Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Reformasi merupakan suatu gerakan yang menghendaki adanya perubahan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara ke arah yang lebih baik secara konstitusional.
Artinya, adanya perubahan kehidupan dalam bidang politik, ekonomi, hukum, sosial, dan
budaya yang lebih baik, demokratis berdasarkan prinsip kebebasan, persamaan, dan
persaudaraan.
Gerakan reformasi lahir sebagai jawaban atas krisis yang melanda berbagai segi
kehidupan. Krisis politik, ekonomi, hukum, dan krisis sosial merupakan faktor yang
mendorong lahirnya gerakan reformasi.Bahkan, krisis kepercayaan telah menjadi salah satu
indikator yang menentukan. Reformasi dipandang sebagai gerakan yang tidak boleh ditawar-
tawar lagi dan karena itu, hampir seluruh rakyat Indonesia mendukung sepenuhnya gerakan
reformasi tersebut.
Dengan semangat reformasi, rakyat Indonesia menghendaki adanya pergantian
kepemimpinan nasional sebagai langkah awal menuju terwujudnya masyarakat yang adil
dan makmur. Pergantian kepemimpinan nasional diharapkan dapat memperbaiki kehidupan
politik, ekonomi, hukum, sosial, dan budaya. Indoenesia harus dipimpin oleh orang yang
memiliki kepedulian terhadap kesulitan dan penderitaan rakyat. Dalam makalah ini kami
akan membahas tentang Reformasi di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana latar belakang terjadinya reformasi 1998 di Indonesia?
2. Apa yang menjadi tuntutan para reformis?
3. Bagaimana upaya para reformis untuk mendesak pemerintah menuju reformasi?
4. Bagaimana kronologis terjadinya reformasi di Indonesia?
5. Apa agenda pemerintah reformasi dalam pembaruan bidang kehidupan Indonesia?

C. Tujuan Penulisan
1. Memenuhi tugas Mata Pelajaran Sejarah
2. Untuk mengetahui latar belakang terjadinya reformasi
3. Untuk mengetahui tuntutan para reformis dalam memperjuangkan reformasi
4. Untuk mengetahui upaya para reformis dalam mendesak pemerintahan orde baru
5. Untuk mengetahui kronologis terjadinya reformasi
6. Untuk mengetahui agenda pemerintah dalam pembaruan di awal era reformasi
7. Untuk mengetahui dampak dari terjadinya reformasi di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Awal Lahirnya Reformasi


Reformasi merupakan suatu perubahan catatan kehidupan lama catatanan kehidupan
baru yang lebih baik. Reformasi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998 merupakan suatu
gerakan yang bertujuan untuk melakukan perubahan dan pembaruan, terutama perbaikan
tatanan kehidupan dalam bidang politik, ekonomi, hukum, dan sosial. Dengan demikian,
reformasi telah memiliki formulasi atau gagasan tentang tatanan kehidupan baru menuju
terwujudnya Indonesia baru.
Persoalan pokok yang mendorong atau menyebabkan lahirnya reformasi adalah
kesulitan warga masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pokok. Harga-harga sembilan
bahan pokok (sembako), seperti beras, terigu, minyak goreng, minyak tanah, gula, susu,
telur, ikan kering, dan garam mengalami kenaikan yang tinggi. Bahkan, warga masyarakat
harus antri untuk membeli sembako itu.
Sementara situasi politik dan kondisi ekonomi Indonesia semakin tidak menentu dan
tidak terkendali. Harapan masyarakat akan perbaikan politik dan ekonomi semakin jauh dari
kenyataan. Keadaan itu menyebabkan masyarakat Indonesia semakin kritis dan tidak
percaya terhadap pemerintahan Orde Baru.
Pemerintahan Orde Baru dinilai tidak mampu menciptakan kehidupan masyarakat
yang adil dalam kemakmuran dan makmur dalam keadilan berdasarkan Pancasila dan UUD
1945.Oleh karena itu, tujuan lahirnya reformasi adalah untuk memperbaiki tatanan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kesulitan masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan pokok merupakan faktor atau penyebab utama lahirnya gerakan reformasi.
Pemerintahan Orde Baru yang dipimpin Presiden Soeharto selama 32 tahun, ternyata tidak
konsisten dan konsekuen dalam melaksanakan cita-cita Orde Baru. Pada awal kelahirannya
tahun 1966, Orde Baru bertekad untuk menata kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Namun dalam pelaksanaannya, pemerintahan Orde Baru banyak melakukan
penyimpangan terhadap nilai-nilai Pancasila dan ketentuan-ketentuan yang tertuang dalam
UUD 1945 yang sangat merugikan rakyat kecil. Bahkan Pancasila dan UUD 1945 hanya
dijadikan legitimasi untuk mempertahankan kekuasaan.

B. Kronologis Jatuhnya Pemerintah Orde Baru


 Tanggal 10 Maret 1998 melalui Sidang Umum MPR Soeharto terpilih kembalih sebagai
presiden RI untuk masa jabatan lima tahun (1998-2003) yang ketujuh kali dengan
menggandeng B.J. Habibie sebagai Wakil Presiden.
 Tanggal 4 Mei harga BBM naik 71%, yang menimbulkan aksi demontrasi di berbagai
kota, seperti 3 hari kerusuhan di Medan dengan korban 6 meninggal.
 Tanggal 8 Mei Peristiwa Gejayan, 1 mahasiswa Yogyakarta tewas.
 Tanggal 9 Mei Presiden Soeharto berangkat ke luar negeri dalam rangka kunjungan
kenegaraan selama satu minggu ke Mesir.
 Tanggal 12 Mei Tragedi Trisakti, 4 Mahasiswa Trisakti terbunuh, yaitu Elang Mulia
Lesmana,  Hendriawan Lesmana, Heri Hertanto, dan Hafidin Royan. Sedangkan para
mahasiswa yang menderita luka ringan dan luka parah pun tidak sedidkit jumlah, setelah
bentrok dengan aparat keamanan yang berusaha membubarkan para demontrans.
 Kerusuhan Mei 1998 pecah di Jakarta. Kerusuhan juga terjadi dikota solo. Presiden
Soeharto yang sedang menghadiri pertemuan-pertemuan negara berkembang G-15 di
Kairo, Mesir, memutuskan untuk kembali ke Indonesia. Di Kairo, Presiden Soeharto 
menyatakan akan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai presiden.
 Tanggal 14 Mei demontrasi terus bertambah besar hampir seluruh kota-kota di
indonesia,demontrans mengepung dan menduduki gedung-gedung DPRD di daerah.
 18 Mei Ketua MPR yang juga ketua Partai Golkar, Harmoko meminta Soeharto untuk
turun dari jabatannya sebagai presiden.
 Jendral Wiranto mengatakan bahwa pernyataan Harmoko tidak mempunyai dasar hukum
wiranto mengusulkan pembentukan "Dewan Reformasi"
 Gelombang pertama mahasiswa dari FKSMJ, Forum Kota, UI dan HMI MPO memasuki
halaman dan menginap di Gedung DPR/MPR.
 Tanggal 19 Mei Soeharto berbicara di TV, menyatakan dia tidak akan turun dari
jabatannya, tetapi menjanjikan pemilu baru akan dilaksanakan secepatnya.
 Tanggal 21 Mei Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya pada pukul 9:00 WIB
 Wakil Presiden B.J. Habibie menjadi presiden baru indonesia.
 Di Gedung DPR/MPR, bentrokan hampir terjadi antara pendukung Habibie yang
memakai simbol-simbol dan atribut keagamaan dengan mahasiswa yang masih bertahan
di Gedung DPR/MPR. Mahasiswa menganggap bahwa Habibie masih tetap bagian dari
rezim Orde Baru. Tentara mengevakuasi mahasiswa dari Gedung DPR/MPR ke
Universitas Atma Jaya.

C. Tujuan Reformasi
1) Reformasi politik bertujuan tercapainya demokratisasi.
2) Reformasi ekonomi bertujuan meningkatkan tercapainya masyarakat.
3) Reformasi hukum bertujuan tercapainya keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.
4) Reformasi sosial bertujuan terwujudkan integrasi bangsa Indonesia.

D. Faktor Pendorong Terjadinya Reformasi


 Faktor politik meliputi hal-hal berikut.
a) Adanya KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) dalam kehidupan pemerintahan.
b) Adanya rasa tidak percaya kepada pemerintah Orba yang penuh dengan nepotisme
dan kronisme serta merajalelanya korupsi.
c) Kekuasaan Orba di bawah Soeharto otoriter tertutup.
d) Adanya keinginan demokratisasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
e) Mahasiswa menginginkan perubahan.
 Faktor ekonomi, meliputi hal-hal berikut.
a) Adanya krisis mata uang rupiah.
b) Naiknya harga barang-barang kebutuhan masyarakat.
c) Sulitnya mendapatkan barang-barang kebutuhan pokok.
 Faktor sosial masyarakat
Adanya kerusuhan tanggal 13 dan 14 Mei 1998 yang melumpuhkan perekonomian
rakyat.
 Faktor hukum
Belum adanya keadilan dalam perlakuan hukum yang sama di antara warga negara.

Salah satu penyebab semakin memburuknya situasi dalam negeri Indonesia adalah
terjadinya bentrokan dan aksi demonstrasi menuntut reformasi Indonesia. Diantara tragedi
bentrokan dan aksi demonstrasi yang terjadi adalah sebagai berikut :
1.) Tragedi Trisakti
Soeharto mendapatkan surat dari Harmoko, mantan ketua DPR saat itu, ketika sedang
menghadiri konferensi tingkat tinggi antar-negara di Mesir pada tanggal 20 Mei 1998. Isi
surat itu adalah : "Soeharto harus mengundurkan diri dari jabatan Presiden RI karena
Jakarta tidak aman lagi". Surat ditandatangani oleh 15 orang, termasuk 14 menteri
Kabinet Pembangunan VII, yang merasa telah "meninggalkan" Soeharto.
Puncak kebencian mereka pada zaman orde baru telah meradang dalam gelombang
unjuk rasa mahasiswa yang menimbulkan Tragedi Trisakti pada tanggal 12-20 Mei 1998.
Saat itu, Soeharto Hingga akhirnya, pada tanggal 21 Mei 1998, Soeharto mengundurkan
diri dari jabatan presiden, dan pada akhirnya posisi Soeharto digantikan oleh Baharuddin
Jusuf Habibie yang sebelumnya adalah wakil presiden terakhir pada zaman orde baru.
Gerakan mahasiswa Indonesia 1998 memang begitu monumental, karena telah berhasil
menurunkan Soeharto dari jabatannya.
Meski salah satu agenda perjuangan mahasiswa yaitu menuntut lengsernya Soeharto
telah tercapai, namun banyak yang menilai agenda reformasi belum tercapai atau malah
gagal. Sepanjang aksi unjuk rasa itu, ada empat orang yang tertembak aparat kepolisian.
Mereka adalah Elang Mulia Lesmana (1978 - 1998), Heri Hertanto (1977 - 1998),
Hafidin Royan (1976 - 1998), dan Hendriawan Sie (1975 - 1998). Mereka tewas
tertembak di dalam kampus, terkena peluru tajam di tempat-tempat vital seperti kepala,
tenggorokan, dan dada. Mereka telah ditemukan tewas di bekas bangunan mal yang
terbakar.
Alhasil, keluarga keempat mahasiswa yang tertembak mengadukan penembakan oleh
aparat yang mereka anggap sebagai pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia) berat.

2.) Tragedi Semanggi


Gerakan Mahasiswa Indonesia 1998 juga mencuatkan tragedi Trisakti yang
menewaskan empat orang Pahlawan Reformasi. Pasca Soeharto mundur, nyatanya masih
terjadi kekerasan terhadap rakyat dan mahasiswa, yang antara lain mengakibatkan tragedi
Semanggi yang berlangsung hingga dua kali. Gerakan Indonesia 1998 juga memulai
babak baru dalam kehidupan bangsa Indonesia, yaitu era Reformasi. Akhirnya, setelah
Soeharto mundur dan Baharuddin Jusuf Habibie menjadi Presiden RI ke-3 untuk periode
1998-2003, pada November 1998, muncul kembali Tragedi Semanggi.
Tragedi Semanggi terjadi pada tanggal 11-13 November 1998, dan terjadi kembali
pada tanggal 24 September 1999, ketika zaman Kabinet Reformasi Pembangunan
Baharuddin Jusuf Habibie telah berakhir, walaupun tanpa wakil presiden. Mahasiswa
juga menganggap bahwa rejim Baharuddin Jusuf Habibie masih sama dengan rejim
Soeharto. Kesamaan yang mudah mereka lihat yaitu Dwifungsi ABRI/TNI. Sepanjang
diadakannya Sidang Istimewa itu, masyarakat bergabung dengan mahasiswa setiap hari
melakukan demonstrasi ke jalan-jalan di Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia.
Peristiwa ini mendapat perhatian sangat besar dari seluruh Indonesia dan dunia
internasional. Hampir seluruh sekolah dan universitas di Jakarta, tempat diadakannya
Sidang Istimewa tersebut, diliburkan untuk mencegah mahasiswa berkumpul. Apapun
yang dilakukan oleh mahasiswa mendapat perhatian ekstra ketat dari pimpinan
universitas masing-masing karena mereka di bawah tekanan aparat yang tidak
menghendaki aksi mahasiswa.
Keadaan di Gedung Nusantara boleh dikatakan aman terkendali. Tidak ada satupun
mahasiswa yang mengacaukan keamanan berani masuk. Tidak mungkin mereka mampu
menerobos pintu gerbang karena telah digembok dan di-las oleh penjaga yang begitu
ketatnya.
Penjagaan keamanan begitu diperketat sampai ke kawasan Semanggi. Semua
kendaraan pribadi dan umum dikosongkan. Namun, ketika mahasiswa bentrok dengan
penjaga keamanan yang begitu ketatnya, semua mahasiswa berhasil dibubarkan. Namun,
ada sebagian kecil dari mahasiswa yang dibubarkan, mereka meninggal di tempat karena
ditembak aparat. Hal tersebutlah yang membuat peristiwa itu dinamakan sebagai "Tragedi
Trisakti".
Tragedi Semanggi berlanjut pada tanggal 24 September 1999. Sama seperti Tragedi
Trisakti, tragedi ini mampu menurunkan tahta kepresidenan Baharuddin Jusuf Habibie
yang cuma bertahan 1 tahun. Ketika itu, pada awal September 1999, sasaran unjuk rasa
yang mereka tuju adalah rumah dinas BJ Habibie, yang dituding mendapatkan harta
kekayaannnya dari korupsi. Namun, pada 24 September 1999, Baharuddin Jusuf Habibie
akhirnya dilengserkan dari jabatannya. Akhirnya, pada bulan Oktober 1999, MPR
menunjuk Abdurrahman Wahid dan Megawati Soekarnoputri untuk menjadi Presiden RI
1999-2004, walaupun Kabinet Persatuan Indonesia Abdurrahman Wahid cuma bertahan 2
tahun.

E. Sebab Umum Lahirnya Gerakan Reformasi


Penyimpangan-penyimpangan pada orde baru melahirkan krisis multidimensional yang
menjadi penyebab umum lahirnya gerakan reformasi, seperti berikut ini:
a.    Krisis Politik
Krisis politik yang terjadi pada tahun 1998 merupakan puncak dari berbagai
kebijakan politik pemerintahan Orde Baru.Berbagai kebijakan politik yang dikeluarkan
pemerintahan Orde Baru selalu dengan alasan dalam kerangka pelaksanaan demokrasi
Pancasila.Namun yang sebenarnya terjadi adalah dalam rangka mempertahankan
kekuasaan Presiden Suharto dan kroni-kroninya.Artinya, demokrasi yang dilaksanakan
pemerintahan Orde Baru bukan demokrasi yang semestinya, melainkan demokrasi
rekayasa.
Dengan demikian, yang terjadi bukan demokrasi yang berarti dari rakyat, oleh
rakyat, dan untuk rakyat, melainkan demokrasi yang berarti dari penguasa, oleh
penguasa, dan untuk penguasa. Pada masa Orde Baru, kehidupan politik sangat represif,
yaitu adanya tekanan yang kuat dari pemerintah terhadap pihak oposisi atau orang-orang
yang berpikir kritis. Ciri-ciri kehidupan politik yang represif, di antaranya:
1. Setiap orang atau kelompok yang mengkritik kebijakan pemerintah dituduh sebagai
tindakan subversif (menentang Negara Kesatuan Republik Indonesia).
2. Pelaksanaan Lima Paket UU Politik yang melahirkan demokrasi semu atau
demokrasi rekayasa.
3. Terjadinya korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) yang merajalela dan masyarakat
tidak memiliki kebebasan untuk mengontrolnya.
4. Pelaksanaan Dwi Fungsi ABRI yang memasung kebebasan setiap warga negara
(sipil) untuk ikut berpartisipasi dalam pemerintahan.
5. Terciptanya masa kekuasaan presiden yang tak terbatas. Meskipun Suharto dipilih
menjadi presiden melalui Sidang Umum MPR, tetapipemilihan itu merupakan hasil
rekayasa dan tidak demokratis.

b. Krisis Hukum
Rekayasa-rekayasa yang dibangun pemerintahan Orde Baru tidak terbatas pada bidang
politik.Dalam bidang hukumpun, pemerintah melakukan intervensi.Artinya, kekuasaan
peradilan harus dilaksanakan untuk melayani kepentingan para penguasa dan bukan untuk
melayani masyarakat dengan penuh keadilan. Bahkan, hukum sering dijadikan alat
pembenaran para penguasa.Kenyataan itu bertentangan dengan ketentuan pasal 24 UUD
1945 yang menyatakan bahwa‘kehakiman memiliki kekuasaan yang merdeka dan terlepas
dari kekuasaan pemerintah (eksekutif)’.
c. Krisis Ekonomi
Krisis moneter yang melanda negara-negara Asia Tenggara sejak Juli 1996
mempengaruhi perkembangan perekonomian Indonesia.Ternyata, ekonomi Indonesia tidak
mampu menghadapi krisis global yang melanda dunia.Krisis ekonomi Indonesia diawali
dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat.Pada tanggal 1
Agustus 1997, nilai tukar rupiah turun dari Rp 2,575.00 menjadi Rp 2,603.00 per dollar
Amerika Serikat.
Pada bulan Desember 1997, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat turun
menjadi Rp 5,000.00 per dollar. Bahkan, pada bulan Maret 1998, nilai tukar rupiah terus
melemah dan mencapai titik terendah, yaitu Rp 16,000.00 per dollar Krisis ekonomi yang
melanda Indonesia tidak dapat dipisahkan dari berbagai kondisi, seperti:
1. Hutang luar negeri Indonesia yang sangat besar menjadi penyebab terjadinya krisis
ekonomi. Meskipun, hutang itu bukan sepenuhnya hutang negara, tetapi sangat besar
pengaruhnya terhadap upaya-upaya untuk mengatasi krisis ekonomi.
2. Industrialisasi, pemerintah Orde Baru ingin menjadikan negara RI sebagai negara industri.
Keinginan itu tidak sesuai dengan kondisi nyata masyarakat Indonesia.Masyarakat
Indonesia merupakan sebuah masyarakat agraris dengan tingkat pendidikan yang sangat
rendah (rata-rata).
3. Pemerintahan Sentralistik, pemerintahan Orde Baru sangat sentralistik sifatnya sehingga
semua kebijakan ditentukan dari Jakarta. Oleh karena itu, peranan pemerintah pusat sangat
menentukan dan pemerintah daerah hanya sebagai kepanjangan tangan pemerintah pusat.
d. Krisis Sosial
Krisis politik, hukum, dan ekonomi merupakan penyebab terjadinya krisis
sosial.Pelaksanaan politik yang represif dan tidak demokratis menyebabkan terjadinya
konflik politik maupun konflik antar etnis dan agama.Semua itu berakhir pada meletusnya
berbagai kerusuhan di beberapa daerah. Ketimpangan perekonomian Indonesia memberikan
sumbangan terbesar terhadap krisis sosial.Pengangguran, persediaan sembako yang terbatas,
tingginya harga-harga sembako, rendahnya daya beli masyarakat merupakan faktor-faktor
yang rentan terhadap krisis sosial.
e. Krisis Kepercayaan
Krisis multidimensional yang melanda bangsa Indonesia telah mengurangi
kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinan Presiden Suharto.Ketidakmampuan
pemerintah dalam membangun kehidupan politik yang demokratis, menegakkan pelaksanaan
hukum dan sistem peradilan, dan pelaksanaan pembangunan ekonomi yang berpihak kepada
rakyat banyak telah melahirkan krisis kepercayaan.
Perkembangan ekonomi dan pembangunan nasional dianggap telah menimbulkan
ketimpangan ekonomi yang lebih besar. Monopoli sumber ekonomi oleh kelompok tertentu,
konglomerasi, tidak mempu menghapuskan kemiskinan pada sebagian besar masyarakat
Indonesia. Kondisi dan situasi Politik di tanah air semakin memanas setelah terjadinya
peristiwa kelabu pada tanggal 27 Juli 1996. Peristiwa ini muncul sebagai akibat terjadinya
pertikaian di dalam internal Partai Demokrasi Indonesia (PDI).
Krisis politik sebagai faktor penyebab terjadinya gerakan reformasi itu, bukan hanya
menyangkut masalah sekitar konflik PDI saja, tetapi masyarakat menuntut adanya reformasi baik
didalam kehidupan masyarakat, maupun pemerintahan Indonesia. Di dalam kehidupan politik,
masyarakat beranggapan bahwa tekanan pemerintah pada pihak oposisi sangat besar, terutama
terlihat pada perlakuan keras terhadap setiap orang atau kelompok yang menentang atau
memberikan kritik terhadap kebijakan-kebijakan yang diambil atau dilakukan oleh pemerintah.
Selain itu, masyarakat juga menuntut agar di tetapkan tentang pembatasan masa jabatan
Presiden.
Terjadinya ketegangan politik menjelang pemilihan umum tahun 1997 telah memicu
munculnya kerusuhan baru yaitu konflik antar agama dan etnik yang berbeda. Menjelang akhir
kampanye pemilihan umum tahun 1997, meletus kerusuhan di Banjarmasin yang banyak
memakan korban jiwa.
Pemilihan umum tahun 1997 ditandai dengan kemenangan Golkar secara mutlak. Golkar
yang meraih kemenangan mutlak memberi dukungan terhadap pencalonan kembali Soeharto
sebagai Presiden dalam Sidang Umum MPR tahun 1998 – 2003. Sedangkan di kalangan
masyarakat yang dimotori oleh para mahasiswa berkembang arus yang sangat kuat untuk
menolak kembali pencalonan Soeharto sebagai Presiden.
Dalam Sidang Umum MPR bulan Maret 1998 Soeharto terpilih sebagai Presiden Republik
Indonesia dan BJ. Habibie sebagai Wakil Presiden. Timbul tekanan pada kepemimpinan Presiden
Soeharto yang datang dari para mahasiswa dan kalangan intelektual.
Pelaksanaan hukum pada masa pemerintahan Orde Baru terdapat banyak ketidakadilan.
Sejak munculnya gerakan reformasi yang dimotori oleh kalangan mahasiswa, masalah hukum
juga menjadi salah satu tuntutannya. Masyarakat menghendaki adanya reformasi di bidang
hukum agar dapat mendudukkan masalah-masalah hukum pada kedudukan atau posisi yang
sebenarnya.
Krisis moneter yang melanda negara-negara di Asia Tenggara sejak bulan Juli 1996, juga
mempengaruhi perkembangan perekonomian Indonesia. Ekonomi Indonesia ternyata belum
mampu untuk menghadapi krisi global tersebut. Krisi ekonomi Indonesia berawal dari
melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Ketika nilai tukar rupiah
semakin melemah, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 0% dan berakibat pada iklim
bisnis yang semakin bertambah lesu. Kondisi moneter Indonesia mengalami keterpurukan yaitu
dengan dilikuidasainya sejumlah bank pada akhir tahun 1997. Sementara itu untuk membantu
bank-bank yang bermasalah, pemerintah membentuk Badan Penyehatan Perbankan Nasional
(KLBI). Ternyata udaha yang dilakukan pemerintah ini tidak dapat memberikan hasil, karena
pinjaman bank-bank bermasalah tersebut semakin bertambah besar dan tidak dapat di
kembalikan begitu saja. Krisis moneter tidak hanya menimbulkan kesulitan keuangan Negara,
tetapi juga telah menghancurkan keuangan nasional.
Memasuki tahun anggaran 1998 / 1999, krisis moneter telah mempengaruhi aktivitas
ekonomi yang lainnya. Kondisi perekonomian semakin memburuk, karena pada akhir tahun 1997
persedian sembilan bahan pokok sembako di pasaran mulai menipis. Hal ini menyebabkan harga-
harga barang naik tidak terkendali. Kelaparan dan kekurangan makanan mulai melanda
masyarakat. Untuk mengatasi kesulitan moneter, pemerintah meminta bantuan IMF. Namun,
kucuran dana dari IMF yang sangat di harapkan oleh pemerintah belum terelisasi, walaupun pada
15 januari 1998 Indonesia telah menandatangani 50 butir kesepakatan (letter of intent atau Lol)
dengan IMF.
Faktor lain yang menyebabkan krisis ekonomi yang melanda Indonesia tidak terlepas dari
masalah utang luar negeri. Utang Luar Negeri Indonesia Utang luar negeri Indonesia menjadi
salah satu faktor penyebab munculnya krisis ekonomi. Namun, utang luar negeri Indonesia tidak
sepenuhnya merupakan utang Negara, tetapi sebagian lagi merupakan utang swasta. Utang yang
menjadi tanggungan Negara hingga 6 februari 1998 mencapai 63,462 miliar dollar Amerika
Serikat, utang pihak swasta mencapai 73,962 miliar dollar Amerika Serikat.
Akibat dari utang-utang tersebut maka kepercayaan luar negeri terhadap Indonesia semakin
menipis. Keadaan seperti ini juga dipengaruhi oleh keadaan perbankan di Indonesia yang di
anggap tidak sehat karena adanya kolusi dan korupsi serta tingginya kredit macet.
Penyimpangan Pasal 33 UUD 1945 Pemerintah Orde Baru mempunyai tujuan menjadikan
Negara Republik Indonesia sebagai Negara industri, namun tidak mempertimbangkan kondisi riil
di masyarakat. Masyarakat Indonesia merupakan sebuah masyarakat agrasis dan tingkat
pendidikan yang masih rendah.
Sementara itu, pengaturan perekonomian pada masa pemerintahan Orde Baru sudah jauh
menyimpang dari sistem perekonomian Pancasila. Dalam Pasal 33 UUD 1945 tercantum bahwa
dasar demokrasi ekonomi, produksi dikerjakan oleh semua untuk semua di bawah pimpinan atau
pemilikan anggota-anggota masyarakat. Sebaliknya, sistem ekonomi yang berkembang pada
masa pemerintahan Orde Baru adalah sistem ekonomi kapitalis yang dikuasai oleh para
konglomerat dengan berbagai bentuk monopoli, oligopoly, dan diwarnai dengan korupsi dan
kolusi.
Pola Pemerintahan Sentralistis Sistem pemerintahan yang dilaksanakan oleh pemerintah
Orde Baru bersifat sentralistis. Di dalam pelaksanaan pola pemerintahan sentralistis ini semua
bidang kehidupan berbangsa dan bernegara diatur secara sentral dari pusat pemerintah yakni di
Jakarta.
Pelaksanaan politik sentralisasi yang sangat menyolok terlihat pada bidang ekonomi. Ini
terlihat dari sebagian besar kekayaan dari daerah-daerah diangkut ke pusat. Hal ini menimbulkan
ketidakpuasan pemerintah dan rakyat di daerah terhadap pemerintah pusat. Politik sentralisasi ini
juga dapat dilihat dari pola pemberitaan pers yang bersifat Jakarta-sentris, karena pemberitaan
yang berasala dari Jakarta selalu menjadi berita utama. Namun peristiwa yang terjadi di daerah
yang kurang kaitannya dengan kepentingan pusat biasanya kalah bersaing dengan berita-barita
yang terjadi di Jakarta dalam merebut ruang, halaman, walaupun yang memberitakan itu pers
daerah.
Gerakan Mahasiswa Indonesia 1998 adalah puncak gerakan mahasiswa dan gerakan rakyat
pro-demokrasi pada akhir dasawarsa 1990-an. Gerakan ini menjadi monumental karena dianggap
berhasil memaksa Soeharto berhenti dari jabatan Presiden Republik Indonesia pada tangal 21
Mei 1998, setelah 32 tahun menjadi Presiden Republik Indonesia sejak dikeluarkannya Surat
Perintah Sebelas Maret (Supersemar) pada tanggal 11 Maret 1966 hingga tahun 1998. Pada April
1998, Soeharto terpilih kembali menjadi Presiden Republik Indonesia untuk ketujuh kalinya
(tanpa wakil presiden), setelah didampingi Try Soetrisno (1993-1997) dan Baharuddin Jusuf
Habibie (Oktober 1997-Maret 1998). Namun, mereka tidak mengakui Soeharto dan
melaksanakan pemilu kembali. Pada saat itu, hingga 1999, dan selama 29 tahun, Partai Golkar
merupakan partai yang menguasai Indonesia selama hampir 30 tahun, melebihi rejim PNI yang
menguasai Indonesia selama 25 tahun. Namun, terpliihnya Soeharto untuk terakhir kalinya ini
ternyata mendapatkan kecaman dari mahasiswa karena krisis ekonomi yang membuat hampir
setengah dari seluruh penduduk Indonesia mengalami kemiskinan.
Gerakan ini mendapatkan momentumnya saat terjadinya krisis moneter pada pertengahan
tahun 1997. Namun para analis asing kerap menyoroti percepatan gerakan pro-demokrasi pasca
Peristiwa 27 Juli 1996 yang terjadi 27 Juli 1996. Harga-harga kebutuhan melambung tinggi, daya
beli masyarakat pun berkurang. Tuntutan mundurnya Soeharto menjadi agenda nasional gerakan
mahasiswa. Ibarat gayung bersambut, gerakan mahasiswa dengan agenda reformasi mendapat
simpati dan dukungan dari rakyat.
Demontrasi di lakukan oleh para mahasiswa bertambah gencar setelah pemerintah
mengumumkan kenaikan harga BBM dan ongkos angkutan pada tanggal 4 Mei 1998. Puncak
aksi para mahasiswa terjadi tanggal 12 Mei 1998 di Universitas Trisakti Jakarta. Aksi mahasiswa
yang semula damai itu berubah menjadi aksi kekerasan setelah tertembaknya empat orang
mahasiswa Trisakti yaitu Elang Mulia Lesmana, Heri Hartanto, Hendriawan Lesmana, dan
Hafidhin Royan.
Tragedi Trisakti itu telah mendorong munculnya solidaritas dari kalangan kampus dan
masyarakat yang menantang kebijakan pemerintahan yang dipandang tidak demokratis dan tidak
merakyat. Agenda reformasi yang menjadi tuntutan para mahasiswa mencakup beberapa
tuntutan, seperti:
 Adili Soeharto dan kroni-kroninya,
 Laksanakan amandemen UUD 1945,
 Hapuskan Dwi Fungsi ABRI,
 Pelaksanaan otonomi daerah yang seluas-luasnya,
 Tegakkan supremasi hukum,
 Ciptakan pemerintahan yang bersih dari KKN
Gerakan reformasi juga menuntut agar dilakukan pembaharuan terhadap lima paket
undang-undang politik yang dianggap menjadi sumber ketidakadilan, di antaranya :
 UU No. 1 Tahun 1985 tentang Pemilihan Umum
 UU No. 2 Tahun 1985 tentang Susunan, Kedudukan, Tugas dan Wewenang DPR / MPR
 UU No. 3 Tahun 1985 tentang Partai Politik dan Golongan Karya.
 UU No. 5 Tahun 1985 tentang Referendum
 UU No. 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Massa

Gedung parlemen, yaitu Gedung Nusantara dan gedung-gedung DPRD di daerah, menjadi
tujuan utama mahasiswa dari berbagai kota di Indonesia. Seluruh elemen mahasiswa yang
berbeda paham dan aliran dapat bersatu dengan satu tujuan untuk menurunkan Soeharto.
Organisasi mahasiswa yang mencuat pada saat itu antara lain adalah FKSMJ dan Forum Kota
karena mempelopori pendudukan gedung DPR/MPR.Meski salah satu agenda perjuangan
mahasiswa yaitu menuntut lengsernya sang Presiden tercapai, namun banyak yang menilai
agenda reformasi belum tercapai atau malah gagal. Gerakan Mahasiswa Indonesia 1998 juga
mencuatkan tragedi Trisakti yang menewaskan empat orang Pahlawan Reformasi. Pasca
Soeharto mundur, nyatanya masih terjadi kekerasan terhadap rakyat dan mahasiswa, yang antara
lain mengakibatkan tragedi Semanggi yang berlangsung hingga dua kali. Gerakan Mahasiswa
Indonesia 1998 juga memulai babak baru dalam kehidupan bangsa Indonesia, yaitu era
Reformasi.
Sampai saat ini, masih ada unjuk rasa untuk menuntut keadilan akibat pelanggaran HAM
berupa pembunuhan besar-besaran yang dilakukan oleh aparat terhadap keempat orang
mahasiswa..
F. Kronologis Peristiwa Reformasi
Secara garis besar, kronologi gerakan reformasi dapat dipaparkan sebagai berikut:
a. Keberanian Amin Rais membongkar kebobrokan sistem pengelolaan PT. Freeport
b. Peristiwa 27 Juli 1996 (KUDATULI) yaitu penyerbuan kantor PDI yang ditempati
Megawati oleh PDI pro-Suryadi
c. Terpilihnya kembali Bpk Soeharto sebagai presiden pada bulan Maret 1998
d. Sidang Umum MPR (Maret 1998) memilih Suharto dan B.J. Habibie sebagai Presiden dan
Wakil Presiden RI untuk masa jabatan 1998-2003. Presiden Suharto membentuk dan
melantik Kabinet Pembangunan VII.
e. Pada bulan Mei 1998, para mahasiswa dari berbagai daerah mulai bergerak menggelar
demonstrasi dan aksi keprihatinan yang menuntut penurunan harga barang-barang
kebutuhan (sembako), penghapusan KKN, dan mundurnya Suharto dari kursi
kepresidenan.
f. Pada tanggal 12 Mei 1998, dalam aksi unjuk rasa mahasiswa Universitas Trisakti Jakarta
telah terjadi bentrokan dengan aparat keamanan yang menyebabkan empat orang
mahasiswa (Elang Mulia Lesmana, Hery Hartanto, Hafidhin A. Royan, dan Hendriawan
Sie) tertembak hingga tewas dan puluhan mahasiswa lainnya mengalami luka-luka.
Kematian empat mahasiswa tersebut mengobarkan semangat para mahasiswa dan kalangan
kampus untuk menggelar demonstrasi secara besar-besaran.
g. Pada tanggal 13-14 Mei 1998, di Jakarta dan sekitarnya terjadi kerusuhan massal dan
penjarahan sehingga kegiatan masyarakat mengalami kelumpuhan. Dalam peristiwa itu,
puluhan toko dibakar dan isinya dijarah, bahkan ratusan orang mati terbakar.
h. Pada tanggal 19 Mei 1998, para mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Jakarta dan
sekitarnya berhasil menduduki gedung MPR/DPR.
i. Pada saat yang bersamaan, tidak kurang dari satu juta manusia berkumpul di alun-alun
utara Keraton Yogyakarta untuk menghadiri pisowanan agung, guna mendengarkan
maklumat dari Sri Sultan Hamengku Buwono X dan Sri Paku Alam VII.
j. Pada tanggal 19 Mei 1998, Harmoko sebagai pimpinan MPR/DPR mengeluarkan
pernyataan berisi ‘anjuran agar Presiden Suharto mengundurkan diri’.
k. Pada tanggal 20 Mei 1998, Presiden Suharto mengundang tokoh-tokoh agama dan tokoh-
tokoh masyarakat untuk dimintai pertimbangan dalam rangka membentuk Dewan
Reformasi yang akan diketuai oleh Presiden Suharto.
l. Pada tanggal 21 Mei 1998, pukul 10.00 di Istana Negara, Presiden Suharto meletakkan
jabatannya sebagai Presiden RI di hadapan Ketua dan beberapa anggota Mahkamah
Agung. Berdasarkan pasal 8 UUD 1945, kemudian Suharto menyerahkan jabatannya
kepada Wakil Presiden B.J. Habibie sebagai Presiden RI.Pada waktu itu juga B.J. Habibie
dilantik menjadi Presiden RI oleh Ketua MA.

Ruang Lingkup Reformasi


 Reformasi politik adalah demokratisasi, kebebasan berserikat berkumpul dan mendirikan
partai, serta kebebasan dalam menyampaikan pendapat.
 Reformasi bidang ekonomi adalah penyehatan ekonomi dan kesejahteraan.
 Reformasi bidang hukum adalah keadilan atas dasar HAM.
 Reformasi bidang sosial adalah integrasi nasional.
 Reformasi bidang pendidikan dan masalah kurikulum.

Reformasi politik dititik-beratkan pada demokratisasi, format baru ini membutuhkan


beberapa hal, diantaranya :
1. Rancang bangun sistem politik yang sejalan dengan tuntutan reformasi meliputi, sistem
kepartaian, pemilu, sistem perwakilan rakyat, dan sistem penyelenggaraan pemerintahan
yang demokratis.
2. Aturan-aturan mengenai pelaksanaan seluruh proses tersebut.

Prasarat yag dibutuhkan dalam reformasi politik adalah sebagai berikut :


1. Aspek ideologi dan konstitusi yaitu berupa kebebasan menginterprestasikan ideologi
Pancasila dan konstitusi dan menghilangkan tafsir yang bertentangan dengan demokrasi.
2. Aspek kultur yaitu mereformasi budaya politik dengan menumbuhkan budaya yang
mengarah pada keterbukaan, kejujuran, dan persamaan keadilan dengan menghilangkan
budaya tertutup dan paternalistik, sentralistik, manipulatif, serta ketidak setaraan.
3. Aspek struktur yaitu dengan mereformasi struktur politik agar berfungsi secara benar
mengikuti kaidah demokrasi.

G. Suksesi (Pergantian Pimpinan)


 Sukarno–Soeharto, ada beberapa hal, yaitu sebagai berikut.
a) Problem pokok adanya komunis/ PKI (nomor 4 sedunia).
b) Peristiwa Lubang Buaya.
c) Adanya dualisme: ada pro dan anti pembubaran PKI.
d) Sidang istimewa MPRS 1967 didahului turunnya Supersemar.
 Soeharto–Habibie, ada beberapa hal, antara lain sebagai berikut.
a) Problem pokok adanya krisis ekonomi meluas ke bidang politik.
b) Adanya gerakan reformasi yang menghendaki perubahan radikal karena KKN dalam
tubuh pemerintahan. Nepotisme berarti mengajak keluarga dalam kekuasaan.
Kronisme adalah mengajak teman-teman dalam
kekuasaan.
c) Presiden Soeharto ditolak oleh rakyat ditandai dengan didudukinya gedung
DPR/MPR oleh mahasiswa, sehingga Soeharto menyerahkan jabatan kepada
Habibie.
 Pengalaman suksesi di Indonesia
a) Pergantian pimpinan disertai kekerasan dan keributan dan setelah turun dari jabatan,
dihujat.
b) Menginginkan pergantian pimpinan yang wajar, namun tidak ditemukan sebab tidak
adanya pembatasan masa jabatan.
c) Tidak adanya Chek and Balance yaitu tidak ada keseimbangan dalam negara yang
disebabkan kecenderungan otoriter.
d) Etika moralitas bahwa KKN bertentangan dengan moralitas.

H. Agenda pada Reformasi dalam Berbagai Bidang


a) Substansi Agenda Reformasi Politik
Subsitusi agenda reformasi politik sebagai berikut.
1. Reformasi di bidang ideologi negara dan konstitusi.
2. Pemberdayaan DPR, MPR, DPRD maksudnya agar lembaga perwakilan rakyat
benar-benar melaksanakan fungsi perwakilannya sebagai aspek kedaulatan rakyat
dengan langkah sebagai berikut.
 Anggota DPR harus benar-benar dipilih dalam pemilu yang jurdil.
 Perlu diadakan perubahan tata tertib DPR yang menghambat kinerja DPR.
 Memperdayakan MPR.
 Perlu pemisahan jabatan ketua MPR dengan DPR.
3. Reformasi lembaga kepresidenan dan kabinet meliputi hal-hal berikut.
 Menghapus kewenangan khusus presiden yang berbentuk keputusan presiden dan
instruksi presiden.
 Membatasi penggunaan hak prerogatif.
 Menyusun kode etik kepresidenan.
4. Pembaharuan kehidupan politik yaitu memperdayakan partai politik untuk
menegakkan kedaulatan rakyat, maka harus dikembangkan sistem multipartai yang
demokratis tanpa intervensi pemerintah.
5. Penyelenggaraan pemilu.
6. Birokrasi sipil mengarah pada terciptanya institusi birokrasi yang netral dan
profesional yang tidak memihak.
7. Militer dan dwifungsi ABRI mengarah kepada mengurangi peran sosial politik secara
bertahap sampai akhirnya hilang sama sekali, sehingga ABRI berkonsentrasi pada
fungsi Hankam.
8. Sistem pemerintah daerah dengan sasaran memperdayakan otonomi daerah dengan
asas desentralisasi.
Hambatan Pelaksanaan Reformasi Politik
1. Hambatan kultural : mengingat pergantian kepemimpinan nasional dari Soeharto
ke B.J. Habibie tidak diiringi pergantian rezim yang berarti sebagian besar
anggota kabinet, gubernur, birokrasi sipil, komposisi anggota DPR/MPR masih
peninggalan rezim Orba.
2. Hambatan legitimasi : pemerintah B.J. Habibie karena belum merupakan hasil
pemilu.
3. Hambatan struktural : berkaitan dengan krisis ekonomi yang berlarut-larut yang
berdampak bertambah banyak rakyat yang hidup dalam kemiskinan.
4. Munculnya berbagai tuntutan otonomi daerah, yang jika tidak ditangani secara
baik akan menimbulkan disintegrasi bangsa.
5. Adanya kesan kurang kuat dalam menegakkan hukum terhadap praktik
penyimpangan politik-ekonomi rezim lama seperti praktik KKN.
6. Terkotak-kotaknya elite politik, maka dibutuhkan kesadaran untuk bersamasama
menciptakan kondisi politik yang mantap agar transformasi politik berjalan lancar.
b) Substansi Agenda Reformasi Ekonomi
1. Penyehatan ekonomi dan kesejahteraan pada bidang perbankan, perdagangan, dan
koperasi serta pinjaman luar negeri untuk perbaikan ekonomi.
2. Penghapusan monopoli dan oligopoli.
3. Mencari solusi yang konstruktif dalam mengatasi utang luar negeri.
c) Substansi Agenda Reformasi Hukum
1. Terciptanya keadilan atas dasar HAM.
2. Dibentuk peraturan perundang-undangan yang sesuai dengan tuntutan reformasi.
Misal : Bidang ekonomi dikeluarkan UU kepailitan, dihapuskan UU subversi, sesuai
semangat HAM dilepaskan napol-tapol (amnesti-abolisi).
3. Agenda reformasi bidang hukum difokuskan pada integrasi nasional.
d) Substansi Agenda Reformasi Pendidikan
Agenda reformasi bidang pendidikan ditujukan terutama masalah kurikulum yang
harus ditinjau paling sedikit lima tahunan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Reformasi merupakan suatu gerakan yang menghendaki adanya perubahan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara ke arah yang lebih baik secara konstitusional.
Lahirnya reformasi di landasi dengan memburuknya situasi dan kondisi dalam sebagian besar
aspek kehidupan rakyat, dimulai dari aspek ekonomi hingga mengobar ke aspek-aspek lainnya
(politik, sosial, hukum, dan lain-lain) sehingga rakyat berpendapat bahwa pemerintahan orde
baru dinilai tidak mampu menciptakan kehidupan masyarakat yang adil dalam kemakmuran
dan makmur dalam keadilan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Oleh karena itu, tujuan
lahirnya reformasi adalah untuk memperbaiki tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara.
Dari hal tersebut, maka muncullah aksi-aksi separatis dan radikal menentang
pemerintahan orde baru yang diserukan oleh rakyat dan diobori mahasiswa sebagai aksi
penuntutan reformasi dilakukan. Dalam aksinya para reformis menuntut akan adanya
pembaruan yang termaktub dalam TRITURA. Situasi semakin memanas dikala Hak Asasi
Manusia benar-benar dianggap tidak ada, yaitu setelah tertembaknya beberapa mahasiswa di
Kampusnya akibat penuntutan pembaruan tersebut. Kemudian sebagai upaya untuk
meredakan situasi yang brutal, maka Soeharto turun tahta dari jabatan Presiden RI pada
tanggal 21 Mei 1998. Dan sejak saat itulah era reformasi Indonesia dianggap dimulai.
Reformasi merupakan gerakan moral untuk menjawab ketidak puasan dan keprihatinan
atas kehidupan politik, ekonomi, hukum, dan sosial:
1. Reformasi bertujuan untuk menata kembali kehidupan berma-sayarakat, berbangsa, dan
bernegara yang lebih baik berdasarkan nilai-nilai luhur Pancasila.
2. Dengan demikian, hakikat gerakan reformasi bukan untuk menjatuhkan pemerintahan
orde baru, apalagi untuk menurunkan Suharto dari kursi kepresidenan.
3. Namun, karena pemerintahan orde baru pimpinan Suharto dipandang sudah tidak mampu
mengatasi persoalan bangsa dan negara, maka Suharto diminta untuk mengundurkan
secara legawa dan ikhlas demi perbaikan kehidupan bangsa dan negara Indonesia di masa
yang akan datang.

B. Saran
Sebagai warga negara Indonesia, sudah selayaknya kita untuk memperjuangkan
kemakmuran Indonesia dan mempertahankan NKRI seutuhnya. Baik di era orde lama dan
orde baru yang telah berlalu, maupun reformasi kita harus dapat menjawab tantangan dunia
akan peningkatan kualitas hidup bangsa dengan memaksimalkan potensi dan melakukan yang
terbaik dalam bidang masing-masing demi kemajuan Negara dan Bangsa Indonesia. Peristiwa
yang terjadi dalam mengarungi kehidupan berbangsa dan bernegara , baik kelam atupun
membanggakan adalah proses menuju pendewasaan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang
besar guna kemakmuran hidup bukan sebagai titik perpecahan akibat segala pengalaman yang
telah terjadi. Oleh karena itu, sebaiknya kita dapat menghargai dan melanjutkan perjuangan
para pahlawan pendahulu dalam memakmurkan dan mensejahterakan Indonesia.
KATA PENGANTAR

Bismilahirrrahmanirrahim

Puji Syukur kami panjatkan ke-hadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan
karuniaNyalah, Makalah ini dapat terselesaikan dengan baik, tepat pada waktunya, Adapun
tujuan Penyusunan Makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Guru mata
Pelajaran, Maka penyusun diberi judul Makalah Tentang Kosep Ruang dan Waktu Terkait
Peristiwa Reformasi 1998 Di Indonesia

Dengan membuat Makalah ini kami diharapkan mampu untuk lebih mengetahui serta lebih
memahami tentang Reformasi 1998 di Indonesia dan penyelesaiannya.

Dalam penyelesaian Makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan, terutama disebabkan
oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Kami sadar, sebagai Siswa yang masih
dalam proses pembelajaran, penyusunan Makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penyusunan
Makalah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan diharapkan oleh penyusun.

Semoga Makalah ini memberikan informasi bagi pembaca, Siswa dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Jeneponto, September 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I  PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
A.Latar Belakang Masalah............................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................................... 1
C. Tujuan Masalah........................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................... 2
A. Sejarah awal Lahirnya Reformasi........................................................................... 2
B. Krinologis jatuhnya Pemerintah Orde Baru........................................................... 2
C. Tujuan Reformasi................................................................................................... 3
D. Faktor Pendorong Terjadinya Reformasi............................................................... 3
E. Sebab Umum lahirnya Gerakan Reformasi............................................................ 5
F. Kronologis Peristiwa Reformasi............................................................................. 10
G. Suksesi ( Pergantian Pimpinan )............................................................................. 11
H. Agenda pad Reformasi dalam berbagai Bidang..................................................... 11
BAB III   PENUTUP........................................................................................................... 13
A. Kesimpulan............................................................................................................. 13
B. Saran....................................................................................................................... 13
DAFTAR  PUSTAKA.........................................................................................................
MAKALAH
KONSEP RUANG DAN WAKTU
TENTANG
PERISTIWA REFORMASI 1998 DI INDONESIA

OLEH :

KELOMPOK V

 RISMAWATI
 SARTIKA DEWI
 NUR INDAH SARI
 FITRI
 MUH. IKBAL MUNANDAR

KELAS X. IPS.2

SMA NEGERI 5 JENEPONTO

Anda mungkin juga menyukai