3. Karena pada saat itu hukum dijadikan sebagai pembenaran atas kebijaksanaan
penguasa. Adanya penyimpangan dalam bidang hukum pada masa Orde Baru
membuat masyarakat menghendaki reformasi di bidang hukum untuk meluruskan
masalah pada posisi yang sebenarnya.
5. Pada 5 Mei 1998 mahasiswa dari Universitas Gadjah Mada melakukan demonstrasi di
bundaran kampus UGM. Mahasiswa menyampaikan protes atas terpuruknya kondisi
perekonomian dan merosotnya kepercayaan publik pada pemerintah. Tak hanya
mahasiswa UGM, mahasiswa dari Universitas Sanata Dharma hingga IAIN juga ikut
bergerak. Bentrok antara mahasiswa dan aparat keamanan tidak dapat dihindarkan.
Bentrokan tersebut mengakibatkan Moses Gatotkaca mahasiswa Universitas Sanata
Dharma tertembak dan meninggal dunia.
Uji Kompetensi 2
1. Presiden B.J. Habibie menyusun Kabinet Reformasi Pembangunan untuk
melaksanakan agenda reformasi terkait bidang politik. Presiden Habibie meletakkan
dasar-dasar demokrasi bagi Indonesia. Ia memerintahkan untuk membebaskan
tahanan politik Orde Baru; menjamin kebebasan berkumpul, berpendapat; serta
membentuk partai politik. Pada masa pemerintahan Presiden Habibie, tercatat 141
parpol yang mendaftar untuk mengikuti pemilu 1999.
2. Disintegrasi Timor Timur ternyata mendapat perhatian dari dunia internasional, salah
satunya dari PBB. Dalam proses penyelesaian masalah Timor Timur, PBB
membentuk United Nations Mission for East Timor (UNAMET) untuk mengawasi
jalannya referendum di Timor Timur. Setelah Timor Timur resmi memisahkan diri
dari Indonesia, PBB mengirim pasukan multinasional untuk mencegah terjadinya
krisis kemanusiaan sebelum dibentuk pemerintahan transisi. Pada 25 Oktober 1999
PBB membentuk The United Nations Transition Administration in TimorLeste
(UNTAET). UNTAET berperan sebagai pemerintahan sementara di Timor Timur
sampai terbentuk pemerintahan baru.
3. Hubungan Presiden Abdurrahman Wahid dengan koalisi Poros Tengah dan DPR tidak
berjalan baik. Ia pernah mengumumkan pemberlakuan dekret yang berisi pembubaran
DPR/MPR, mengembalikan kedaulatan di tangan rakyat, serta membekukan partai
Golkar sebagai bentuk perlawanan terhadap pelaksanaan Sidang Istimewa MPR.
Dekret yang dikeluarkan Presiden Abdurraman Wahid tidak diakui DPR/ MPR, dan
berakhir dengan pemakzulan presiden. Peristiwa pemakzulan tersebut merupakan
dampak dari puncak ketegangan antara pejabat eksekutif dan pejabat legislatif di
Indonesia pada masa tersebut.