Anda di halaman 1dari 12

KELOMPOK 2

DINDA NAILLA AMORYNA


EMANUEL ADE NUGRAHA
MUHAMMAD NAZAR RAKHMANDIKA
QONITA TRI MAULINA
RUTH AULYA SILALAHI
MASA AKHIR ORDE BARU
ZAR, TAR HYPERLINK GT YEAA

KRISIS MONETER, POLITIK,


HUKUM, DAN
KEPERCAYAAN

TUNTUTAN DAN AGENDA


REFORMASI
KRISIS MONETER, POLITIK, HUKUM, DAN KEPERCAYAAN
• Krisis moneter adalah keadaan keuangan suatu negara dalam kurun waktu tertentu yang ditandai dengan merosotnya nilai tukar uang suatu negara terhadap mata
uang negara lainnya. Sebagian besar negara-negara di dunia pernah mengalami krisis ekonomi, bahkan AS juga pernah mengalaminya. Krisis moneter yang melanda
Thailand pada awal Juli 1997, merupakan permulaan peristiwa yang mengguncang nilai tukar mata uang negara-negara di Asia, seperti Malaysia, Filipina, Korea dan
Indonesia.

• Sejak berdirirnya orde baru tahun 1966-1998, terjadi krisis rupiah pada pertengahan tahun 1997 yang berkembang menjadi suatu krisis ekonomi yang besar. Krisis
pada tahun ini jauh lebih parah dan kompleks dibandingkan dengan krisis-krisis sebelumnya yang pernah dialami oleh Indonesia. Rupiah yang berada pada posisi nilai
tukar Rp.2.500/US$ terus mengalami kemerosotan.

• Presiden Soeharto meminta bantuan dari International Monetary Fund (IMF) pada Oktober 1997 dengan syarat pemerintah Indonesia menghentikan subsidi dan
penutupan 16 bank swasta. Namun usaha ini tidak menyelesaikan masalah yang dihadapi. Upaya pemerintah untuk menguatkan nilai tukar rupiah, melalui Bank
Indonesia dengan melakukan intervensi pasar tidak mampu membendung nilai tukar rupiah yang terus merosot.
• Nilai tukar rupiah yang berada di posisi Rp.4000/US$ pada Oktober terus melemah menjadi sekitar Rp.17.000/ US$ pada bulan Januari 1998. Kondisi ini berdampak
pada jatuhnya bursa saham Jakarta, bangkrutnya perusahaan-perusahaan besar di Indonesia yang menyebabkan terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) secara
besar-besaran.

• Kondisi ini membuat Presiden Soeharto menerima proposal reformasi IMF pada tanggal 15 Januari 1998 dengan ditandatanganinya Letter of Intent (Nota
Kesepakatan) antara Presiden Soeharto dan Direktur Pelaksana IMF Michele Camdesius. Namun, kemudian Presiden Soeharto menyatakan bahwa paket IMF yang
ditandatanganinya membawa Indonesia pada sistem ekonomi liberal.

• Sidang Umum MPR yang dilaksanakan pada Maret 1998 memilih kembali Soeharto sebagai presiden dengan B.J. Habibie sebagai wakil presiden. Setelah terpilihnya
kembali Soeharto kekuatan-kekuatan oposisi yang sejak lama dibatasi mulai muncul ke permukaan.Gerakan mahasiswa yang mulai mengkristal di kampus-kampus,
seperti ITB, UI dan lain-lain semakin meningkat intensitasnya sejak terpilihnya Soeharto.

• Garis besar tuntutan mahasiswa dalam aksi-aksinya di kampus di berbagai kota, yaitu tuntutan penurunan harga sembako (sembilan bahan pokok), penghapusan
monopoli, kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN) serta suksesi kepemimpinan nasional. Di tengah maraknya aksi protes mahasiswa dan komponen masyarakat lainnya,
pada tanggal 4 Mei 1998 pemerintah mengeluarkan kebijakan menaikkan harga BBM dan tarif dasar listrik
Tuntutan dan Agenda Reformasi
• Reformasi adalah gerakan untuk mengubah bentuk atau perilaku suatu tatanan, karena tatanan tersebut tidak lagi disukai atau tidak sesuai dengan
kebutuhan zaman, baik karena tidak efisien maupun tidak bersih dan tidak demokratis.


• Kemunculan gerakan reformasi dilatarbelakangi terjadinya krisis multidimensi yang dihadapi bangsa Indonesia. Gerakan Reformasi tahun 1998
mempunyai enam agenda yaitu:
• 1. Suksesi kepemimpinan nasional
• 2. Amendemen UUD 1945
• 3. Pemberantasan KKN
• 4. Penghapusan dwifungsi ABRI
• 5. Penegakan supremasi hukum,
• 6. Pelaksanaan otonomi daerah

• Pada tanggal 12 Mei 1998 empat mahasiswa Universitas Trisakti, Jakarta tewas tertembak peluru aparat keamanan saat demonstrasi menuntut
Soeharto mundur. Mereka adalah Elang Mulya, Hery Hertanto, Hendriawan Lesmana, dan Hafidhin Royan. Penembakan aparat di Universitas Trisakti
itu menyulut demonstrasi yang lebih besar. Pada tanggal 13 Mei 1998 terjadi kerusuhan, pembakaran, dan penjarahan di Jakarta dan Solo.

• Mulai tanggal 14 Mei 1998 demonstrasi mahasiswa semakin meluas. Bahkan, para demonstran mulai menduduki gedung-gedung pemerintah di
pusat dan daerah. Ratusan ribu mahasiswa menduduki gedung rakyat. Bahkan, mereka menduduki atap gedung tersebut. Mereka berupaya
menemui pimpinan MPR/DPR agar mengambil sikap yang tegas. Akhirnya, tanggal 18 Mei 1998 Ketua MPR/DPR Harmoko meminta Soeharto turun
dari jabatannya sebagai presiden. Akhirnya, pada pukul 09.00 WIB Presiden Soeharto membacakan pernyataan pengunduran dirinya.

Masa Pemerintahan B. J Habibie
Setelah mundurnya Soeharto dari jabatannya sebagai Presiden pada tanggal 21 Maret 1998
menjadi awal dari lahirnya Reformasi di Indonesia. Perkembangan politik ketika itu ditandai dengan adanya
pergantian presiden di Indonesia, setelah presiden Soeharto mengumumkan kemunduran dirinya dari
jabatan tersebut.
Melalui pidatonya dihadapan wartawan dalam dan luar negeri setelah itu Wakil Presiden yaitu B.J
Habibie langsung diangkat dan diminta sumpahnya untuk menjadi presiden Republik Indonesia yang ke – 3
dihadapan pimpinan agung dan disaksikan juga oleh ketua DPR dan beberapa wakil ketua DPR.
Naiknya B.J Habibie menggantikan Soeharto mengundang perdebatan hukum dan kontroversial
karena mantan presiden Soeharto menyerahkan kekuasaannya secara sepihak kepada B.J Habibie.
Dikalangan para mahasiswa perbuatan atas pelantikan Habibie terbagi atas tiga bagian, yakni :
• Menolak B.J Habibie karena merupakan produk orde baru.
• Bersikap netral karena pada saat itu tidak ada pemimpin Negara yang diterima oleh seluruh kalangan
sementara jabatan presiden tidak boleh kosong.
• Para mahasiswa berpendapat bahwa adanya pengalihan kekuasaan ke B.J Habibie itu adalah sah dan
konstutisional.
• Masa pemerintahan B.J Habibie berlangsung selama satu tahun mulai dari tanggal 21 Mei 1998 hingga
tanggal 20 Oktober 1999. Pengambilan sumpah leh B. J Habibie sebagai presiden Republik Indonesia
dilakukan di Credential Room, Istana Merdeka. Dalam pidatonya yang pertama kali sebagai presiden, B. J
Habibie menyatakan beberapa hal sebagai berikut :
• Memohon dukungan dari seluruh rakyat Republik Indonesia.
• Berjanji akan melakukan reformasi secara bertahap dan konstitusional di berbagai bidang.
• Akan meningkatkan kehidupan politik pemerintahan yang bersih dan bebas dari praktik KKN ( Korupsi,
Kolusi, dan Nepotisme ) dan,
• Berjanji untuk menyusun kabinet yang sesuai dengan tuntutan zaman.
• Kebijakan Pada Masa Pemerintahan B. J Habibie di Era Reformasi
Pembentukan Kabinet Reformasi
Pembangunan
Sehari setelah dilantik menjadi presiden Republik
Indonesia B. J Habibie berhasil membentuk kabinet yang
diberi nama dengan Kabinet Reformasi Pembangunan.
Kabinet Reformasi Pembangunan ini terdiri dari 36
Menteri, yaitu 4 Menteri Negara dengan tugas sebagai
menteri koordinator, 20 Menteri Negara yang dipimpin oleh
Departemen, dan 12 Menteri Negara yang memimpin tugas
tertentu.
Dalam kabinet reformasi pembangunan tersebut
terdapat 20 orang yang merupakan menteri pada kabinet
pembangunan era soeharto. Kabinet reformasi pembangunan
terdiri dari berbagai elemen kekuatan masyarakat seperti
ABRI, Partai politik, unsur daerah, golongan intelektual
Sidang Istimewa MPR 1998
Untuk mengatasi krisis mengatasi politik berkepanjangan maka diadakannya sidang
istimewa MPR yang akan berlangsung dari tanggal 10 hingga 13 November 1998. Menjelang
diadakannya sidang istimewa tersebut terjadi peristiwa unjuk rasa para mahasiswa dan
organisasi sosial politik.
Karena adanya tekanan dari masyarakat yang dilakukan secara terus-menerus maka
sidang istimewa MPR ditiadakan atau ditutup pada tanggal 13 November 1998. Dan sidang
istimewa tersebut telah meghasilkan 12 ketetapan yang diwarnai dengan voting dan aksi walk
out.
Ketetapan yangdihasilkan oleh MPR :
• Terbukanya kesempatan untuk mengamandemen UUD 1945 tanpa melalui referendum.
• Pencabutan keputusan P4 sebagai mata pelajaran wajib ( Tap MPR No. XVIII/MPR/1998 )
• Masa jabatan presiden dan wakil presiden dibatasi hanya sampai dua kali masa tugas,
masing-masing lima tahun ( Tap MPR No. XIII/MPR/1998 )
• Agenda reformasi politik meliputi pemilu, ketentuan untuk memeriksa kekuasaan
pemerintah, pengawasan yang baik dan bebagai perubahan terhadap Dwifungsi ABRI.
• Tap MPR No. XVII/MPR/1998 mengenai HAM, mendorong kebebasan mengeluarkan
pendapat, kebebasan pers, kebebasan berserikat, dan pembebasan tahanan politik dan
narapidana poitik.
Reformasi di Bidang Politik
Reformasi pada bidang politik yang telah
dilakukan adalah dengan memberikan kebebasan
kepada seluruh masyarakat untuk membuat partai
politik, dan rencana pelaksanaan pemilu untuk
menghasilkan lembaga tinggi negara yang
representatif.
B.J. Habibie membebaskan narapidana politik
seperti Sri Bintang Pamungkas ( mantan anggota
DPR yang di penjara karena telah mengkritik
Presiden Soeharto ) dan Muchtar Pakpahan (
Pemicu kerusuhan di Medan 1994 ).
Pemilihan umum tahun 1999

Pemilihan umum setelah reformasi merupakan pemilu yang


pertama yang diadakan pada tanggal 7 Juni 1999.
Pelaksanaan pemilu ini dianggap Demokratis apabila
dibandingkan dengan pemilu sebelumnya, karena prinsipnya Luber dan
Jurdil. Pemilu ini diikuti oleh 48 Partai politik yang telah lolos dari
verifikasi dan memenuhi syarat menjadi OPP ( Organisasi Peserta
Pemilu ).
Berdasarkan keputusan KPU ( Komisi Pemilihan Umum ),
Panitia Pemilihan Indonesia ( PPI ), pada tanggal 1 September 1999,
telah melakukan pembagian kursi hasil pemilu. Hasil dari pembagian
kursi tersebut menunjukan lima partai besar menduduki 417 kursi di
DPR, atau 90,26 % dari 462 kursi yang diperebutkan. PDI – P muncul
sebagai pemenang pemilu dengan meraih 153 kursi, Golkar
memperoleh 120 kursi, PKB 51 kursi, PPP 48 kursi, dan PAN 34 kursi.
Pelaksanaan Referendum Timor
Timur
Diadakannya Referendum untuk rakyat Timor
Timur untuk menyelesaikan permasalahan Timor
Timur yang merupakan warisan dari pemerintahan
sebelumnya.
Integrasi Timor Timur ke berbagai wilayah
Republik Indonesia tahun 1975 yang dilakukan oleh
TAP MPR No. VI / M7PR / 1978, atas dasar kemauan
sebagai warga Timor Timur tidak pernah
mendapatkan pengakuan secara Internasional.
Reformasi Bidang Ekonomi
• Dalam menyelesaikan krisis moneter dan melakukan perbaikan ekonomi Indonesia B. J Habibie melakukan langkah
langkah antara lain sebagai berikut :
• 1. Merekapitulasi perbankan dan menerapkan independensi Bank Indonesia supaya bisa lebih fokus untuk
mengurusi perekonomian.
• Bank Indonesia merupakan lembaga negara yang independen yang berdasarkan Undang Undang No. 30 Tahun
1999 mengenai Bank Indonesia. Untuk mencapai tujuan dan memelihara kestabilan nilai rupiah, Bank Indonesia
didukung oleh tiga pilar yang merupakan tiga bidang utama dari tugas bank indonesia antara lain sebagai berikut :
• A. Melikuidasi beberapa bank yang mengalami masalah
• Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban untuk jangka pendek. Pengertian lain
adalah kemampuan seorang atau perusahaan untuk memenuhi kewajiban atau hutang yang harus dibayar dengan
harta atau aset lancar.
• B. Menaikkan nilai tukar rupiah
• Selama lima bulan pertama tahun 1998, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS berfluktuasi. Selama triwula
pertama, nila tukar rupiah mencapai Rp. 9200,- dan selanjutnya menurun menjadi sekitar Rp. 8000 dalam bulan
april hingga mei.
• C. Mengimplementasikan reformasi ekonomi yang disyaratkan oleh IMF.
• Tanggal 15 Januari 1998 di Indonesia telah menandatangani 50 butir kesepakatan ( letter of intentatau Lol )
dengan IMF. Salah satunya adalah memberikan bantuan kepada bank yang mengalami masalah likuiditas. Skema
ini dilaksanakan berdasarkan perjanjian Indonesia dengan IMF dalam mengatasi masalah krisis.
• 2. Mengesahkan Undang Undang No. 5 Tahun 1999 mengenai Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan yang
Tidak Sehat.
• 3. Mengesahkan Undang Undang No. 8 Tahun 1999 mengenai Perlindungan Konsumen.
Reformasi Bidang Hukum
Untuk melakukan reformasi hukum, ada
beberapa hal yang dilakukan dalam pemerintahan
B. J Habibie yakni :
• Melakukan rekonstruksi atau pembongkaran
watak hukum orde baru, baik berupa Undang
Undang, Peraturan pemerintah, maupun
peraturan menteri.
• Melahirkan 69 Undang Undang.
• Penataan ulang struktur kekuasaan kehakiman.

Anda mungkin juga menyukai