Anda di halaman 1dari 23

CAKRA JUSTITIA LAW FIRM

ADVOCATES - LEGAL CONSULTANTS

KESIMPULAN

Dalam Perkara

NO 8/Pdt.G/2019/PN Rkb.

Antara

ARTAWINAH Binti M. HALIMI ALIAS OENI


(TERGUGAT)

Melawan

ENOK Binti SUMARDI


(PENGGUGAT)
CAKRA JUSTITIA LAW FIRM
ADVOCATES - LEGAL CONSULTANTS
Office: Jl. Sunan Gunung jati No. 5 Link Lijajar Tegal Ratu – Ciwandan, Kota
Cilegon (42445) CP. 082299681051 Mail: cakrajustitialawfirm@gmail.com

Kepada Yth :
KETUA PENGADILAN NEGERI RANGKASBITUNG
CQ : YANG MULIA MAJELIS HAKIM
Jalan Raya Kartini N0. 55 Muara Ciujung Timur Rangkasbitung
Kabupaten Lebak Banten (42314)

Perihal : Kesimpulan Tergugat atas perkara Nomor 8/Pdt.G/2019/PN Rkb.

ANTARA

ARTAWINAH Binti M. HALIMI ALIAS OENI, Umur 84 Tahun, Lahir di Lebak 18-05-1935,
Beralamat di Kp. Kebon Kelapa Rt 009 Rw 003 Kelurahan Lebak Parahiang Kecamatan
Leuwi Damar Kabupaten Lebak Propinsi Banten. Selanjutnya disebut sebagai,
…………………………………………………………………………………………………………TERGUGAT.

MELAWAN

ENOK Binti SUMARDI, Umur 54 Tahun, Lahir di Lebak 04 – 04-1965 Beragam Islam
Pekerjaan Ibu Rumah Tanggal Beralamat di Kp. Kebon Kelapa Rt 009 Rw 003 Kelurahan
Lebak Parahiang Kecamatan Leuwi Damar Kabupaten Lebak Propinsi Banten. Selanjutnya
disebut sebagai …….……………………………………………………...……………………………..PENGGUGAT.
Dengan hormat,

Yang bertanda tangan dibawah ini:

1. Carlos Pernando Silalahi, S.H


2. Karsidi, S.H

Baik bersama-sama maupun sendiri-sendiri, para Advokat dan Konsultan Hukum pada
kantor CAKRA JUSTITIA LAW FIRM yang beralamat di Jl. Sunan Gunung Jati No 5 Link
Lijajar Kec. Ciwandan Kota Cilegon-Banten. Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama
ARTAWINAH Binti M. HALIMI ALIAS OENI sebagai TERGUGAT, berdasarkan Surat
Khuasa Khusus No 005/SKK-V/2019/CJ sebagaimana yang telah didaftarkan ke Pengadilan
Negeri Rangkasbitung.

Majelis Hakim yang kami Muliakan, berdasarkan Gugatan Perbuatan Melawan Hukum
Penggugat, Eksepsi Tergugat, Replik Penggugat , Duplik Tergugat, Pemeriksaan alat-alat
bukti saksi dan surat, Keterangan ahli serta seluruh fakta-fakta yang terungkap di
persidangan, maka izinkanlah kami menyampaikan kesimpulan dari persidangan ini.
Terlebih dahulu kami akan membagi kesimpulan ini menjadi beberapa bagian sebagai
berikut:

I. TENTANG GUGATAN (PERBUATAN MELAWAN HUKUM) PENGGUGAT


II. ALAT BUKTI SURAT
III. BUKTI SAKSI
IV. KETERANGAN AHLI
V. YURISPRUDENSI DAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
VI. KESIMPULAN

I. TENTANG GUGATAN (PERBUATAN MELAWAN HUKUM) PENGGUGAT


1. Bahwa dalam dasar gugatan penggugat poin ke 1 (satu), penggugat mengatakan
bahwa penggugat adalah pemilik yang sah atas sebidang tanah seluas 10.000 M 2,
berdasarkan akta hibah Nomor.28/Pm.0145/PPAT/1979 Tertanggal 5 November
1979. Namun dalam persidangan muncul berbagai fakta sebagai berikut:
a. Salah satu saksi yang ada dalam akta hibah bernama Madzen telah dihadirkan
oleh tergugat sebagai saksi di persidangan dan mengatakan tidak pernah
menandatangani akta hibah tersebut.
b. Bahwa saudara Madzen mengatakan tidak pernah mengetahui bahwa nama dan
tanda tangannya dimasukkan dalam akta hibah tersebut.
c. Bahwa saudara Madzen mengakui bahwa selama bekerja di Kantor Desa hanya
pernah menandatangani surat pengajuan Hibah seluas 1000 M2.
d. Bahwa saudara Madzen dihadapan Majelis Hakim, Penggugat dan Tergugat
menandatangani kertas kosong beberapa kali, dan tanda tangan tersebut
sangatlah berbeda dengan tanda tangan yang tercantum dalam akta hibah.
e. Bahwa dalam Akta hibah yang dihadirkan penggugat terdapat kejanggalan lain,
yaitu adanya coretan / penghapus tinta yang dibubuhkan tepat pada jumlah luas
tanah, lalu kemudian ditulis ulang. Penggugat berdalil tidak megetahui mengenai
hal tersebut, namun disitulah titik kejanggalannya. Untuk kepentingan apakah
orang lain (Kantor Desa/Kantor Camat) menghapus jumlah luas tanah 10.000
M2, lalu ditulis ulang sama persis dengan luas 10.000 M 2? Apabila menggunakan
akal sehat, bukankah angka sebelumnya akan berbeda dengan angka yang ditulis
setelah dihapus?
f. Bahwa pada saat menerima hibah tahun 1979, penggugat masih berumur 14
tahun, belum cukup umur/ cakap secara hukum dan belum menikah (Namun
penggugat tidak menghadirkan bukti nikah di persidangan).
Undang-Undang yang berlaku di Indonesia memberikan syarat dan klasifikasi
seseorang dapat memberi dan menerima hibah. Dalam Pasal 1685 BAB X Buku
Ketiga KUHPerdata nyata-nyata mengatakan “Hibah kepada anak-anak di bawah
umur yang masih berada dibawah kekuasaan orang tua, harus diterima oleh
orang yang menjalankan kekuasaan orang tua itu. Hibah kepada anak-anak di
bawah umur yang masih dibawah perwalian atau kepada orang yang ada
dibawah pengampuan, harus diterima oleh wali atau pengampunya yang telah
diberi kuasa oleh Pengadilan Negeri. Jika Pengadilan itu memberi kuasa
termaksud maka hibah itu tetap sah. Meskipun penghibah telah meninggal dunia
sebelum terjadi pemberian kuasa itu.” Berdasarkan bunyi pasal diatas, maka akta
hibah yang sah kepada anak dibawah umur dan/atau yang belum menikah
haruslah diterima oleh Orang tua atau wali, atau setidaknya ditunda hingga si
penerima hibah dewasa.
2. Bahwa dari uraian diatas, maka akta tersebut tidak lagi otentik sebagai akta yang
asli. Oleh karenanya, ketidakotentikan tersebut berpengaruh pada kualitasnya
sebagai alat bukti dipersidangan apalagi sebagai dasar gugatan.
3. Bahwa dalam dasar gugatan penggugat poin ke 2 (dua), penggugat menyatakan
“tanah pekarangan tersebut dihibahkan oleh MUSLIKAH (Alm) kepada penggugat
selaku orang tua angkat penggugat masih hidup.” Fakta yang terungkap dalam
pembuktian persidangan adalah bahwa MUSLIKAH pernah mengangkat seorang
anak yang bernama atau yang sering dipanggil sebagai MAESAROH. Kemudian
MAESAROH memiliki anak bernama ENOK (Penggugat). Maka tidak benar
penggugat adalah anak angkat dari MUSLIKAH, atau tidak benar MUSLIKAH adalah
orang tua angkat dari Penggugat. Oleh karenanya dalil penggugat tersebut keliru
dan tidak dapat dibenarkan menjadi sebuah dasar dalam gugatan,
4. Bahwa dari uraian diatas, dalil penggugat yang mengatakan Muslikah (Alm)
merupakan orang tua angkat dari penggugat adalah keliru dan tidak terbukti.
5. Bahwa dalam poin 5 (lima) dasar gugatan penggugat mengatakan “sudah berkali –
kali meminta kepada tergugat agar berkenan mengembalikan tanah dan mengecek
keaslian Surat Keterangan Jual Beli yang dimiliki oleh Tergugat tersebut di instansi-
instansi terkait, namun tergugat tidak pernah mau…”
Majelis Hakim Yang Kami Muliakan, apakah seseorang berkewajiban untuk
menunjukkan surat kepemilikan tanahnya kepada orang lain? Nyatanya penggugat
tidak pernah melakukan upaya musyawarah kepada tergugat dengan cara yang
persuasif dan berdisuksi secara baik-baik, namun langsung saja melayangkan
somasi dengan ancaman pasal pidana. Bagaimana mungkin musyawarah mufakat
dapat ditempuh dan diperoleh dengan cara-cara tersebut?
6. Bahwa dalam poin 3 (tiga) Petitum penggugat memohon agar Majelis Hakim
memutuskan Surat Keterangan jual beli yang dimiliki tergugat tidak sah dan tidak
mempunyai kekuatan hukum. Namun pada faktanya, selama berjalannya
persidangan, penggugat tidak mampu membuktikan bahwa Surat Keterangan Jual
Beli yang dimiliki tergugat tidak sah dan tidak mempunyai kekuatan hukum.
Sebaliknya Tergugat telah membuktikan bahwa Surat Keterangan Jual Beli yang
dimiliki tergugat adalah sah dan memiliki cap materai cukup, bahkan
ditandatangani oleh para saksi bahkan juga Kepala Desa.
7. Bahwa dalam poin 4 (Empat) Petitum penggugat memohon agar Majelis Hakim
memutuskan perbuatan Tergugat sebagai Perbuatan Melawan Hukum. Yang mulia
Majelis Hakim, penggugat telah keliru memahami keutuhan sebuah gugatan
Perbuatan Melawan Hukum.
Perbuatan Melawan Hukum (Onrechtmatige daad) dalam konteks hukum perdata
diatur dalam pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata), yang
berbunyi:  “Tiap perbuatan yang melanggar hukum dan membawa kerugian kepada
orang lain, mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya
untuk menggantikan kerugian tersebut.” Dari bunyi pasal tersebut, maka dapat
ditarik unsur-unsur Perbuatan Melawan Hukum sebagai berikut:
a. Adanya Perbuatan Melawan Hukum,
b. Adanya Kesalahan,
c. Adanya Hubungan sebab akibat antara kerugian dan perbuatan,
d. Adanya Kerugian.

Unsur-unsur tersebut mensyaratkan adanya kerugian agar sebuah perbuatan dapat


defenitif dikatakan sebagai Perbuatan Melawan Hukum. Namun sepanjang
berjalannya sidang, penggugat tidak sedikitpun membuktikan kerugian nyata-nyata
yang dialaminya, baik kerugian materil maupun kerugian imateril. Seperti yang kita
ketahui bersama, dikenal sebuah asas didalam Hukum Acara Perdata, sesuai dengan
pasal 163 HIR yang pada prinsipnya menyatakan “siapa yang mendalilkan, maka
dialah yang harus membuktikan”, atau yang kemudian dikenal dengan asas “Actori
incumbit probation”. Majelis Hakim yang kami Muliakan, apabila dalam sebuah
gugatan Perbuatan Melawan Hukum, penggugat tidak mampu membuktikan
dalilnya, atau setidak-tidaknya menyebutkan secara jelas kerugian yang nyata-nyata
telah dialami oleh penggugat, apakah layak perbuatan tersebut diterima secara
hukum sebagai Perbuatan Melawan Hukum? Bukankah Undang-Undang
mensyaratkan sebuah perbuatan dapat dikatakan Perbuatan Melawan Hukum
apabila semua unsur-unsurnya terpenuhi secara utuh?
8. Bahwa permohonan penggugat agar tergugat mengosongkan tanahnya dan
menyerahkannya kepada penggugat adalah permohonan yang tidak berdasar. Pada
fakta-fakta yang terungkap di persidangan, alat bukti surat hibah yang dijadikan
dasar gugatan oleh penggugat, sangatlah diragukan keotentikannya. Sedangkan
Surat Keterangan Jual Beli yang dimiliki tergugat adalah sah dan memiliki cap
materai cukup, bahkan ditandatangani oleh para saksi dan Pejabat Negara.
Ditambah lagi fakta yang sudah nyata-nyata adalah bahwa Surat Keterangan Jual
Beli yang dimiliki oleh Tergugat adalah tahun 1956, sedangkan Akta hibah yang
dihadirkan oleh penggugat adalah tahun 1979. Fakta tersebut mengungkapkan
bahwa jauh sebelum akta hibah penggugat terbit, tergugat telah memiliki surat
Keterangan Jual Beli yang sah.

II. ALAT BUKTI SURAT


1. BUKTI SURAT PENGGUGAT
A. Akta hibah Nomor.28/Pm.0145/PPAT/1979 Tertanggal 5 November 1979
 Akta hibah penggugat diragukan sebagai akta yang otentik untuk dapat
dijadikan sebhau bukti di Pengadilan.
 Salah satu saksi yang bernama Madzen, yang nama dan tanda tangannya
terdapat di dalam akta hibah telah dihadirkan di persidangan dan mengaku
tidak pernah menandatangani hibah tersebut.
 Bahwa di hadapan Majelis Hakim, saudara Madzen bertandatangan sebanyak
(4) empat kali diatas kertas kosong dan tanda tangan tersebut jauh berbeda
dengan tanda tangan yang berada di akta hibah.
 Bahwa ada coretan / tambalan tulisan pada luas objek tanah di dalam akta
hibah yang asli, yang seharusnya penggugat mampu menjelaskan bahwa
coretan tersebut adalah perbuatan hukum yang sah sehingga coretan
tersebut bukanlah sebuah masalah. Namun sepanjang pembuktian,
penggugat tidak mampu pertanggungjawaban hukum atas coretan tersebut,
sehingga bukti tersebut tidaklah dapat diterima sebagai alat bukti yang
sah/asli di persidangan yang menjadi dasar melakukan gugatan.
 Bahwa penggugat pada saat menerima hibah belum cakap hukum menurut
peraturan perundaang-undangan yang berlaku di Indonsia yang mewajibkan
seorag penerima hibah haruslah telah dewasa atau sudah menikah.
Sementara penggugat pada saat menerima hibah belumlah menikah dan
masih dibawah umur.

B. Surat Pernyataan Saudara Madzen


 Bahwa Surat pernyataan Madzen yang dihadirkan oleh penggugat sebagai
bukti diragukan dan patut dipertanyakan.
 Bahwa saudara Madzen dihadapan Majelis hakim membantah pernah
membuat dan menandatangani surat pernyataan tersebut
 Bahwa saudara madzen mengakui tidak mengetahui siapa, kapan dan
dimana surat pernyataan tersebut dibuat.
 Bahwa Surat Bukti yang hanya merupakan suatu “Pernyataan” tidaklah
mengikat dan tidka dapat disamakan dengan kesaksian yang seharusmya
diberikan dibawah sumpah di muka Pengadilan (Yurispudensi Perdata
Pengadilan Negeri Palopo)

C. Putusan Pengadilan Agama Rangkasbitung Nomor 247/Pdt.G/2008/PA.Rkb


 Bahwa Putusan Pengadilan agama yang dihadirkan sebagai bukti oleh
penggugat tidak membuktikan sama sekali bahwa penggugat adalah pemilik
tanah yang sah.
 Bahwa perkara Pengadilan Agama tersebut belum sempat diperiksa di
Pengadilan karena gugatan penggugat tidak diterima oleh Majelis Hakim
(Niet Ontvankelijke Verklaard)
 Bahwa Gugatan perkara Pengadilan Agama tersebut adalah sengketa waris
yang diajukan oleh salah satu ahi waris bernama Sabirin Bin H. Sanusi.
2. BUKTI SURAT TERGUGAT
A. Surat Keterangan Jual Beli Tertanggal 1 September 1956
 Bahwa Surat Keterangan Jual Beli yang diajukan Tergugat adalah sah dan
otentik secara hukum.
 Bahwa Bukti Surat Keterangan Jual Beli yang diajukan tergugat memiliki cap
materai yang cukup, ditandatangani oleh para saksi yang sah dan Pejabat
Negara, dalam hal ini Kepala Desa.
 Bahwa Bukti Surat Keterangan Jual Beli yang diajukan tergugat
membuktikan bahwa Penggugat telah memiliki Surat sah jauh sebelum
adanya Akta hibah penggugat. Surat Keterangan Jual Beli tergugat terbit
tahun 1956, sedangkan Akta hibah penggugat terbit tahun 1979.

B. Putusan Pengadilan Agama Rangkasbitung Nomor 247/Pdt.G/2008/PA.Rkb


 Bahwa Gugatan yang diajukan oleh ahli waris di Pengadilan Agama
Rangkasbitung membuktikan adanya keberatan para ahli waris terhadap
hibah tersebut.
 Bahwa tidak ada ketetapan waris sebelumnya dari Dulapa (pewaris) kepada
ketiga anaknya yaitu Sanusi, Muslikah dan Duriah, sehingga salah satu dari
pewaris tidaklah dapat meghibahkan tanah warisan Dulapa kepada siapapun
secara diam-diam tanpa persetujuan ahli waris lainnya.
 Bahwa penggugat tidak menunjukkan bukti kepemilikan Muslikah
sebelumnya atas objek tanah yang dihibahkan kepada penggugat untuk
meyakinkan kita semua bahwa Muslikah adalah pemilik tanah yang sah atas
tanah tersebut sebelum dihibahkan.

C. Sertifikat Hak Milik Nomor 101, 106, 107, 108 dan SPPT
 Bahwa Sertifikat Hak Milik yang diajukan tergugat sebagai bukti di
Pengadilan menunjukkan bahwa diatas tanah tersebut berdiri bangunan
yang sudah didaftarkan secara sah kepada negara melalui Badan Pertanahan
Nasional (BPN).
 Bahwa SPPT yang diajukan tergugat sebagai bukti menunjukkan bahwa
Pemilik sertifikat tertib membayar pajak setiap tahunnya kepada Negara.

III. BUKTI SAKSI


1. BUKTI SAKSI PENGGUGAT
A. Saksi Herman S. Brata
 Bahwa saksi mengatakan Akta Hibah tersebut sudah ada yang merubah,
karena sebelumnya (pada waktu dibuat) tidak ada Tipe x di dalam akta hibah.
 Bahwa saksi mengatakan akta hibah pernah dititipkan di Desa.
 Bahwa saksi mengatakan verifikasi akta hibah di Kecamatan dlakukan oleh
saudara Surya.
 Bahwa saksi mengatakan pembuatan akta hibah bisa selesai dalam 1 (satu)
hari.
 Bahwa saksi mengatakan salah satu syarat penerima hibah adalah sudah
dewasa.
 Bahwa saksi mengatakan Akta hibah tidak boleh ada tipe x atau koreksi

B. Saksi Danu Atmaja


 Bahwa saksi mengatakan dipanggil oleh Camat bernama Nuryanto tentang
adanya permasalahan tanah.
 Saksi mengatakan bahwa dahulu ada keributan tentang tanah tersebut
antara Sabirin dan Enok
 Bahwa saksi mengatakan Akta Hibah tersebut diambil oleh Kepala Desa
untuk diamankan
 Bahwa saksi mengatakan saudara Enok ketika menerima hibah tersebut
belum dewasa dan belum menikah
 Bahwa saksi mengatakan diatas tanah yang sedng disengketakan tersebut
berdiri beberapa bangunan rumah.
2. BUKTI SAKSI TERGUGAT
A. Saksi Madzen (Mantan Sekdes Leuwidamar)
 Bahwa saksi mengatakan dirinya dipanggil oleh pihak Kecamatan yaitu
Saudara Surya dikarenakan ada warga yang akan menghibahkan tanahnya.
 Bahwa saksi mengatakan setelah sampai di Kecamatan, saksi disuruh
menandatangani surat usulan hibah yang formatnya sudah disiapkan oleh
pihak kecamatan.
 Bahwa saksi mengatakan tidak pernah menandatangani Akta hibah seperti
yang ditunjukkan kepada saksi di Pengadilan, melainkan hanya pernah
menandatangani surat usulan hibah.
 Bahwa saksi mengatakan luas tanah dalam surat usulan hibah yang
ditandatangani saksi adalah seluas 1.000 M2.
 Bahwa dihadapan Majelis Hakim, saksi diperlihatkan Akta Hibah penggugat.
Saksi ditanya tentang tanda tangan saksi yang ada di akta tersebut, saksi
membantah bahwa tandatangan dalam aka hibah tersebut bukanlah
tandatangan saksi.
 Bahwa dihadapan Majelis Hakim, saksi diminta menandatangani kertas
kosong sebanyak 4 (empat) kali, ternyata tandatangan saksi di kertas kosong
sangat berbeda disbanding tandatangan yang ada di Akta Hibah.
 Bahwa saksi mengatakan tandatangan yang asli adalah tanda tangan yang
ada di kertas kosong.
 Bahwa saksi mengatakan sejak dahulu tandatangan saksi tidak pernah
berubah.
 Bahwa saksi mengatakan Saudara Enok ketika itu belum dewasa dan belum
menikah.
 Bahwa pada tahun 1981 saudara saksi pernah dipanggil oleh Kepolisian
Sektor (POLSEK) Leuwidamar tentang adanya hibah tersebut, saksi
mengatakan bahwa benar pernah ada pengajuan hibah seluas 1.000 M 2
bukan 10.000 M2.
 Bahwa pada tahun 2018 saudara saksi pernah dipanggil lagi oleh Kepolisian
Resort (POLRES) Lebak tentang adanya hibah tersebut, saksi konsisten pada
jawabannya bahwa saksi hanya mengetahui tentang pengajuan hibah seluas
1.000 M2 bukan 10.000 M2.

B. Saksi Eni (Cucu Uyut Dulapa)


 Bahwa saksi mengatakan Uyut Dulapa memiliki anak yang bernama Duriah,
Muslikah dan Sanusi.
 Bahwa saksi mengatakan Uyut Dulapa adalah pemilik tanah yang sekarang
sedang disengketakan.
 Bahwa saksi mengatakan tanah yang di “Pasir” telah dijual oleh Uyut Dulapa
kepada saudara Oeni.
 Bahwa saksi mengatakan tanah yang ditempat oleh Saudara Enok
merupakan hak dari ahli waris bernama Sabirin.
 Bahwa saksi mengatakan Saudara Enok diberikan tanah hanya seluas satu
rumah (berukuran sedang) saja oleh saudara Sabirin.
 Bahwa saksi mengatakan tanah waris yang didapatkan oleh saksai sudah
disertifikatkan.
 Bahwa saksi mengatakan tidak mengetahui pada tahun 1979 ada hibah dari
Muslikah kepada Saudara Enok.
 Bahwa ketika ditunjukkan sketsa peta tanah, saksi mengatakan tanah itu
sudah dijual oleh Dulapa kepada Oeni

C. Saksi Sugiri (Mantan Kepala Desa Leuwidamar)


 Bahwa saksi mengatakan mengetahui tentang adanya jual beli antara
Saudara Uyut Dulapa dengan Saudara Oeni.
 Bahwa saksi mengetahui tentang adanya jual beli tersebut dari sesepuh dan
para masyarakat di sekitar Lebak Parahiyang.
 Bahwa saksi mengatakan dirinya telah sejak lahir dan besar berada di Lebak
parahiyang.
 Saksi mengatakan pernah mendengar tentang hibah antara saudara Muslikah
dengan Saudara Enok seluas 1.000M2.
 Saksi mengatakan merasa heran ketika sekarang akta hibah tersebut seluas
10.000 M2
 Saksi mengatakan bahwa tanah yang sedang disengketakan tersebut dulunya
adalah milik Uyut Dulaa dan masih banyak lagi tanah milik Uyut Dulapa.

IV. KETERANGAN AHLI


Dr. Aartje Tehupeiory, S.H.,M.H, ahli adalah seorang pakar dibidang Pertanahan
Nasional (Hukum Agraria). Ahli telah banyak berkontribusi dalam instrumen Hukum
Pertanahan Nasional. Ahli juga aktif dalam memberikan pencerahan di Pengadilan
berbagai sengketa tanah di Indonesia. Selain itu ahli telah menulis berbagai buku
tentang Pertanahan, menulis Jurnal, melakukan penelitian, bahkan menjadi pembicara
di berbagai daerah di Indonesia. Ahli memiliki pengalaman (Track Record) yang sangat
mumpuni dibidangnya, sehingga tergugat merasa ahli sangat layak untuk didengar
keterangannya di Pengadilan untuk memberikan pencerahan atas sengketa tanah yang
sedang terjadi. Berikut keterangan ahli:
 Bahwa sebuah hibah dalam perspektif hukum tanah nasional, dilihat dari dua
konteks yaitu perbuatan hukum dan peristiwa hukum. Perbuatan hukum yang
dimaksud adalah adanya konsensus dan ada benda yang dihibahkan. Lalu
tentang keabsahannya harus dilihat dari perspektif yang ada di dalam Undang-
Undang Pokok Agraria.
 Bahwa ketika terjadi peralihan dalam bentuk hibah, haruslah diperhatikan
beberapa syarat, yang pertama: kedua pihak haruslah cakap dalam melakukan
perbuatan hukum. Kedua, bahwa tanah yang dihibahkan tidka dalam sengketa.
Ketiga, haruslah disaksikan oleh Kepala Adat atau pemimpin masyarakat.
 Bahwa dalam erspektif hukum Nasional hibah yang dilakukan secara adat,
haruslah ditingkatkan ke dalam suatu akta yang otentik. Berdasarkan Undang-
Undang Pokok Agraria, PP 10/1951 Jo. PP 24/1997 kewajibannya adalah
mendaftarkan tanah tersebut kepada Badan Pertanahan Nasional (BPN).
 Bahwa dalam konteks hukum nasional, ada beberapa ketentuan dalam
pemberian hibah, yaitu anak harus dewasa atau sudah menikah. Apabila
penerima hibah belum dewasa, maka dapat dilakukan penundaan hibah sampai
si anak dewasa terlebih dahulu.
 Bahwa dalam sebuah akta otentik tidak boleh ada tambalan tulisan (tipe x), dan
tidak boleh sembarangan. Jika ada, hal tersebut patut mengindikasikan sesuatu,
hibah dilakukan oleh pemberi hibah yang tidak sebenarnya, atau hibah
diberikan kepada yang tidak sebenarnya.
 Bahwa peralihan hak atas tanah haruslah memenuhi unsur terang dan tunai.
Terang adalah perbuatan tersebut harus disaksikan oleh pemimpin dalam
masyarakat (Pejabat Desa), karena adanya saksi tersebut menjadi syarat
terangnya suatu perbuatan hukum, yaitu syarat “Publisitas”.
 Bahwa dalam persektif hukum tanah Nasional, seorang anak angkat dapat
menerima hibah apabila dari orang tua angkatnya apabila hubungan (hubungan
hukum) si anak dengan orang tua kandung sudah diputus.
 Bahwa perjanjian jual beli yang dilakukan dibawah tangan dengan disaksikan
oleh Ketua Adat/ Pimpinan Masyarakat/ Kepala Desa adalah sah.

V. YURISPRUDENSI DAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN


1. YURISPRUDENSI
A. Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia tanggal 3 Agustus 2005 dengan
Nomor Putusan 332 K/AG/2000.
 Kaidah Hukum : “Apabila dilakukan hibah kepada pihak lain terhadap harta
warisan yang belum dibagikan kepada ahli waris, maka hibah tersebut batal
demi hukum karena salah satu syarat hibah adalah barang yang dihibahkan
harus milik pemberi hibah sendiri, bukan merupakan harta warisan yang
belum dibagi dan bukan pula harta yang masih terikat suatu sengketa”.
B. Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia tanggal 26 Februari 2004 dengan
Nomor Putusan 27 K/AG/2002.
 Kaidah Hukum : “Bahwa seseorang yang mendalilkan mempunyai hak atas
tanah berdasarkan hibah, harus dapat membuktikan kepemilikan atas hibah
tersebut sebagai dimaksud oleh pasal 210 ayat (1) KHI dan apabila diperoleh
berdasarkan hibah maka segera tanah tersebut dibaliknamakan, atas nama
penerima hibah. Jika tidak demikian kalau timbul sengketa dikemudian hari,
maka status tanah tersebuttetap seperti semula (sebelum dihibahkan) kecuali
benar-benar dapat dibuktikan perubahan atas status kepemilikannya”.

C. Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia dengan Nomor Putusan 164


K/Sip/1974.
 Kaidah Hukum: “Apabila harta warisan dikuasai pihak ketiga tanpa alasan
yang sah, cukup seorang ahli waris saja yang bertindak sebagai Penggugat,
dan gugatan tidak dapat dianggap cacat”. (Salah satu ahli waris bernama
Sabirin telah pernah mengajukan gugatan)

D. Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia dengan Nomor Putusan 224


K/Sip/1959.
 Kaidah Hukum: “Gugatan untuk menuntut penyerahan kembali harta warisan
yang dikuasai pihak ketiga tanpa hak, dianggap sah dan memenuhi syarat
formil, meskipun tidak seluruh ali waris ikut serta sebagai pihak penggugat.

E. Putusan Pengadilan Negeri Palopo Nomor 3428K/PDT/1985.


 Kaidah Hukum: “Surat Bukti yang hanya merupakan suatu Pernyataan
tidaklah mengikat dan tidak dapat disamakan dengan kesaksian yang
seharusmya diberikan dibawah sumpah di muka Pengadilan”

2. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
A. Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata).
Berbunyi “Tiap perbuatan yang melanggar hukum dan membawa kerugian
kepada orang lain, mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian itu karena
kesalahannya untuk menggantikan kerugian tersebut.” Dari bunyi pasal tersebut,
maka dapat ditarik unsur-unsur Perbuatan Melawan Hukum sebagai berikut:
 Adanya Perbuatan Melawan Hukum,
 Adanya Kesalahan,
 Adanya Hubungan sebab akibat antara kerugian dan perbuatan
 Adanya Kerugian

B. Pasal 1685 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata).


Berbunyi “Hibah kepada anak-anak di bawah umur yang masih berada dibawah
kekuasaan orang tua, harus diterima oleh orang yang menjalankan kekuasaan
orang tua itu. Hibah kepada anak-anak di bawah umur yang masih dibawah
perwalian atau kepada orang yang ada dibawah pengampuan, harus diterima
oleh wali atau pengampunya yang telah diberi kuasa oleh Pengadilan Negeri. Jika
Pengadilan itu memberi kuasa termaksud maka hibah itu tetap sah. Meskipun
penghibah telah meninggal dunia sebelum terjadi pemberian kuasa itu.”
Berdasarkan bunyi pasal diatas, maka hibah tidak dapat diberikan kepada
seorang anak yang menurut hukum belum usia dewasa atau belum menikah
kecuali diwalikan atau diampukan oleh orang dewasa (pewali atau pengampu).

C. Pasal 1688 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata).


Berbunyi “Suatu penghibahan tidak dapat dicabut dan karena itu tidak dapat
pula dibatalkan, kecuali dalam hal-hal berikut:
 Jika syarat-syarat penghibahan itu tidak dipenuhi oleh penerima hibah.
 Jika orang yang diberi hibah bersalah dengan melakukan atau ikut melakukan
suatu usaha pembunuhan atau suatu kejahatan lain atas diri penghibah.
 Jika penghibah jatuh miskin sedang yang diberi hibah menolak untuk memberi
nafkah kepadanya.”
Bunyi pasal tersebut memberikan kepastian tentang pembatalan hibah atas
syarat-syarat tertentu. Apabila penerima hibah tidak memenuhi syarat sebagai
penerima hibah, maka pembatalan atas hibah dapat dilakukan.

D. Pasal 572 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata).


Berbunyi “Setiap hak milik harus dianggap bebas. Barangsiapa menyatakan
mempunyai ha katas barang orang lain, harus membuktikan hak itu.”
E. Pasal 1865 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata).
Berbunyi “Setiap orang yang mengaku mempunyai suatu hak atau menunjuk
suatu peristiwa untuk meneguhan haknya itu, atau untuk embantah suatu hak
orang lain, wajib membuktikan adanya hak itu atau kejadian yang dikemukakan
itu”

F. Pasal 11 Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2007 Tentang Pengangkatan


Anak mensyaratkan pengangkatan anak dilakukan melalui Putusan Pengadilan.
Kemudian pada pasal 12 Berbunyi:
“Syarat anak yang akan diangkat meliputi:
 Belum berusia 18 tahun;
 Merupakan anak terlantar atau ditelantarkan;
 Berada dalam asuhan keluarga atau dalam lembaga pengasuhan anak; dan
 Memerlukan perlindungan khusus”
Melakukan pengangkatan anak secara sah tidak dapat dilakukan begitu saja.
Pengangkatan anak di Indonesia sangat rumit dikarenakan begitu banyak
persyaratan yang harus ditempuh. Berikut adalah beberapa ketentuan-
ketentuan yang berkaitan dengan pengangkatan anak di Indonesia:
 Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 1979 Tentang Pengangkatan
Anak.
 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak.
 Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 6 Tahun 1983 Tentang
Penyempurnaan Surat Edaran Nomor 2 Tahun 1979
 Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 4 Tahun 1989 Tentang Pengangkatan
Anak.
 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.
 Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Pengangkatan
Anak.
 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan Republik
Indonesia
 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama dan telah
diubah dengan UNdang-Undang Nomor 3 Tahun 2006
 Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan
Pengangkatan Anak.
 Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 110/HUK/2009 tentang
Persyaratan Pengangkatan Anak.

VI. KESIMPULAN

Berdasarkan fakta-fakta yang terungkap selama persidangan, maka dapat disimpulkan


sebagai berikut:

1. Bahwa Uyut Dulapa memiliki 3 (tiga) anak yaitu Duriah, Muslikah dan Sanusi.
Penggugat bukanlah ahli waris keturunan Uyut Dulapa, dan bukan pula anak angkat
dari Muslikah, melainkan anak dari Maesaroh. Maesaroh adalah anak angkat dari
Muslikah. Untuk memudahkan hubungan hukum nama-nama tersebut, kami
membuat sebuah bagan sederhana, sebagai berikut.
Dari bagan tersebut kita dapat mengetahui bahwa tidak benar penggugat adalah
anak angkat dari seseorang bernama Muslikah seperti yang didalilkan penggugat
dalam gugatannya. Yang benar adalah ibu dari penggugat bernama Maesaroh
merupakan anak angkat dari Muslikah. Maka yang sebenarnya pada prinsipnya,
penggugat tidak memiliki hubungan hukum dengan seseorang bernama Muslikah

2. Bahwa tidak pernah ada Wasiat dari Dulapa tentang harta warisannya terhadap
ketiga anaknya. Begitupun tidak pernah ada pula penetapan waris yang secara
bersama dibuat oleh ketiga anaknya sebagai ahli waris. Hal tersebut membuat kabur
tentang pembagian harta warisan bagi ketiga ahli waris. Sehingga apabila ada
diantara ketiga ahli waris yang melakukan peralihan hak atas tanah warisan
tersebut kepada orang lain, maka peralihan tersebut tidaklah bisa dianggap sebagai
peralihan hak atas tanah yang sah menurut Hukum Adat, Kompilasi Hukum Islam
(KHI), dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer). Oleh karenanya
Mahkamah Agung Republik Indonesia pada perkara Nomor 332 K/AG/2000
tertanggal 3 Agustus 2005 menyatakan: “Apabila dilakukan hibah kepada pihak lain
terhadap harta warisan yang belum dibagikan kepada ahli waris, maka hibah
tersebut batal demi hukum karena salah satu syarat hibah adalah barang yang
dihibahkan harus milik pemberi hibah sendiri, bukan merupakan harta warisan yang
belum dibagi dan bukan pula harta yang masih terikat suatu sengketa”. Maka
berdasarkan uraian tersebut diatas, hibah yang pernah diberikan oleh Muslikah
kepada Penggugat haruslah dibatalkan demi hukum.

3. Bahwa Tergugat tidak memenuhi syarat sebagai penerima hibah sebagaimana yang
diharuskan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer). Pada saat
menerima hibah tahun 1979, penggugat masih berumur 14 Tahun dan belum
menikah, sementara salah satu syarat yang tercantum dalam pasal 1685 KUHPer
adalah penerima hibah haruslah dewasa atau sudah menikah. Selama berjalannya
persidangan, penggugat tidak pernah menunjukkan atau mengajukan sebagai bukti
Surat Nikah Tergugat
4. Bahwa selain cacat materil pemberi dan penerima hibah, dalam pembuktian di
persidangan akta hibah tergugat tersebut memiliki cacat formil yang cukup fatal.
Pertama; adalah tentang terdapatnya sebuah tambalan (coretan tipe x) pada jumlah
luas objek tanah yang dihibahkan. Penggugat mengaku tidak mengetahui kapan,
dimana, dan mengapa tambalan Tipe x itu dilakukan. Pertanyaannya adalah, untuk
kepentingan apakah orang lain (pejabat Desa/Kecamatan) mencoret luas tanah
seluas 10.000M2 lalu menulis ulang diatas tambalan seluas 10.000M 2. Hal tersebut
tidak dapat diterima oleh akal sehat dan membuat kabur sebuah akta otentik
sehingga diragukan keabsahannya sebagai sebuah bukti di persidangan. Namun,
akan berbeda halnya apabila penggugat mampu membuktikan dan mempunyai
alasan yang dapat diterima akal sehat yang menyatakan bahwa tambalan coretan
tersebut dilakukan secara sah untuk kepentingan hukum tertentu. Namun jawaban
penggugat yang mengatakan tidak mengetahui tentang coretan tersebut justru
memperkuat indikasi bahwa ada perilaku melawan hukum dalam penerbitan Akta
Hibah tersebut. Kedua; adalah tentang pengakuan saudara Madzen. Yang
bersangkutan adalah salah satu saksi yang nama dan tanda tangannya terdapat di
dalam Akta Hibah penggugat. Namun ketika dihadirkan di persidangan oleh
tergugat dan diperlihatkan surat akta hibah tersebut, saudara Madzen mengatakan
bahwa tanda tangan yang ada dalam akta hibah itu bukanlah tandatangannya. Yang
bersangkutan mengaku pernah menandatangani surat pengajuan hibah yang
formatnya telah disiapkan oleh pihak kecamatan, itu pun hanya seluas 1000M 2,
bukan berupa akta hibah seluas 10.000 M 2. Untuk meyakinkan, tergugat meminta
Saudara Madzen untuk bertandatangan diatas kertas kosong, lalu saudara Madzen
bertandatangan sebanyak kurang lebih 4 (Empat) kali. Setelah selesai, maka terlihat
perbedaan yang signifikan antara tandatangan diatas kertas kosong dengan tanda
tangan yang ada di akta hibah. Keempat tanda tangan yang berada diatas kertas
kosong, semuanya memiliki kecenderungan sama persis. Namun jika dibandingkan
dengan tanda tangan yang ada dalam akta hibah, sangatlah berbeda. Ketika ditanya,
saudara Madzen mengatakan bahwa tandatangan yang sama seperti di atas kertas
kosong, adalah tandatangan yang Ia gunakan sejak dulu sekali. Oleh karenanya,
fakta mengenai Akta Hibah tersebut menjadi cacat materil dan cacat formil karena
penggugat tidak dapat membuktikan tentang keabsahannya

5. Bahwa mengenai Surat Pernyataan Saudara Madzen yang dihadirkan sebagai bukti
oleh penggugat juga dibantah oleh yang bersangkutan. Saudara Madzen merasa
tidak pernah membuat dan menandatangani surat pernyataan tersebut seperti yang
didalilkan oleh peggugat. Disamping itu, surat pernyataan bukanlah bukti otentik
yang dapat menjadi bukti yang akurat di persidangan. Oleh karenanya, Pengadilan
Negeri Palopo menetapkan putusan terhadap perkara perdata Nomor
3428K/PDT/1985 dengan menyatakan bahwa “Surat Bukti yang hanya merupakan
suatu Pernyataan tidaklah mengikat dan tidak dapat disamakan dengan kesaksian
yang seharusmya diberikan dibawah sumpah di muka Pengadilan”.

6. Bahwa selama dalam persidangan, Penggugat tidak mampu membuktikan dalilnya


tentang “Perbuatan Melawan Hukum”. Melalui bukti surat dan bukti saksi yang
dihadirkan oleh penggugat di Muka Pengadilan, tidak satupun dalil yang dapat
diterima untuk menyatakan bahwa tergugat telah melakukan perbuatan melawan
hukum. Justru, tergugat menilai bahwa fakta-fakta yang terungkap kemudian di
Persidangan, penggugatlah yang telah melakukan perbuatan melawan hukum.
Mengapa demikian? Berikut ringkasnya seperti yang sudah diuraikan secara
lengkap diatas:
 Perbuatan muslikah memberi hibah tidaklah sah, karena menghibahkan
harta warisan yang tidak otentik sebagai miliknya karena belum dilakukan
penetapan waris. Kemudian ada ahli waris lain yang mengaku sebagai
pemilik tanah yang dihibahkan tersebut.
 Enok (penggugat) belum cakap hukum pada saat menerima hibah, saat itu
penggugat masih berumur 14 Tahun dan belum menikah (pengakuan saksi
dan tidak diajukannya surat nikah sebagai bukti)
 Terdapat indikasi perbuatan melawan hukum atas coretan yang ada dalam
Akta hibah.
 Salah satu saksi di dalam akta hibah mengaku tidak pernah menandatangani
akta hibah tersebut. Diduga tandatangan yang bersangkutan dipalsukan.
 Tergugat memiliki AJB tahun 1956, sedangkan tahun terbitnya akta hibah
penggugat adalah tahun 1979.

7. Bahwa berdasarkan uraian diatas, penggugat telah keliru mendalilkan sebuah


Perbuatan Melawan Hukum. Pembuktian yang telah dilakukan terhadap dalil-dalil
penggugat, sesungguhnya tidak mampu menerangkan secara jelas unsur-unsur
Perbuatan Melawan Hukum yang seperti apa yang sedang dilakukan oleh tergugat.

Berdasarkan kesimpulan yang telah kami uraikan diatas, demi Keadilan dan Kepastian
Hukum, kami memohon Kepada Majelis Hakim yang kami Muliakan agar menjatuhkan
Putusan sebagai berikut:

DALAM EKSEPSI

1. Menolak gugatan Perbuatan Melawan Hukum dan dalil-dalil Penggugat untuk


seluruhnya karena kabur/Obscuur Libel dan tidak terbukti.
2. Menerima Eksepsi dan dalil-dalil bantahan tergugat untuk seluruhnya.

DALAM POKOK PERKARA


1. Menyatakan membatalkan Akta Hibah penggugat Nomor.28/Pm.0145/PPAT/1979
Tertanggal 5 November 1979;
2. Menyatakan Tergugat adalah pemilik sah atas tanah yang sedang disengketakan
berdasarkan Keterangan Jual Beli Tahun 1956 antara Dulapa dengan Tergugat.
3. Menghukum penggugat untuk mengosongkan tanah seluas jumlah yang tercantum
diatas Akta Hibah;
4. Menyatakan penggugat bukanlah merupakan Keturunan dan Ahli waris Dulapa;
5. Menyatakan bahwa penggugat bukanlah anak angkat dari Saudara Muslikah seperti
yang didalilkan penggugat;
6. Menyatakan Penggugat untuk tunduk dan patuh pada putusan ini;
7. Menghukum penggugat untuk membayar seluruh biaya yang timbul akibat perkara
ini.
SUBSIDAIR

Apabila Yang Mulia Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara a quo
berpendapat lain, maka mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono).

Rangkasbitung, 15 Agustus 2019


KUASA HUKUM TERGUGAT

CARLOS PERNANDO SILALAHI, S.H KARSIDI, S.H

Anda mungkin juga menyukai