Anda di halaman 1dari 11

Kalianda, 23 Oktober 2017.

Kepada, Yth :
Majelis Hakim Pengadilan Negeri Kalianda
yang memeriksa Perkara Perdata
No:22/Pdt.G/2017/PN.Kla
Di –
Kalianda

Perihal: DUPLIK ATAS REPLIK PENGGUGAT.

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Dengan hormat,
Mempermaklumkan kami :_ERWIN,SH.MH.CLA., ZAMRONI,SH., AL
AZHAR,SH._ Baik bersama-sama maupun sendiri-sendiri
Advokat/Konsultan Hukum pada Kantor Advocates and Counsellors
at Law _ERWIN & PARTNERS_ yang beralamat di Jl.Raden Intan
No.12A Telp/Fax.(0727)-321050 Kalianda Lampung Selatan, dalam
hal ini bertindak untuk dan atas nama klien kami:

Nama : JUHEIRUDIN WILLY,SE.


Umur : 46 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl.P.Antasari Gg.Langgar 4 Lk.I, Rt.008,
Kel.Kedamaian Kec.Kedamaian, Bandar Lampung.

Yang selanjutnya sebagai Tergugat dalam Perkara Perdata


22/Pdt.G/2017/PN.Kla dengan ini menyampaikan Duplik Atas
Replik Penggugat :

Nama : MASTURI
Umur : 50 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Dusun Mustika Raya I Rt.001, Rw.005,
Desa Seloretno, Kecamatan Sidomulyo,
Kabupaten Lampung Selatan.

A. DALAM EKSEPSI

1. Bahwa pada prinsipnya, Tergugat menolak seluruh dalil-


dalil yang diajukan oleh Penggugat dalam Repliknya,
kecuali yang diakui secara tegas kebenarannya oleh
tergugat;

2. Bahwa dalil-dalil Tergugat yang terdapat dalam eksepsi


mohon dipertimbangkan dalam pokok perkara ini, sebagai
suatu kesatuan yang tidak terpisahkan;

3. a.EKSEPSI PLURIUM LITIS CONSORTIUM


Bahwa disini Tergugat menjelaskan kembali bahwa yang
dimaksud oleh Tergugat bahwa gugatan Penggugat cacat
formil adalah Eksepsi Plurium Litis Consortium, bahwa
gugatan Penggugat cacat formil karena pihak yang ditarik
sebagai Tergugat tidak lengkap. Tidak lengkapnya disini
adalah tidak lengkapnya para pihak menyebabkan pihak-
pihak yang tidak ditarik atau duduk dalam gugatan dapat
dirugikan, dan dapat terjadinya penyelundupan hukum
karena dimungkinkan, ada fakta-fakta penting yang
menentukan, tidak terungkapnya atau sengaja
disembunyikan oleh pihak-pihak tertentu yang duduk
sebagai Penggugat. Karenanya, cukup beralasan bagi
Tergugat mengajukan eksepsi ini karena dipandang adanya
potensi yang mengarah ke hal-hal tersebut diatas.

Bahwa sebagaimana Putusan Makhamah Agung RI No. 184


K/AG/1996 tanggal 27 Mei 1998, misalnya merumuskan
kualifikasi “gugatan kurang pihak”. Dalam
pertimbangannya, Makhamah Agung berpendapat bahwa judex
factie telah salah dalam menerapkan hukum karena
ternyata tidak semua ahli waris jadikan sebagai pihak
dalam gugatan Penggugat. Dengan demikian maka beralasan
untuk menyatakan bahwa gugatan Penggugat kurang pihak,
sehingga harus dinyatakan tidak dapat diterima.

Eksepsi ex juri terti adalah eksepsi yang menyatakan


bahwa gugatan penggugat kabur dikarenakan ada Pihak
ketiga yang tidak ditarik sebagai tergugat. Eksepsi ini
merupakan bentuk lain dari eksespsi plurium litis
consortium. Keterkaitan pihak ketiga dipermasalahkan
pada umumnya menyangkut adanya kepentingan hukum
langsung dari pihak ketiga. Kepentingan tersebut secara
hukum sangat mempengaruhi posisi atau status objek
perkara, sehingga pihak ketiga harusnya dilibatkan atau
ikut ditarik sebagai Pihak Tergugat / Turut Tergugat.

Perbedaan mendasar antara plurium litis consortium


dengan ex juri terti adalah kedudukan pihak yang
seharusnya ditarik atau duduk juga sebagai pihak
berperkara. Bila dalam plurium litis consortium pihak
yang seharusnya ditarik atau duduk sebagai pihak dapat
berkedudukan sebagai penggugat atau tergugat, dalam ex
juri terti pihak yang seharusnya ditarik hanya dapat
didudukan sebagai Tergugat atau setidaknya Turut
Tergugat.

Sehingga gugatan Penggugat cacat Formil, karena adanya


beberapa Pihak yang tidak ditarik sebagai Tergugat dan/
atau Turut Tergugat dalam Gugatan yang diajukan oleh
Penggugat. Tidak lengkapnya para Pihak menyebabkan
Pihak-Pihak yang tidak ditarik atau duduk dalam gugatan
dapat dirugikan. Oleh karenanya cukup alasan bagi
Tergugat mengajukan Eksepsi ini, oleh karenanya gugatan
Penggugat dapat dikategorikan diskualifikasi In Person
yang berakibat gugatan menjadi cacat formal dan Error
in Persona.

b. OBSCUUR LIBEL (Kabur)

Eksepsi Obscuur libel adalah eksepsi yang menyatakan


bahwa gugatan Penggugat kabur atau tidak terang
(ounduidelijk) sehingga cacat formil. Mengenai definisi
kabur atau tidak merujuk pada Pasal 125 ayat (1) HIR/149
ayat (1) R.Bg yang menyatakan bahwa gugatan yang kabur
adalah gugatan yang melawan hak dan tidak beralasan.

Akibat dari kekaburan tersebut, maka gugatan Penggugat


seharusnya dinyatakan tidak dapat diterima. Salah satu
syarat agar suatu gugatan sah secara formil dapat
dilanjutkan pemeriksaan pokok perkara adalah bahwa
gugatan harus memuat alasan-alasan yang jelas dan terang
disertai kesimpualan adanya hubungan hukum diantara para
pihak dengan atribut hak dan kewajiban yang melekat
didalamnya.

Gugatan yang jelas merinci peristiwa-peristiwa mendasari


adanya suatu hubungan hukum secara kronologis,
merangkainya menjadi suatu konstruksi peristiwa hukum
apa yang terjadi diantara para pihak beserta hak dan
kewajiban yang melekat didalam hubungan hukum itu.

Beberapa klasifikasi gugatan yang obscuur libel yaitu :

A. Dasar Hukum Gugatan (rechts gronden)

Dasar hukum gugatan (rechts gronden) harus merinci


dengan jelas ketentuan-ketentuan hukum yang mendasari
dalil Penggugat bahwa antara Penggugat dan Tergugat
memiliki hubungan hukum dengan atribut hak dan
keajiban yang melekat didalamnya, ketentuan hukum
dimaksud mejadi pijakan utuk menyatakan bahwa dalam
peristiwa atau kejadian tertentu telah timbul
hubungan hukum diantara para pihak dan atas hubungan
tersebut masing-masing memiliki hak dan kewajiban
(plicht) secara timbal balik.

B. Dasar Peristiwa atau Fakta Gugatan (feitelijke


gronden) tidak jelas.

Gugatan yang baik harus menguraikan peristiwa-


peristiwa hukum secara konkrit dan lengkap sebagai
dasar dari dalil-dalil gugatan penggugat. Gugatan
demikian akan memudahkan dan mengkonstruksi peristiwa
secara lengkap serta menetapkan hubungan hukum di
atara pihak berperkara yang sah menurut hukum. Tidak
jelasnya dasar peristiwa akan menimbulkan kekacauan
berfikir dan menyulitkan untuk mengidentifikasikan
hubungan hukum apa yang terjadi atau timbul diantara
para pihak.

Dalam putusan Makhamah Agung RI No. 250 K/Pdt/1984,


disebutkan bahwa gugatan Penggugat kabur dikarenakan
posita gugatan tidak menjelaskan secara rinci sejak
kapan dan atas dasar apa.
Bahwa, dalam hal ini, Penggugat tidak merinci dan
menguraikan secara jelas serta mengidentifikasi
hubungan hukum antara Penggugat dan Tergugat serta
rangkaian peristiwa hukum yang menjadi alasan dan
atau dasar hukum Penggugat mengajukan gugatan
wanprestasi (cidera janji).

Bahwa Penggugat lebih cenderung menguraikan dalam


posita bahwa ada perbuatan-perbuatan hukum yang
dilakukan oleh Tergugat tanpa seizin sepengetahuan
dari Penggugat. Justru hal ini membuat bingung
Tergugat, bahwa Penggugat sebenarnya mengajukan
gugatan perbuatan wanprestasi atau perbuatan melawan
hukum secara perdata, karena didalam petitum
Penggugat lebih banyak mengajukan permohonan untuk
menyatakan tidak sah tiga akta yang diterbitkan oleh
Notaris & PPAT.

Bahwa gugatan Penggugat kabur dan tidak terang, bahwa


jika kita melihat dan membaca alasan-alasan dasar
serta dalil-dalil yang diuraikan oleh Penggugat ini,
Tergugat belum menemukan identifikasi perbuatan hukum
serta hubungan hukum dan fakta-fakta yang dijadikan
Penggugat sebagai dasar Penggugat jukan gugatan
wanprestasi terhadap Tergugat.

Tergugat juga belummenemukan rincian-rincian


peristiwa yang menurut Penggugat telah dan/atau tidak
dipenuhinya suatu kewajiban (prestasi) terhadap
Penggugat. Penggugat juga tidak menjelaskan serta
menguraikan kapan dan dimanakah perbuatan hukum
antara Penggugat dan Tergugat dilakukan (loctus
contractus), kemudian Penggugat juga tidak menyajikan
fakta-fakta dan atau dokumen hukum apa yang dijadikan
Penggugat sebagai rujukan Tergugatelah melakukan
perbuatan wanprestasi.

Bahwa, justru dari apa yang disajikan oleh Penggugat,


Tergugat menjadi bingung dan gagal memahami dari
substansi gugatan Penggugat, karena jika kita
mengidentifikasikan gugatan Penggugat sepertinya
banyak kontradiksi mulai dari posita yang tidak
terperinci secara jelas, kemudian muncul petitum yang
meminta majelis Hakim untuk membatalkan, padahal hal
tersebut merupakan Perbuatan Hukum yang sah yang
dilakukan antara Penggugat dan Tergugat yang didasari
kata sepakat sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal
1320 KUHPerdata.

Bahwa perjanjian yang dibuat secara sah adalah undang-


undang bagi mereka yang membuatnya, demikianlah yang
dimaksud dalam Pasal 1338 KUHPerdata. Bahwa akta
Pengikatan Jual Beli dan Kuasa Jual adalah perbuatan
hukum yang sah mengikat keduanya antara Penggugat dan
Tergugat yang merupakan UU bagi keduanya, sebagaimana
yang dimaksud dalam Pasal 1338 KUHPerdata.

B. KONVENSI (POKOK PERKARA)

1. Bahwa Penggugat pada poin 2 dalam repliknya membantah


dengan menyatakan bahwa jawaban-jawaban dari Tergugat
pada poin 1,2,3&4 adalah tidak benar, akan tetapi
Penggugat tidak menanggapi dengan rinci serta
menyampaikan kebenaran-kebenaran yang subjektif dari
Penggugat terhadap jawaban poin 1,2,3 dari Tergugat, oleh
karenanya Tergugat menyampaikan kembali didalam duplik
ini, sekaligus mempertegas bahwa hal yang sebenarnya
adalah Tergugat membantu Penggugat untuk meminjamkan uang
guna melunasi kredit macet di BCA pada tahun 2009, yang
oleh bank BCA obyek jaminan berupa sertipikat hak milik
nomor 132/Seloretno atas hutang tersebut telah diumumkan
dalam lelang jaminan. Sehingga pada tanggal 02 September
2014, diadakanlah pembayaran pelunasan atas sisa pokok
hutang sebesar Rp.374.000.000,- (tigaratus tujuhpuluh
empat juta rupiah), lalu kemudian pada tanggal 04
September 2014 dilakukanlah Roya (penghapusan hutang)
atas sertipikat hak milik tersebut, yang kemudian
dilanjutkan balik nama kembali dari Sdr. RIKI ke atas
nama MASTURI (Penggugat), yang mana pada saat pengajuan
kredit di Bank BCA, sertipikat tersebut dibalik nama ke
atas nama Sdr.RIKI, agar pinjaman kredit bisa dicairkan,
sebab nama Penggugat terdaftar dalam Blacklist di BI,
sehingga pinjaman kredit menggunakan nama Sdr.RIKI.

Bahwa, terhitung sejak tanggal 09 September 2014, saudara


Penggugat tidak kunjung mengembalikan uang pinjaman dari
Tergugat, oleh karena merasa khawatir lalu oleh Tergugat
dibuatkan akta Perjanjian Pengikatan jual beli dan kuasa
jual dihadapan Notaris&PPAT IRSAN ZAINUDDIN,SH,M.Kn.,
yang pada saat itu penanda-tanganan dihadiri sendiri oleh
Penggugat dan Istrinya yang turut memberikan persetujuan.
Dan dalam kurun waktu 5 (lima) bulan ternyata Penggugat
masih belum bisa mengembalikan uang milik Tergugat
akhirnya pada tanggal 02 September 2015 Penggugat
membalik-nama sertipikat Nomor 132/Seloretno dari atas
nama MASTURI (Penggugat) ke atas nama Tergugat.

2. Bahwa latar belakang Tergugat melaporkan Penggugat di


Kepolisian Resort Lampung Selatan, lantaran Penggugat
memperpanjang sewa kontrak rumah sertipikat Nomor
132/Seloretno kepada Pihak Ketiga tanpa sepengetahuan dan
pembicaraan sebelmnya sebagaimana yang telah Tergugat
uraikan pada poin 4 dalam jawaban Tergugat.

3. Bahwa terhadap replik poin 4 dari Penggugat, justru


menurut Tergugat yang sedang mengada-ada dan
berhalusinasi adalah dalil Penggugat karena jelas bahwa
yang namanya konsep jual beli tunai, terang, real, dan
semua akta berwujud nyata dan diterbitkan oleh pejabat
yang berwenang. Justru dalam hal ini Tergugat merasa
didzolimi. Tergugat sudah membantu Penggugat untuk
rumahnya tidak terkena lelang, kemudian uang yang
dipinjam dari kurun waktu tahun 2014 tidak kunjung
dikembalikan, sekarang membantah telah melakukan
penandatanganan Pengikatan Jual Beli dan Kuasa Jual, lalu
sekarang Penggugat menggugat Tergugat di Pengadilan
Negeri Kalianda, apakah ini balasan Penggugat untuk
Tergugat?

4. Bahwa Penggugat membantah telah membuat serta


menandatangani akta Pengikatan Jual Beli dan Akta Kuasa
menjual, perlu diketahui bahwa akta yang dimaksud adalah
akta otentik yaitu akta yang dibuat oleh pejabat umum
yang berwenang yang memuat atau menguraikan secara
otentik sesuatu tindakan yang dilakukan atau suatu
keadaan yang dilihat atau disaksikan oleh pejabat umum
pembuat akta itu. Pejabat umum yang dimaksud adalah
notaris, hakim, juru sita pada suatu pengadilan, pegawai
pencatatan sipil, dan sebagainya.

Suatu akta otentik mempunyai kekuatan pembuktian yang


sempurna bagi para pihak beserta seluruh ahli warisnya
atau pihak lain yang mendapat hak dari para pihak.
Sehingga apabila suatu pihak mengajukan suatu akta
otentik, hakim harus menerimanya dan menganggap apa yang
dituliskan di dalam akta itu sungguh-sungguh terjadi,
sehingga hakim itu tidak boleh memerintahkan penambahan
pembuktian lagi.

Suatu akta otentik harus memenuhi persyaratan-persyaratan


sebagai berikut:
A. Akta itu harus dibuat oleh atau di hadapan seorang
pejabat umum;
B. Akta itu harus dibuat dalam bentuk yang ditentukan
oleh undang-undang;
C. Pejabat umum oleh atau di hadapan siapa akta itu
dibuat, harus mempunyai wewenang untuk membuat akta
itu.

Bahwa Akta Pengikatan Jual Beli dan Kuasa Menjual dalam


bentuk akta otentik yang dibuat oleh Notaris. Akta-akta
tersebut dibuat antara para pihak, di satu pihak sebagai
pemilik tanah selaku penjual dan di pihak lain sebagai
pembeli dari tanah, di hadapan Notaris sehingga lazim
disebut dengan akta notariil.

Isi akta pada hakikatnya berupa pernyataan para pihak


untuk mengikatkan diri dalam suatu perbuatan hukum jual-
beli atas tanah berikut segala sesuatu yang melekat pada
tanah-tanah tersebut. Dengan demikian, suatu akta PPJB
dan Kuasa Menjual pada dasarnya merupakan alat bukti yang
menunjukkan terikatnya para pihak dalam suatu perjanjian
tentang harga dan barang/benda (tanah dan/atau bangunan)
sebagai obyek perjanjian jual-beli.

Adanya kata sepakat para pihak tentang obyek perjanjian


serta telah dibayar lunas harga tanah dan/atau bangunan
oleh pembeli dan diterima oleh penjual, sebaliknya
penjual menyerahkan tanah dan/atau bangunannya kepada dan
telah diterima oleh pembeli, maka unsur-unsur jual-beli
telah terpenuhi dan oleh Notaris cukup dijadikan alasan
dibuatnya akta PPJB dan Kuasa Menjual setelah terpenuhi
pula syarat-syarat lain dibuatnya suatu akta notariil.

Dalam kaitannya dengan itu, Suatu perjanjian pengikatan


jual beli dikatakan sebagai suatu perjanjian antar pihak
penjual dan pihak pembeli sebelum dilaksanakannya jual
beli dikarenakan adanya unsur-unsur yang harus dipenuhi
untuk jual beli tersebut antara lain adalahsertifikat
belum ada karena masih dalam proses, belum terjadinya
pelunasan harga.

Sehubungan dengan hal di atas, suatu akta Pengikatan Jual


Beli dapat diartikan sebagai perjanjian permulaan atau
perjanjian obligatoir yang menimbulkan hak dan kewajiban.
Dalam Pengikatan Jual Beli, isinya memuat janji-janji
dari para pihak untuk dipenuhi guna tercapainya maksud
dan tujuan jual beli yang sebenarnya.

Sebuah akta PPJB juga memuat pernyataan terhadap harga


tanah dan/atau bangunannya telah dibayar lunas (terjadi
pelunasan) oleh pembeli kepada penjual/pemilik tanah.
Secara yuridis hal itu berarti akta tersebut telah
memenuhi syarat sebagai dasar peralihan hak atas
tanahnya.

Konsekuensinya, akta Pengkitan Jual Beli akan diikuti


dengan Akta Kuasa Menjual. Dalam kuasa menjual dari
pemilik tanah selaku penjual kepada pembeli, maka segala
kepentingan hukumnya dapat dilaksanakan.

Selanjutnya dengan kuasa menjual, pembeli dikemudian hari


dapat menjual kepada pihak lain dengan tanpa memerlukan
bantuan hukum penjual atau dalam hal ini digunakan untuk
menjual kepada dirinya pembeli sendiri guna kepentingan
peralihan hak atas tanah dan bangunan tersebut.

Kuasa atau Lastgeving merupakan suatu persetujuan


(overenkomst) dimana ada suatu pihak memberi kuasa atau
kekuasaan (macht) kepada orang lain (lasthebber) untuk
bertindak atau melakukan perbuatan hukum atas nama
pemberi kuasa (lastgever).

Dalam Pasal 1792 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata


(“KUHPerdata”) menyebutkan, “Pemberian kuasa adalah suatu
perjanjian dengan mana seorang memberikan kekuasaan
kepada seorang lain, yang menerimanya, untuk atas
namanya, menyelengarakan suatu urusan”.

Kuasa untuk menjual, masuk kedalam kategori kuasa yang


digunakan untuk memindahtangankan benda yang sejatinya
hanya dapat dilakukan oleh pemiliknya saja. Maka dari
itu, untuk kuasa menjual ini, diperlukan suatu pemberian
kuasa dengan kata-kata yang tegas di dalam aktanya (Pasal
1796 KUHPerdata).

Kuasa untuk menjual ini, bisa masuk sebagai klausul dalam


PJB, bisa juga berdiri sendiri, berbentuk akta
tersendiri. Jadi, ketika tanda tangan, menandatangani dua
akta: PJB dan Akta Kuasa Untuk Menjual. Dalam hal Kuasa
untuk menjual masuk sebagai klausul dalam PJB, maka yang
ditandatangani hanyalah akta PJB saja.

Untuk jenis akta Pengikatan Jual Beli Lunas, Kuasa


Menjual yang terdapat di dalam akta Pengikatan Jual Beli
Lunas bersifat mutlak, artinya tidak dapat dicabut
kembali dan tidak akan berakhir karena sebab-sebab yang
diatur dalam Pasal 1813 KUHPerdata. Hal ini untuk
menjamin kepastian hukum bagi pembeli yang sudah membayar
lunas harga yang sudah dibayarkannya secara penuh namun
belum bisa dilaksanakan baliknamanya karena satu dan lain
hal ada syarat-syarat yang belum terpenuhi. Perlu juga
diperhatikan bahwa, jika kuasa menjual ini bagian yang
tak terpisahkan dari Pengikatan Jual Beli Lunas, maka
dalam hal akta Pengikatan Jual Beli Lunas tersebut telah
ditandatangani dengan sempurna tanpa ada unsur khilaf,
paksaan maupun tipuan, maka proses Pengikatan Jual Beli
Lunas, yang dilanjutkan menjadi Akta Jual Beli dan
sampailah pada balik nama sertifikat tersebut, memang
sudah berjalan sebagaimana seharusnya.

Bahwa jika Penggugat hendak berkehendak untuk membantah


Akta Pengikatan Jual Beli dan Kuasa Menjual, seharusnya
Penggugat menempuh upaya hukum, yaitu dengan mengajukan
gugatan melawan hukum secara Perdata (onrechtmatige daad)
di Pengadilan, dan bukan mengajukan gugatan wanprestasi
terhadap Tergugat.

Kemudian, Penggugat seharusnya menempuh upaya hukum


pidana dengan melaporkan terhadap adanya dugaan pemalsuan
tanda tangan dan/atau pemalsuan akta sebagaimana dimaksud
dalam pasal 263 jo. 264 KUHP, karena adanya dugaan
perbuatan melawan hukum secara pidana (wadderrechtlijke)

5. Bahwa adalah hal yang sangat wajar ketika uang Tergugat


sebesar Rp.374.000.000,- dipinjam untuk melunasi kredit
macet dari Penggugat, kemudian Tergugat meminta
dikembalikan Tergugat sebesar RP.750.000.000,-
(tujuhratus limapuluh juta rupiah), karena dalam kurun
waktu 3 (tiga) tahun Penggugat tidak mengembalikan
pinjaman kepada Tergugat.

Justru dalam hal ini, yang aneh adalah Penggugat, sudah


dibantu oleh Tergugat, tetapi Penggugat tidak mau
mengembalikan uang Tergugat, malah membantah dan
mengajukan gugatan terhadap Tergugat, sungguh terlalu
dirimu...

6. Bahwa terhadap poin 7 atas replik Penggugat, Tergugat


secara tegas membantah apa yang didalilkan oleh Tergugat
pada poin 7 replik Penggugat. Bahwa jika kita melihat
catatan perubahan atas SHM 132/Seloretno atas nama
MASTURI (setelah roya) maka bisa kita uraikan sebagai
berikut :
a. Bahwa Sertipikat Hak Milik Nomor 132/Seloretno atas
nama Penggugat terbit pada tanggal Oktober 2001;
b. Bahwa pada tanggal 06 Juli 2016, Sertipikat diagunkan
sebagai Jaminan Pemberian Kredit kepada Bank Mega
(Persero) Tbk;
c. Pada tanggal 10 Agustus 2005 dilakukan Perpanjangan
Kredit Peringkat Kedua pada Bank Mega (persero) Tbk;
d. Pada tanggal 27 Juli 2006, kredit kembali diperpanjang
menjadi Peringkat Ketiga pada Bank Mega (Persero) Tbk;
e. Pada tanggal 19 Desember 2008, hutang pada Bank Mega
(Persero) Tbk., dilunaskan sehingga hak Tanggungan
dihapus (Roya);
f. Pada tanggal 07 Januari 2009, sertipikat tersebut
dibalik nama ke atas nama Sdr. RIKI, untuk keperluan
pengajuan pinjaman kredit pada Bank BCA;
g. Bahwa pada tanggal 04 September 2014, hutang kredit
pada Bank BCA dilunaskan sehingga hak tanggungan
dihapus (Roya);
h. Bahwa pada tanggal 09 September 2014, sertipikat
dibalik nama ke atas nama Penggugat (MASTURI) kembali,
berdasarkan Akta Jual Beli Nomor 616/2014 tanggal 04
September 2014;
i. Bahwa pada tanggal 02 September 2015, sertipikat Hak
Milik Nomor 132/Seloretno tersebut dibalik nama ke
atas nama Tergugat (JUHEIRUDIN WILLY,SE), berdasarkan
Akta Jual Beli Nomor 966/2015 tanggal 19 Agustus 2015.

Bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas, bahwa apa yang


didalilkan oleh Sdr. Penggugat pada poin 7 dalam Replik
Penggugat adalah TIDAK BENAR.

7. Bahwa pada tanggal 02 September 2014, tergugat


meminjamkan uang sebesar Rp.374.000.000,- (tigaratus
tujuhpuluh empat juta rupiah)untuk melunasi kredit macet
Penggugat di Bank BCA dengan Nomor validasi
002031373100002002091352341411 (vide :copy bukti setoran
pelunasan).

Hal ini bisa kita lihat didalam sertipikat SHM


132/Seloretno telah diagunkan pada PT. Bank Central Asia
tertanggal 30 Maret 2009 kemudian di Roya (penghapusan
hutang) tertanggal 04 September 2014, kemudian pada
tanggal 09 September 2014 nama pemilik sertipikat berubah
dari Sdr. RIKI kembali ke atas nama MASTURI (Penggugat)
berdasarkan Akta Jual Beli Nomor 616/2014 tanggal 04
September 2014 yang dibuat dihadapan SUMIATI,SH,M.Kn.

Maka berdasarkan uraian-uraian yang dikemukakan Tergugat


tersebut diatas, dengan ini Tergugat mohon kepada Majelis
Hakim yang memeriksa perkara ini berkenan memutuskan
perkara ini, dengan amar sebagai berikut :

DALAM EKSEPSI

1. Mengabulkan Eksepsi Tergugat untuk seluruhnya;


2. Menolak Gugatan Penggugat untuk seluruhnya atau setidak-
tidaknya menyatakan Gugatan Penggugat tidak dapat diterima
(Niet Onvanklijke Verklaard)
B. DALAM POKOK PERKARA

1. Mengabulkan dalil jawaban Tergugat untuk seluruhnya;


2. Menolak Gugatan Penggugat untuk seluruhnya atau setidak
setidak-tidaknya menyatakan Gugatan Penggugat tidak dapat
diterima (Niet Onvanklijke Verklaard);
3. Menyatakan bahwa Tergugat tidak melakukan Wan Prestasi;
4. Menyatakan sah atas Akta Pengikatan Jual Beli Nomor 01 dan
Kuasa Jual Nomor 02 keduanya tertanggal 02 April 2015,
yang dibuat dihadapan IRSAN ZAINUDDIN,S.H,M.Kn, Notaris di
Tanggamus;
5. Menyatakan sah atas Akta Jual Beli Nomor 966/2015
tertanggal 19 Agustus 2015 yang dibuat dihadapan
Notaris/PPAT RUDI HARTONO,SH,M.Kn;
6. Menyatakan sah dan mempunyai kekuatan hukum atas kwitansi-
kwitansi aran yang telah ditanda tangani oleh Penggugat;
7. meminta kepada Majelis Hakim untuk menetapkan bahwa
Sertipikat Hak Milik 132/Seloretno tetap berada dalam
penguasaan Tergugat;
8. Menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara;

Dan apabila Ketua Pengadilan Negeri Kalianda Up.Majelis Hakim


yang memeriksa perkara ini berpendapat lain, maka mohon
putusan yang seadil-adilnya (Ex aequo et Bono).

Hormat Kami,
KUASA HUKUM JUHAIRUDDIN WILLY,SE.

ZAMRONI,SH. ERWIN,SH. MH.CLA. AL AZHAR,SH.

Anda mungkin juga menyukai