pekerja diatur dalam PKB PT. VICTORY PAN
MULTITEX dengan Serikat Pekerja __________ tertanggal___________,
sebagai berikut:

(ISI PKB, mengenai PENGAKUAN TERHADAP SUATU SERIKAT PEKERJA)

Sehingga berdasarkan ketentuan diatas, telah memberikan mekanisme yang


jelas dan terang mengenai Penyelesaian Hubungan Industrial. Sehingga,
langkah PENGGUGAT yang melibatkan pihak lain yang tidak sesuai dengan
amanah Undang-undang nomor 2 tahun 2004 dan PKB PT. VICTORY PAN
MULTITEX dengan Serikat Pekerja ________, ialah tindakan diluar koridor
hukum, sehingga segala tindakan/proses hukum PENGGUGAT yang ada atau
setelah atau lanjutan atas perkara a quo tersebut, kami mohon agar majelis
hakim dapat menolaknya;

12. Bahwa TERGUGAT menolak dengan TEGAS dalil angka 1 halaman 2


Gugatan PENGGUGAT;----------------------------------------------------------------------
Bahwa berdasarkan hubungan kerjanya, PENGGUGAT adalah karyawan:

(isi sanggahan mengenai status pekerja apa, masa kerja dan jabatan
terakhir).

Sehingga, berdasarkan hal tersebut diatas, terlihat JELAS dan NYATA bahwa,
yang didalilkan PENGGUGAT dalam angka 1 halaman 2 Gugatan,
PENGGUGAT terlihat mengada-ngada dan tidak sesuai dengan fakta
kebenaran data yang ada dalam perkara a quo.

PROSES PEMBERITAHUAN KEMITRAAN SERIKAT PEKERJA TIDAK


SESUAI DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG
SERIKAT PEKERJA DAN TIDAK SESUAI DENGAN FAKTA YANG TERJADI

13. Bahwa TERGUGAT menolak dalil angka 1, 2, 3, 4 dan 5 halaman 2 sampai


3 Gugatan PENGGUGAT, dengan alas an sebagai berikut;----------------------

Bahwa FAKTA yang sebenar-benarnya terjadi adalah sebagai berikut:


Bahwa para PENGGUGAT benar, adalah karyawan (PKWT/PKWTT) pada PT.
VICTORY PAN MULTITEX, yang TELAH SELESAI masa kerjanya, dengan
rincian sebagai berikut:
- Hsgbvgkbv
- Jd
- (isi data data pekerja, masa kerja, jenis perjanjian dan status saat ini)

Bahwa pada tanggal 12 Juli 2017, TERGUGAT telah menerima perihal Surat
Pemberitahuan Keberadaan Serikat Buruh GOBSI. Adapun terkait hal
tersebut, TERGUGAT tidak mengetahui maksud dari dikirimkannya Surat
Pemberitahuan Keberadaan Serikat Buruh GOBSI, sehingga TERGUGAT
tidak menanggapi apa yang telah dikirimkan PENGGUGAT tersebut.

Bersama dengan ini, apabila PENGGUGAT bermaksud ingin menjadikan


Serikat Pekerja GOBSI sebagai mitra dilingkungan perusahaan TERGUGAT
dan para PENGGUGAT sebagai anggota perwakilannya, Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2000 Tentang Serikat Pekerja/ Serikat Buruh, telah
memfasilitasinya, yaitu:
Pasal 23
Pengurus serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat
pekerja/serikat buruh yang telah mempunyai nomor bukti pencatatan harus
memberitahukan secara tertulis keberadaannya kepada mitra sesuai
dengan tingkatannya.
Bahwa, berdasarkan hal tersebut diatas untuk membuktikan Legalitas dan
keabsahan dari Serikat Pekerja yang dibentuk oleh para PENGGUGAT. Dalam
hal ini, PENGGUGAT tidak hanya mengirimkan satu lembar Surat
Pemberitahuan Keberadaan Serikat Buruh GOBSI kepada TERGUGAT,
seperti yang dilakukan PENGGUGAT kepada TERGUGAT. Akan tetapi para
PENGGUGAT DKK. Sebagai representasi Serikat Pekerja GOBSI, juga harus
melampirkan SK Pencatatan dari Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung
dan SK keanggotan yang menjadi pengurus di lingkungan perusahaan
TERGUGAT.

Sehingga, berdasarkan hal tersebut, TERGUGAT merasa untuk tidak


menanggapi kepentingan dari GOBSI tersebut karena menurut TERGUGAT
hal yang dilakukannya telah TIDAK SESUAI.

14. Bahwa, asumsi yang disampaikan oleh PENGGUGAT terkait 14 (empat belas)
orang karyawan yang diintimidasi oleh TERGUGAT, Cq. PENGGUGAT DKK.,
karena menjadi anggota Serikat Pekerja GOBSI pada lingkungan perusahaan
TERGUGAT adalah TIDAK BENAR dan MENGADA-NGADA;---------------------

Adapun, menurut asumsi PENGGUGAT pada pokoknya “setelah pertemuan


yang dilakukan tanpa adanya Surat Undangan Perundingan dan Risalah
Pertemuan antara PENGGUGAT dan TERGUGAT, Berimplikasi pada 9
(sembilan) orang anggotanya mengundurkan diri karena mendapatkan
intimidasi dari TERGUGAT.” Bahwa terkait hal tersebut, secara TEGAS dan
NYATA TERGUGAT nyatakan TIDAK PERNAH TERJADI dan ASUMSI
SECARA SUBJEKTIF PENGGUGAT saja, karena sampai pada saat Gugatan
ini di layangkan oleh PENGGUGAT, TERGUGAT tidak mengetahui keabsahan
dan legalitas dari Serikat Pekerja GOBSI dan siapa saja karyawan
TERGUGAT yang menjadi anggota Serikat Pekerja GOBSI tersebut.
Dikarenakan PENGGUGAT ataupun DPC GOBSI TIDAK PERNAH
mengirimkan SK Pencatatan/Nomor Resmi Pencatatan dari Instansi yang
berwenang dan SK mengenai Keanggotaan GOBSI pada lingkungan
perusahaan TERGUGAT.

Sehingga, dalam menjalankan Hak dan Kewajiban antara Pengusaha dan


Pekerja, sebagaimana hubungan kerja yang diamanatkan oleh Undang-
Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan TIDAK ADA
sedikitpun INTIMIDASI dan KESEWENANG-WENANGAN.

Bahwa TERGUGAT jelaskan lebih lanjut, mengenai Pemutusan Hubungan


Kerja antara PENGGUGAT atas nama Dadang Kurniawan dengan
TERGUGAT adalah dikarenakan PENGGUGAT atas nama Dadang
Kurniawan MENGAKHIR HUBUNGAN KERJANYA berdasarkan KEMAUAN
SENDIRI pada tanggal __________ berdasarkan Surat yang dibuat oleh yang
bersangkutan tertanggal ___________. Adapun, pengakhiran hubungan kerja
antara TERGUGAT dan PENGGUGAT atas nama Dadang Kurniawan
tersebut telah sesuai dengan Pasal 154 huruf b UU. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakejaan, yaitu :
“b. Pekerja/buruh mengajukan pengunduran diri, secara tertulis atas
kemauan sendiri tanpa ada indikasi adanya tekanan/intimidasi dari
Pengusaha, berakhirnya hubungan kerja sesuai dengan Pejanjian keja
waktu tertentu untuk pertama kali;.”

Lebih lanjut, mengenai tindakan INTIMIDASI dan KESEWENANG-


WENANGAN yang dituduhkan oleh PENGGUGAT tersebut mengenai
MUTASI karyawan TERGUGAT, adalah sudah sesuai dengan UU. 13 Tahun
2003 Tentang Ketenagakerjaan dan PKB PT. VICTORY PAN MULTITEX,
yaitu :
Pasal 32
(1) Penempatan tenaga kerja dilaksanakan berdasarkan asas terbuka,
bebas, obyektif, serta adil, dan setara tanpa diskriminasi.
(2) Penempatan tenaga kerja diarahkan untuk menempatkan tenaga kerja
pada jabatan yang tepat sesuai de ngan keahlian, keterampilan, bakat,
minat, dan kemampuan dengan memperhatikan harkat, martabat, hak
asasi, dan perlindungan hukum.
(3) Penempatan tenaga kerja dilaksanakan dengan memperhatikan
pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja sesuai
dengan kebutuhan program nasional dan daerah.

PP/PKB Pasal ____

(isi PKB/PP tentang Mutasi)

Berdasarkan hal tersebut diatas, terlihat JELAS dan NYATA dalil-dalil


PENGGUGAT sangatlah SUBJEKTIF dan TIDAK BERDASAR sesuai fakta
yang ada. Oleh karena itu, TERGUGAT memohon kepada Majelis Hakim
Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Kelas IA Bandung
untuk MENOLAK dan setidak-tidaknya untuk TIDAK DAPAT DITERIMA.
Terkecuali PENGGUGAT dapat membuktikan dalil-dalil Gugatannya.

TIDAK PERNAH TERJADI TINDAK PIDANA KEJAHATAN UNION BUSTING/


PEMBERANGUSAN SERIKAT PEKERJA/BURUH DI PERUSAHAAN
PENGGUGAT BEKERJA

15. Bahwa TERGUGAT dengan TEGAS MENOLAK dalil PENGGUGAT pada


poin 6 dan 7 halaman 3 dan 4 Gugatannya, dengan alasan sebagai berikut;-

Bahwa dalam dalil Gugatannya, PENGGUGAT pada pokoknya mendalilkan


TERGUGAT “telah melakukan perbuatan Union Busting/ Pemberangusan
Serikat Pekerja/Serikat Buruh yang bertentangan dengan Pasal 28 UUD 1945,
Pasal 28, Pasal 43 UU. No. 21 Tahun 2000 Tentang Serikat Pekerja/Serikat
Buruh, dan Konvensi ILO No. 87 Tahun 1948 Tentang Kebebasan berserikat
dan Perlindungan Hak Untuk Berorganisasi.”

Adapun terkait dalil PENGUGAT tersebut adalah TIDAK BENAR dan


berdasarkan asumsi SUBJEKTIFITAS PENGGUGAT. Karena secara JELAS
dan NYATA, PT. VICTORY PAN MULTITEX adalah perusahaan bertaraf
Nasional yang mempunyai tanggung jawab penuh terhadap kepentingan sosial
dan hak karyawan berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku
di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Bahwa, secara TEGAS pengakuan dan tanggung jawab TERGUGAT terhadap
Kebebasan Berserikat, dibuktikan dalam PKB PT. VICTORY PAN MULTITEX,
Pasal ____, yaitu:

(isi PKB tentang pengakuan kebebasan berserikat)

Lebih lanjut, PT. VICTORY PAN MULTITEX sebagai badan hukum perseroan,
secara TEGAS dan NYATA mendukung adanya Serikat Pekerka/ Serikat
Buruh dilingkungan perusahaan dengan tanpa adanya diskriminasi dan
intimidasi dari Pihak manapun. Hal ini TERGUGAT buktikan dengan, secara
penuh memberikan dukungan kepada Serikat Pekerja/ Serikat Buruh Cq.
Anggotanya yang ada dalam lingkungan perusahaan TERGUGAT, yaitu:

(isi adakah bukti/histori dukungan perusahaan terhadap kegiatan Serikat)

Sehingga berdasarkan hal tersebut diatas, secara JELAS dan NYATA,


PENGGUGAT telah MENGADA-NGADA dan penuh KEBOHONGAN.
Adapun, TERGUGAT memohon kepada Majelis Hakim Pengadilan Hubungan
Industrial pada Pengadilan Negeri Kelas IA Bandung untuk mengabaikan,
menolak ataupun setidak-tidaknya untuk tidak dapat menerima dalil
PENGGUGAT dalam poin 6 dan 7 halaman 3 dan 4 Gugatan.

PROSES MUTASI KARYAWAN, SUDAH SESUAI DENGAN PERATURAN


PERUNDANG-UNDANGAN DAN PKB YANG BERLAKU

16. Bahwa dengan tegas, TERGUGAT menolak dalil Gugatan poin 8 dan 9
halaman 4 PENGGUGAT, dengan alasan sebagai berikut;-------------------------

Bahwa, dalam dalil PENGGUGAT pada pokoknya menyatakan “kegiatan


MUTASI dilakukan tidak sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan yang
berlaku.” Adapun terkait hal tersebut, TERGUGAT nyatakan TIDAK BENAR
dan SUBJEKTIFITAS para PENGGUGAT, karena berdasarkan PKB PT.
VICTORY PAN MULTITEX, mutasi karyawaan sudah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Dengan TEGAS dalam hal ini diatur dalam Pasal ____ PKB PT. VICTORY
PAN MULTITEX, adalah sebagai berikut:

(Isi Pasal PKB tentang Mutasi)

Adapun selain hal tersebut diatas, menurut TERGUGAT bahwa karyawan


adalah asset yang berharga bagi Pengusaha Cq. TERGUGAT, oleh
karenanya, dalam hal ini, TERGUGAT pasti memberikan kesempatan yang
sama dan sebesar-besarnya kepada seluruh karyawan PT. VICTORY PAN
MULTITEX, untuk berkembang sebagai penunjang karirnya, sesuai yang
diamanatkan UU. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Sehingga,
Mutasi yang dilakukan oleh TERGUGAT kepada PENGGUGAT dalam perkara
a quo, telah sesuai dengan yang diamanatkan oleh Peraturan Perundang
Undangan dan tentu TIDAKLAH berdasarkan Kesewenangan/Balas
Dendam/Intimidasi TERGUGAT kepada PENGGUGAT belaka, seperti yang
di asumsikan oleh PENGGUGAT dalam Gugatannya (Vide: poin 9 Gugatan).

Untuk itu, apabila PENGGUGAT TIDAK DAPAT MEMBUKTIKAN dalil


mengenai kegiatan mutasi karyawan tersebut, berdasarkan
Kesewenangan/Intimidasi/Balas Dendam TERGUGAT kepada
PENGGUGAT, dengan ini TERGUGAT mohon kepada Majelis Hakim
Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Kelas IA untuk
MENOLAK atau setidak-tidaknya untuk menyatakan TIDAK DAPAT
MENERIMA.

DALAM MENJALANKAN USAHANYA, TERGUGAT BERLANDASAKAN


PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN PKB YANG BERLAKU
ANTARA PENGGUGAT DAN TERGUGAT

17. Bahwa TERGUGAT, menolak dengan TEGAS dalil Gugatan pada poin 10 dan
11 halaman 4 dan 5 PENGGUGAT, dengan alasan sebagai berikut;-------------

Bahwa dalam dalil Gugatan PENGGUGAT dinyatakan, “TERGUGAT tidak


mengindahkan Hak-Hak Pekerja seperti yang diamanahkan Peraturan
Perundang Undangan-Undangan yang berlaku, mengenai PKWT,
Kepesertaan Jaminan Sosial dan Sistem Pengupahan.”

Adapun, dalil PENGGUGAT tentang hal tersebut adalah TIDAK BENAR dan
MENGADA-NGADA, karena dalam prakteknya, TERGUGAT dalam
menjalankan usahanya berdasarkan Peraturan Perundang Undangan yang
berlaku di Negara Kesatuan Republik Indonesia dan PKB yang berlaku antara
PENGUGAT dan TERGUGAT.

Sehingga, apa yang didalilkan oleh PENGGUGAT mengenai hal tersebut


dalam Gugatannya adalah penilaian SUBJEKTIF dan PENUH DENGAN
KEBOHONGAN, oleh karenanya berdasarkan Yurisprudensi Mahkamah
Agung Republik Indonesia No. 1211K/Sip/1971, tanggal 15 April 1972,
yaitu:
“Siapa yang mendalilkan sesuatu, haruslah membuktikan dalilnya”., yang
berbunyi sebagai berikut:

Untuk itu, berdasarkan hal-hal diatas, TERGUGAT mohon kepada Majelis


Hakim Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Kelas IA
Bandung untuk mengabaikannya.

PROSES PENYELESAIAN PERMASALAHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL


PENGGUGAT, TELAH TERJADI PENYIMPANGAN DAN PATUT UNTUK
DIKESAMPINGKAN KARENA PENGGUGAT TELAH MELIBATKAN PIHAK
EKSTERNAL/LUAR

18. Bahwa dengan TEGAS, TERGUGAT menolak dalil Gugatan PENGGUGAT


poin 12, 13 dan 14 halaman 6, dengan alasan sebagai berikut;-------------------
Bahwa TERGUGAT menolak segala proses Penyelesaian Hubungan
Industrial (Bipartit, Tripartit & Gugatan) yang telah ditempuh oleh
PENGGUGAT kepada TERGUGAT, karena tidak sesuai dengan Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Hubungan Industrial.

Terkait atas hal tersebut diatas, PENGGUGAT melakukan Penyelesaian


Hubungan Industrial kepada TERGUGAT, telah melibatkan Pihak
Eksternal/Luar yaitu Pihak Dewan Pimpinan Cabang Gabungan Organisasi
Buruh Seluruh Indonesia (DPC. GOBSI). Hal ini dikarenakan, Serikat
Pekerja/Buruh yang diakui kebsahannya menurut hukum, berdasarkan bukti
pencatatan yang didaftarkan pada Dinas Tenaga Kerja Kerja adalah
_____________ dengan nomor pendaftaran _________________ dan tertera
pada pengesahan PKB PT. VICTORY PAN MULTITEX kepada Pekerja.

Dengan itu, atas segala proses yang dilakukan PENGGUGAT tersebut,


TERGUGAT tidak merasa perlu untuk menanggapi dan secara patut
menghiraukan segala bentuk keputusan didalamnya, dikarenakan secara
formil, hal tersebut tidak lah sesuai dengan ketentuan Perundang-undangan,
khususnya Undang-undang Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial, dimana menurut TERGUGAT mengacu
pada Undang-undang Nomor 2 Tahun 2004 kehadiran pihak selain
Pekerja/Buruh, Serikat Pekerja/Buruh dan Pengusaha dalam suatu
perusahaan adalah menyalahi prosedural Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial yang telah diatur sedemikian jelas dalam UU No 2
Tahun 2004.

Hal diatas sesuai dengan Ketentuan-ketentuan sebagaimana berikut ;


Pasal 1 Angka 1 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2004:
“Perselisihan Hubungan Industrial adalah perbedaan pendapat yang
mengakibatkan pertentangan antara pengusaha atau gabungan pengusaha
dengan pekerja/buruh atau serikat pekerja/buruh karena adanya
perselisihan mengenai Hak, Perselisihan Kepentingan, Perselisihan PHK
dan Perselisihan antara Serikat Pekerja/buruh dalam suatu perusahaan”

Dalam hal ini, Pasal 1 Angka 10 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004:


“Perundingan Bipartit adalah perundingan antara pekerja /buruh atau
serikat pekerja/buruh dengan pengusaha untuk menyelesaikan perselisihan
hubungan industrial”.

Lebih lanjut pembentuk Undang-undang memberikan pemahaman secara jelas


dalam Bab Penjelasan atas Undang-undang Nomor 2 Tahun 2004 Tentang
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial sebagaimana berikut;
Penjelasan Pasal 3 ayat (1) UU No 2 Tahun 2004 ;
“Yang dimaksud perundingan Bipartit dalam pasal ini adalah perundingan
antara pengusaha atau gabungan pengusaha dan pekerja atau serikat
pekerja/serikat buruh atau antara serikat pekerja/serikat buruh dan serikat
pekerja/serikat buruh yang lain dalam satu perusahaan yang berselisih”.

Lebih lanjut, terkait hal tersebut secara terang dan jelas pengakuan
perusahaan terhadap serikat pekerja diatur dalam PKB PT. VICTORY PAN
MULTITEX dengan Serikat Pekerja __________ tertanggal___________,
sebagai berikut:

(isi PKB Serikat yang diakui atau yang mengesahkan)

Sehingga berdasarkan ketentuan diatas, telah memberikan mekanisme yang


jelas dan terang mengenai Penyelesaian Hubungan Industrial. Sehingga,
langkah PENGGUGAT yang melibatkan pihak lain yang tidak sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 2 tahun 2004 dan PKB PT. VICTORY PAN
MULTITEX dengan representasi pekerja yaitu Serikat Pekerja ________, ialah
tindakan diluar koridor hukum.

Dengan demikian, segala proses yang dilakukan oleh PENGGUGAT dalam


menyelesaikan Perselihan Hubungan Industrial dengan TERGUGAT, dari
tahapan Bipartit sampai dengan terbitnya anjuran Disnaker Kabupaten
Bandung Barat Nomor: 560/543/HI-S/VII/2018 tertanggal 24 Juli 2018, yang
isinya sebagai berikut:
1. Bahwa hubungan kerja antara pihak Pengusaha dan Pihak Pekerja
masih tetap berlangsung dan agar Pihak Pengusaha memperkerjakan
kembali Pihak Pekerja seperti biasa.
2. Agar Pihak Pengusaha membayarkan hak-hak Pihak Pekerja yang
belum dibayarkan.
3. Agar Pihak Pekerja melapor kepada Pihak Pengusaha terhitung sejak
diterimanya anjuran ini.
4. Agar kedua belah Pihak memberikan jawaban atas anjuran ini selambat-
lambatnya dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari kerja setelah
diterimanya anjuran ini.
secara tegas dan nyata DITOLAK oleh TERGUGAT, dengan tidak merespon
anjuran tersebut. Karena, segala upaya Penyelesaian Permasalahan
Hubungan Industrial yang dilakukan oleh PENGGUGAT, tidaklah berdasarkan
hukum yang berlaku di Negara Kesatuan Republik Indonesia dan PKB ditempat
para PENGGUGAT bekerja. Oleh karena itu, TERGUGAT memohon kepada
Majelis Hakim Pengadilan Hubugan Industrial pada Pengadilan Negeri Kelas
IA Bandung untuk MENOLAK atau setidak-tidaknya untuk TIDAK DAPAT
MENERIMANYA.

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA ANTARA TERGUGAT DAN PENGGUGAT,


TELAH SESUAI DENGAN UU. 13 TAHUN 2003 TENTANG
KETENAGAKERJAAN DAN PKB YANG BERLAKU

19. Bahwa dengan TEGAS dan JELAS, TERGUGAT MENOLAK dalil


PENGGUGAT pada poin 15 halaman 6 sampai dengan 9 Gugatan, dengan
alasan sebagai berikut;-------------------------------------------------------------------------

Bahwa TIDAK BENAR, MENGADA-NGADA dan TIDAK BERDASAR


HUKUM dalil PENGGUGAT tersebut yang menyebutkan bahwa, pada
pokoknya TERGUGAT “menuntut kompensasi sebesar 2 (dua) kali ketentuan
ditambah upah selama proses perselisihan.” Karena TIDAK BERDASARKAN
HUKUM yang berlaku di Negara Kesatuan Republik Indonesia dan PKB PT.
VICTORY PAN MULTITEX.
Adapun, Hubungan Kerja antara TERGUGAT dan PENGGUGAT, adalah
sebagai berikut:

(isi dengan dalil status pekerja dan berakhir karena apa)

Berdasarkan hal tersebut, (isi sesuai dengan apa yang disampaikan pada
argumentasi diatas).

(isi Dasar Hukum Pengakhiran Hubungan Kerja berdasarkan UU. 13 tahun


2003 dan PKB).

(isi kompenasasi yang didapatkan, sesuai UU 13 tahun 2003, dan PKB )

Sehingga, berdasarkan dalil TERGUGAT diatas, secara JELAS dan NYATA,


dalil PENGGUGAT dalam poin 15 halaman 6 sampai dengan 9 Gugatan,
telah MENGADA-NGADA dan TIDAK BERDASAR HUKUM. Oleh karenanya,
Majelis Hakim Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Kelas
IA Bandung untuk dapat MENOLAK atau setidak-tidaknya untuk menyatakan
TIDAK DAPAT MENERIMA.

PERMINTAAN PENGGUGAT UNTUK SITA JAMINAN ADALAH SUNGGUH


MENGADA-ADA DAN TIDAK BERDASAR HUKUM

20. Bahwa TERGUGAT MENOLAK dengan TEGAS dalil PENGGUGAT pada


Poin 17 halaman 9, dengan alasan sebagai berikut;----------------------------------

Bahwa pada Posita PENGGUGAT pada Point 17 halaman 9, terhadap sita


jaminan adalah suatu hal yang mengada-ngada dan tidak berdasar sama
sekali. Bahwa sesuai Pasal 227 HIR maupun Pasal 720 Rv, alasan permintan
Sita Jaminan adalah:
1. Ada kekhawatiran atau persangkaan bahwa Tergugat mencari akal
untuk menggelapkan atau mengasingkan harta kekayaan selama
proses pemeriksaan perkara berlangsung;
2. Kekhawatiran atau persangkaan itu harus nyata dan beralasan objektif;
a. Penggugat harus dapat menunjukkan fakta tentang adanya langkah-
langkah Tergugat untuk menggelapkan atau mengasingkan hartanya
selama proses pemeriksaan berlangsung;
b. Paling tidak Penggugat dapat menunjukan indikasi objektif bahwa
adanya upaya Tergugat untuk menghilangkan barang-barangnya
guna menghindari gugatan.
Dengan demikian, Tututan PENGGUGAT untuk melakukan Sita Jaminan atas
barang milik TERGUGAT tersebut tidak memiliki alasan yang kuat karena tidak
didasarkan oleh alasan yang objektif, hanya berdasarkan alasan yang
mengada-ngada.
Hal ini juga sesuai dengan Yurisprudensi Mahkamah Agung Ri No.
1121/K/sip/1971 tertanggal 5 April 1972 yang berbunyi:
”Apabila Penggugat tidak mempunyai bukti yang kuat dan adanya
kekhawatiran bahwa Tergugat akan mengasingkan barang-barangnya,
maka penyitaan tidak dapat dilakukan ”
Dan ketentuan Pasal 96 ayat 3 Undang-undang RI No. 2 Tahun 2004
menyebutkan “Dalam hal selama pemeriksaan sengketa masih berlangsung
dan Putusan Sela sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak juga
dilaksanakan oleh pengusaha, Hakim Ketua Sidang memerintahkan Sita
Jaminan dalam sebuah Penetapan Pengadilan Hubungan Industrial” telah
gugur. Oleh karena itu, permohonan PENGGUGAT terhadap sita jaminan atas
harta bergerak TERGUGAT tidak memiliki alas hak sesuai dengan ketentuan
hukum yang berlaku sehingga sudah sepantasnya untuk ditolak atau
setidak-tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima dan karenanya dalil
PENGGUGAT pada Poin 17 halaman 9 Gugatan sudah selayaknya
DITOLAK atau setidak-tidaknya Majelis menyatakan untuk TIDAK DAPAT
DITERIMA.

PERMINTAAN UPAH PROSES TIDAK ADA RELEVANSINYA UNTUK PHK


DALAM PERKARA AQUO

21. Bahwa Upah Proses yang dituntut oleh PENGGUGAT dalam poin 2 Provisi
halaman 9 Gugatan tidak beralaskan hukum, oleh karenanya Majelis Hakim
Judec Facti patut untuk menolaknya;-------------------------------------------------------

Bahwa terkait dengan upah proses sebagaimana tertuang dalam gugatan


penggugat, pada dalil angka 2 Provisi halaman 9 Gugatan. putusnya
hubungan kerja yang tidak memerlukan penetapan lembaga Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial adalah putus hubungan kerja demi hukum,
meninggal dunia, pensiun dan/atau berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja,
maka upah proses yang pada prinsipnya adalah mewajibkan masing-masing
pihak untuk, melaksanakan kewajibannya demi hukum telah berakhir, dan
TERGUGAT tidak menjatuhkan skorsing kepada PENGGUGAT sebagaimana
Pasal 155 ayat (2) dan (3) sehingga upah proses adalah tidak relevan dan
tidak patut dibayarkan karena telah putus hubungan kerjanya karena hukum
atau Undang-Undang sehingga berdasar hukum agar upah proses
sebagaimana tertuang dalam dalil Gugatan agar dapat ditolak

22. Bahwa selain itu pasca terbitnya SEMA (Surat Edaran Mahkamah Agung)
Nomor 3 Tahun 2015 pada Butir B angka 2 huruf f berkaitan dengan Upah
Proses menyatakan;----------------------------------------------------------------------------
“Pasca Putusan MK Nomor 37/PUU-IX/2011 Tertanggal 19 September
2011 terkait dengan upah proses maka isi amar putusan adalah
MENGHUKUM MEMBAYAR UPAH PROSES SELAMA 6 BULAN.
Kelebihan waktu dalam proses PHI sebagaimana dimaksud dalam
Undang-undang Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial bukan lagi menjadi tanggung jawab para
pihak.”

Bahwa berdasarkan bunyi SEMA Nomor 3 Tahun 2015 pada Butir B angka
2 huruf f sebagaimana dimaksud diatas, maka menjadi jelas dalil
PENGGUGAT pada angka 2 Provisi halaman 9, yang mendalilkan upah
proses dengan tanpa mengikuti ketentuan ini agar dapat di tolak atau
setidaknya untuk dapat dikesampingkan karena dalil gugatan menjadi tidak
relevan.

TERGUGAT MENSOOMEER PENGGUGAT UNTUK MEMBUKTIKAN DALIL-


DALIL GUGATANNYA

23. Bahwa TERGUGAT, mensoomeer PENGGUGAT untuk membuktikan dalil-


dalil dalam Gugatan PENGGUGAT;--------------------------------------------------------

Hal ini sesuai dengan Ketentuan Pasal 283 RBG (RDS = Reglemen Daerah
Seberang), yaitu:
“Setiap orang yang mendalilkan bahwa ia mempunyai sesuatu hak, atau
guna menegakkan haknya sendiri maupun membantah sesuatu hak orang
lain, menunjuk pada suatu peristiwa, diwajibkan membuktikan adanya hak
atau peristiwa tersebut”.

Pasal 1865 KUHPerdata yang menyebutkan :


“Setiap orang yang mendalilkan bahwa ia mempunyai sesuatu hak, atau,
guna meneguhkan haknya sendiri maupun membantah suatu hak orang
lain, menunjuk pada suatu peristiwa, diwajibkan membuktikan adanya hak
atau peristiwa tersebut”.

Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 1211K/Sip/1971,


tanggal 15 April 1972, yang berbunyi :
“Siapa yang mendalilkan sesuatu, haruslah membuktikan dalilnya”.

24. Bahwa TERGUGAT menolak dalil-dalil PENGGUGAT untuk selain dan


selebihnya, karena seandainya pun benar -quod non- adalah irrelevant.---------

Bahwa berdasarkan uraian dan dalil-dalil yang Tergugat sampaikan di atas, mohon
agar Majelis Hakim Yang Mulia yang memeriksa dan mengadili perkara ini dapat
memberikan putusan sebagai berikut:

DALAM EKSEPSI
- Menerima dan mengabulkan Eksepsi TERGUGAT untuk seluruhnya;
- Menolak gugatan PENGGUGAT atau menyatakan gugatan PENGGUGAT
tidak dapat diterima (Neit Ovankelijk Verklaard);
- Menyatakan Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Kelas IA
Bandung tidak berwenang mengadili Gugatan PENGGUGAT.

DALAM PROVISI
- Menolak permohonan provisi PENGGUGAT untuk seluruhnya.

DALAM POKOK PERKARA


- Menerima dan Mengabulkan dalil-dalil Jawaban TERGUGAT untuk
seluruhnya;
- Menolak Gugatan PENGGUGAT untuk seluruhnya;
- Menyatakan SAH dan sesuai hukum yang berlaku, Pemutusan Hubungan
Kerja antara PENGGUGAT (Cq. Dadang Kurniawan) dan TERGUGAT,
karena __________;
- Menyatakan SAH dan sesuai hukum yang berlaku, Pemutusan Hubungan
Kerja antara PENGGUGAT (Cq. Dodi Permana, Nanang, Muhammad Rijal
dan Wanto) dan TERGUGAT, karena ___________ ;
- Menetapkan Hak PENGGUGAT adalah ____________
- Menghukum PENGGUGAT untuk membayar biaya perkara menurut hukum.
ATAU
Apabila Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara aquo berpendapat
lain mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono).

Hormat kami,

Anda mungkin juga menyukai