Anda di halaman 1dari 50

Anggota:

-
Reformasi merupakan suatu gerakan
yang menghendaki adanya perubahan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara kearah yang lebih baik secara
konstitusional.
Lahirnya reformasi oleh karena
pemerintah Orde Baru yang sebelumnya berjalan
secara otoriter dan sentralistik yang tidak
memberikan ruang demokrasi dan kebebasan
rakyat berpartisipasi penuh dalam proses
pembangunan.
Gerakan Reformasi diawali ketika
Presiden Soeharto meletakan jabatannya sebagai
presiden pada 21 Mei 1998.
Proses kejatuhan Orde Baru telah tampak
ketika Indonesia mengalami dampak langsung dari
krisis ekonomi yang melanda negara-negara di Asia.
Ketika krisis ini melanda Indonesia, nilai rupiah
jatuh secara drastis, dampaknya terus menggerus di
segala bidang kehidupan, mulai dari bidang ekonomi,
politik dan sosial.
Tidak sampai menempuh waktu yang lama,
sejak pertengahan tahun 1997, ketika krisis moneter
melanda dunia, bulan Mei 1998, Orde Baru akhirnya
runtuh. Krisis moneter membuka jalan bagi kita menuju
terwujudnya kehidupan berdemokrasi yang sehat,
yang selama ini terkukung oleh sistem kekuasaan Orde
Baru yang serba menguasai semua sisi kehidupan
bermasyarakat dan bernegara.
Proses menuju reformasi telah dimulai
ketika wacana penentangan politik secara
terbuka kepada Orde Baru mulai muncul.
Penentangan ini terus digulirkan oleh
mahasiswa, cendekiawan dan masyarakat,
mereka menuntut pelaksanaan proses
demokratisasi yang sehat dan terbebas dari praktik
korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) yang muncul
dampak tidak diimbanginya pembangunan fisik
dengan pembangunan mental (character
building) terhadap para pelaksana pemerintahan
(birokrat), aparat keamanan maupun pelaku
ekonomi (pengusaha/konglomerat).
Krisis moneter yang melanda Thailand
pada awal Juli 1997, merupakan permulaan
peristiwa yang mengguncang nilai tukar mata
uang negara-negara di Asia, seperti Malaysia,
Filipina, Korea dan Indonesia. Rupiah yang berada
pada posisi nilai tukar Rp.2.500/US$ terus
mengalami kemerosotan. Situasi ini mendorong
Presiden Soeharto meminta bantuan dari
International Monetary Fund (IMF). Persetujuan
bantuan IMF dilakukan pada Oktober 1997
dengan syarat pemerintah Indonesia harus
melakukan pembaruan kebijakan-kebijakan,
terutama kebijakan ekonomi.
Pada saat krisis semakin dalam, muncul
ketegangan-ketegangan sosial dalam
masyarakat. Pada bulan-bulan awal 1998 di
sejumlah kota terjadi kerusuhan anti Cina.
Kelompok ini menjadi sasaran kemarahan
masyarakat karena mereka mendominasi
perekonomian di Indonesia.

Dalam beberapa minggu setelah


terpilihnya kembali Soeharto sebagai Presiden RI,
kekuatan-kekuatan oposisi yang sejak lama
dibatasi mulai muncul ke permukaan.
Meningkatnya kecaman terhadap Presiden
Soeharto terus meningkat yang ditandai lahirnya
gerakan mahasiswa sejak awal 1998.
Garis besar tuntutan mahasiswa dalam
aksi-aksinya di kampus di berbagai kota, yaitu
tuntutan penurunan harga sembako (sembilan
bahan pokok), penghapusan monopoli, kolusi,
korupsi dan nepotisme (KKN) serta suksesi
kepemimpinan nasional.
Di tengah maraknya aksi protes
mahasiswa dan komponen masyarakat lainnya,
pada tanggal 4 Mei 1998 pemerintah
mengeluarkan kebijakan menaikkan harga BBM
dan tarif dasar listrik.
Dalam kondisi negara yang sedang
mengalami krisis, Presiden Soeharto, Pada 9 Mei
1998, berangkat ke Kairo (Mesir) untuk menghadiri
Konferensi G 15.
“Reformasi atau mati”. Demikian tuntutan
yang ditorehkan oleh para aktivis mahasiswa pada
spanduk-spanduk yang terpampang di kampus
mereka, atau yang mereka teriakan saat
melakukan aksi protes melalui kegiatan unjuk rasa
pada akhir April 1998.
Tuntutan tersebut menggambarkan
sebuah titik kulminasi dari gerakan aksi protes yang
tumbuh di lingkungan kampus secara nasional
sejak awal tahun 1998. Gerakan ini bertujuan untuk
melakukan tekanan agar pemerintah
mengadakan perubahan politik yang berarti,
melalui pelaksanaan reformasi secara total.
 Gerakan Reformasi tahun 1998 mempunyai enam
agenda yaitu:
 1. Suksesi kepemimpinan nasional
 2. Amendemen UUD 1945
 3. Pemberantasan KKN
 4. Penghapusan dwifungsi ABRI
 5. Penegakan supremasi hukum,
 6. Pelaksanaan otonomi daerah
Pada tanggal 12 Mei 1998 empat
mahasiswa Universitas Trisakti, Jakarta tewas
tertembak peluru aparat keamanan saat
demonstrasi menuntut Soeharto mundur. Mereka
adalah Elang Mulya, Hery Hertanto, Hendriawan
Lesmana, dan Hafidhin Royan.
Pada tanggal 13 Mei 1998 terjadi
kerusuhan, pembakaran, dan penjarahan di
Jakarta dan Solo. Kondisi ini memaksa Presiden
Soeharto mempercepat kepulangannya dari
Mesir. Sementara itu, mulai tanggal 14 Mei 1998
demonstrasi mahasiswa semakin meluas. Bahkan,
para demonstran mulai menduduki gedung-
gedung pemerintah di pusat dan daerah.
Mahasiswa Jakarta menjadikan gedung
DPR/MPR sebagai pusat gerakan yang relatif
aman. Ratusan ribu mahasiswa menduduki
gedung rakyat. Bahkan, mereka menduduki atap
gedung tersebut. Mereka berupaya menemui
pimpinan MPR/DPR agar mengambil sikap yang
tegas. Akhirnya, tanggal 18 Mei 1998 Ketua
MPR/DPR Harmoko meminta Soeharto turun dari
jabatannya sebagai presiden.
Untuk mengatasi keadaan, Presiden
Soeharto menjanjikan akan mempercepat pemilu.
Hal ini dinyatakan setelah Soeharto mengundang
beberapa tokoh masyarakat seperti Nurcholish
Madjid dan Abdurrahman Wahid ke Istana Negara
pada tanggal 19 Mei 1998. Akan tetapi, upaya ini
tidak mendapat sambutan rakyat.
Momentum hari Kebangkitan Nasional 20
Mei 1998 rencananya digunakan tokoh reformasi
Amien Rais untuk mengadakan doa bersama di
sekitar Tugu Monas. Akan tetapi, beliau
membatalkan rencana apel dan doa bersama
karena 80.000 tentara bersiaga di kawasan
tersebut.
Ketua MPR/DPR Harmoko kembali
meminta Soeharto mengundurkan diri pada hari
Jumat tanggal 20 Mei 1998 atau DPR/MPR akan
terpaksa memilih presiden baru. Bersamaan
dengan itu, sebelas menteri Kabinet
Pembangunan VII mengundurkan diri.
Akhirnya, pada pukul 09.00 WIB Presiden
Soeharto membacakan pernyataan pengunduran
dirinya. Itulah beberapa peristiwa penting
menyangkut gerakan reformasi tahun 1998.
Soeharto mengundurkan diri dari jabatan presiden
yang telah dipegang selama 32 tahun.
Beliau mengucapkan terima kasih dan mohon
maaf kepada seluruh rakyat Indonesia. Soeharto
kemudian digantikan B.J. Habibie. Sejak saat itu
berakhirlah era Orde Baru selama 32 tahun,
Indonesia memasuki sebuah era baru yang
kemudian dikenal sebagai Masa Reformasi.
Masa pemerintahan Presiden B.J. Habibie
berlangsung dari tanggal 21 Mei 1998 sampai 20
Oktober 1999.
Pengambilan sumpah beliau sebagai
presiden dilakukan di Credential Room, Istana
Merdeka. Dalam pidato yang pertama setelah
pengangkatannya, B.J. Habibie menyampaikan
hal-hal sebagai berikut :
1. Mohon dukungan dari seluruh rakyat Indonesia.
2. Akan melakukan reformasi secara bertahap dan
konstitusional di segala bidang.
3. Akan meningkatkan kehidupan politik
pemerintahan yang bersih dan bebas dari praktik-
praktik KKN.
4. Akan menyusun kabinet yang sesuai dengan
tuntutan zaman.
Berikut langkah-langkah yang dilakukan
Presiden B.J. Habibie untuk mengatasi keadaan
yang carut-marut dan menciptakan Indonesia
baru yang bebas KKN.
1. Membentuk Kabinet Reformasi
Pembangunan
Kabinet Reformasi Pembangunan
dibentuk pada tanggal 22 Mei 1998, terdiri atas
unsur-unsur perwakilan dari ABRI, Golkar, PPP, dan
PDI. Pada tanggal 25 Mei 1998 diadakan
pertemuan pertama. Pertemuan ini berhasil
membentuk komite untuk merancang undang-
undang politik yang lebih longgar, merencanakan
pemilu dalam waktu satu tahun dan menyetujui
masa jabatan presiden dua periode. Upaya ini
mendapat sambutan positif dari masyarakat.
2. Perbaikan bidang ekonomi
Berikut langkah-langkah yang dilakukan
B.J. Habibie agar bangsa Indonesia dapat segera
keluar dari krisis ekonomi:

a) Melakukan rekapitulasi perbankan.


b) Merekonstruksi perekonomian nasional.
c) Menaikkan nilai tukar rupiah terhadap dolar
Amerika Serikat di bawah Rp 10.000,00.
d) Melikuidasi beberapa bank bermasalah.
e) Melaksanakan reformasi ekonomi seperti yang
disyaratkan IMF.
3. Melakukan reformasi di bidang politik
Reformasi di bidang politik yang
dilakukan adalah dengan memberikan
kebebasan kepada rakyat Indonesia untuk
membentuk partai-partai politik, serta rencana
pelaksanaan pemilu yang diharapkan
menghasilkan lembaga tinggi negara yang
benar-benar representatif.
B.J. Habibie membebaskan
narapidana politik seperti Sri Bintang
Pamungkas (mantan anggota DPR yang
dipenjara karena mengkritik Presiden Soeharto)
dan Muchtar Pakpahan (pemimpin buruh
yang dituduh memicu kerusuhan di Medan
tahun 1994). Beliau juga mencabut larangan
berdirinya serikat-serikat buruh independen.
Amnesti pembebasan Sri Bintang Pamungkas
dan Muchtar Pakpahan dikukuhkan dalam
keppres No. 80 Tahun 1998.
4. Kebebasan menyampaikan pendapat
Presiden B.J. Habibie mengeluarkan kebijakan
untuk membuat Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF).
Tugasnya adalah mencari segala sesuatu yang
berhubungan dengan kerusuhan 13-14 Mei 1998 di
Jakarta. Ketuanya adalah Marzuki Darusman.
Presiden juga mengeluarkan satu kebijakan
yang tertuang dalam undang-undang No. 9 Tahun 1998
yang berisi tentang Kemerdekaan Menyampaikan
Pendapat di Muka Umum dan Tata Cara Berdemonstrasi.
Bentuk penyampaian pendapat di muka umum dapat
berupa unjuk rasa atau demonstrasi, pawai, rapat
umum, dan mimbar bebas.
Ketentuan tersebut dinyatakan pada pasal 9
(2) UU No. 9 Tahun 1998. Presiden B.J. Habibie juga
mencabut UU No. II/PNPS/1963 tentang Pemberantasan
Aksi Subversi dengan mengeluarkan UU No. 26 Tahun
1999.
5. Pelaksanaan Sidang Istimewa MPR 1998
Untuk mengatasi krisis politik
berkepanjangan, maka diadakan sidang
istimewa MPR yang berlangsung dari
tanggal 10-13 November 1998. Menjelang
diselenggarakan sidang tersebut terjadi aksi
unjuk rasa para mahasiswa dan organisasi
sosial politik.
Untuk mengantisipasi hal-hal yang
tidak diinginkan dilaksanakan
pengamanan. Jumlah aparat yang
dikerahkan yaitu polisi dan TNI mencapai
150 SSK (Satuan Setingkat Kompi). Untuk
pertama kalinya pengamanan Sidang
Istimewa MPR melibatkan warga sipil yang
dikenal dengan nama Pam Swakarsa.
 Dengan adanya tekanan massa yang
terus-menerus, akhirnya pada tanggal
13 November 1998 Sidang Istimewa MPR
1998 ditutup. Sidang Istimewa MPR
berakhir dengan menghasilkan 12
ketetapan yang diwarnai voting dan
aksi walk out.
Dari 12 ketetapan tersebut, terdapat empat
ketetapan yang memperlihatkan adanya upaya untuk
mengakomodasi tuntutan reformasi. 4 ketetapan tersebut
adalah :
Ketetapan MPR No. VIII Tahun 1998 yang
memungkinkan UUD 1945 dapat diamandemen.
Ketetapan MPR No. XII Tahun 1998 mengenai
Pencabutan Ketetapan MPR No. IV Tahun 1993 tentang
Pemberian Tugas dan Wewenang Khusus Kepada Presiden/
Mandataris MPR dalam Rangka Menyukseskan Pembangunan
Nasional sebagai Pengamalan Pancasila.
Ketetapan MPR No. XIII Tahun 1998 tentang
Pembatasan Masa Jabatan Presiden dan Wakil Presiden
Maksimal Dua Periode.
Ketetapan MPR No.VIII Tahun 1998 yang
menyatakan Pancasila tidak lagi dijadikan sebagai asas
tunggal. Seluruh organisasi sosial dan politik tidak wajib
menjadikan Pancasila sebagai satu-satunya asas organisasi.
6. Pemilihan umum tahun 1999

Pemilu pertama setelah reformasi bergulir


diadakan pada tanggal 7 Juni 1999.
Penyelenggaraan pemilu ini dianggap paling
demokratis bila dibandingkan dengan pemilu-
pemilu sebelumnya. Pemilu ini dilaksanakan
dengan prinsip luber dan jurdil. Pemilu ini diikuti
oleh 48 partai politik yang telah lolos verifikasi dan
memenuhi syarat menjadi OPP (Organisasi Peserta
Pemilu) dari 141 partai politik yang mendaftar di
Departemen Dalam Negeri.
MPR yang terbentuk melalui hasil pemilu
1999 berhasil menetapkan GBHN, melakukan
amandemen pertama terhadap UUD 1945, serta
presiden dan wakil presiden. Pada tanggal 20
Oktober 1999 MPR berhasil memilih K.H.
Abdurrahman Wahid sebagai presiden keempat RI
dan sehari kemudian memilih Megawati
Soekarnoputri sebagai wakil presiden.
Dr. K. H. Abdurrahman Wahid atau yang
akrab disapa Gus Dur adalah tokoh Muslim
Indonesia dan pemimpin politik yang menjadi
Presiden Indonesia yang keempat dari tahun 1999
hingga 2001. Ia menggantikan Presiden B.J.
Habibie.
Gus Dur adalah seorang pahlawan
pluralis. Pluralisme adalah kesediaan untuk
menerima kenyataan bahwa dalam masyarakat
ada cara hidup beragama dan cara hidup
berbudaya yang berbeda, serta kesediaan untuk
hidup, bergaul dan bekerja bersama serta
membangun negara bersama mereka. Bagi
bangsa Indonesia yang majemuk suku dan
agama, semangat pluralisme itu merupakan syarat
mutlak agar ia tetap eksis sebagai Negara
Kesatuan Republik Indonesia(NKRI).
Pidato pertamanya setelah terpilih
sebagai presiden memuat tugas-tugas yang akan
dijalankannya, yaitu sebagai berikut :
1. Peningkatan pendapatan rakyat.
2. Menegakkan keadilan mendatangkan
kemakmuran.
3. Mempertahankan keutuhan bangsa dan
negara.

Presiden K.H. Abdurrahman Wahid


didampingi Megawati Soekarnoputri sebagai wakil
presiden. Mereka bekerja sama membentuk
kabinet yang disebut dengan Kabinet Persatuan
Nasional. Kabinet diumumkan pada tanggal 28
Oktober 1999.
Pada masa pemerintahan Gus Dur banyak
diwarnai tindakan-tindakan kontroversi. Contohnya
sebagai berikut :
1. Kabinet seringkali mengalami reshuffle
(perubahan susunan).
2. Menghapus Departemen Sosial dan Departemen
Penerangan.
3. Sering melakukan kunjungan ke luar negeri.
Presiden K.H. Abdurrahman Wahid melakukan
pembagian kekuasaan dengan wakil presiden.
Tugas yang menjadi kewenangan wakil
presiden, antara lain sebagai berikut :
1. Menyusun program dan agenda kerja kabinet.
2. Menentukan fokus dan prioritas kebijakan
pemerintah.
3. Memimpin sidang kabinet.
4. Menandatangani keputusan tentang
pengangkatan dan pemberhentian pejabat
setingkat eselon satu.
Pembentukan Dewan Ekonomi Nasional (DEN)
Pembentukan DEN dimaksudkan untuk
memperbaiki ekonomi Indonesia yang belum pulih
akibat krisis yang berkepanjangan. Ketua DEN adalah
Prof. Emil Salim dengan wakilnya Subiyakto
Cakrawerdaya, Sekretaris Dr. Sri Mulyani Indrawati.
Anggota DEN adalah Anggito Abimanyu, Sri Ningsih,
dan Bambang Subianto.

Ketika hubungan Presiden K.H. Abdurrahman


Wahid dan Poros Tengah tidak harmonis, DPR
mengeluarkan Memorandum I dan II untuk
menjatuhkannya dari kursi kepresidenan. Sebagai reaksi
baliknya, presiden mengeluarkan maklumat pada
tanggal 28 Mei 2001 dan menjawab Memorandum II
dengan jawaban yang dibacakan oleh Menko Politik,
Sosial dan Keamanan (Menko Polsoskam) Susilo
Bambang Yudhoyono pada tanggal 29 Mei 2001, yang
antara lain isinya membekukan lembaga MPR dan DPR.
Akhir jabatan Presiden K.H. Abdurrahman
Wahid terjadi ketika berlangsung Rapat Paripurna MPR
pada tanggal 21 Juli 2001. Rapat tersebut dianggap
sebagai Sidang istimewa MPR. Keputusan yang diambil
sidang istimewa tersebut sebagai berikut :
1. Presiden K.H. Abdurrahman Wahid diberhentikan
secara resmi sebagai presiden berdasarkan Ketetapan
MPR No. II Tahun 2001.
2. MPR mengeluarkan Ketetapan MPR No. III tahun 2001
untuk menetapkan dan melantik Wakil Presiden Dyah
Permata Megawati Setyawati Soekarnoputri sebagai
presiden kelima Republik Indonesia.

K.H. Abdurrahman Wahid meninggal pada


umur 69 tahun hari Rabu jam 18.40 WIB tanggal 30
Desember 2009 di RSCM Jakarta, dimakamkan di Pondok
Pesantren Tebu Ireng, Jombang, Jawa Timur.
 Megawati Soekarnoputri dilantik sebagai
presiden Republik Indonesia pada tanggal 23
Juli 2001. Adapun wakilnya adalah Hamzah
Haz. Pasangan Megawati - Hamzah Haz
mengumumkan kabinetnya pada tanggal 9
Agustus 2001. Kabinetnya bernama "Kabinet
Gotong Royong". Program Kerja Kabinet
tersebut di antaranya sebagai berikut :
 1. Mewujudkan otonomi yang tangguh.
 2. Menyehatkan bank.
 3. Memantapkan fungsi dan peran TNI dan
Polri.
 4.Mewujudkan supremasi hukum.
 Pada masa pemerintahannya, Presiden Megawati
menghadapi tiga masalah utama di negeri ini, yaitu
:
 1. Adanya pelanggaran hak asasi manusia (HAM).
 2. Merosotnya pengangguran dan menurunnya
tingkat perekonomian.
 3. Merosotnya kewibawaan hukum.

 Pada masa kepemimpinannya, Indonesia memiliki
hajat besar, yaitu pemilihan umum. Sistem pemilu
kali ini, rakyat dapat memilih atau menentukan
wakilnya dan presiden secara langsung. Pemilu
dilakukan dalam dua tahap.
 1. Tahap pertama untuk menentukan para anggota
legislatif, pada tanggal 5 April 2004 yang diikuti oleh
24 partai politik.
 2. Putaran kedua untuk memilih Presiden.
 Pemilu untuk presiden dan wakilnya pada putaran pertama
berlangsung pada tanggal 5 Juli 2004 dengan calon presiden
dan wakilnya sebagai berikut :
 1. Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi diusung PDIP.
 2. Wiranto-Salahudin Wahid didukung oleh Partai Golkar.
 3. Amien Rais-Siswono didukung Partai Amanat Nasional.
 4. Hamzah Haz-Agum Gumelar didukung oleh Partai persatuan
Pembangunan.
 5. Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla didukung oleh Prtai
Demokrat.

 Pemilu putaran pertama ini dimenangkan oleh pasangan Susilo
Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla dan Mega-Hasyim. Oleh
karena para pemenang pemilu presiden dan wakil presiden
putaran pertama tidak ada yang berhasil mencapai 50% suara,
maka diselenggarakan pemilu putaran kedua yang
diselenggarakan pada tanggal 20 September 2004.

 Dalam pemilu ini dimenangkan pasangan Susilo Bambang
Yudhoyono-Jusuf Kalla. Kemenangan ini merupakan babak baru
bagi Indonesia di bawah kepemimpinan presiden dan wakil
presiden yang langsung dipilih rakyat.
 Pada masa pemerintahan Presiden Megawati,
MPR kembali melakukan amandemen
terhadap UUD 1945 pada tanggal 10
November 2001. Amandemen tersebut
meliputi penegasan Indonesia sebagai negara
hukum dan kedaulatan berada di tangan
rakyat. Salah satu perubahan penting terkait
dengan pemilihan umum adalah perubahan
tata cara pemilihan presiden dan wakil
presiden yang dipilih langsung oleh rakyat dan
mulai diterapkan pada pemilu tahun 2004.
Dengan demikian rakyat akan berpartisipasi
dalam pemilihan umum untuk memilih calon
anggota legislatif, presiden dan kepala daerah
secara terpisah.
 Salah satu bagian penting amandemen
yang dilakukan MPR terkait upaya
pemberantasan KKN adalah penegasan
kekuasaan kehakiman sebagai
kekuasaan independen untuk
menyelenggarakan peradilan yang adil
dan bersih guna menegakkan hukum
dan keadilan yang dilakukan oleh
Mahkamah Agung.
B. Reformasi Bidang Ekonomi

Minimnya kontroversi selama masa pemerintahan


Megawati berdampak positif pada sektor ekonomi. Hal ini
membuat pemerintahan Megawati mencatat beberapa
pencapaian di bidang ekonomi dan dianggap berhasil
membangun kembali perekonomian bangsa yang
sempat terpuruk sejak beralihnya pemerintahan dari
pemerintahan Orde Baru ke pemerintahan pada era
reformasi. Salah satu indikator keberhasilan pemerintahan
Presiden Megawati adalah rendahnya tingkat inflasi dan
stabilnya cadangan devisa negara. Nilai tukar rupiah
relatif membaik dan berdampak pada stabilnya harga-
harga barang. Kondisi ini juga meningkatkan
kepercayaan investor terhadap perekonomian Indonesia
yang dianggap menunjukkan perkembangan positif.
Kenaikan inflasi pada bulan Januari 2002 akibat kenaikan
harga dan suku bunga serta berbagai bencana lainnya
juga berhasil ditekan pada bulan Maret dan April 2002.
 C. Disintegrasi dan Kedaulatan wilayah

 › Tidak meratanya pembagunan pusat-
daerah menjadikan beberapa daerah
ingin melepaskan diri seperti Nanggroe
Aceh Darussalam dan Papua
 › Cara Megawati agar mereka tidak
melepaskan diri dari NKRI adalah
menyelesaikan masalah disintegrasi dan
memperbaiki presentase pembagian
hasil SDA antara pusat-daerah
 › Lepasnya sipadan (10,4 hektar) dan
ligitan (7,9 h) pukulan berat bagi
diplomasi LN Indonesia setelah lepasnya
Timor-Timur
 D.Desentralisasi Politik dan Keuangan
 › Pemerintahan Megawati melanjutkan
otonomi daerah, dimana daerah diberi
wewenang lebih besar untuk mengelola
hasil-hasil SDA dan potensi yang mereka
miliki
 › Otonomi daerah beserta perangkat
hukumnya berkaitan dengan pemilu
yang akan diselenggarakan 2004
 E.Upaya pemberantasan KKN
 › Pada masa Megawati, kasus KKN
belum bisa diselesaikan, hal ini
disebabkan karena jumlah dan kualitas
aparat penegak hukum yang
menyebabkan proses hukum lambat
 KPU menetapkan pasangan Susilo
Bambang Yudoyono - Jusuf Kalla menjadi
pemenang pemilu pada tanggal 4 Oktober
2004. Dengan begitu, mereka ditetapkan
menjadi presiden dan wakil presiden.
Mereka dilantik pada tanggal 20 Oktober
2004.Kabinet yang dibentuk pasangan
Susilo Bambang Yudoyono - Jusuf Kalla
dinamakan Kabinet Indonesia Bersatu.
Anggota-anggotanya dilantik pada
tanggal 21 Oktober 2004.
 Kebijakan soal Aceh, pemerintahan SBY
memperpanjang status darurat sipil dan
mengadakan perundingan damai
dengan GAM di Helsinki, Finlandia
dengan perantara Crisis Management
Initiative yang dipimpin Martti Ahtisari
pada tanggal 28 Januari 2005. Dalam
perjanjian dicapai kesepakatan damai
dan penyerahan senjata GAM melalui
Aceh Monitoring Mission (AMM).
 Hasil pemilu 2009 dimenangkan pasangan Susilo
Bambang Yudoyono - Boediono untuk periode
2009 - 2014. Kabinet yang dibentuk pasangan ini
adalah Kabinet Indonesia Bersatu II.
 A. Upaya untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat
 Presiden SBY bersama Kabinet Indonesia Bersatu
segera mengambil langkah-langkah
penanggulangan pasca bencana. Salah
satunya adalah dengan menetapkan Keputusan
Presiden Nomor 30 Tahun 2005 mengenai
Rencana Induk Rehabilitasi dan Rekonstruksi
Wilayah dan Kehidupan Masyarakat Aceh dan
Kepulauan Nias Provinsi Sumatra Utara. Selain itu
dibentuk pula Badan Rehabilitasi dan
Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan Masyarakat
Aceh dan Nias
 Pada masa pemerintahan Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono, upaya
untuk pengentasan kemiskinan
direalisasikan melalui peningkatan
anggaran di sektor pertanian termasuk
upaya untuk swasembada pangan.
 Di bidang kesehatan, pemerintah
memberikan bantuan kesehatan gratis
untuk berobat ke puskesmas dan rumah
sakit melalui pemberian Asuransi
Kesehatan Masyarakat Miskin dan
beberapa kali menurunkan harga obat
generik.
 B. Reformasi di Bidang Politik dan Upaya
Menjaga Kesolidan Pemerintahan
 Salah satu upaya untuk menjaga
kesolidan koalisi pada masa
pemerintahan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono adalah pembentukan
Sekretariat Gabungan (Setgab) antara
Partai Demokrat dengan partai-partai
politik lainnya yang mendukung SBY.
Pembentukan Setgab juga bertujuan
untuk menyatukan visi dan misi
pembangunan agar arah koalisi
berjalan seiring dengan kesepakatan
bersama.
 Untuk membangun komunikasi yang efektif
dengan masyarakat, pemerintah
memaksimalkan penggunaan media sosial
seperti SMS online dan twitter
 . Melalui media tersebut, partisipasi
masyarakat dalam perjalanan
pemerintahan diharapkan meningkat. Di sisi
lain pemerintah dapat dengan cepat
mengetahui
 pendapat masyarakat terkait masalah-
masalah tertentu termasuk opini
masyarakat terhadap berbagai kebijakan
pemerintah dalam kasus-kasus yang
dianggap krusial.
 C. Upaya untuk menyelesaikan konflik
dalam negeri
 Pada masa pemerintahan Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono, pemerintah
berupaya untuk lebih mengefektifkan
forum-forum dialog mulai dari tingkat lokal
Aceh hingga tingkat internasional. Di
tingkat internasional, upaya tersebut
menghasilkan Geneva
Agreement(Kesepakatan Penghentian
Permusuhan/Cessation of Hostilities
Agreement(CoHA). Tujuan dari
kesepakatan tersebut adalah
menghentikan segala bentuk pertempuran
sekaligus menjadi kerangka dasar dalam
upaya negosiasi damai diantara semua
pihak yang berseteru di Aceh.
 Selain konflik di Aceh, konflik lain yang
berpotensi menjadi konflik berskala luas
adalah konflik bernuansa agama di
Poso.
 Salah satu kebijakan presiden untuk
menyelesaikan konflik Poso adalah
dengan mengeluarkan Intruksi Presiden
No 14 Tahun 2005 tentang langkah-
langkah komprehensif penanganan
masalah Poso.
 Melalui Inpres tersebut, Presiden
menginstruksikan untuk:
 1. Melaksanakan percepatan penanganan
masalah Poso melalui langkah- langkah
komprehensif, terpadu dan terkoordinasi.
 2. Menindak secara tegas setiap kasus
kriminal, korupsi dan teror serta
mengungkap jaringannya.
 3. Upaya penanganan masalah Poso
dilakukan dengan tetap memperhatikan
Deklarasi Malino 20 Desember 2001.
 Seperti halnya konflik di Aceh, upaya
untuk menyelesaikan konflik di Papua
juga mengedepankan aspek dialog dan
upaya untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Kurangnya
keadilan bagi masyarakat Papua
menimbulkan adanya perlawanan dan
keinginan sebagian masyarakat untuk
memisahkan diri dari NKRI.
 D. Pelaksanaan Pemilu 2009
 Berbagai pencapaian pada masa Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono yang dirasakan
langsung oleh masyarakat menjadi modal bagi
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk
kembali maju sebagai calon presiden pada
pemilu presiden tahun 2009. Berpasangan
dengan seorang ahli ekonomi yakni Boediono,
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berhasil
mendapatkan kembali mandat dari rakyat untuk
memimpin Indonesia untuk masa pemerintahan
berikutnya. Pada pemilu presiden yang
diselenggarakan pada tanggal 8 Juli 2009
pasangan Susilo Bambang Yudhoyono berhasil
memenangkan pemilu hanya melalui satu
putaran.
 E. Euforia Berdemokrasi: Demokrasi Masa
Reformasi
Penerapan otonomi daerah tersebut
diiringi dengan perubahan sistem pemilu
dan diselenggarakannya pemilu
langsung untuk mengangkat kepala
dareah mulai dari gubernur hingga
bupati dan walikota.

Anda mungkin juga menyukai