Rangkuman Sejarah
“Perkembangan Kehidupan Politik dan Ekonomi serta IPTEK Bangsa Indonesia pada Masa Reformasi
(1988-Sekarang”
b. Krisis politik
Pada dasarnya secara de jure. (secara hukum) kedaulatan rakyat tersebut dilakukan oleh MPR sebagai wakil-
wakil dari rakyat, tetapi ternyata secara de facto (dalam kenyataannya) anggota MPR sudah diatur dan
direkayasa, sehingga sebagian besar anggota MPR tersebut diangkat berdasarkan pad ikatan kekeluargaan
(nepotisme).
Kehidupan politik pada masa Orde Baru memang bersifat represif, yaitu adanya tekanan yang kuat dari
pemerintah terhadap pihak oposisi atau orang-orang yang berpikir kritis, di mana ciri-ciri kehidupan politik
yang represif, di antaranya :
1) Setiap orang atau kelompok yang mengkritik kebijakan pemerintah dituduh sebagai tindakan subversif
(menentang Negara Kesatuan Republik Indonesia).
2) Pelaksanaan Lima Paket U Politik yang melahirkan demokrasi semu atau demokrasi rekayasa.
3) Terjadinya KKN yang merajalela dan masyarakat tidak memiliki kebebasan untuk mengontrolnva.
4) Pelaksanaan dwifungsi ABRI yang memasung kebebasan setiap warga negara sipil untuk ikut berpartisipasi
dalam pemerintah.
5) Terciptanya masa kekuasaan presiden yang tak terbatas. Meskipun Soeharto terpilih menjadi presiden
melalui Sidang Umm MPR, namun pemilihan tersebut tidak demokratis.
c. Krisis ekonomi
Salah satu adanya Reformasi yang terjadi di Indonesia adalah munculnya krisis ekonomi di Indonesia. Di mana
adanva krisis tersebut semakin membuat keadaan menjadi tidak terkendali. Krisis ekonomi yang melanda
Indonesia sat itu tidak dapat dipisahkan dari berbagai kondisi, seperti berikut.
1) Utang luar negeri Indonesia yang sangat besar menjadi penyebab terjadinya krisis ekonomi. Utang yang
menjadi tanggungan negara hingga 6 Februari 1998 mencapai 63,462 miliar dolar AS, sedangkan tang swasta
mencapai 73,962 miliar dolar AS. Akibat dari utang tersebut maka kepercayaan luar negeri terhadap Indonesia
semakin menipis. Keadaan seperti ini juga dipengaruhi oleh keadaan perbankan Indonesia yang dianggap tidak
seat karena adanya korupsi dan kolusi serta tingginya kredit macet.
2) Industrialisasi. Pemerintah Orde Baru ingin menjadikan negara Republik Indonesia sebagai negara industri.
Keinginan itu tidak sesuai dengan kondisi nyata masyarakat Indonesia karena masyarakat Indonesia merupakan
sebuah masyarakat agraris dengan tingkat pendidikan yang sangat rendah (rata-rata).
3) Pemerintahan sentralistis. Pemerintahan Orde Bar sangat sentralistis sifatnya sehingga semua kebijakan
ditentukan dari pusat. Oleh karena itu, peranan pemerintah pusat sangat menentukan dan pemerintah daerah
hanya sebagai perpanjangan tangan pemerintah pusat. Pelaksanaan politik sentralistis in terlihat dari sebagian
besar kekayaan di daerah-daerah diangkut ke pusat. Hal in menimbulkan ketidakpuasan pemerintah dan rakyat
di daerah terhadap pemerintah pusat.
Krisis moneter lidak hanya menimbulkan kesulian keuangan negara, tetapi juga telah mengancurkan keuangan
nasional. Memasuki tartah anggaran 1998/1999 krisis moneter telah memengaruhi aktivitas ekonom/ lainnya.
Kondis perekonomian semakin memburuk karena pada akhir 1997 persediaan sembako di ba saran mulai
menipis. Hal ini mengakibatkan harga-harga barang naik secara tidak terkendali. Untuk mengatasi kesulitan
moneter, pemerintah meminta bantuan IMF (International Monetary Fund) Namun, kucuran dana dari IMF
yang sangat dinarapkan olen pemerintah belum terealisasi walaupun pada tanggal 15 Januari 1998 Indonesia
elan menandatangani 50 butir kesepakatan (Letter of Intent atau LOl) dengan IMF. Beban kehidupan
masyarakat semakin berat ketika pada tanggal 12 Mei 1998 pemerintah mengumumkan kenaikan ongkos
angkutan dan BBM. Dengan itu, barang kebutuhan ikut naik dan masyarakat semakin suit memenuhi
kebutuhan hidup.
d. Krisis hukum
Pelaksanaan hukum pada masa pemerintahan Orde Bar terdapat banyak ketidakadilan. Misalnya kekuasaan
kehakiman yang dinyatakan pada Pasal 24 UUD 1945 bahwa kehakiman memiliki kekuasaan yang merdeka
dan terlepas dari kekuasaan pemerintan (eksekutif). Namun, pada saat itu kekuasaan kehakiman di bawah
kekuasaan eksekutif. Hakim juga sering dijadikan sebagai alat pembenaran atas tindakan dan kebijakan
pemerintah atau sering terjadi rekayasa dalam proses peradilan, apabila peradilan itu menyangkut penguasa,
keluarga kerabat, atau para pejabat negara.
Orde Baru berjalan secara otoriter dan sentralistis yang tidak memberikan rang demokrasi dan kebebasan
rakyat berpartisipasi penh dalam proses pembangunan. Proses menuju Reformasi telah dimulai ketika wacana
penentangan politik secara terbuka kepada Orde Baru mulai muncul. Penentangan in terus digulirkan oleh
mahasiswa, cendekiawan, dan masyarakat. "Reformasi atau mati" merupakan tuntutan yang ditorehkan oleh
para aktivis mahasiswa pada spanduk-spanduk yang terpampang di kampus mereka, atau yang mereka teriakan
sat melakukan aksi protes melalui kegiatan unjuk rasa pada akhir April 1998. Gerakan in bertujuan untuk.
melakukan tekanan agar pemerintah mengadakan perubahan politik yang berarti, melalui pelaksanaan
Reformasi secara total. Adapun agenda Reformasi dan kronologisnya, sebagai berikut.
a. Agenda Reformasi
Adapun agenda Reformasi yang terjadi di Indonesia, sebagai berikut.
1) Suksesi kepemimpinan nasional.
2) Amendemen UUD 1945.
3) Pemberantasan KKN.
4) Penghapusan Dwifungsi ABRI.
5) Penegakan supremasi hukum.
6) Pelaksanaan otonomi daerah.
Adapun agenda utama gerakan Reformasi di Indonesia adalah turunnya Soeharto dari
jabatan presiden.
b. Kronologis Reformasi
Reformasi di Indonesia tidak terjadi begitu saja: Hal tersebut dikarenakan berbagai hal yang terjadi di Indonesia.
Berikut peristiwa menjelang lahirnya Reformasi di Indonesia :
1) Tanggal 22 Januari 1998 : Rupiah tembus 17.000,00 per dolar Amerika Serikat, IMF (International
Monetary Fund) tidak menunjukkan rencana bantuannya.
2) Tanggal 12 Februari 1998 : Presiden Soeharto menunjuk Wiranto menjadi Panglima Angkatan Bersenjata.
3) Tanggal 5 Maret 1998 : Terjadi peristiwa yang dimulai dengan 20 Mahasiswa Universitas Indonesia yang
mendatangi gedung PR/MPR di Jakarta untuk menyatakan penolakan terhadap pidato pertanggungjawaban
presiden yang disampaikan pada Sidang Umum MPR dan menyerahkan agenda Reformasi Nasional.
4) Tanggal 10 Maret 1998 : Soeharto terpilih kembali menjadi presiden untuk masa jabatan lima tahun yang
ketujuh kali dengan menggandeng B.J. Habibie sebagai wakil presiden
5) Tanggal 14 Maret 1998 : Presiden Soeharto mengumumkan kabinet baru yang dinamai dengan Kabinet
Pembangunan VII.
6) Tanggal 1 Mei 1998 : Presiden Soeharto melalui Menteri Dalam Negeri Hartono dan Menteri
Penerangan Alwi Dahlan mengatakan bahwa reformasi bar bisa dimulai tahun 2003.
7) Tanggal 2 Mei 1998 : Pernyataan itu diralat dan kemudian dinyatakan bahwa Presiden Soeharto
mengatakan reformasi bisa dilakukan sejak sekarang (1998).
8) Tanggal 4 Mei 1998 : Harga BBM naik hingga 71%, disusul 3 hari kerusuhan di Medan dengan
korban sedikitnya 6 orang meninggal.
9) Tanggal 7 Mei 1998 : Peristiwa Cimanggis, bentrokan antara mahasiswa dan aparat keamanan terjadi
di Kampus Fakultas Teknik Universitas Jayabaya, Cimanggis. Bentrokan tersebut mengakibatkan sedikitnya 52
mahasiswa dibawa ke Rumah Sakit Tugu Ibu, Cimanggis.
11) Tanggal 9 Mei 1998 : Presiden Soeharto berangkat ke Mesir untuk menghadiri pertemuan KTT G-15.
12) Tanggal 12 Mei 1998 : Tragedi Trisakti, 4 Mahasiswa Trisakti meninggal, yaitu di antaranya Elang
Mulia Lesmana, Hendriawan Sie, Heri Hartanto, dan Hafidin Royan.
13) Tanggal 13 Mei 1998 : Kerusuhan Mei 1998 pecah di Jakarta dan Solo. Presiden Soeharto yang sedang
menghadiri pertemuan negara-negara berkembang G-15 di Kairo, Mesir, memutuskan untuk kembali ke
Indonesia. Sebelumnya, dalam pertemuan tatap muka dengan masyarakat Indonesia di Kairo, Soeharto
menyatakan akan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai presiden.
14) Tanggal 14 Mei 1998 : Demonstrasi terus bertambah besar dan melar hampir di seluruh kota-kota di
Indonesia. Para demonstran mengepung dan menduduki gedung-gedung DPRD di daerah. Menanggapi aksi
reformasi tersebut, Presiden Soeharto berjanji akan mereshuffle Kabinet Pembangunan VIl menjadi Kabinet
Reformasi. Selain itu, juga akan membentuk Komite Reformasi yang bertugas menyelesaikan UU Pemilu, UU
Kepartaian, UU Susduk MPR, DPR, dan DPRD, UU Antimonopoli, serta UU Antikorupsi. Dalam
perkembangannya, Komite Reformasi belum bisa terbentuk karena beberapa menteri mengundurkan diri.
15) Tanggal 18 Mei 1998 : Ketua MPR yang juga ketua Partai Golkar, Harmoko, meminta Soeharto untuk
turun dari jabatannya sebagai presiden. Sedangkan Jenderal Wiranto mengusulkan pembentukan "Dewan
Reformasi. Gelombang pertama mahasiswa dari FKSMJ, Forum Kota, Ul dan HMI MPO memasuki halaman
dan menginap di Gedung DPR/MPR di Jakarta.
16) Tanggal 19 Mei 1998 : Presiden Soeharto berbicara di televisi menyatakan tidak akan turun dari
jabatannya, tetapi menjanjikan pemilu baru akan dilaksanakan secepatnya. Beberapa tokoh muslim, termasuk
Nurcholish Madjid dan Abdurrahman Wahid, bertemu dengan Soeharto. Ribuan mahasiswa menduduki
Gedung DPR/MPR, Jakarta. Dilaporkan bentrokan terjadi dalam demonstrasi di Universitas Airlangga,
Surabaya.
17) Tanggal 20 Mei 1998 : Amen Rais membatalkan rencana demonstrasi besar-besaran di Monas, setelah
80.000 tentara bersiaga di kawasan Monas. 500.000 orang berdemonstrasi di Yogyakarta, termasuk Sultan
Hamengkubuwana X. Demonstrasi besar lainnya juga terjadi di Surakarta, Medan, Bandung. Harmoko
mengatakan Soeharto sebaiknya mengundurkan diri pada Jumat 22 Mei, atau DPR/MPR akan terpaksa memilih
presiden baru.
18) Tanggal 21 Mei 1998 : Presiden Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya pada hari Kamis 21 Mei
1998 pukul 09.00 WIB di Istana Merdeka. Wakil Presiden B.J. Habibie menjadi, presiden baru Indonesia.
Jenderal Wiranto mengatakan bahwa ABRI akan tetap melindungi presiden dan mantan-mantan presiden.
Yusril Ihza Mahendra, salah satu yang pertama mengatakan bahwa proses pengalihan kekuasaan adalah sah
dan konstitusional. Naskah pengunduran diri Presiden Soeharto berjudul "Pernyataan Berhenti sebagai Presiden
RI" ditulis oleh Yusril Ihza Mahendra.
19) Tanggal 22 Mei 1998 : Presiden Habibie mengumumkan susunan "Kabinet Reformasi Pembangunan".
Peristiwa in menandai berakhirnya kekuasaan Orde Baru dan dimulainya era Reformasi.
Ciri" Pemerintah Orde Baru
1. Pemerintah cenderung otoriter militeristik.
2. Sistem pemerintahan memiliki corak sentralistik.
3. Terdapat ketidakseimbangan kekuasaan antara lembaga Negara yang satu dan lainnya.
4. Kekuasaan serta wewenang Presiden berlebihan.
5. Kepastian hukum, keadilan serta supremasi hukum sangat kurang.
6. Hak untuk berpendapat dikekang.
7. Ditetapkannya Undang Undang Referendum.
Dwifungsi ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) merupakan sebuah konsep dan kebijakan politik
yang mengatur tentang fungsi ABRI dalam tatanan kehidupan bernegara. Dwifungsi ABRI memiliki arti bahwa
ABRI memiliki dua fungsi yaitu, fungsi sebagai kekuatan militer Indonesia dan fungsi sebagai pemegang
kekuasaan dan pengatur negara.
Kebijakan Dwifungsi ABRI sebenarnya telah diterapkan pada awal Orde Baru, namun baru dilegalkan oleh
Soeharto pada tahun 1982 melalui Undang-Undang nomor 20 tahun 1982.
Penerapan Dwifungsi ABRI pada masa Orde Baru sangat berpengaruh terhadap kondisi sosial dan politik
Indonesia.
Melalui kebijakan Dwifungsi ABRI, ABRI berhasil melakukan dominasi terhadap lembaga eksekutif dan
legislatif Orde Baru. Mulai tahun 1970-an, banyak perwira aktif ABRI yang ditunjuk sebagai DPR, MPR
maupun DPD tingkat provinsi. Selain itu, para ABRI juga menempati posisi yang penting dalam pengendalian
arah politik dari organisasi Golkar. Pada perkembangannya, pelaksanaan Dwifungsi ABRI pada masa Orde
Baru mengalami penyimpangan oleh Soeharto dan beberapa oknum militer. Keterlibatan militer dalam
kehidupan sosial politik yang semakin mendalam mengakibatkan militer berubah menjadi alat kekuasaan rezim
untuk melakukan pembenaran atas kebijakan pemerintah.
1. Sebutkan hal-hal dari segi ekonomi yang mempengaruhi kepercayaan luar negeri terhadap Indonesia
semakin menipis!
Jawab : 1) Utang luar negeri Indonesia yang sangat besar menjadi penyebab terjadinya krisis ekonomi. Utang
yang menjadi tanggungan negara hingga 6 Februari 1998 mencapai 63,462 miliar dolar AS, sedangkan tang
swasta mencapai 73,962 miliar dolar AS. Akibat dari utang tersebut maka kepercayaan luar negeri terhadap
Indonesia semakin menipis. Keadaan seperti ini juga dipengaruhi oleh keadaan perbankan Indonesia yang
dianggap tidak seat karena adanya korupsi dan kolusi serta tingginya kredit macet.
2) Industrialisasi. Pemerintah Orde Baru ingin menjadikan negara Republik Indonesia sebagai negara industri.
Keinginan itu tidak sesuai dengan kondisi nyata masyarakat Indonesia karena masyarakat Indonesia merupakan
sebuah masyarakat agraris dengan tingkat pendidikan yang sangat rendah (rata-rata).
3) Pemerintahan sentralistis. Pemerintahan Orde Bar sangat sentralistis sifatnya sehingga semua kebijakan
ditentukan dari pusat. Oleh karena itu, peranan pemerintah pusat sangat menentukan dan pemerintah daerah
hanya sebagai perpanjangan tangan pemerintah pusat. Pelaksanaan politik sentralistis in terlihat dari sebagian
besar kekayaan di daerah-daerah diangkut ke pusat. Hal in menimbulkan ketidakpuasan pemerintah dan rakyat
di daerah terhadap pemerintah pusat.
Krisis moneter lidak hanya menimbulkan kesulian keuangan negara, tetapi juga telah mengancurkan keuangan
nasional. Memasuki tartah anggaran 1998/1999 krisis moneter telah memengaruhi aktivitas ekonom/ lainnya.
Kondis perekonomian semakin memburuk karena pada akhir 1997 persediaan sembako di ba saran mulai
menipis. Hal ini mengakibatkan harga-harga barang naik secara tidak terkendali. Untuk mengatasi kesulitan
moneter, pemerintah meminta bantuan IMF (International Monetary Fund) Namun, kucuran dana dari IMF
yang sangat dinarapkan olen pemerintah belum terealisasi walaupun pada tanggal 15 Januari 1998 Indonesia
elan menandatangani 50 butir kesepakatan (Letter of Intent atau LOl) dengan IMF. Beban kehidupan
masyarakat semakin berat ketika pada tanggal 12 Mei 1998 pemerintah mengumumkan kenaikan ongkos
angkutan dan BBM. Dengan itu, barang kebutuhan ikut naik dan masyarakat semakin suit memenuhi
kebutuhan hidup.
Proses kejatuhan Orde Bar telah tampak ketika Indonesia mengalami dampak langsung dari krisis ekonomi yang
melanda negara-negara di Asia. Ketika krisis ini melanda Indonesia, nilai rupiah jatuh secara drastis, dampaknya
terus menggerus di segala bidang kehidupan, mulai dari bidang ekonomi, politik dan sosial. Tidak sampai
menempuh waktu yang lama, sejak pertengahan tahun 1997, ketika krisis moneter melanda dunia, bulan Mei
1998, Orde Baru akhirnya runtuh. Krisis moneter membuka jalan bagi kita menuju terwujudnya kehidupan
berdemokrasi yang sehat, yang selama ini terkukung oleh sistem kekuasaan Orde Baru yang serba menguasai
semua sistem kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Proses menuju reformasi telah dimulai ketika wacana penentangan politik secara terbuka kepada Orde Baru
mulai muncul. Penentangan ini terus digulirkan oleh mahasiswa, cendikiawan dan masyarakat, mereka
menuntut pelaksanaan proses demokratisasi yang shat dan terbebas dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme
(KKN) yang mucul dampak tidak diimbanginya pembangunan fisik dengan pembangunan mental (character
building) terhadap para pelaksana pemerintahan (birokrat), apart keamanan maupun pelaku ekonomi
(pengusaha/konglomerat). Mereka juga menuntut terwujudnya rule of law, good governance serta berjalannya
pemerintahan yang bersih. Oleh karena itu, bagi mereka reformasi merupakan sebuah era dan suasana yang
senanatiasa terus diperjuangkan dan dipelihara. Jadi bukan hanya sebuah momentum, namun sebuah proses
yang harus senantiasa dipupuk.
3. Otonomi Daerah
Dikarenakan pada masa pemerintahan orde baru hanya dilakukan pengembangan pada satu titik yaitu pulau
Jawa. Maka dharapkan untuk membuka jalan bagi otonomi daerah sebagi salah satu agenda untuk melakukan
reformasi sehingga semua daerah dapat melakukan perkembangan daerahnya sendiri guna untuk meratakan
pembangunan dan juga kesejahteraan.