Anda di halaman 1dari 3

BAB V

SISTEM DAN STRUKTUR POLITIK


EKONOMI INDONESIA MASA
REFORMASI (1998 – SEKARANG)
Reformasi merupakan suatu gerakan yang menghendaki adanya perubahan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara kea rah yang lebih baik secara
konstitusional. Proses menuju reformasi telah dimulai ketika wacana penentangan
politik secara terbuka kepada Orde Baru mulai muncul, penentangan ini terus
digulirkan mahasiswa, cendekiawan, dan masyarakat yang menuntut pelaksanaan
proses demokratisasi yang sehat dan terbebas dari praktik korupsi, kolusi dan
nepotisme. Pada sistem dan struktur politik ekonomi Indonesia masa reformasi
membahas mengenai tiga hal yaitu masa akhir orde baru, perkembangan politik
dan ekonomi, dan perkembangan iptek di Indonesia. Namum kelompok kami
hanya membahas tentang “Masa Akhir Orde Baru”.

A. MASA AKHIR ORDE BARU


1. Krisis Moneter,Politik,Hukum, dan Kepercayaan
Krisis moneter yang melanda Thailand awal Juli 1997, merupakan
permulaaan peristiwa yang mengguncang nilai tukar mata uang negara-negara di
Asia, seperti Malaysia,Filipina,Korea dan Indonesia. Upaya pemerintah untuk
menguatkan nilai tukar rupiah, melalui Bank Indonesia dengan melakukan
intervensi pasar tidak mampu membendung nilai tukar rupiah yang terus merosot,
yang berdampak pada jatuhnya bursa saham Jakarta, bangkrutnya perusahaan-
perusahaan besar di Indonesia yang menyebabkan terjadinya pemutusan hubungan
kerja (PHK) secara besar-besaran. Sehingga membuat Presiden Soeharto menerima
proposal reformasi IMF pada tanggal 15 Januari 1998 dengan ditandatanganinya
Letter of Intent (Nota Kesepakatan) antara Presiden Soeharto dan Direktur
Pelaksana IMF Michele Camdesius.
Sementara itu, sesuai dengan hasil Pemilu ke-6 yang diselenggarakan pada
tanggal 29 Mei 1997 yang kemudian menetapkan kembali Soeharto sebagai
presiden untuk masa jabatan lima tahun yang ketujuh kalinya dengan B.J. Habibie
sebagai wakil presiden.
Dalam beberapa minggu setelah terpilihnya kembali Soeharto sebagai
Presiden RI, kekuatan-kekuatan oposisi yang sejak lama dibatasi mulai muncul ke
permukaan. Meningkatnya kecaman terhadap Presiden Soeharto terus meningkat
dengan ditandai lahirnya gerakan mahasiswa sejak awal 1998. Gerakan mahasiswa
yang mulai mengkristal di kampus-kampus, seperti ITB, UI dan lainnya semakin
meningkat intensitasnya sejak terpilihnya Soeharto.
Dalam kondisi negara yang sedang mengalami krisis, Presiden Soeharto,
pada 9 Mei 1998, berangkat ke Kairo (Mesir) untuk menghadiri Konferensi G 15.
Di dalam pesawat menjelang keberangkatannya Presiden Soeharto meminta
masyarakat tenang dan memahami kenaikan harga BBM. Selain itu, ia menyerukan
kepada lawan-lawan politiknya bahwa pasukan keamanan aka menangani dengan
tegas setiap gangguan muncul. Meskipun demikian kerusuhan tetep terjadi dan
tetap tidak dapat dipadamkan serta gelombang protes dari berbagai kalangan
komponen masyarakat terus berlangsung.

2. Tuntutan dan Agenda Reformasi;


“Reformasi atau mati”. Demikian tuntutan yang ditorehkan oleh para aktivis
mahasiswa pada spanduk-spanduk yang terpampang di kampus mereka atau yang
mereka teriakan saat melakukan aksi protes melalui kegiatan unjuk rasa pada akhir
April 1998. Tuntutan itu menggambarkan sebuah titik kulminasi dari gerakan aksi
protes yang tumbuh di lingkungan kampus secara nasional sejak awal tahun 1998.
Yang bertujuan untuk melakukan tekanan agar pemerintah mengadakan perubahan
politik yang berarti melakukan pelaksanan reformasi secara total.
Gerakan Reformasi tahun 1998 mempunyai enam agenda, yaitu:
1) Suksesi kepemimpinan nasional
2) Amandemen UUD 1945
3) Pemberantasan KKN
4) Penghapusan dwifungsi ABRI
5) Penegakan supremasi hukum
6) Pelaksanan otonomi daerah
Agenda utama gerakan reformasi adalah turunnya Soeharto dari jabatan presiden.
Berikut ini kronologi beberapa peristiwa penting selama gerakan reformasi yang
memuncak pada tahun 1998.
Dalam rangka memperingati Hari Kebangkitan Nasional yang akan
diselenggarakan pada tanggal 20 Mei 1998 direncanakan oleh gerakan mahasiswa
sebagai momen Hari Reformasi Nasional. Namun ledakan kerusuhan terjadi lebih
awal dan diluar dugaan. Pada tanggal 12 Mei 1998 empat mahasiswa Universitas
Trisakti, Jakarta tewas tertembak peluru aparat keamanan saat demontrasi
menuntut Soeharto mundur. Mereka adalah Elang Mulya, Hery Hertanto,
Hendriawan Lesmana, dan Hafidhin Royan. Mereka tertembak ketika ribuan
mahasiswa Trisakti dan lainnya baru memasuki kampusnya setelah melakukan
demontrasi di Gedung DPR/MPR.
Pada tanggal 13 Mei 1998 kembali terjadi kerusuhan, pembakaran, dan
penjarahan di Jakarta dan Solo, kondisi ini memaksa Presiden Soeharto
mempercepat kepulangannya dari Mesir. Akhirnya tanggal 18 Mei 1998 Ketua
MPR/DPR Harmoko meminta Soeharto turun dari jabatannya sebagai presiden.
Untuk mengatasi keadaan Presiden Soeharto menjanjikan akan mempercepat
pemilu.
Momentum hari Kebangkitan Nasional 20 Mei 1998 rencananya digunakan
tokoh reformasi Amien Rais untuk mengadakan doa bersama di sekitar Tugu
Monas. Akan tetapi beliau membatalkan rencana apel dan doa bersama karena
80.000 tentara bersiaga dikawasan tersebut. Pada hari jumat tanggal 20 Mei 1998
Presiden Soeharto mengundurkan diri atau DPR/MPR akan terpaksa memilih
presiden baru. Akhirnya pada pukul 09.00 WIB Presiden Soeharto membacakan
pernyataan pengunduran dirinya. Soeharto mengundurkan diri dari jabatan
presiden yang telah dipegang selama 32 tahun.

Beliau mengucapkan terima kasih dan mohon maaf kepada seluruh rakyat
Indonesia. Soeharto kemudian digantikan B.J Habibie. Sejak saat itu berakhirlah
era Orde Baru selama 32 tahun, Indonesia memasuki sebuah era baru yang
kemudian dikenal sebagai Masa Reformasi.

Anda mungkin juga menyukai