Anda di halaman 1dari 14

SISTEM DAN STRUKTUR POLITIK EKONOMI INDONESIA MASA

REFORMASI

(1998-SEKARANG)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Sejarah Indonesia

Oleh :

Indah Sari Marpaung

XII MIA 5

SMA NEGERI 1 SIANTAR NARUMONDA

2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Reformasi merupakan suatu gerakan yang menghendaki adanya perubahan kehidupan
bermasyarakat,berbangsa,dan bernegara ke arah yang lebih baik secara konstitusional.Gerakan
reformasi diawali ketika Presiden Soeharto meletakkan jabatannya sebagai presiden pada tanggal
21 Mei 1998.Tidak sampai menempuh waktu yang lama,sejak pertengahan tahun 1997,ketika
krisis moneter melanda dunia bulan Mei 1998, orde baru akhirnya runtuh.Krisi moneter
membuka jalan bagi kita menuju terwujudnya kehidupan berdemokrasi yang sehat yang selama
ini terkukung oleh sistem kekuasaan orde yang serba menguasai semua sisi kehidupan
bermasyarakat dan bernegara.
Proses menuju reformasi telah dimulai ketika wacana penentangan politik secara terbuka
kepada orde baru mulai muncul.Penentangan ini terus bergulir oleh mahasiswa,cendikiawan,dan
masyarakat.Mereka juga menuntut terwujudnya rule of law,good governance serta berjalannya
pemerintah yang bersih. Oleh karena itu ,bagi mereka reformasi merupakan sebuah era suasana
yang senentiasa terus diperjuangkan dan dipelihara.Jdi bukan hanya sebuah momentum,namun
sebuah proses yang harus senantiasa dipupuk.

1.2. Tujuan Pembelajaran


Setelah mempelajari bab ini diharapkan kita dapat:
1. Menganalisis berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya peristiwa Reformasi 1998.
2. Menganalisis proses perubahan dan perkembangan sistem demokrasi di Indonesia pada
masa Reformasi .
3. Mengampil pelajaran adanya hubungan timbal balik anatar situasi ekonomi dan poltik
internasional dengan situasi ekonomi dan politik di tanah air.
4. Mendeskripsikan perkembangan IPTEK di Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN
A. MASA AKHIR ORDE BARU
1. Krisis Moneter ,Politik ,Hukum, dan Kepercayaan
Krisis moneter adalah keadaan keuangan suatu negara dalam kurun waktu tertentu yang
ditandai dengan merosotnya nilai tukar uang suatu negara terhadap mata uang negara lainnya.
Sebagian besar negara-negara di dunia pernah mengalami krisis ekonomi, bahkan AS juga
pernah mengalaminya. Krisis moneter yang melanda Thailand pada awal Juli 1997, merupakan
permulaan peristiwa yang mengguncang nilai tukar mata uang negara-negara di Asia, seperti
Malaysia, Filipina, Korea dan Indonesia.
Sejak berdirirnya orde baru tahun 1966-1998, terjadi krisis rupiah pada  pertengahan tahun 1997
yang berkembang menjadi suatu krisis ekonomi yang  besar. Krisis pada tahun ini jauh lebih
parah dan kompleks dibandingkan dengan krisis-krisis sebelumnya yang pernah dialami oleh
Indonesia. Rupiah yang berada pada posisi nilai tukar Rp.2.500/US$ terus mengalami
kemerosotan.Presiden Soeharto meminta bantuan dari International Monetary Fund (IMF) pada
Oktober 1997 dengan syarat pemerintah Indonesia menghentikan subsidi dan penutupan 16 bank
swasta. Namun usaha ini tidak menyelesaikan masalah yang dihadapi.
Upaya pemerintah untuk menguatkan nilai tukar rupiah, melalui Bank Indonesia dengan
melakukan intervensi pasar tidak mampu membendung nilai tukar rupiah yang terus merosot.

Nilai tukar rupiah yang berada di posisi Rp.4000/US$ pada Oktober terus melemah menjadi
sekitar Rp.17.000/ US$ pada bulan Januari 1998. Kondisi ini berdampak pada jatuhnya bursa
saham Jakarta, bangkrutnya perusahaan-perusahaan besar di Indonesia yang menyebabkan
terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) secara besar-besaran.
Kondisi ini membuat Presiden Soeharto menerima proposal reformasi IMF pada tanggal 15
Januari 1998 dengan ditandatanganinya Letter of Intent (Nota Kesepakatan) antara Presiden
Soeharto dan Direktur Pelaksana IMF Michele Camdesius. Namun, kemudian Presiden Soeharto
menyatakan bahwa paket IMF yang ditandatanganinya membawa Indonesia pada sistem
ekonomi liberal.
Sidang Umum MPR yang dilaksanakan pada Maret 1998 memilih kembali Soeharto sebagai
presiden dengan B.J. Habibie sebagai wakil presiden. Setelah terpilihnya kembali Soeharto
kekuatan-kekuatan oposisi yang sejak lama dibatasi mulai muncul ke permukaan.Gerakan
mahasiswa yang mulai mengkristal di kampus-kampus, seperti ITB, UI dan lain-lain semakin
meningkat intensitasnya sejak terpilihnya Soeharto.
Garis besar tuntutan mahasiswa dalam aksi-aksinya di kampus di berbagai kota, yaitu tuntutan
penurunan harga sembako (sembilan bahan pokok), penghapusan monopoli, kolusi, korupsi dan
nepotisme (KKN) serta suksesi kepemimpinan nasional. Di tengah maraknya aksi protes
mahasiswa dan komponen masyarakat lainnya, pada tanggal 4 Mei 1998 pemerintah
mengeluarkan kebijakan menaikkan harga BBM dan tarif dasar listrik.
Dalamkondisi neegara yang krisis presiden Soeharto pada 9Mei 1998 berangkat ke Kairo
untuk menghadiri Konferensi G 15. Di dalam pesawat menejleng keberangkatannya Presiden
Soeharto meminta masyarakat tenang dan memahami kenaikan harga BBM.Namun kerusuan
tidak dapat dipadamkan dan berbagai gelombang protes kalangan masyarakat terus berlangsung

2. Tuntutan dan Agenda Reformasi


Reformasi adalah gerakan untuk mengubah bentuk atau perilaku suatu tatanan, karena tatanan
tersebut tidak lagi disukai atau tidak sesuai dengan kebutuhan zaman, baik karena tidak efisien
maupun tidak bersih dan tidak demokratis. Kemunculan gerakan reformasi dilatarbelakangi
terjadinya krisis multidimensi yang dihadapi bangsa Indonesia. Gerakan Reformasi tahun 1998
mempunyai enam agenda yaitu:
1. Suksesi kepemimpinan nasional
2. Amendemen UUD 1945
3. Pemberantasan KKN
4. Penghapusan dwifungsi ABRI
5. Penegakan supremasi hukum,
6. Pelaksanaan otonomi daerah
Pada tanggal 12 Mei 1998 empat mahasiswa Universitas Trisakti, Jakarta tewas tertembak
peluru aparat keamanan saat demonstrasi menuntut Soeharto mundur. Mereka adalah Elang
Mulya, Hery Hertanto, Hendriawan Lesmana, dan Hafidhin Royan. Penembakan aparat di
Universitas Trisakti itu menyulut demonstrasi yang lebih besar. Pada tanggal 13 Mei 1998 terjadi
kerusuhan,pembakaran,dan penjarahan di Jakarta dan Solo.
Mulai tanggal 14 Mei 1998 demonstrasi mahasiswa semakin meluas. Bahkan, para
demonstran mulai menduduki gedung-gedung pemerintah di pusat dan daerah. Ratusan ribu
mahasiswa menduduki gedung rakyat. Bahkan, mereka menduduki atap gedung tersebut.
Akhirnya, tanggal 18 Mei 1998 Ketua MPR/DPR Harmoko meminta Soeharto turun dari
jabatannya sebagai presiden. Akhirnya, pada pukul 09.00 WIB Presiden Soeharto membacakan
pernyataan pengunduran dirinya.Soeharto mengundurkan diri dari jabatan presiden yang
dipegang selama 32 tahun.
Beliau mengucapkan terimakasih dan mohon maaf kepada seluruh rakyat Indonesia.Soeharto
kemudian digantikan oleh B.J. Habibie. Sejak saat itu berakhirlah era Orde baru selama 32 tahun,
Indonesia yang kemudian dikenal sebagai Masa Reformasi.

B. PERKEMBANGAN POLITIK dan EKONOMI

1. Masa Pemerintahan Presiden B.J. Habibie


Setelah Presiden Soeharto menyatakan berhenti dari jabatannya menjadi Presiden Republik
Indonesia pada tanggal 21 Mei 1998 pada hari itu juga wakil presiden BJ Habibie dilantik
menjadi Presiden RI ke-3 di bawah pimpinan Mahkamah Agung di Istana Negara dasar hukum
pengangkatan Habibie adalah berdasarkan TAP MPR No.VII/MPR/1973 yang berisi “jika
presiden berhalangan maka wakil presiden ditetapkan sebagai menjadi presiden”.
Ketika Habibie sebagai presiden Indonesia sedang mengalami krisis ekonomi terburuk dalam
waktu 30 tahun terakhir disebabkan oleh krisis mata uang yang didorong oleh hutang luar negeri
yang luar biasa besar sehingga menurunkan nilai rupiah menjadi seperempat dari nilai tahun
1997.Ditambah kerusuhan Mei 1998 telah menghancurkan pusat pusat bisnis perkotaan
khususnya di kalangan investor keturunan Cina yang memainkan peran dominan dalam ekonomi
Indonesia.Pengunduran diri Soeharto telah membebaskan energi sosial dan politik serta prestasi
akibat tertekan selama 32 tahun terakhir.
Tugas yang diemban oleh presiden B.J. Habibie adalah memimpin pemerintahan transisi untuk
menyiapkan dan melaksanakan agenda reformasi yang menyeluruh dan mendasar serta sesegera
mungkin mengatasi kemelut yang sedang terjadi. Dalam menjalankan tugasnya ia berjanji akan
menyusun pemerintah yang bertanggung jawab sesuai dengan tuntutan perubahan yang dipilih
oleh gerakan reformasi tahun 1998 pemerintahannya akan menjalankan reformasi secara
bertahap dan konstitusional serta komitmen terhadap aspirasi rakyat untuk memulihkan
kehidupan politik dan demokrasi dan meningkatkan kepastian hukum.
Dalam pidatonya dalam pidato pertamanya pada tanggal 21 Mei 1998 malam harinya setelah
dilantik sebagai presiden pukul 1930 WIB di Istana Merdeka yang disiarkan langsung melalui
RRI dan TVRI B.J. Habibie menyatakan tekadnya untuk melaksanakan reformasi beberapa poin
penting dari pidatonya tersebut adalah kabinetnya akan menyiapkan informasi dalam ke tiga
bidang yaitu:
1. Di bidang politik antara lain dengan memperbarui berbagai perundang-undangan dalam
rangka lebih meningkatkan kualitas kehidupan berpolitik yang bernuansa pada PEMILU
sebagaimana yang diamanatkan oleh garis-garis besar haluan negara (GBHN).
2. Di bidang hukum antara lain melinjo kembali undang-undang subversi.
3. Di bidang ekonomi dan mempercepat penyelesaian undang-undang yang menghilangkan
praktik praktik monopoli dan persaingan tidak sehat.
Seperti dituturkan dalam pidato pertamanya bahwa pemerintahannya akan komitmen pada
aspirasi rakyat untuk memulihkan kehidupan ekonomi sosial meningkatkan kehidupan politik
demokrasi dan menegakkan kepastian hukum maka fokus perhatian pemerintah Habibie
diarahkan pada tiga bidang tersebut.
a). Pembentukan Kabinet Reformasi Pembangunan
Sehari setelah dilantik , B.J. Habibie telah berhasil membentuk kabinet yang diberi nama
Kabinet Reformasi Pembangunan.Kabinet Reformasi Pembangunan terdiri atas 36 Menteri,yaitu
4 Menteri Negara dengan tugas sebagai Menteri Koordinator,20 Menteri Negara yang memimpin
Departemen, dan 12 Menteri Negara yang memimpin tugas tertentu.Kabinet Reformasi
Pembangunan terdiri atas berbagai elemen kekuatan politik dalam masyarakat,seperti dari ABRI,
partai politik (Golkar,PP, dan PDI), unsur daerah,golongan intelektual dari perguruan tinggi,dan
lembaga swadaya masyarakat.
Pada sidang pertama Kabinet Reformasi Pembangunan ,25 Mei 1998, B.J. Habibie memberi
pengarahan bahwa pemerintahan harus mengatasi krisis ekonomi dengan dua sasaran
pokok,yakni tersedianya bahan makanan pokok masyarakat dengan berputarnya kembali roda
perekonomian masyarakat.Pusat perhatian Kabinet Reformasi Pembangunan adalah
meningkatkan kualitas,produktivitas dan daya saing ekonomi rakyat.

b). Sidang Istimewa MPR 1998


Pada 10-13 November 1998, MPR mengadakan sidang istimewa untuk menetapkan langkah
pemerintah dalam melaksanakan reformasi disegala bidang. Beberapa hasil yang dijanjikan
pemerintah adalah:
 Terbukanya kesempatan untuk mengamandemen undang-undang Dasar 1945 tanpa
melalui referendum
 Pencabutan keputusan P4 sebagai mata pelajaran wajib (TAP MPR No.
XVIII/MPR/1998)
 masa jabatan presiden dan wakil presiden dibatasi hanya sampai dua kali masa tugas
masing-masing lima tahun (TAP MPR No. XIII/MPR/1998)
 Agenda reformasi politik meliputi pemilihan umum ketentuan untuk memeriksa
Kekuasaan pemerintah pengawasan yang baik dan berbagai perubahan terhadap
dwifungsi ABRI
 Tap MPR No. XVII/MPR/1998 tentang hak asasi manusia mendorong tebasan
mengeluarkan pendapat, kebebasan pers, kebebasan berserikat ,serta pembebasan tahanan
politik dan narapidana politik.

c). Reformasi Bidang Politik


Kabinet Reformasi Pembangunan telah berupaya melaksanakan sejumlah agenda politik yaitu
merubah budaya politik yang diwariskan oleh pemerintahan sebelumnya seperti Pemusatan
kekuasaan dilanggarnya prinsip-prinsip demokrasi terbatasnya partisipasi politik rakyat
meluncurnya pendekatan Represif yang menekankan keamanan dan stabilitas serta terabaikannya
nilai-nilai hak asasi manusia dan prinsip supremasi hukum.
Beberapa hal yang telah dilakukan BJ Habibie adalah:
1. Diberlakukannya otonomi daerah yang lebih demokratis dan semakin luas
2. Kebebasan berpolitik dilakukan dengan pencabutan pembatasan partai politik
3. Pencabutan ketetapan untuk meminta surat izin terbit atau sit sebagai media massa cetak
sehingga media massa cetak tidak lagi hawatir diberedel melalui mekanisme pencabutan
surat izin terbit tempat
4. Dalam hal menghindari munculnya penguasaan yang otoriter dengan masa kekuasaan
yang tidak terbatas dan dilakukan pembatasan masa jabatan presiden.

d). Pelaksanaan Pemilu 1999


Pelaksanaan Pemilu 1999 boleh dikatakan sebagai salah satu hasil terpenting lainnya yang
dicapai Habibie pada masa kepresidenannya Pemilu 1999 adalah penyelenggaraan pemilu
multipartai (yang diikuti oleh 48 partai politik).Sebelum menyelenggarakan pemilu yang
dipercepat itu Pemerintah mengajukan RUU tentang partai politik tentang pemilu dan tentang
susunan dengan kedudukan MPR,DPR dan DPRD
Setelah RUU disetujui DPR dan disahkan menjadi undang-undang presiden membentuk
Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang anggota-anggotanya terdiri atas wakil partai politik dan
Wakil pemerintah. Hal yang membedakan Pemilu 1999 dengan pemilu sebelumnya (kecuali
Pemilu 1955) adalah oleh banyak partai politik.
Tidak seperti yang diproduksi dan dikhawatirkan oleh banyak pihak ternyata Pemilu 1999 bisa
terlaksana dengan damai tanpa ada kekacawan yang berarti meski diikuti oleh partai yang
banyak,pemilu kali ini juga mencatat masa kampanye yang relatif damai dibandingkan dengan
pemilu sebelumnya.
Pada 1 september 1999 panitia pemilihan Indonesia atau PPKI melakukan pembagian kursi hasil
pemilu 1 pembagian kursi itu menunjukkan 5 partai besar menduduki 417 kursi di DPR atau
90,26% dari 462 kursi yang diperebutkan.PDIP muncul sebagai pemenang pemilu dengan
meraih 153 kursi Golkar 120 kursi PKB 51 kursi PPP 48 kursi dan PAN 34 kursi.

e). Pelaksanaa Referendum Timor-Timur


Satu peristiwa penting yang terjadi pada masa pemerintahan presiden BJ Habibie adalah
diadakannya referendum bagi rakyat Timor Timur untuk menyelesaikan permasalahan Timor
Timur yang merupakan warisan dari pemerintahan sebelumnya.Namun sungguh disesalkan
bahwa segala upaya itu tidak pernah mendapat tanggapan yang positif baik di lingkungan
internasional maupun di kalangan masyarakat Timor Timur itu sendiri.
Di berbagai forum internasional posisi Indonesia selalu di pojokan sebanyak 8 dan resolusi
majelis umum PBB dan 7 resolusi Dewan Keamanan PBB telah dikeluarkan Indonesia telah
harus menghadapi kenyataan bahwa untuk memulihkan Citra Indonesia tidak memiliki pilihan
lain kecuali berupaya menyelesaikan masalah Timor Timur dengan cara yang dapat diterima oleh
masyarakat internasional.Bagi Indonesia adalah lebih baik menyelesaikan masalah Timor Timur
secara tuntas karena akan sulit mewujudkan pemerintahan otonomi khusus sementara konflik
terus berlarut-larut dan mengawasi masing pihak yang bertikai akan menyusun kekuatan untuk
memenangkan referendum.Sesuai dengan nilai-nilai dasar terkandung dalam Pembukaan
undang-undang 45 bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa maka Presiden Habibie
mengharapkan MPR berkenaan membahas hasil jajak pendapat tersebut dan menuangkannya
dalam ketetapan yang memberikan pengakuan terhadap keputusan rakyat Timor Timur.
Sesuai dengan perjanjian New York ketetapan tersebut mengesahkan pemisahan Timor
Timur dari RI secara baik terhormat dan damai untuk menunjukkan kepada dunia bahwa
indonesia adalah bagian dari masyarakat internasional yang bertanggungjawab demokratis dan
menjunjung tinggi hak asasi manusia.

f). Reformasi Bidang Ekonomi


Tap MPR tentang pokok-pokok reformasi yang menetapkan dua arah kebijakan pokok di
bidang ekonomi yaitu penanggulangan krisis ekonomi dengan sasaran terkendalinya nilai rupiah
dan Tersedianya kebutuhan bahan pokok dan obat-obatan dengan harga terjangkau serta
berputarnya roda perekonomian nasional dan pelaksanaan reformasi ekonomi.Reformasi
ekonomi mempunyai tiga tujuan utama yaitu:
1. Merestrukturisasi dan memperkuat sektor keuangan dan perbankan.
2. Memperkuat basis sektor riil ekonomi.
3. Menyediakan jaringan pengaman sosial bagi mereka yang palingmenderita akibat krisis.

Pada masa presiden BJ Habibie pembangunan kelautan Indonesia mendapat perhatian yang
cukup besar pembangunan kelautan merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan
pembangunan wilayah perairan Indonesia. Secara perlahan Presiden Habibie berhasil membawa
perekonomian melangkah ke arah yang lebih baik dibandingkan dengan keadaan ekonomi yang
sangat buruk ketika terjadinya peralihan kepemimpinan nasional dari Soeharto kepada Habibe.

g). Reformasi Bidang Hukum

Untuk meningkatkan kinerja aparatur penegak hukum organisasi kepolisian telah


dikembangkan keberadaannya sehingga terpisah dari organisasi Tentara Nasional
Indonesia.Dengan demikian fungsi Kepolisian Negara dapat lebih terkait ke dalam kerangka
sistem penegak hukum.Untuk melakukan reformasi menyeluruh dalam kehidupan nasional telah
berulang kali ditegaskan oleh B.J. Habibie bahwa undang-undang Dasar 1945 sebagai dasar
hukum tertinggi negara yang selama ini seakan-akan disakralkan oleh telah ditelaah kembali
untuk disempurnakan sesuai dengan kebutuhan zaman
Pada 20 Oktober 1999 rapat paripurna ke-13 MPR dengan agenda Pemilihan Presiden
dilaksanakan beberapa calon diantaranya adalah Abdurrahman Wahid Megawati Soekarnoputri
dan Yusril Ihza Mahendra.Dukungan Poros tengah Abdurrahman Wahid memenangkan
pemilihan presiden melalui proses pemungutan suara.Ia mengungguli Megawati yang didukung
oleh Partai Demokrasi Indonesia. Perjuangan PDIP yang nota bene adalah pemenang pemilu
1999 peristiwa ini menandai berakhirnya kekuasaan presiden BJ Habibie yang berlangsung
singkat kurang lebih 17 bulan.

2. Masa Pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid


Abdurahman Wahid atau dikenal dengan Gus Dur merupakan Presiden Republik Indonesia
keempat. Masa pemerintahan Abdurahman Wahid terbilang cukup singkat, hanya 2 tahun dari
jabatannya secara resmi pada 20 Oktober 1999 sampai dilengserkan pada 23 Juli 2001. Masa
pemerintahannya terkenal kontroversial dan tercermin pada kebijakan-kebijakannya.Terpilihnya
Abdurahman Wahid sebagai Presdien tak terlepas dari keputusan MPR yang menolak
pertanggungjawaban Presiden saat itu, Habibie. Pada masa pemerintahannya Abdurahman
Wahid lalu didampingi oleh Megawati Soekarno Puteri sebagai Wakil Presiden, yang saat itu
mengungguli Hamzah Haz dalam pemilihan Wakil Presiden.
Awal dari masa pemerintahan Abdurahman Wahid ditandai dengan terbentuknya kabinet
Persatuan Nasional. Kabinet ini terdiri dari partai-partai yang mendukung Presiden Abdurahman
Wahid dalam pemilihan Presiden. Selain itu, dalam masa pemerintahannya, Abdurahman Wahid
juga melakukan perampingan struktur pemerintahan dengan cara membubarkan dua departemen
yang terdiri dari Departemen Penerangan dan Departemen sosial.Dengan membubarkan
Departemen Penerangan akan membantu dalam merealisasikan reformasi khususnya
memberikan kebebasan terhadap media massa yang mengkritisi kebijakan dan kinerja
pemerintah. Pembubaran departemen tersebut diiringi dengan adanya pembentukan Departemen
Eksplorasi Laut melalui Keputusan Presiden No. 355/ M tahun 1999 tanggal 26 Oktober 1999.
Akan tetapi penjelasan mengenai tugas dan fungsi termasuk susunan organisasi dan tata kerja
departemen ini tertuang dalam keputusan Presiden No. 136 tahun 1999 tanggal 10 November
1999.Pada akhirnya, Departemen ini mengubah nama menjadi Departemen Kelautan dan
Perikanan (DKP) yang berdasarkan Keputusan Presiden No. 165 tahun 2000 tanggal 23
November 2000.

a). Reformasi Bidang Hukum dan Pemerintahan


Salah satu kebijakan yang dibuat oleh Abdurahman Wahid adalah dengan mengadakan
Amandemen terhadap UUD 1945 pada 18 Agustus 2000. Tujuan amandemen tersebut adalah
mengkaji suatu struktur pemerintahan NKRI yang meliputi pemerintahan pusat, provinsi,
kabupaten, dan kota.Dengan diimplementasikannya amandemen ini proses pelaksanaan pemilu
akan mengalami adanya suatu perubahan, dimana masyarakat Indonesia dapat memilih langsung
wakil rakyatnya di setiap tingkat Dewan Perwakilan.
Upaya lain dalam reformasi bidang hukum dan pemerintahan di masa Gusdur adalah
pemisahkan fungsi POLRI dan TNI yang dulunya kerap disalahgunakan oleh penguasa. Dengan
adanya kebijakan seperti ini, klasifikasi tugas antara Polisi dan ABRI dapat lebih jelas dan
spesifik. Dimana, TNI dapat lebih berfokus untuk menjaga kedaulatan dan pertahanan wilayah
Republik Indonesia dari ancaman kekuatan asing, sedanhkan Polri dapat lebih fokus dalam
menjaga keamanan dan ketertiban.Pencapaian lain yang dilakukan pada masa pemerintahan
Abdurahman Wahid adalah melakukan pemberantasan terhadap sistem KKN yang telah tertanam
sejak pemerintahan Soeharto. Presiden Abdurahman Wahid juga membantu menghapus adanya
diskriminasi terhadap ras Tionghoa. Untuk menjalankan keyakinan mereka sesuai dengan agama
mereka, sebagaimana tertuang dalam Keputusan Presiden No 6 tahun 2000 yang membahas
mengenai pengembalian hak-hak sipil yang menganut agama Konghucu.
Pada masa pemerintahan Abdurahman Wahid juga berusaha untuk mengurangi adanya campur
tangan negara dalam kehidupan individu namun di sisi lain beliau melakukan hal yang sangat
kontroversial yaitu keinginannya mencabut Tap MPRS No. XXV tahun 1966 mengenai larangan
terhadap partai komunis Indonesia.Namun aksi tersebut, dikecam oleh pihak MUI dan tokoh-
tokoh Islam lainnya. Hal ini yang menyebabkan sang Presiden membatalkan niatnya untuk
membawa perkara ini di sidang MPR tahun 2000.
Disamping itu gagasan untuk menjalin kerjasama dengan Israel juga tidak didukung oleh
masyarakat. Mereka menganggap bahwa Israel adalah negara yang tidak menghargai adanya
HAM terhadap warga Palestina yang beragama Islam. Serta mereka yakin bahwa menjalin
hubungan kerjasama dengan Israel akan melanggar UUD 1945 yang menyerukan penjajahan
diatas dunia harus dihapuskan.Kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan Presiden
Abdurahman Wahid semakin mengalami degradasi. Hal ini disebabkan adanya dugaan
penyelundupan uang Yayasan Dana Kesejahteraan Karyawan (Yanatera) Bulog sebesar Rp.35
miliar dan bantuan Sultan Brunai Darussalam sejumlah $ 2 juta. Sehingga DPR membentuk
panitia khusus untuk menyelidiki Presiden Abdurahman Wahid.

Dilengserkan
Pada 1 Februari 2001 DPR telah menyetujui dan menerima hasil kerja Pansus. Dengan kejadian
tersebut akhirnya mengingatkan bahwa Presiden telah melanggar UUD 1945 dan melakukan
pelanggaran terhadap Tap MPR No. III/MPR/1978 pasal 7 untuk mengingatkan.
Tidak hanya itu, Presiden juga melanggar pasal 9 mengenai Sumpah Jabatan dan melanggar
Tap MPR no XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang bebas dari KKN. Sehingga
DPR kembali mengeluarkan memorandum yang kedua ketika rapat paripurna DPR yang
dilaksanakan pada 30 April 2000. Rapat itu membahas mengenai laporan akhir fraksi-fraksi di
DPR atas tanggapan terhadap memorandum pertama.
Dengan adanya hal seperti ini, relasi Presiden dan DPR kian memanas. Apabila DPR
menggelar sidang untuk menindaklanjuti permasalahan ini, sehingga Presiden akan
mengumumkan situasi darurat dan akan mempercepat pemilu yang akan menyebabkan
pergantian terhadap anggota DPR. Tidak hanya itu, Presiden juga akan memerintahkan aparat
untuk menghukum oknum-oknum tertentu.Situasi ini menyebabkan kontroversi bagi para
pendukung Presiden yang menimbulkan aksi anarkis berupa pembakaran fasilitas, gedung, dan
kantor cabang partai politik anggota DPR. Dua hari setelah menjelang pelaksanaan sidang
Paripurna DPR, Kejaksaan Agung mengumumkan bahwa Presiden tidak mengalami dan terlibat
dalam kasus Yanatera Bulog dan sumbangan Sultan brunai.
Namun, seluruh anggota MPR sepakat mengenai adanya pelanggaran terhadap haluan negara
yang disebabkan karena ketidakhadiran dan penolakan untuk memberikan pertanggungjawaban
pada sidang MPR termasuk tanggung jawab terhadap maklumat Presiden RI. Sehingga pada
akhirnya MPR memberhentikan Abdurahman Wahid sebagai Presiden dan mengangkat
Megawati sebagai Presiden Kelima RI pada 23 Juli 2001.

3. Masa Pemerintahan Presiden Megawati Soekarno Putri


Presiden Megawati Soekarnoputri mengawali tugasnya sebagai presiden kelima Republik
Indonesia dengan membentuk Kabinet Gotong Royong.Kabinet ini memiliki lima agenda utama
yakni:
1. Membuktikan sikap tegas pemerintah dalam menghapus KKN
2. Menyusun langkah untuk menyelamatkan rakyat dari krisis yang berkepanjangan
3. Meneruskan pembangunan politik mempertahankan supremasi hukum dan
4. Menciptakan situasi sosial kultural yang kondusif untuk memajukan kehidupan masyarakat
sipil
5. Menciptakan kesejahteraan dan rasa aman masyarakat dengan meningkatkan keamanan dan
hak asasi manusia.
Presiden Megawati di awal pemerintahannya terutama upaya untuk memberantas KKN
terbilang berat karena selain banyaknya kasus KKN masa orde baru yang belum tuntas kasus
KKN pada masa pemerintahan presiden Abdurrahman Wahid menambah beban pemerintahan
baru tersebut.

Untuk menyelesaikan berbagai kasus KKN pemerintah Presiden Megawati membentuk Komisi
Tindak Pidana Korupsi namun pembentukan komisi ini menuai kritik karena pada masa
pemerintahan presiden Abdurrahman Wahid telah dibentuk Komisi Pemeriksa Kekayaan
Pejabat Negara ( KPKPN). Dalam perjalanan pemerintah Megawati kedua konsep tersebut tidak
berjalan maksimal karena hingga akhir pemerintahan Presiden Megawati berbagai kasus KKN
yang ada belum dapat diselesaikan.

a). Reformasi Bidang Hukum dan Pemerintahan


Salah satu masalah yang dihadapi oleh Presiden Megawati adalah kondisi di Indonesia yang
belum stabil, karena mengalami multidimensional. Multidimensional yang dimaksud adalah
adanya sisa krisis ekonomi, moneter, politik, dan krisis keamanan yang sempat melanda
Indonesia pada 1997. Kebijakan pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri dalam
mengatasi krisis ekonomi dan politik tersebut adalah berusaha membangun tatanan politik yang
baru dengan melakukan amendemen UUD 1945. Setelah itu, pemerintah menyusun peraturan
perundangan yang belum dipunyai Indonesia, supaya amanat konstitusi dapat terlaksana dengan
baik. Kemudian perubahan UUD 1945 juga memuat tentang adanya upaya untuk
menyamaratakan lembaga-lembaga negara demi mendorong demokratisasi lembaga negara.
Adapun beberapa penerapan tatanan baru dalam kebijakan politik pada masa pemerintahan
Megawati adalah sebagai berikut. Sistem kepartaian baru Sistem pemilu yang baru Pemilihan
presiden dan wakil presiden secara langsung Menerapkan mekanisme Pergantian Antarwaktu
atau Recall (hak partai untuk memberhentikan anggotanya dari Dewan Perwakilan Rakyat atau
DPR)

b).Reformasi Bidang Ekonomi


Semasa kepemimpinan Megawati Soekarnoputri, kondisi ekonomi di Indonesia tercatat
mengalami kemajuan. Walaupun belum pulih sempurna, sejumlah indikator ekonomi makro
menunjukkan tanda-tanda membaik. Hal ini karena kebijakan ekonomi pada masa pemerintahan
Megawati yang ditujukan untuk memperbaiki kondisi perekonomian Indonesia. Misalnya dengan
cara melakukan langkah stabilisasi fiskal, memulihkan fungsi intermediasi perbankan, dan
perbaikan ekonomi makro. Selain itu, Megawati juga menerapkan kebijakan moneter yang
dipraktikkan oleh Bank Indonesia dalam mengatasi inflasi dengan cara mengendalikan jumlah
uang yang beredar. Di samping itu, kebijakan Megawati pada masa Reformasi juga mendorong
direalisasikannya investasi asing supaya pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat.
Usaha lain yang juga dilakukan Megawati adalah menerapkan kebijakan imbal beli, guna
mendorong peningkatan ekspor nonmigas di Indonesia. Melalui strategi ini, volume eskpor
nonmigas pun terus meningkat, mencapai 6 persen atau senilai 50,7 miliar dollar AS. Baca juga:
Dampak Reformasi dalam Bidang Politik Kebijakan bidang sosial Pada masa pemerintahannya,
Megawati masih menghadapi kemiskinan di Indonesia, sehingga dikeluarkan kebijakan program
pengentasan kemiskinan. Pemerintah membentuk Komite Penanggulangan Kemiskinan (KPK),
yang bertujuan untuk menanggulangi masalah kemiskinan di Indonesia. Megawati juga
meningkatkan pendapatan dan mengurangi pengeluaran kelompok masyarakat miskin dalam
memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari. Program lain yang juga populer di kalangan masyarakat
adalah beras rakyat miskin (raskin), yang dijual Rp 1.000 per kilo. Sementara di bidang
kesehatan, pemerintah mengeluarkan Kartu Sehat, yakni program pelayanan kesehatan gratis
bagi penduduk miskin. Di bidang pendidikan, Megawati mengalokasikan dana untuk sektor
pendidikan dan pendidikan luar sekolah. Baca juga: Sistem Pendidikan di Era Belanda Dana
tersebut nantinya digunakan untuk memperbesar daya tampung sekolah, meningkatkan kualitas
pendidikan dan kesamaan kesempatan bersekolah, serta meningkatkan kualitas lembaga
pendidikan. Pemerintah juga membentuk Pendidikan untuk Semua (PUS), guna mempercepat
wajib belajar sembilan tahun di Indonesia.

c). Masalah Disintegrasi dan Kedaulatan Wilayah


Upaya Presiden Megawati untuk menjaga keutuhan wilayah NKRI juga diuji saat pemerintah
berusaha untuk menyelesaikan sengketa status Pulau Sipadan dan Ligitan dengan pemerintah
Malaysia. Sengketa status kedua pulau tersebut tidak dapat diselesaikan melalui perundingan
bilateral antara pemerintah Indonesia dan Malaysia. Kedua negara sepakat untuk membawa
kasus ini ke Mahkamah Internasional di Den Haag.
Pemerintah Indonesia sejak tahun 1997 telah memperjuangkan pengakuan internasional bahwa
kedua pulau tersebut merupakan bagian dari wilayah Republik Indonesia. Namun Mahkamah
Internasional pada akhirnya memutuskan bahwa kedua pulau tersebut merupakan bagian dari
Malaysia. Dari 17 hakim yang terlibat dalam proses keputusan Mahkamah Internasional, satu-
satunya hakim yang memberikan keputusan bahwa kedua pulau tersebut merupakan bagian dari
wilayah Indonesia adalah Hakim Ad Hoc Thomas Franck yang ditunjuk oleh
Indonesia.Terlepasnya Pulau Sipadan yang memiliki luas 10,4 hektar dan Pulau Ligitan yang
memiliki luas 7,9 hektar merupakan pukulan bagi diplomasi luar negeri Indonesia setelah
terlepasnya Timor Timur. Kasus ini juga menunjukkan lemahnya diplomasi luar negeri Indonesia
saat berhadapan dengan negara lain terutama dalam sengketa perbatasan dengan negara-negara
tetangga.

d). Desentralisasi Politik dan Keuangan


Otonomi daerah merupakan isu penting sejak bergulirnya reformasi pada tahun 1998. Setelah
berakhirnya pemerintahan Orde Baru, rakyat di beberapa daerah mulai menyuarakan
ketidakpuasan mereka terhadap sistem sentralisasi kekuasaan dan wewenang pemerintah pusat
yang sangat kuat. Kepala daerah yang bertugas di beberapa daerah mulai dari posisi gubernur
hingga bupati seringkali bukan merupakan pilihan masyarakat setempat.
Proses pelaksanaan otonomi daerah berikut pengadaan perangkat hukumnya berkaitan erat
dengan sistem pemilihan umum berikutnya yang akan diselenggarakan pada tahun 2004. Sejalan
dengan rencana pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah secara aktif mengeluarkan beberapa
undang-undang yang mendukung pelaksanaan otonomi daerah sekaligus memberikan pedoman
dalam penelitian, pengembangan, perencanaan dan pengawasan saat undangundang tersebut
diberlakukan.
Sistem pemilihan langsung terhadap wakil-wakil rakyat di daerah dan kepala daerah
menjadikan pelaksanaan otonomi daerah semakin memberikan kesempatan bagi rakyat di daerah
untuk berperan lebih besar dalam memajukan wilayah mereka. Terpilihnya wakil rakyat dan
kepala daerah yang dipilih langsung oleh masyarakat setempat diharapkan lebih dapat
mengakomodasi keinginan masyarakat karena memahami seluk beluk masalah dan potensi
masyarakat dan sumber daya alam yang dimiliki oleh wilayah bersangkutan disamping lebih
memahami karakter dan adat istiadat yang berlaku di wilayah tersebut.

e). Upaya Pemberantasan KKN


Upaya memberantas KKN pada masa pemerintahan Presiden Megawati dilakukan dengan
dikeluarkannya UU tentang Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) yaitu UU No. 20 tahun 2001.
Undang-undang ini dikeluarkan karena perubahan atas UU No. 31 tahun 1999. Produk hukum
tersebut merupakan produk hukum yang dikeluarkan khusus untuk memerangi korupsi. Hal ini
dilakukan karena dimasa sebelumnya penanganan kasus-kasus korupsi belum ditangani dengan
maksimal. Selain itu juga tidak disertai dengan keseimbangan jumlah dan kualitass aparat
penegak hukum, sehingga proses hukum berjalan sangat lambat.

f). Pelaksanaa Pemilu 2004


Pemilu 2004 merupakan pemilu pertama pasca perubahan amandemen UUD 1945. Pemilihan
kali ini merupakan pemilihan yang diikuti banyak partai. Ada dua macam pemilihan umum, yang
pertama pemilihan untuk memilih anggota parlemen yang partainya memenuhi parliamentary
threshold. Saat itu, pemilu diikuti oleh 24 partai politik dan diselenggarakan pada 5 April 2004.
Yang kedua, melakukan pemilihan presiden yang diikuti oleh lima pasanga calon. Namun,
tidak disangka pada pemilihan calon presiden tahun 2004 dilakukan dua putaran. Putaran
pertama dilakukan pada 5 Juli 2004, sedangkan putaran kedua dilakukan pada 20 September
2004.
Dalam Pemilu 2004, ada perbedaan sistem bila dibandingkan dengan pemilu periode
sebelumnya, khususnya dalam sistem pemilihan DPR/DPRD, sistem pemilihan DPD, dan
pemilihan presiden-wakil presiden yang dilakukan secara langsung dan bukan lagi melalui
anggota MPR seperti pemilu sebelumnya. Selain itu, penyelenggaraan pemilu juga bersifat
nasional, tetap, dan mandiri.

4. Masa Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono


Tahun 2004, merupakan PEMILU ke empat pada masa reformasi dimana masyarakat sangat
antusias untuk berpasrtisipasi untuk memilih pemimpin Indonesia. Susilo Bambang Yudhoyono
(SBY) dari partai Demokrat muncul sebagai pemenang dalam PEMILU yang dilaksanakan
secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, serta adil sebagai kriteria PEMILU yang
demokratis.

Anda mungkin juga menyukai