Anda di halaman 1dari 3

BAB V

Sistem dan Struktur Politik- Ekonomi Indonesia Masa Reformasi (1998-sekarang)

Reformasi merupakan suatu gerakan yang menghendaki adanya perubahan kehidupan


bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara ke arah yang lebih baik secara konstitusional. Lahirnya
reformasi oleh karena pemerintah Orde Baru yang sebelumnya berjalan secara otoriter dan
sentralistik yang tidak memberikan ruang demokrasi dan kebebasan rakyat berpartisipasi penuh
dalam proses pembangunan. Gerakan Reformasi diawali ketika Presiden Soeharto meletakan
jabatannya sebagai Presiden pada 21 Mei 1998
Proses kejatuhan Orde Baru telah tampak ketika Indonesia mengalami dampak langsung
dari krisis ekonomi yang melanda negara-negara di Asia. Ketika krisis ini melanda
Indonesia, nilai rupiah jatuh secara drastis, dampaknya terus menggerus di segala bidang
kehidupan, mulai dari bidang ekonomi, politik dan sosial. Tidak sampai menempuh waktu yang
lama, sejak pertengahan tahun 1997, ketika krisis moneter melanda dunia, bulan Mei
1998, Orde Baru akhirnya runtuh. Krisis moneter membuka jalan bagi kita menuju terwujudnya
kehidupan berdemokrasi yang sehat, yang selama ini terkukung oleh sistem kekuasaan Orde
Baru yang serba menguasai semua sisi kehidupan bermasyarakat dan bernegara

TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari uraian ini, diharap kamu dapat:
1. Menganalisis berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya peristiwa
Reformasi 1998.
2. Menganalisis proses perubahan dan perkembangan sistem demokrasi di
Indonesia pada Masa Reformasi.
3. Mengambil pelajaran dari adanya hubungan timbal balik antara situasi
ekonomi dan politik internasional dengan situasi ekonomi dan politik di tanah
air.
4. Mendeskripsikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di
Indonesia.

1. Krisis Moneter, Politik, Hukum, dan Kepercayaan


Krisis moneter yang melanda Thailand pada awal Juli 1997, merupakan permulaan
peristiwa yang mengguncang nilai tukar mata uang negara-negara di Asia, seperti Malaysia,
Filipina, Korea, dan Indonesia. Rupiah yang berada pada posisi nilai tukar Rp2.500,00/US$
terus mengalami kemerosotan. Situasi ini mendorong Presiden Soeharto meminta bantuan dari
International Monetary Fund (IMF). Persetujuan bantuan IMF dilakukan pada Oktober
1997 dengan syarat pemerintah Indonesia harus melakukan pembaruan kebijakan-kebijakan,
terutama kebijakan ekonomi. Di antara syarat-syarat tersebut adalah penghentian subsidi dan
penutupan 16 bank swasta. Namun usaha ini tidak menyelesaikan masalah yang dihadapi
Pada saat krisis semakin dalam, muncul ketegangan-ketegangan sosial dalam masyarakat.
Pada bulan-bulan awal 1998 di sejumlah kota terjadi kerusuhan anti–Cina. Kelompok
ini menjadi sasaran kemarahan masyarakat karena mereka mendominasi perekonomian di
Indonesia. Krisis ini pun semakin menjalar dalam bentuk gejolak-gejolak non ekonomi lainnya
yang membawa pengaruh terhadap proses perubahan selanjutnya.

2. Tuntutan dan Agenda Reformasi


Reformasi adalah gerakan untuk mengubah bentuk atau perilaku suatu tatanan, karena tatanan
tersebut tidak lagi disukai atau tidak sesuai dengan kebutuhan zaman, baik karena tidak efisien
maupun tidak bersih dan tidak demokratis. “Reformasi atau mati”

Kemunculan gerakan reformasi dilatarbelakangi terjadinya krisis multidimensi yang


dihadapi bangsa Indonesia. Gerakan ini pada awalnya hanya berupa demonstrasi di kampus-
kampus besar. Namun mahasiswa akhirnya harus turun ke jalan karena aspirasi mereka tidak
mendapatkan respon dari pemerintah. Gerakan Reformasi tahun 1998 mempunyai enam
agenda, yaitu:
1) Suksesi kepemimpinan nasional
2) Amendemen UUD 1945
3) Pemberantasan KKN
4) Penghapusan dwifungsi ABRI
5) Penegakan supremasi hukum
6) Pelaksanaan otonomi daerah
Agenda utama gerakan reformasi adalah turunnya Soeharto dari jabatan presiden

B. Perkembangan Politik dan Ekonomi


1. Masa Pemerintahan Presiden B.J. Habibie
Setelah Presiden Soeharto menyatakan berhenti dari jabatannya sebagai Presiden Republik
Indonesia pada 21 Mei 1998, pada hari itu juga Wakil Presiden B.J. Habibie dilantik menjadi
Presiden RI ketiga di bawah pimpinan Mahkamah Agung di Istana Negara. Dasar hukum
pengangkatan Habibie adalah berdasarkan TAP MPR No.VII/MPR/1973 yang berisi “jika
Presiden berhalangan, maka Wakil Presiden ditetapkan menjadi Presiden”.

Tugas yang diemban oleh Presiden B.J. Habibie adalah memimpin pemerintahan transisi
untuk menyiapkan dan melaksanakan agenda reformasi yang menyeluruh dan mendasar, serta
sesegera mungkin mengatasi kemelut yang sedang terjadi. Naiknya B.J. Habibie ke singgasana
kepemimpinan nasional diibaratkan menduduki puncak Gunung Merapi yang siap meletus kapan
saja. Gunung itu akan meletus jika berbagai persoalan politik, sosial dan psikologis, yang
merupakan warisan pemerintahan lama tidak diatasi dengan segera
Dalam pidato pertamanya pada tanggal 21 Mei 1998, malam harinya setelah dilantik
sebagai Presiden, pukul 19.30 WIB di Istana Merdeka yang disiarkan langsung melalui RRI
dan TVRI, B.J. Habibie menyatakan tekadnya untuk melaksanakan reformasi. Pidato tersebut
bisa dikatakan merupakan visi kepemimpinan B.J. Habibie guna menjawab tuntutan
Reformasi secara cepat dan tepat. Beberapa point penting dari pidatonya tersebut adalah
kabinetnya akan menyiapkan proses reformasi dalam ketiga bidang yaitu:
1) Di bidang politik antara lain dengan memperbarui berbagai perundang- undangan dalam
rangka lebih meningkatkan kualitas kehidupan berpolitik yang bernuansa pada PEMILU
sebagaimana yang diamanatkan oleh Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN).
2) Di bidang hukum antara lain meninjau kembali Undang-Undang Subversi.
3) Di bidang ekonomi dengan mempercepat penyelesaian undang-undang yang
menghilangkan praktik-praktik monopoli dan persaingan tidak sehat.

Maka fokus perhatian pemerintahan Habibie diarahkan pada tiga bidang tersebut
1. Pembentukan Kabinet Reformasi Pembangunan
Pusat perhatian Kabinet Reformasi Pembangunan adalah meningkatkan kualitas,
produktivitas dan daya saing ekonomi rakyat, dengan memberi peran perusahaan kecil,
menengah dan koperasi, karena terbukti memiliki ketahanan ekonomi dalam menghadapi
krisis
2. Sidang Istimewa MPR 1998
Beberapa hasil yang dijanjikan pemerintah dalam menghadapi tuntutan keras dari
mahasiswa dan gerakan reformasi telah terwujud dalam ketetapan-ketetapan yang
dihasilkan MPR, antara lain:
• Terbukanya kesempatan untuk mengamendemen UUD 1945 tanpa melalui referendum.
• Pencabutan keputusan P4 sebagai mata pelajaran wajib (Tap MPR No.
XVIII/MPR/1998).
• Masa jabatan presiden dan wakil presiden dibatasi hanya sampai dua kali masa tugas,
masing masing lima tahun (Tap MPR No. XIII/MPR/1998).
• Agenda reformasi politik meliputi pemilihan umum, ketentuan untuk memeriksa
kekuasaan pemerintah, pengawasan yang baik dan berbagai perubahan terhadap
Dwifungsi ABRI.
 Tap MPR No. XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia, mendorong kebebasan
mengeluarkan pendapat, kebebasan pers, kebebasan berserikat, serta pembebasan tahanan
politik dan narapidana politik
3. Reformasi Bidang Politik

Anda mungkin juga menyukai