KESIMPULAN
Dalam Perkara
NO 8/Pdt.G/2019/PN Rkb.
Antara
Melawan
Kepada Yth :
KETUA PENGADILAN NEGERI RANGKASBITUNG
CQ : YANG MULIA MAJELIS HAKIM
Jalan Raya Kartini N0. 55 Muara Ciujung Timur Rangkasbitung
Kabupaten Lebak Banten (42314)
ANTARA
ARTAWINAH Binti M. HALIMI ALIAS OENI, Umur 84 Tahun, Lahir di Lebak 18-05-1935,
Beralamat di Kp. Kebon Kelapa Rt 009 Rw 003 Kelurahan Lebak Parahiang Kecamatan
Leuwi Damar Kabupaten Lebak Propinsi Banten. Selanjutnya disebut sebagai,
…………………………………………………………………………………………………………TERGUGAT.
MELAWAN
ENOK Binti SUMARDI, Umur 54 Tahun, Lahir di Lebak 04 – 04-1965 Beragam Islam
Pekerjaan Ibu Rumah Tanggal Beralamat di Kp. Kebon Kelapa Rt 009 Rw 003 Kelurahan
Lebak Parahiang Kecamatan Leuwi Damar Kabupaten Lebak Propinsi Banten. Selanjutnya
disebut sebagai …….……………………………………………………...……………………………..PENGGUGAT.
Dengan hormat,
Baik bersama-sama maupun sendiri-sendiri, para Advokat dan Konsultan Hukum pada
kantor CAKRA JUSTITIA LAW FIRM yang beralamat di Jl. Sunan Gunung Jati No 5 Link
Lijajar Kec. Ciwandan Kota Cilegon-Banten. Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama
ARTAWINAH Binti M. HALIMI ALIAS OENI sebagai TERGUGAT, berdasarkan Surat
Khuasa Khusus No 005/SKK-V/2019/CJ sebagaimana yang telah didaftarkan ke Pengadilan
Negeri Rangkasbitung.
Majelis Hakim yang kami Muliakan, berdasarkan Gugatan Perbuatan Melawan Hukum
Penggugat, Eksepsi Tergugat, Replik Penggugat , Duplik Tergugat, Pemeriksaan alat-alat
bukti saksi dan surat, Keterangan ahli serta seluruh fakta-fakta yang terungkap di
persidangan, maka izinkanlah kami menyampaikan kesimpulan dari persidangan ini.
Terlebih dahulu kami akan membagi kesimpulan ini menjadi beberapa bagian sebagai
berikut:
C. Sertifikat Hak Milik Nomor 101, 106, 107, 108 dan SPPT
Bahwa Sertifikat Hak Milik yang diajukan tergugat sebagai bukti di
Pengadilan menunjukkan bahwa diatas tanah tersebut berdiri bangunan
yang sudah didaftarkan secara sah kepada negara melalui Badan Pertanahan
Nasional (BPN).
Bahwa SPPT yang diajukan tergugat sebagai bukti menunjukkan bahwa
Pemilik sertifikat tertib membayar pajak setiap tahunnya kepada Negara.
2. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
A. Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata).
Berbunyi “Tiap perbuatan yang melanggar hukum dan membawa kerugian
kepada orang lain, mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian itu karena
kesalahannya untuk menggantikan kerugian tersebut.” Dari bunyi pasal tersebut,
maka dapat ditarik unsur-unsur Perbuatan Melawan Hukum sebagai berikut:
Adanya Perbuatan Melawan Hukum,
Adanya Kesalahan,
Adanya Hubungan sebab akibat antara kerugian dan perbuatan
Adanya Kerugian
VI. KESIMPULAN
1. Bahwa Uyut Dulapa memiliki 3 (tiga) anak yaitu Duriah, Muslikah dan Sanusi.
Penggugat bukanlah ahli waris keturunan Uyut Dulapa, dan bukan pula anak angkat
dari Muslikah, melainkan anak dari Maesaroh. Maesaroh adalah anak angkat dari
Muslikah. Untuk memudahkan hubungan hukum nama-nama tersebut, kami
membuat sebuah bagan sederhana, sebagai berikut.
Dari bagan tersebut kita dapat mengetahui bahwa tidak benar penggugat adalah
anak angkat dari seseorang bernama Muslikah seperti yang didalilkan penggugat
dalam gugatannya. Yang benar adalah ibu dari penggugat bernama Maesaroh
merupakan anak angkat dari Muslikah. Maka yang sebenarnya pada prinsipnya,
penggugat tidak memiliki hubungan hukum dengan seseorang bernama Muslikah
2. Bahwa tidak pernah ada Wasiat dari Dulapa tentang harta warisannya terhadap
ketiga anaknya. Begitupun tidak pernah ada pula penetapan waris yang secara
bersama dibuat oleh ketiga anaknya sebagai ahli waris. Hal tersebut membuat kabur
tentang pembagian harta warisan bagi ketiga ahli waris. Sehingga apabila ada
diantara ketiga ahli waris yang melakukan peralihan hak atas tanah warisan
tersebut kepada orang lain, maka peralihan tersebut tidaklah bisa dianggap sebagai
peralihan hak atas tanah yang sah menurut Hukum Adat, Kompilasi Hukum Islam
(KHI), dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer). Oleh karenanya
Mahkamah Agung Republik Indonesia pada perkara Nomor 332 K/AG/2000
tertanggal 3 Agustus 2005 menyatakan: “Apabila dilakukan hibah kepada pihak lain
terhadap harta warisan yang belum dibagikan kepada ahli waris, maka hibah
tersebut batal demi hukum karena salah satu syarat hibah adalah barang yang
dihibahkan harus milik pemberi hibah sendiri, bukan merupakan harta warisan yang
belum dibagi dan bukan pula harta yang masih terikat suatu sengketa”. Maka
berdasarkan uraian tersebut diatas, hibah yang pernah diberikan oleh Muslikah
kepada Penggugat haruslah dibatalkan demi hukum.
3. Bahwa Tergugat tidak memenuhi syarat sebagai penerima hibah sebagaimana yang
diharuskan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer). Pada saat
menerima hibah tahun 1979, penggugat masih berumur 14 Tahun dan belum
menikah, sementara salah satu syarat yang tercantum dalam pasal 1685 KUHPer
adalah penerima hibah haruslah dewasa atau sudah menikah. Selama berjalannya
persidangan, penggugat tidak pernah menunjukkan atau mengajukan sebagai bukti
Surat Nikah Tergugat
4. Bahwa selain cacat materil pemberi dan penerima hibah, dalam pembuktian di
persidangan akta hibah tergugat tersebut memiliki cacat formil yang cukup fatal.
Pertama; adalah tentang terdapatnya sebuah tambalan (coretan tipe x) pada jumlah
luas objek tanah yang dihibahkan. Penggugat mengaku tidak mengetahui kapan,
dimana, dan mengapa tambalan Tipe x itu dilakukan. Pertanyaannya adalah, untuk
kepentingan apakah orang lain (pejabat Desa/Kecamatan) mencoret luas tanah
seluas 10.000M2 lalu menulis ulang diatas tambalan seluas 10.000M 2. Hal tersebut
tidak dapat diterima oleh akal sehat dan membuat kabur sebuah akta otentik
sehingga diragukan keabsahannya sebagai sebuah bukti di persidangan. Namun,
akan berbeda halnya apabila penggugat mampu membuktikan dan mempunyai
alasan yang dapat diterima akal sehat yang menyatakan bahwa tambalan coretan
tersebut dilakukan secara sah untuk kepentingan hukum tertentu. Namun jawaban
penggugat yang mengatakan tidak mengetahui tentang coretan tersebut justru
memperkuat indikasi bahwa ada perilaku melawan hukum dalam penerbitan Akta
Hibah tersebut. Kedua; adalah tentang pengakuan saudara Madzen. Yang
bersangkutan adalah salah satu saksi yang nama dan tanda tangannya terdapat di
dalam Akta Hibah penggugat. Namun ketika dihadirkan di persidangan oleh
tergugat dan diperlihatkan surat akta hibah tersebut, saudara Madzen mengatakan
bahwa tanda tangan yang ada dalam akta hibah itu bukanlah tandatangannya. Yang
bersangkutan mengaku pernah menandatangani surat pengajuan hibah yang
formatnya telah disiapkan oleh pihak kecamatan, itu pun hanya seluas 1000M 2,
bukan berupa akta hibah seluas 10.000 M 2. Untuk meyakinkan, tergugat meminta
Saudara Madzen untuk bertandatangan diatas kertas kosong, lalu saudara Madzen
bertandatangan sebanyak kurang lebih 4 (Empat) kali. Setelah selesai, maka terlihat
perbedaan yang signifikan antara tandatangan diatas kertas kosong dengan tanda
tangan yang ada di akta hibah. Keempat tanda tangan yang berada diatas kertas
kosong, semuanya memiliki kecenderungan sama persis. Namun jika dibandingkan
dengan tanda tangan yang ada dalam akta hibah, sangatlah berbeda. Ketika ditanya,
saudara Madzen mengatakan bahwa tandatangan yang sama seperti di atas kertas
kosong, adalah tandatangan yang Ia gunakan sejak dulu sekali. Oleh karenanya,
fakta mengenai Akta Hibah tersebut menjadi cacat materil dan cacat formil karena
penggugat tidak dapat membuktikan tentang keabsahannya
5. Bahwa mengenai Surat Pernyataan Saudara Madzen yang dihadirkan sebagai bukti
oleh penggugat juga dibantah oleh yang bersangkutan. Saudara Madzen merasa
tidak pernah membuat dan menandatangani surat pernyataan tersebut seperti yang
didalilkan oleh peggugat. Disamping itu, surat pernyataan bukanlah bukti otentik
yang dapat menjadi bukti yang akurat di persidangan. Oleh karenanya, Pengadilan
Negeri Palopo menetapkan putusan terhadap perkara perdata Nomor
3428K/PDT/1985 dengan menyatakan bahwa “Surat Bukti yang hanya merupakan
suatu Pernyataan tidaklah mengikat dan tidak dapat disamakan dengan kesaksian
yang seharusmya diberikan dibawah sumpah di muka Pengadilan”.
Berdasarkan kesimpulan yang telah kami uraikan diatas, demi Keadilan dan Kepastian
Hukum, kami memohon Kepada Majelis Hakim yang kami Muliakan agar menjatuhkan
Putusan sebagai berikut:
DALAM EKSEPSI
Apabila Yang Mulia Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara a quo
berpendapat lain, maka mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono).