Anda di halaman 1dari 8

Niemas Gladys Sifayane / XII IPA 4 / 25

Kondisi Politik Ekonomi Indonesia setelah 21 Mei 1998


Masa Akhir Orde Baru
 Krisis Politik
Pada masa Orde baru, sebagian besar anggota DPR diangkat berdasar ikatan
keluarga sehingga kekuatan legislatif dan pemerintahan dipegang Soeharto. Mahasiswa
yang mempelopori reformasi atas hal ini menuntut penggantian presiden, reshuffle
kabinet, menggelar Sidang Istimewa MPR, melaksanakan pemilu secepatnya, dan
melakukan pembaharuan 5 paket UU politik.
Gerakan reformasi selain menuntut dilakukannya reformasi total di segala
bidang, juga menuntut dilakukannya pembaruan terhadap lima paket undang-undang
politik yang dianggap menjadi sumber ketidakadilan. Lima paket undang-undang politik
yang dianggap menjadi sumber ketidakadilan, diantaranya:
1. UU No. 1 tahun 1985 tentang pemilihan Umum.
2. UU No.2 tahun 1985 tentang susunan, kedudukan,
tugas dan wewenang DPR/MPR.
3. UU No.3 tahun 1985 tentang partai politik dan
golongan karya
4. UU No.5 tahun 1985 tentang referendum
5. UU No. 8 tahun 1985 tentang organisasi massa.
Sidang Umum MPR Maret 1998, Soeharto terpilih kembali bersama BJ Habibie sebagai
wakilnya. Namun tidak semuanya mendukung.
 Krisis Ekonomi Moneter
1997, Asia Tenggara mengalami krisis moneter dan Indonesia paling parah.
Diawali dengan melemahnya rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
Utang luar negeri Indonesia yang sebagiannya merupakan utang swasta juga
mengakibatkan pedagang luar negeri tidak percaya pada importir Indonesia lagi saat
dolar AS menyentuh Rp16.000. Penyimpangan Pasal 33 UUD 1945 yang berisi dasar
ekonomi demokrasi dimana produksi dikerjakan oleh semua untuk semua dibawah
pimpinan atau pemilikan anggota masyarakat.
Namun kenyataannya sistem ekonomi Orba malah dibawahi oleh konglomerat
kapitalis. Pemerintahan Orba bersifat sentralis dan diatur di Jakarta.
 Krisis Sosial
Dikarenakan suasana politik yang memanas membuat masyarakat terbagi
menjadi dua, memihak Soeharto dan oposisi yang menuntut Soeharto turun. Disusul
dengan kehidupan masyarakat yang sulit, tingginya pengangguran, dan terjadinya
berbagai kerusuhan.
 Krisis Hukum
Pasal 24 UUD 1945, kehakiman bebas dari kuasa birokrat. Namun
kenyataannya saat Orba mereka berada di bawah pemerintah. Sulit diwujudkannya
keadilan bagi masyarakat.
 Krisis Kepercayaan
Berkembangnya korupsi, kolusi dan nepotisme memunculkan rasa tidak percaya
masyarakat terhadap birokrat dan juga dari pihak luar negeri terhadap Indonesia.
 Tuntutan Agenda Reformasi
Gerakan reformasi Indonesia 1998 adalah gerakan pembaruan dan perubahan
politik, sosial, ekonomi, dan hukum menuju perbaikan secara hukum.
Reformasi adalah susunan tatanan peri kehidupan lama diganti dengan tatanan
peri kehidupan baru secara hukum menuju perbaikan.
 Munculnya Gerakan Reformasi Pamor Orde Baru
Hal itu menurun sejak ada perjanjian bantuan dana IMF pada 1997 dan 15
Januari 1998. Memberikan dua kelemahan bagi Indonesia.Karena ini merupakan utang
luar negeri yang harus dibayar beserta bunganya dan ada Program Penyesuaian
Struktural IMF yang menyertai penurunan dana bantuan. Syaratnya adalah pemotongan
dan penghapusan subsidi. Karena kondisi ekonomi dan politik semakin tidak terkendali,
maka muncul gerakan reformasi.
 Faktor Politik
 Korupsi, kolusi dan nepotisme di pemerintahan
 Rasa tidak percaya kepada pemerintah Orba
 Kekuasaan Orba Soeharto merupakan otoriter tertutup dan sentralistis
 Keinginan demokratisasi
 Mahasiswa menginginkan perubahan
 Faktor Ekonomi
 Krisis mata uang rupiah
 Naiknya harga barang
 Sulit mendapatkan sembako
 Faktor Sosial Masyarakat
Kerusuhan 13-14 Mei 1998 yang melumpuhkan ekonomi rakyat.
 Faktor Hukum
Belum adanya keadilan dalam perlakuan yang sama di antara warga negara.
 Agenda Reformasi yang Disuarakan Mahasiswa
 Adili Soeharto dan kroni-kroninya
 Amandemen UUD 1945
 Dwifungsi ABRI dalam struktur pemerintahan dihapuskan
 Penegakan superemasi hukum di Indonesia
 Menegakkan pemerintahan yang bersih dari unsur-unsur KKN
 Otonomi daerah yang seluas-luasnya
 Gerakan reformasi menginginkan Soeharto turun jabatan.
 Selain itu, inti reformasi politik adalah demokratisasi, mengembalikan dan
melaksanakan kedaulatan rakyat.
 Reformasi ekonomi meliputi penuruan harga, stabilitas rupiah, restrukturisasi
perbankan, penghapusan monopoli dan praktik KKN.
 Reformasi dalam bidang hukum yaitu supermasi hukum harus ditegakkan.
 Kronologi Soeharto Turun
 1997, Golkar kembali menang dalam pemilu.
 Kemudian mencalonkan kembali Soeharto sebagai presiden melalui Sidang
Umum MPR, 1-11 Maret 1998.
 Mei 1998, mahasiswa mulai menggelar demo yang menuntut turunnya harga,
penghapusan KKN, dan turunnya Soeharto.
 8 Mei 1998, Moses Gatotkaca meninggal saat unjuk rasa
 12 Mei 1998, empat tewas tertembak oleh aparat keamanan saat unjuk rasa di
Universitas Trisakti.
 (Herdriawan Sei, Heri Hertanto, Elang Mulya Lesmana, dan Hafidin Royan)
 13-14 Mei 1998, kerusuhan massal terjadi di Jakarta yang merupakan dampak
dari peristiwa Trisakti. Kegiatan masyarakat lumpuh total.
 Setelah itu, muncul kegiatan mahasiswa Jakarta yang mengarahkan ke
DPR/MPR RI.
 Sejak 18 Mei 1998, mahasiswa dari berbagai daerah menduduki gedung
DPR/MPR RI.
 Di saat yang sama di Yogyakarta, Sri Sultan HB X dan Paku Alam VII
memberikan maklumat menganjurkan kepada seluruh masyarakat untuk
menggalang persatuan dan kesatuan.
 29 Mei 1998, Soeharto mengundang sembilan tokoh masyarakat ke Istana
Negara untuk membahas penanganan krisis negara. Dibentuk Komite
Reformasi.
 20 Mei 1998, Amien Rais dan Emil Salim kecewa atas keputusan Soeharto yang
meminta waktu enam bulan untuk menggelar pemilu konstitusional.
 Menlu AS Madeleine Albright juga meminta Soeharto mundur dari
kekuasaannya.
 Empat belas menteri di bawah Menko Ekuin Ginanjar Kartasasmita menolak
dicalonkan kembali di Kabinet Reformasi.
 16.45 WIB, pertemuan perwakilan mahasiswa dengan pimpinan DPR/MPR.
 Dalam pertemuan tersebut, mahasiswa memberikan batas waktu pengunduran
diri Soeharto hingga 22 Mei 1998
 Apabila tidak, 25 Mei 1998 pimpinan DPR akan mempersiapkan Sidang Istimewa
DPR.
 21 Mei 1998, Presiden Soeharto mundur dan digantikan B.J. Habibie.

Masa Pemerintahan B. J. Habibie


A. Bidang Ekonomi
Dalam pidato pertamanya pada tanggal 21 Mei 1998, malam harinya setelah
dilantik sebagai Presiden, pukul.19.30 WIB di Istana Merdeka yang disiarkan langsung
melalui RRI dan TVRI, B.J. Habibie menyatakan tekadnya untuk melaksanakan
reformasi.
Pidato tersebut bisa dikatakan merupakan visi kepemimpinan B.J. Habibie guna
menjawab tuntutan Reformasi secara cepat dan tepat. Untuk menyelesaikan krisis
moneter dan perbaikan ekonomi Indonesia, B.J. Habibie melakukan langkah-langkah
sebagai berikut :
- Merekapitulasi perbankan.
- Melikuidasi beberapa bank yang bermasalah.
B. J. Habibie melakukan beberapa tugas yaitu :
a. Menyediakan jaringan pengaman sosial bagi mereka yang paling menderita
akibat krisis.
b. Menaikkan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika serikat hingga dibawah
Rp.10.000,-.
c. Mengimplementasikan reformasi ekonomi yang diisyaratkan oleh IMF.
d. Merekonstruksi perekonomian Indonesia.
e. Membentuk lembaga pemantau dan penyelesaian masalah utang luar negeri.
f. Mengesahkan UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktik. Monopoli dan
Persaingan yang Tidak Sehat.
g. Mengesahkan UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
B. Bidang Politik
Di bidang politik antara lain dengan memperbarui berbagai perundang-undangan
dalam rangka lebih meningkatkan kualitas kehidupan berpolitik yang bernuansa pada
PEMILU sebagaimana yang diamanatkan oleh Garis-garis Besar Haluan Negara
(GBHN). Beberapa kebijakan selama kepemimpinan presiden BJ Habibie antara lain
sebagai berikut :
a. Membentuk kabinet yang diberi nama Kabinet Reformasi Pembangunan. Kabinet
Reformasi Pembangunan terdiri dari 36 Menteri, yaitu 4 Menteri Negara dengan
tugas sebagai Menteri Koordinator, 20 Menteri Negara yang memimpin
Departemen, dan 12 Menteri Negara yang memimpin tugas tertentu.
b. Memberi kebebasan pada rakyat untuk menyalurkan aspirasinya sehingga
banyak bermunculan partai-partai politik yang baru sebanyak 45 parpol.
c. Membebaskan narapidana politik seperti Sri Bintang Pamungkas dan Moch.
Pakpahan.
d. Mencabut larangan berdirinya serikat-serikat buruh independen.
e. Diberlakukannya Otonomi Daerah yang lebih demokratis dan semakin luas.
Dengan kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah serta perimbangan
keuangan antara pusat dan daerah, diharapkan akan meminimalkan ancaman
disintegrasi bangsa. Otonomi daerah ditetapkan melalui Ketetapan MPR No
XV/MPR/1998.
f. Membentuk tiga undang-undang demokratis yaitu, (1) UU No. 2 tahun 1999
tentang Partai Politik (2) UU No. 3 tahun 1999 tentang Pemilu (3) UU No. 4
tahun 1999 tentang Susduk DPR/MPR
g. Menetapkan 12 ketetapan MPR dan ada 4 ketetapan yang mencerminkan
jawaban dari tuntutan reformasi yaitu, (1) Tap No. VIII/MPR/1998 tentang
Pencabutan Tap No. IV/MPR/1983 tentang Referendum. (2) Tap No.
XVIII/MPR/1998 tentang Pencabutan Tap No. II/MPR/1978 tentang Pancasila
Sebagai Asas Tunggal.
h. (3) Tap No. XII/MPR/1998 tentang Pencabutan Tap No. V/MPR/1998 tentang
Presiden Mendapat Mandat dari MPR untuk Memiliki Hak-Hak dan Kebijakan di
Luar Batas Perundang-undangan. (4) Tap No. XIII/MPR/1998 tentang
Pembatasan Masa Jabatan Presiden dan Wakil Presiden Maksimal Hanya Dua
Kali Periode.
i. Pelaksanaan Pemilu 7 Juni 1999 yang ditangani oleh Komisi Pemilihan Umum
(KPU) (bukan lagi Lembaga Pemilihan Umum (LPU)) ini boleh dikatakan sebagai
salah satu hasil terpenting lainnya yang dicapai Habibie pada masa
kepresidenannya. Pemilu 1999 adalah penyelenggaraan pemilu multipartai (yang
diikuti oleh 48 partai politik).
j. Referendum bagi rakyat Timor-Timur untuk menyelesaikan permasalahan Timor-
Timur. Indonesia harus menghadapi kenyataan bahwa untuk memulihkan citra
Indonesia, tidak memiliki pilihan lain kecuali berupaya menyelesaikan masalah
Timor-Timur dengan cara-cara yang dapat diterima oleh masyarakat
internasional. Rakyat Timor-Timur melakukan jajak pendapat pada 30 Agustus
1999 yang hasilnya rakyat Timor Timur memilih memisahkan diri.

Perkembagan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Indonesia


28 April 1976 didirikan pesawat terbang Nurtanio yang diprakarsai oleh B.J. Habibie.
Perusahaan ini berganti nama menjadi Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN). Sejak saat
itulah industri penerbangan di indonesia tumbuh dan berkembang dan pada aspek prasana
yang mendukung keberadaan industri pesawat terbang berusaha ditata sedemikian rupa. IPTN
telah berhasil merakit dan memproduksi pesawat salah satunya pesawat N-250. IPTN berganti
nama menjadi PT Dirgantara Indonesia (PT DI).
A. Teknologi Komunikasi dan Transportasi
a. Teknologi Komunikasi
Pada tanggal 16 Agustus 1976 adalah awal revolusi teknologi komunikasi pada
waktu orde baru. Sistem komunikasi dikembangkan oleh Indonesia dan mempunyai
satelit yang bernama SKSD Palapa,nama palapa diambil dari sumpah yang
dilakukan oleh Patih Gajah Mada.
Pengembangan SKSD palapa generasi awal didukung oleh pembangunan 40
stasiun komumikasi yang tersebar di 26 provinsi di Indonesia. Penerapan
komunikasi satelit ini mampu memperkuat dan meningkatkan berbagai aspek
persatuan Nusantara. Satelit yang dikembangkan oleh Indonesia adalah satelit
Palapa A dan Palapa B hingga pemerintah meluncurkan satelit kedua yaitu B1 dan
B2 dan setelah itu satelit C1 dan C2.
b. Transportasi
Salah satu sarana dan prasarana transportasi darat adalah pembangunan jalan
bebas hambatan/jalan tol. Dalam rangka memperlancar perhubungan dan
pertumbuhan ekonomi,contoh jalan tol Jagorawi,jakarta-Merak,Jakarta-
Cikampek,dll.
Pembangunan jalan tol memanfaatkan teknologi yang dikembangkan oleh anak
bangsa,yaitu teknologi Sosro Bahu dengan cara membuat pilar pilar jalan tol yang
dibuat segaris.
Pembangunan jalan tol juga memanfaatkan teknologi Cakar Ayam,teknologi ini
mampu membuat pondasi di rawa rawa dan menjadi kunci sukses pelaksanaan
Asian Games. Teknologi ini juga digunakan dalam membangun lapangan parkir
pesawat di bandara Juanda Surabayan,Bandara Polonia Medan,dan Bandara
Soekarno- Hatta yang berada diatas rawa-rawa
Dampak positif teknologi komunikasi adalah komunikasi lebih mudah, negatifnya orang
menjadi malas komunikasi langsung .
B. Revolusi Hijau
a. Latar Belakang
Revolusi hijau adalah revolusi produksi biji bijian dari hasil penemuan ilmiah
berupa benih unggul baru dari berbagai varietas gandum,padi yang membuat hasil
panen komoditas meningkat. Program ini muncul akibat kekhawatiran dunia akan
ketidak seimbangan jumlah penduduk dan produksi pertanian.
Thomas Robert Malthus berpendapat bahwa kemiskinan adalah masalah yang
tidak bisa dihindari manusia karena pertumbuhan penduduk lebih cepat dibanding
produksi pertanian.
b. Perkembangan
Pertanian menjadi sektor yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi, Hal
ini didasari oleh kebutuhan penduduk yang meningkat, produksi pertanian rendah,
dan produksi pertanian belum memenuhi kebutuhan penduduk. Metode yang
digunakan yaitu :
 Ektensifikasi Pertanian (perluasan area)
 Intensifikasi Pertanian (bibit unggul)
 Diversifikasi Pertanian (ragam tanaman)
 Mekanisasi Pertanian (alat modern)
Unsur pancausaha tani yaitu :
- pemupukan teratur
- pemberantasan hama
- pilih bibit unggul
- pengolahan tanah yang baik
- Pengairan
Pengenalan revolusi hijau dengan program penyuluhan disebut Bimas dan
pemerintah menunjang partisipasi para petani dengan menyediakan fasilitas &
kebutuhan petani sebagai produsen padi, dan menaikkan harga padi. Program
bimas disempurnakan menjadi :
 memperbaiki sistem pengairan
 penyediaan bibit unggul
 penyediaan obat hama
 memperlancar penyediaan kredit
 mempermudah cara cara pengembalian kredit
c. Dampak
Positif :
 meningkatkan pendapatan petani
 merangsang masyarakat pentingnya teknologi
 muncul tanaman jenis unggul

Negatif :
 ketergantungan pupuk kimia berdampak tingginya biaya produksi
 penggunaan teknologi hanya dirasakan petani kaya
 sistem bagi hasil mengalami perubahan

Masa Pemerintahan K. H. Abdurrahman Wahid


K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) terpilih sebagai presiden Republik Indonesia yang
ke-4 untuk masa bakti tahun 1999-2004 pada tanggal 20 Oktober 1999. Beliau didampingi oleh
Megawati Soekarnoputri.
Pasangan ini membentuk Kabinet Persatuan Nasional yang dilantik pada tanggal 23
Oktober 1999 dan Dewan Ekonomi Nasional (DEN). Tujuan pembentukan DEN adalah untuk
memperbaiki ekonomi yang belum pulih akibat krisis yang berkepanjangan. Susunan
anggotanya terdiri dari:
Ketua : Prof. Emil Salim
Wakil ketua : Subiyakto Cakrawerdaya
Sekretaris : Dr. Sri Mulyani Indrawarti
Anggota : Anggito Abimanyu, Sri Adiningsih, dan Bambang Subianto
Persoalan yang dihadapi Presiden K.H. Abdurrahman Wahid adalah masalah KKN,
pemulihan ekonomi, masalah Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), kinerja BUMN,
pengendalian inflasi, mempertahankan kurs rupiah, masalah jaringan pengaman sosial (JPS),
penegakan hukum, dan penegakan HAM.
DPR mengeluarkan Memorandum I tanggal 1 Februari 2001 yang disusul dengan
Memorandum II pada tanggal 30 April 2001. Inti dari Memorandum tersebut adalah agar
presiden kembali bekerja sesuai dengan GBHN yang telah diamanatkan. Presiden membalas
kedua Memorandum tersebut dengan mengeluarkan dekret presiden pada tanggal 23 Juli 2001
pada dini hari pukul 01.10 WIB. Isi dekret presiden :
1. Membekukan MPR dan DPR Republik Indonesia
2. Mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat dan mengambil tindakan serta menyusun
badan- badan yang diperlukan untuk menyelenggarakan pemilu dalam waktu satu
tahun.
3. Menyelamatkan gerakan reformasi total dari hambatan unsur- unsur Orde Baru dengan
membekukan Partai Golkar sambil menunggu keputusan Mahkamah Agung.
Dalam Sidang Istimewa MPR tanggal 23 Juli 2001, MPR memilih Megawati sebagai
presiden Republik Indonesia menggantikan Presiden K.H. Abdurrahman Wahid berdasarkan
ketetapan MPR Nomor III Tahun 2001. Dengan terpilihnya Megawati sebagai presiden dan
Hamzah Haz sebagai wakil presiden maka berakhirlah kekuasaan K.H. Abdurrahmam Wahid.
K.H. Abdurrahman Wahid wafat pada usia 69 tahun pada hari Rabu tanggal 30 Desember
2009 pukul 18.40 WIB di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta dan dimakamkan di
Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang, Jawa Timur.

Masa Pemerintahan Megawati Soekarnoputri


Megawati Soekarno Putri dilantik sebagai Presiden Indonesia yang ke-5 pada tanggal
23 Juli 2001. Pada tanggal 9 Agustus 2001 setelah menjabat presiden, Megawati
mengumumkan kabinetnya yang bernama Kabinet Gotong Royong. Program kerja Kabinet
Gotong Royong antara lain:
a. Mewujudkan otonomi yang Tangguh
b. Menyehatkan bank
c. Memantapkan fungsi dan peran TNI dan Polri
d. Mewujudkan supremasi hukum
Untuk pertama kalinya pada pemilu tahun 2004 presiden dipilih secara langsung oleh rakyat.
Pemilu ini dilaksanakan melalui beberapa tahap sebagai berikut :
a. Tahap pertama (pemilu legislatif) dilaksanakan pada tanggal 5 April 2004
Pada tahap ini untuk memilih para calon legislatif mulai dari tingkat pusat hingga tingkat
daerah.
b. Tahap kedua (pemilu presiden putaran pertama) dilaksanakan pasa tanggal 5 Juli 2004
Pada tahap ini untuk memilih pasangan calon presiden dan calon wakil presiden secara
langsung. Pemilu presiden putaran pertama ini dimenangkan oleh pasangan Megawati-
Hasyim Muzadi dan Susilo Bambang Yudoyono-Jusuf Kalla.
c. Tahap ketiga (pemilu presiden putaran kedua) diadakan tanggal 20 September 2004
Dalam pemilu putaran kedua tersebut dimenangkan oleh pasangan Susilo Bambang
Yudoyono-Jusuf Kalla untuk maaa jabatan 2004-2009.

Masa Pemerintahan Soesilo Bambang Yudhoyono


Susilo Bambang Yudoyono dilantik sebagai presiden Republik Indonesia yang ke-6
pada tanggal 20 Oktober 2004. Kabinet yang dibentuk adalah Kabinet Indonesia Bersatu yang
anggota - anggotanya dilantik pada tanggal 21 Oktober 2004.
Pada pemilu 2009, Susilo Bambang Yudoyono kembali terpilih menjadi presiden
Republik Indonesia yang ke-7 dengan wakil presiden Budiono untuk periode 2009-2014.
Kabinet yang dibentuk adalah Kabinet Indonesia Bersatu II yang dilantik pada tanggal 22
Oktober 2009.

Anda mungkin juga menyukai