Anda di halaman 1dari 18

DINAMIKA PELAKSANAAN

UUD 1945 SETELAH MASA


REFORMASI
Oleh: Maulida Draseva A. & Mita Permata S.
Topik Pembahasan

01 02
Latar belakang Perubahan isi
lahirnya masa amandemen I, II, III,
reformasi dan IV UUD 1945

Sistem 03
ketatanegaraan NKRI
setelah amandemen
UUD 1945
01
Latar Belakang
Lahirnya Masa
Reformasi
Latar Belakang Lahirnya Masa Reformasi
Latar belakang utama rubuhnya kekuasaan Orde Baru adalah adanya krisis moneter di
kawasan Asia yang menyebar mulai dari Thailand, Malaysia, Korea Selatan, dan terakhir
Indonesia pada tahun 1997. Sejak tahun 1997 kondisi ekonomi Indonesia terus
memburuk seiring dengan krisis keuangan yang melanda Asia. Setelah Orde Baru
memegang tumpuk kekuasaan dalam mengendalikan pemerintahan, muncul suatu
keinginan untuk terus menerus mempertahankan kekuasaannya atau status quo. Hal ini
menimbulkan akses-akses nagatif, yaitu semakin jauh dari tekad awal Orde Baru
tersebut. Akhirnya penyelewengan dan penyimpangan dari nilai-nilai Pancasila dan
ketentuan-ketentuan yang terdapat pada UUD 1945, banyak dilakukan oleh pemerintah
Orde Baru. Berikut ini adalah beberapa hal yang menyebabkan timbulnya Reformasi.
• Krisis politik
• Krisis hukum
• Krisis ekonomi
• Krisis kepercayaan
Krisis Politik
Permasalahan politik yang menyebabkan jatuhnya rezim Soeharto:

● Adanya kesan kedaulatan rakyat berada di tangan sekelompok


tertentu, bahkan lebih banyak di pegang oleh para penguasa.
● Keanggotaan DPR dan MPR yang dipandang sarat dengan nuansa
KKN.
● Politik di tanah air semakin memanas setelah terjadinya peristiwa
kelabu pada tanggal 27 Juli 1996. Peristiwa ini muncul sebagai akibat
terjadinya pertikaian di dalam internal Partai Demokrasi Indonesia
(PDI).
● Dalam Sidang Umum MPR bulan Maret 1998 Soeharto terpilih
kembali sebagai Presiden Republik Indonesia dan BJ. Habibie sebagai
Wakil Presiden. Timbul tekanan pada kepemimpinan Presiden
Soeharto yang datang dari para mahasiswa dan kalangan intelektual.
Hal ini menyebabkan terjadinya demonstrasi besar-besaran yang
diarahkan mahasiswa menuju ke Gedung DPR/MPR sebagai simbol
dari wakil rakyat.
Krisis Politik

Krisis politik sebagai faktor penyebab terjadinya gerakan reformasi itu, bukan hanya menyangkut
masalah sekitar konflik PDI saja, tetapi masyarakat menuntut adanya reformasi baik didalam
kehidupan masyarakat, maupun pemerintahan Indonesia. Gerakan reformasi menuntut agar
dilakukan pembaharuan terhadap lima paket undang-undang politik yang dianggap menjadi
sumber ketidakadilan, di antaranya :

 UU No. 1 Tahun 1985 tentang Pemilihan Umum.

 UU No. 2 Tahun 1985 tentang Susunan, Kedudukan, Tugas dan Wewenang DPR/ MPR.
 UU No. 3 Tahun 1985 tentang Partai Politik dan Golongan Karya.
 UU No. 5 Tahun 1985 tentang Referendum.
 UU No. 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Massa.
Krisis Hukum

Krisis hukum terjadi akibat terdapat banyak ketidakadilan yang


terjadi dalam pelaksanaan hukum pada masa pemerintahan Orde
Baru. Seperti kekuasaan kehakiman yang dinyatakan pada pasal 24
UUD 1945 bahwa kehakiman memiliki kekuasaan yang merdeka dan
oterlepas dari kekuasaan pemerintah (eksekutif). Namun pada saat
itu, kekuasaan kehakiman dibawah kekuasaan eksekutif. Hakim juga
sering dijadikan sebagai alat pembenaran atas tindakan dan
kebijakan pemerintah atau sering terjadi rekayasa dalam proses
peradilan, apabila peradilan itu menyangkut diri penguasa, keluarga
kerabat, atau para pejabat negara. Sejak munculnya gerakan
reformasi oleh mahasiswa masalah hukum menjadi salah satu
tuntutan, mereka dan masyarakat menginginkan Reformasi Hukum
di percepat untuk dilakukan karena merupakan suatu tuntutan agar
siap memajukan era keterbukaan ekonomi dan globalisasi.
Krisis Ekonomi
● Berawal dari krisis nilai tukar bath di Thailand 2 Juli 1997, hal itu
hingga 1998 dengan cepat menjadi pemantik krisis ekonomi di Asia
Tenggara. Imbasnya, nilai tukar rupiah ke dollar Amerika Serikat
(AS) yang masih berada diangka Rp4.850 pada tahun 1997. Angka
itu berkembang jadi sekitar Rp10.000/dollar AS pada 22 Januari
1998. Maka, dampak dari resesi begitu besar. Sendi-sendi
perekonomian di Indonesia luluh lantak, puluhan bank rontok,
ribuan perusahaan ambruk, jutaan pekerja kehilangan sumber
nafkah, sehingga Indonesia menjadi lunglai, bahkan nyaris bangkrut.

● Terciptanya inflasi akibat Soeharto tidak bisa mengatasi


pembiayaan pengeluaran pemerintah. Inflasi ini mengakibatkan
krisis moneter yang tidak hanya menimbulkan kesulitan keuangan
Negara, tetapi juga telah menghancurkan keuangan nasional.
Krisis Ekonomi
● Kondisi perekonomian semakin memburuk, karena pada akhir tahun
1997 persedian sembilan bahan pokok sembako di pasaran mulai menipis.
Hal ini menyebabkan harga-harga barang naik tidak terkendali. Kelaparan
dan kekurangan makanan mulai melanda masyarakat.

● Utang luar negeri Indonesia menjadi salah satu faktor penyebab


munculnya krisis ekonomi. Hutang yang menjadi tanggungan Negara
hingga 6 februari 1998 mencapai 63,462 miliar dollar Amerika Serikat,
hutang pihak swasta mencapai 73,962 miliar dollar Amerika Serikat.
Akibat dari hutang-hutang tersebut maka kepercayaan luar negeri
terhadap Indonesia semakin menipis.

● Pengaturan perekonomian pada masa pemerintahan Orde Baru sudah


jauh menyimpang dari sistem perekonomian Pancasila. Sistem ekonomi
yang berkembang pada masa pemerintahan Orde Baru adalah sistem
ekonomi kapitalis yang dikuasai oleh para konglomerat dengan berbagai
bentuk monopoli, oligopoly, dan diwarnai dengan korupsi dan kolusi.
Krisis Kepercayaan

Maraknya praktek-praktek korupsi dan kolusi pejabat pemerintah dan


pengusaha serta ketidak pastian hukum membawa dampak kredibilitas
pemerintah menjadi rendah dan rakyat mulai hilang kepercayaannya.
Aksi demonstrasi mahasiswa didukung oleh elemen-elemen masyarakat
mulai dilakukan, Mereka mengklaim bahwa semua permasalahan yang
saat itu terjadi adalah akibat kesalahan manajemen Presiden Soeharto,
sehingga mereka menuntut keras agar Presiden Soeharto mundur dari
kekuasaanya.
Krisis Kepercayaan
Demontrasi yang di lakukan oleh para mahasiswa bertambah gencar setelah pemerintah mengumumkan
kenaikan harga BBM dan ongkos angkutan pada tanggal 4 Mei 1998. Aksi mahasiswa yang semula damai
itu berubah menjadi aksi kekerasan setelah tertembaknya empat orang mahasiswa Trisakti. Tragedi
Trisakti itu telah mendorong munculnya solidaritas dari kalangan kampus dan masyarakat yang
menantang kebijakan pemerintahan yang dipandang tidak demokratis dan tidak merakyat.

Demonstrasi ini mengakibatkan pimpinan DPR dipaksa mengambil sikap tegas terhadap tuntutan para
demonstran. Pada 20 Mei 1998, pimpinan DPR mengeluarkan ancaman bahwa akan segera mengadakan
SI (Sidang Istimewa) MPR jika Soeharto tidak secepatnya mengundurkan diri. Sehingga melalui ancaman
tersebut, Hermoko, Ketua MPR, sekaligus mengumumkan bahwa kalau sampai batas waktu hari jumat 22
Mei 1998 presiden tidak menyatakan pengunduran dirinya, maka pimpinan DPR/MPR akan melakukan
rapat dengan seluruh fraksi yang dijadwalkan hari Senin, 25 Mei 1998, untuk membahas agenda
pelaksanaan SI MPR. Sehingga pada tanggal 21 Mei 1998 Presiden Soeharto menyatakan mengundurkan
diri/berhenti sebagai Presiden Republik Indonesia dan menyerahkan Jabatan Presiden kepada Wakil
Presiden Republik Indonesia, B.J. Habibie dan langsung diambil sumpahnya oleh Mahkamah Agung
sebagai Presiden Republik Indonesia yang baru di Istana Negara. Akhirnya semenjak itu kemudian Orde
Baru berakhir digantikan Orde Reformasi.
02
Perubahan Isi
Amandemen I, II, III,
dan IV UUD 1945
Perubahan Isi Amandemen I, II, III, dan IV UUD 1945

Dalam kurun waktu 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan (amandemen) yang ditetapkan
dalam Sidang Umum dan Sidang Tahunan MPR:
1. Sidang Umum MPR 1999, tanggal 14-21 Oktober 1999, Perubahan Pertama UUD 1945 yang
meliputi :
Pasal 5 ayat (1), Pasal 7, Pasal 9, Pasal 13 ayat (2), Pasal 14, Pasal 15, Pasal 17 ayat (2) dan (3), Pasal 20,
dan Pasal 22 UUD 1945. Berdasarkan ketentuan pasal-pasal yang diubah, arah Perubahan Pertama UUD
1945 adalah membatasi kekuasaan Presiden dan memperkuat kedudukan DPR sebagai lembaga
legislatif.
2. Sidang Tahunan MPR 2000, tanggal 7-18 Agustus 2000, Perubahan Kedua UUD 1945 yang meliputi :
Pasal 18, Pasal 18A, Pasal 18B, Pasal 19, Pasal 20 ayat (5), Pasal 20A, Pasal 22A, Pasal 22B, Bab28E,
Pasal 28F, Pasal 28G, Pasal 28H, Pasal 28I, Pasal 28J, Bab XII, Pasal 30, Bab XV, Pasal 36A, Pasal 36B,
dan Pasal 36C UUD 1945. Perubahan Kedua ini meliputi masalah wilayah negara dan pembagian
pemerintahan daerah, menyempurnakan perubahan pertama dalam hal memperkuat kedudukan DPR,
dan ketentuan-ketentuan yang terperinci tentang HAM.
Perubahan Isi Amandemen I, II, III, dan IV UUD 1945

3. Sidang Tahunan MPR 2001, tanggal 1-9 November 2001, Perubahan dan atau penambahan Ketiga UUD
1945 yang meliputi :

Pasal 1 ayat (2) dan (3), Pasal 3 ayat (1), (3), dan (4), Pasal 6 ayat (1) dan (2), Pasal 6A ayat (1), (2), (3), dan (5),
Pasal 7A, Pasal 7B ayat (1), (2), (3), (4), (5), (6), dan (7), Pasal 7C, Pasal 8 ayat (1) dan (2), Pasal 11 ayat (2) dan
(3), Pasal 17 ayat (4), Bab VIIA, Pasal 22C ayat (1), (2), (3), dan (4), Pasal 22D ayat (1), (2), (3), dan (4), Bab VIIB,
Pasal 22E ayat (1), (2), (3), (4), (5), dan Pasal 23 ayat (1), (2), dan (3), Pasal 23A, Pasal 23C, Bab VIIIA, Pasal 23E
ayat (1), (2), dan (3), Pasal 23F ayat (1), dan (2), Pasal 23G ayat (1) dan (2), Pasal 24 ayat (1) dan (2), Pasal 24A
ayat (1), (2), (3), (4), dan (5), Pasal 24 B ayat (1), (2), (3), dan (4), Pasal 24C ayat (1), (2), (3), (4), (5), dan (6) UUD
1945. Perubahan Ketiga ini meliputi ketentuan tentang asas-asas landasan bernegara, kelembagaan
negara dan hubungan antar lembaga negara, dan ketentuan-ketentuan tentang Pemilihan Umum.

4. Sidang Tahunan MPR 2002, tanggal 1-11 Agustus 2002, Perubahan dan atau penambahan Keempat UUD
1945 meliputi :

Pasal 2 ayat (1); Pasal 6A ayat (4); Pasal 8 ayat (3); Pasal 11 ayat (1); Pasal 16, Pasal 23B; Pasal 23D; Pasal 24
ayat (3); Bab XIII, Pasal 31 ayat (1), (2), (3), (4), dan (5); Pasal 32 ayat (1), (2), (3), dan (4); Bab IV, Pasal 33 ayat
(4) dan Pasal 34.
Sistem
Ketatanegaraan
NKRI Setelah
Amandemen
UUD 1945
03
Sistem Ketatanegaraan
Sistem ketatanegaraan Indonesia adalah segala seuatu yang berkenaan dengan susunan
organisasi Negara Republik Indonesia, baik yang menyangkut susunan dan kedudukan
lembaga-lembaga Negara, tugas dan wewenang maupun hubungannya satu sama lain
menurut UUD 1945.

Sususan organisasi negara yang diatur dalam UUD 1945 sebelum perubahan yaitu:
1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
2. Presiden
3. Dewan Pertimbangan Agung (DPA)
4. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
5. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
6. Mahkamah Agung (MA)
Sistem Ketatanegaraan
Sementara itu menurut hasil perubahan lembaga-lembaga yang terdapat di dalam UUD
1945 adalah sebagai berikut:

1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)


2. Presiden
3. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
4. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
5. Mahkamah Agung (MA)
6. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
7. Mahkamah Konstitusi (MK)
8. Komisi Yudisial
Sekian & Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai