Anda di halaman 1dari 6

Sistem dan Struktur Politik serta Ekonomi Indonesia Masa Reformasi

Reformasi lahir karena pemerintah Orde Baru berjalan secara otoriter dan sentralistik yang
tidak memberikan ruang demokrasi dan kebebasan kepada rakyat untuk berpartisipasi penuh
dalam proses pembangunan.

Masa Akhir Orde Baru dan Munculnya Reformasi di Indonesia


Tekad Orde Baru pada awal kemunculannya pada tahun 1966 adalah melaksanakan Pancasila
dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen dalam tatanan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
1. Latar belakang terjadinya Reformasi
Reformasi berasal dari kata reformatio, dengan kata dasar reform yang artinya
perbaikan, pembaruan, memperbaiki, dan menjadi lebih baik. Secara umum, reformasi
di Indonesia dapat diartikan sebagai upaya melakukan perubahan ke arah yang lebih
baik dengan cara menata ulang hal-hal yang telah menyimpang dan tidak sesuai lagi
dengan kondisi dan struktur ketatanegaraan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Dengan demikian, era Reformasi adalah era bangsa Indonesia melakukan perubahan-
perubahan yang mendasar pada kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat
agar:
a. Perekonomian Indonesia menjadi kuat secara fundamental.
b. Kemiskinan dan penderitaan rakyat ditangani secara langsung.
c. Kehidupan berdemokrasi berdasarkan kedaulatan rakyat ditegakkan di dalam
lingkup dunia politik.
d. Hak-hak manusia dihormati dan dibela.
e. Kehidupan beragama di antara umat beragama berjalan secara rukun, wajar, dan
dialogis.
Adapun latar belakang terjadinya peristiwa Reformasi 1998 sebagai berikut.
a. Krisis ekonomi
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia semakin membuat keadaan tidak
terkendali. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia saat itu tidak dapat dipisahkan
dari berbagai kondisi berikut.
1) Pemerintahan sentralistis. Pemerintahan Orde Baru sangat sentralistis,
sehingga semua kebijakan ditentukan oleh pusat.
2) Utang luar negeri Indonesia yang sangat besar menjadi penyebab
terjadinya krisis ekonomi. Akibat dari utang tersebut maka kepercayaan
luar negeri terhadap Indonesia semakin menipis. Keadaan seperti ini juga
dipengaruhi oleh keadaan perbankan Indonesia yang dianggap tidak sehat
karena adanya korupsi dan kolusi serta tingginya kredit macet.
3) Industrialisasi. Pemerintah Orde Baru ingin menjadikan negara Republik
Indonesia sebagai negara Industri. Keinginan itu tidak sesuai dengan
kondisi nyata masyarakat Indonesia karena masyarakat Indonesia
merupakan masyarakat agraris dengan tingkat pendidikan yang sangat
rendah (rata-rata).
Krisis perekonomian semakin memburuk karena pada akhir 1997 persediaan
sembako di pasaran mulai menipis. Hal ini mengakibatkan harga-harga barang
naik tidak terkendali. Untuk mengatasi kesulitan moneter, pemerintah
meminta bantuan IMF (Internasional Monetary Fund). Beban kehidupan
masyarakat semakin berat ketika pada tanggal 12 Mei 1998 pemerintah
mengumumkan kenaikan ongkos angkutan dan BBM. Kebijakan tersebut
mengakibatkan barang kebutuhan ikut naik dan masyarakat semakin sulit
memenuhi kebutuhan hidup.
b. Krisis hukum
Pelaksanaan hukum pada masa pemerintahan Orde Baru terdapat banyak
ketidakadilan. Karena pada saat itu kekuasaan kehakiman di bawah kekuasaan
eksekutif. Hakim juga sering dijadikan sebagai alat pembenaran atas tindakan dan
kebijakan pemerintah atau sering terjadi rekayasa dalam proses peradilan, apabila
peradilan itu menyangkut penguasa, keluarga kerabat, atau para pejabat negara.
c. Krisis kepercayaan
Dalam pemerintahan Orde Baru telah berkembang KKN yang dilakukan secara
terselubung maupun secara terang-terangan. Hal tersebut mengakibatkan
mungculnya ketidakpercayaan rakyat terhadap pemerintah dan ketidakpercayaan
luar negeri terhadap Indonesia.
d. Krisis politik
Pada dasarnya secara de jure (secara hukum) kedaulatan rakyat dilakukan oleh
MPR sebagai wakil-wakil dari rakyat, tetapi secara de facto (dalam kenyataannya)
anggota MPR sudah diatur dan direkayasa, sehingga sebagian besar anggota MPR
diangkat berdasarkan ikatan kekeluargaan (nepotisme).
Kehidupan politik pada masa Orde Baru memang bersifat represif, yaitu adanya
tekanan yang kuat dari pemerintah terhadap pihak oposisi atau orang-orang yang
berpikir kritis, di mana ciri-ciri kehidupan politik yang represif sebagai berikut.
1) Terjadinya praktik KKN yang merajalela dan masyarakat tidak memiliki
kebebasan untuk mengontrolnya.
2) Pelaksanaan Dwifungsi ABRI yang memasung kebebasan setiap warga
negara sipil untuk terus berpartisipasi dalam pemerintah.
3) Terciptanya masa kekuasaan presiden yang tidak terbatas.
4) Setiap orang atau kelompok yang mengkritik kebijakan pemerintah
dituduh sebagai tindakan subversif (menentang Negara Kesatuan republik
Indonesia).
5) Melaksanakan Lima Paket UU Politik yang melahirkan demokrasi semu
atau demokrasi rekayasa.

2. Tuntutan dan agenda Reformasi


Penentangan akan terus tergulirkan oleh mahasiswa, cendekiawan, dan masyarakat.
“Reformasi atau mati” merupakan tuntutan yang ditorehkan oleh para aktivis
mahasiswa pada spanduk-spanduk yang terpampang di kampus mereka, atau yang
mereka teriakkan saat melakukan aksi protes melalui kegiatan unjuk rasa pada akhir
April 1998.
a. Agenda Reformasi
Agenda Reformasi yang terjadi di Indonesia sebagau berikut.
1) Sukses kepemimpinan nasional.
2) Amandemen UUD 1945.
3) Pemberantasan KKN.
4) Penghapusan Dwifungsi ABRI.
5) Penegakan supremasi hukum.
6) Pelaksanaan otonomi daerah.
b. Kronologis Reformasi
Reformasi di Indonesia lahir karena terjadinya berbagai peristiwa di Indonesia.
Berikut peristiwa menjelang lahirnya Reformasi di Indonesia.
1) Tanggal 22 Januari 1998: Rupiah tembus 17.000,00 per dolar
Amerika Serikat, IMF (International Monetary Fund) tidak
menunjukkan rencana bantuannya.
2) Tanggal 12 Februari 1998: Presiden Soeharto menunjuk Wiranto
menjadi Panglima Angkatan Bersenjata.
3) Tanggal 5 Maret 1998: Terjadi peristiwa yang dimulai dengan 20
mahasiswa Universitas Indonesia yang mendatangi gedung
DPR/MPR di Jakarta untuk menyatakan penolakan terhadap pidato
pertanggungjawaban presiden yang disampaikan pada Sidang Umum
MPR dan menyerahkan agenda Reformasi Nasional.
4) Tanggal 10 Maret 1998: Soeharto terpilih kembali menjadi presiden
untuk masa jabatan lima tahun yang ketujuh kali dengan
menggandeng B.J. Habibie sebagai wakil presiden.
5) Tanggal 14 Maret 1998: Presiden Soeharto mengumumkan kabinet
baru yang dinamai Kabinet Pembangunan VII.
6) Tanggal 1 Mei 1998: Reformasi baru dapat dimulai tahun 2003.
7) Tanggal 2 Mei 1998: Pernyataan itu diralat dan kemudian dinyatakan
bahwa Presiden Soeharyto mengatakan Reformasi bisa dilakukan
sejak sekarang (1998).
8) Tanggal 4 Mei 1998: Harga BBM naik hingga 71%, disusul 3 hari
kerusuhan di Medan dengan korban sedikitnya 6 orang meninggal.
9) Tanggal 7 Mei 1998: Peristiwa Cimanggis. Bentrokan tersebut
mengakibatkan sedikitnya 52 mahasiswa dibawa ke Rumah Sakit
Tugu Ibu, Cimanggis.
10) Tanggal 8 Mei 1998: Peristiwa Gejayan, 1 mahasiswa Yogyakarta
meninggal
11) Tanggal 9 Mei 1998: Presiden Soeharto berangkat ke Mesir untuk
menghadiri pertemuan KTT G-15.
12) Tanggal 12 Mei 1998: Tragedi Trisakti, 4 mahasiswa Trisakti
meninggal.
13) Tanggal 13 Mei 1998: Kerusuhan Mei 1998 pecah di Jakarta dan
Solo.
14) Tanggal 14 Mei 1998: Demonstrasi terus bertambah besar dan
meluas hampir di seluruh kota-kota di Indonesia. Menanggapi aksi
reformasi tersebut, Presiden Soeharto berjanji akan me-reshuffle
Kabinet Pembangunan VII menjadi Kabinet Reformasi. Selain itu,
juga akan membentuk Komite Reformasi yang bertugas
menyelesaikan UU Pemilu, UU Kepartaian, UU Susduk MPR, DPR,
dan DPRD, UU Antimonopoli, serta UU Antikorupsi.
15) Tanggal 18 Mei 1998: Ketua MPR yang juga ketua Partai Golkar,
Harmoko, meminta Soeharto untuk turun dari jabatannya sebagai
presiden. Sedangkan Jenderal Wiranto mengusulkan pembentukan
“Dewan Reformasi”.
16) Tanggal 19 Mei 1998: Presiden Soeharto berbicara di televisi
menyatakan tidak akan turun dari jabatannya, tetapi menjanjikan
pemilu baru akan dilaksanakan secepatnya. Ribuan mahasiswa
menduduki Gedung DPR/MPR, Jakarta. Dilaporkan bentrokan
terjadi dalam demonstrasi di Universitas Airlangga, Surabaya.
17) Tanggal 20 Mei 1998: Amien Rais membatalkan rencana
demonstrasi besar-besaran di Monas, setelah 80.000 tentara bersiaga
di kawasan Monas. Demonstrasi besar lainnya juga terjadi di
Surakarta, Medan, Bandung. Harmoko mengatakan Soeharto
sebaiknya mengundurkan diri pada Jumat 22 Mei, atau DPR/MPR
akan terpaksa memilih presiden baru.
18) Tanggal 21 Mei 1998: Presiden Soeharto mengumumkan
pengunduran dirinya pada Kamis 21 Mei 1998 pukul 09.00 WIB di
Istana Merdeka. Wakil Presiden B.J. Habibie menjadi presiden baru
Indonesia. Naskah pengunduran diri Presiden Soeharto berjudul
“Pernyataan Berhenti sebagai Presiden RI” ditulis oleh Yusril Ihza
Mahendra.
19) Tanggal 22 Mei 1998: Presiden Habibie mengumumkan susunan
“Kabinet Reformasi Pembangunan”. Peristiwa ini menandai
berakhirnya kekuasaan Orde Baru dan di mulainya era Reformasi.
Dinamika Politik dan Ekonomi Indonesia Masa Reformasi
Berikut pemerintahan pada masa Reformasi beserta kebijakan-kebijakannya di bidang politik
dan ekonomi.
1. Masa pemerintahan Presiden B.J. Habibie
Habibie menyatakan tekadnya untuk melaksanakan reformasi. Beberapa poin penting
dari pidato Presiden Habibie tersebut adalah kabinetnya akan menyiapkan proses
reformasi di ketiga bidang sebagai berikut.
a. Di bidang ekonomi dengan mempercepat penyelesaian undang-undang yang
menghilangkan praktik-praktik monopoli dan persaingan tidak sehat.
b. Di bidang politik antara lain dengan memperbarui berbagai perundang-
undangan dalam rangka lebih meningkatkan kualitas kehidupan berpolitik yang
bernuansa pada pemilu sebagaimana yang diamanatkan oleh Garis-garis Besar
Haluan Negara (GBHN).
c. Di bidang hukum antara lain meninjau kembali Undang-Undang Subversi.
Fokus perhatian pemerintahan Habibie diarahkan pada tiga bidang tersebut.
a. Pembentukan Kabinet Reformasi Pembangunan
Pusat perhatian Kabinet Reformasi Pembangunan adalah meningkatkan kualitas,
produktivitas, dan daya saing ekonomi rakyat, dengan memberi peran
perusahaan kecil, menengah, dan koperasi, karena terbukti memiliki ketahanan
ekonomi dalam menghadapi krisis.
b. Sidang Istimewa MPR 1998
Pada 10-13 November 1998, MPR mengadakan Sidang Istimewa untuk
menetapkan langkah pemerintah dalam melaksanakan reformasi di segala
bidang.
Beberapa hasilnya sebagai berikut.
1) Terbukanya kesempatan untuk mengamandemen UUD 1945 tanpa
melalui referendum.
2) Pencabutan keputusan P4 sebagai mata pelajaran wajib (Tap MPR No.
XVIII/MPR/1998).
3) Masa jabatan presiden dan wakil presiden dibatasi hanya sampai dua kali
masa tugas, masing-masing lima tahun (Tap MPR No. XIII/MPR/1998).
4) Agenda reformasi politik meliputi pemilihan umum, ketentuan untuk
memeriksa kekuasaan pemerintah, pengawasan yang baik, dan berbagai
perubahan terhadap Dwifungsi ABRI.
5) Tap MPR No. XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia, mendorong
kebebasan mengeluarkan pendapat, kebebasan pers, kebebasan
berserikat, dan pembebasan tahanan politik dan narapidana politik.
c. Reformasi bidang politik
Berikut beberapa hal yang dilakukan pemerintahan B.J. Habibie dalam upaya
mereformasi bidang politik.
1) Diberlakukannya otonomi daerah yang lebih
demokratis dan semakin luas. Otonomi daerah
ditetapkan melalui Ketetapan MPR No.
XV/MPR/1998.
2) Kebebasan berpolitik dilakukan dengan pencabutan
pembatasan partai politik.
3) Pencabutan ketetapan untuk meminta Surat Izin
Terbit (SIT) bagi media massa cetak, sehingga
media massa cetak tidak lagi khawatir diberedel
melalui mekanisme pencabutan Surat Izin Terbit.
4) Diberlakukan pembatasan masa jabatan presiden
untuk menghindari munculnya penguasa yang
otoriter dengan masa kekuasaan yang tidak terbatas.
d. Reformasi bidang ekonomi
Tiga tujuan utama reformasi ekonomi sebagai berikut.
1) Memperkuat basis sektor riil ekonomi.
2) Menyediakan jaringan pengaman sosial bagi mereka
yang paling menderita akibat krisis.
3) Merestrukturisasikan dan memperkuat sektor
keuangan dan perbankan.
Adapun beberapa hal yang dilakukan oleh pemerintahan Habibie untuk memperbaiki
perekonomian Indonesia sebagai berikut.
4) Merekapitulasi perbankan.
5) Merekonstruksi perekonomian Indonesia.
6) Melikuidasi beberapa bank bermasalah.
7) Menaikkan nilai tukar rupiah terhadap dolar
Amerika Serikat hingga di bawah Rp 10.000,00.
8) Mengimplementasikan reformasi ekonomi yang
disyaratkan IMF.
e. Reformasi bidang hukum
Sesuai Tap MPR No. X/MPR/1998, reformasi di bidang hukum diarahkan untuk
menanggulangi krisis dan melaksanakan agenda reformasi di bidang hukum
yang sekaligus dimaksudkan untuk menunjang upaya reformasi di bidang
ekonomi, politik, dan sosial budaya.
f. Pelaksanaan pemilu 1999
Asas pemilihan umum tahun 1999 adalah langsung, umum, bebas, rahasia, jujur,
dan adil.
g. Pelaksanaan referendum Timor Timur
Kerusuhan terjadi dimana-mana. Suasana semakin bertambah buruk setelah
hasil Pepera diumumkan pada tanggal 4 September 1999 yang menyebutkan
bahwa sekitar 78,5% rakyat Timor Timur memilih merdeka. Pada awalnya
Presiden Habibie berkeyakinan bahwa rakyat Timor Timur lebih memilih
bergabung dengan Republik Indonesia, namun kenyataannya keyakinan itu salah
karena sebagian besar rakyat Timor Timur memilih lepas NKRI.

2. Masa Pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid


Sidang Umum MPR tanggal 20 Oktober 1999 berhasil mengambil keputusan memilih
dan menetapkan Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai presiden Republik Indonesia
menggantikan Presiden B.J. Habibie. Pidato pertama Abdurrahman Wahid setelah terpilih
sebagai presiden memuat tugas-tugas yang akan dijalankannya, sebagai berikut.
a. Mempertahankan keutuhan bangsa dan negara.
b. Peningkatan pendapatan rakyat.
c. Menegakkan keadilan mendatangkan kemakmuran.
Presiden

Anda mungkin juga menyukai