Anda di halaman 1dari 17

IMPLEMENTASI PANCASILA PADA MASA

ERA REFORMASI

KELOMPOK 2 :

1. GERONSIUS SANGSUN DEO DATUS DARU 1807511100/05


2. NI MADE RISA PUSPITA AYUNI 1807511107/09
3. I MADE PINO JULIAN 1807511107/08
4. I KADEK AGUS KRISNA ANDIANA 1807511101/06

EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

2018
Rumusan Masalah
1. jelaskan latar belakang munculnya era reformasi secara ringkas?
2. Jelaskan program presiden pada masa reformasi secara ringkas?
3. Jelaskan tentang amandemen UUD 1945?
4. Jelaskan lembaga pada masa reformasi?
5. Jelaskan tentang pemilu pada masa reformasi?
6. Apakah pada masa ini terjadi penguatan atau pelemahan nilai pancasila?
1. jelaskan latar belakang munculnya era reformasi secara ringkas?

Reformasi merupakan suatu gerakan yang menghendaki adanya perubahan kehidupan


bermasyarakat, berbangsa dan bernegara ke arah yang lebih baik secara konstitusional. Artinya,
adanya perubahan kehidupan dalam bidang politik, ekonomi, hukum,sosial dan budaya yang
lebih baik, demokratis berdasarkan prinsip kebebasan, persamaan dan persaudaraan. Gerakan
Reformasi lahir sebagai jawaban atas krisis yang melanda berbagai segi kehidupan. Krisis
politik, ekonomi, hukum dan krisis sosial merupakan faktor-faktor yang mendorong lahirnya
gerakan reformasi. Bahkan krisis kepercayaan telah menjadi salah satu indikator yang
menentukan. Reformasi dipandang sebagai gerakan yang tidak boleh ditawar-tawar lagi dan
karena itu, hampir seluruh rakyat indonesia mendukung sepenuhnya gerakan reformasi tersebut.
1. Pengertian dan Agenda sistem pemerintahan Reformasi
Reformasi merupakan suatu perubahan tatanan perikehidupan lama dengan
perikehidupan baru dan secara hukum menuju kearah perbaikan. Reformasi merupakan
formulasi menuju indonesia baru dengan tatanan baru. Tatanan gerakan reformasi pada
mulanya disuarakan dari kalangan kampus yaitu Mahasiswa, dosen maupun rektor.
Situasi politik dan ekonomi indonesia yang demikian terpuruk mendorong kalangan
kampus tidak hanya bersuara melalui mimbar bibas di kampus, namun akhirnya
mendorong mahasiswa turun ke jalan.
2. Latar belakang lahirnya masa pemerintahan Reformasi yaitu krisis finansial Asia yang
terjadi sejak tahun 1997 menyebabkan ekonomi indonesia melemah. Keadaan memburuk.
Adanya sistem monopoli di bidang perdagangan, jasa, dan usaha. Pada masa orde baru,
orang-orang dekat dengan pemerintah akan mudah mendapatkan fasilitas dan kesempatan
bahkan mampu berbuat apa saja demi keberhasilan usahanya (Terjadi krisis moneter)
Krisis tersebut membawa dampak yang luas bagi kehidupan manusia dan bidang usaha.
Banyak perusahaan yang ditutup sehingga terjadi PHK dimana-mana dan menyebabkan
angka pengangguran meningkat tajam serta muncul kemiskinan dimana-mana dan krisis
perbankan. KKN semakin merajalela, ketidakadilan dalam bidang hukum, pemerintahan
orde baru yang otoriter dan tertutup, besarnya peranan militer dalam orde baru, adanya 5
paket UU serta memunculkan demonstrasi yang digerakkan oleh mahasiswa. Tuntutan
utama kaum demonstran adalah perbaikan ekonomi dan reformasi total.
3. Munculnya Gerakan Reformasi
Karena Pemerintahan Orde Baru dinilai tidak mampu menciptakan kehidupan
masyarakat yang adil dalam kemakmuran dan makmur dalam keadilan berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945. Oleh karena itu, tujuan lahirnya gerakan reformasi adalah
untuk memperbaiki tatanan perikehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Kesulitan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pokok merupakan faktor atau
penyebab utama lahirnya gerakan reformasi. Namun, persoalan itu tidak muncul secara
tiba-tiba. Banyak faktor yang mempengaruhinya, terutama ketidakadilan dalam
kehidupan politik, ekonomi dan hukum. Pemerintahan orde baru dipimpin presiden
Soeharto selama 32 tahun, ternyata tidak konsisten dan konsekuen dalam melaksanakan
cita-cita Orde Baru. Pada awal kelahirannya tahun 1966, Orde baru bertekad untuk
menata kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945. Namun dalam pelaksanaannya, pemerintahan Orde Baru banyak melakukan
penyimpangan terhadap nilai-nilai pancasila dan ketentuan-ketentuan yang tertuang
dalam UUD 1945 yang sangat merugikan rakyat kecil. Bahkan, Pancasila dan UUD 1945
hanya dijadikan legitimasi untuk mempertahankan kekuasaan. Penyimpangan-
penyimpangan itu melahirkan krisis multidimensional yang menjadi penyebab umum
lahirnya gerakan reformasi, yaitu:
a. Krisis Politik
b. Krisis Ekonomi
c. Krisis Hukum
d. Krisis Sosial
e. Krisis Kepercayaan
4. Sistematika Pelaksanaan UU 1945 pada masa Orde Reformasi
Pada masa orde Reformasi demokrasi yang dikembangkan pada dasarnya adalah
demokrasi dengan berdasarkan kepada pancasila dan UUD 1945. Pelaksanaan demokrasi
Pancasila pada masa Orde Reformasi dilandasi semangat Reformasi, dimana paham
demokrasi berdasar atas kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
pemusyawaratan/ perwakilan, dilaksanakan dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa serta
menjunjung tinggi nilai kemanusiaan yang adil dan beradab, selalu memelihara persatuan
indonesia dan untuk mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pelaksanaan demokrasi Pancasila pada masa Reformasi telah banyak memberi ruang gerak
kepada parpol dan komponen bangsa lainnya termasuk lembaga permusyawaratan rakyat
dan perwakilan rakyat mengawasi dan mengontrol pemerintah secara kritis sehingga dua
kepala negara tidak dapat melaksanakan tugasnya sampai akhir masa jabatannya selama 5
tahun karena dianggap menyimpang dari garis Reformasi.
Ciri-ciri umum demokrasi Pancasila pada masa orde Reformasi:
1. Mengutamakan musyawarah mufakat
2. Mengutamakan Kepentingan masyarakat, bangsa dan negara
3. Tidak memaksakan kehendak pada orang lain
4. Selalu diliputi oleh semangat kekeluargaan
5. Adanya rasa tanggung jawab dalam melaksanakan keputusan hasil musyawarah
6. Dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati yang luhur
7. Keputusan dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berdasarkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan
8. Penegakan kedaulatan rakyat dengan memperdayakan pengawasan sebagai lembaga
negara, lembaga politik dan lembaga swadaya masyarakat.
9. Pembagian secara tegas wewenang kekuasaan lembaga Legislatif, Eksekutif dan
Yudikatif
10. Penghormatan kepada beragam asas, ciri dan aspirasi dan program parpol yang
memiliki partai
11. Adanya kebebasan mendirikan partai sebagai aplikasi dari pelaksanaan hak asasi
manusia

2. Jelaskan program presiden pada masa reformasi secara ringkas?


Sistem pemerintahan Pada masa Orde Reformasi Sistem pemerintahan masa orde baru
reformasi dapat dilihat dari aktivitas kenegaraan sebagai bersikut:

a. Kebijakan pemerintah yang memberi ruang gerak yang lebih luas terhadap hak-hak
untuk mengeluarkan pendapat dan pikiran baik lisan atau tulisan sesuai pasal 28 UUD
1945 dapat terwujud dengan dikeluarkannya UU No 2 / 1999 tentang partai politik yang
memungkinkan multipartai
b. Upaya untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa serta tanggung
jawab dibuktikan dengan dikeluarkan ketetapan MPR No IX/MPR/1998 yang ditindak
lanjuti dengan UU no 30/2002 tentang KOMISI pemberantasan tindak pidana korupsi

c. Lembaga MPR sudah berani mengambil langkah-langkah politis melalui sidang


tahunan dengan menuntut adanya laporan pertanggung jawaban tugas lembaga negara,
UUD 1945 di amandemen, pimpinan MPR dan DPR dipisahkan jabatannya, berani
memecat presiden dalam sidang istimewanya.

d. Dengan Amandemen UUD 1945 masa jabatan presiden paling banyak dua kali masa
jabatan, presiden dan wakil presiden dipilih langsung oleh rakyat mulai dari pemilu 2000
dan yang terpilih sebagai presiden dan wakil presiden pertama pilihan langsung rakyat
adalah Susilo Bambang Yodoyono dan yoesuf kalla, MPR tidak lagi lembaga tertinggi
negara melainkan lembaga yang kedudukannya sama dengan presiden, MA, BPK,
kedaulatan rakyat tidak lagi ditangan MPR melainkan menurut UUD. Di dalam
amandemen UUD 1945 ada penegasan tentang sistem pemerintahan presidensial tetap
dipertahankan dan bahkan diperkuat. Dengan mekanisme pemilihan presiden dan wakil
presiden secara langsung.

Beberapa kebijakan yang dikeluarkan B.J. Habibie untuk mewujudkan Tujuan dari
Reformasi

a. Kebijakan dalam bidang politik Reformasi dalam bidang politik berhasil mengganti
lima paket undang-undang masa orde baru dengan tiga undang-undang politik yang
lebih demokratis. Berikut ini tiga undang-undang tersebut yaitu:
· UU No. 2 tahun 1999 tentang partai politik
· UU No. 3 tahun 1999 tentang pemilihan umum
· UU No. 4 tahun 1999 tentang susunan dan kedudukan DPR/MPR
b. Kebijakan dalam bidang ekonomi Untuk memperbaiki perekonomian yang
terpuruk, terutama dalam sektor perbankan, pemerintah membentuk Badan
Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Selanjutnya pemerintah mengeluarkan UU
no 5 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen
c. Kebebasan dalam menyampaikan pendapat dan pers Kebebasan menyampaikan
pendapat dalam masyarakat mulai terangkat kembali. Hal ini terlihat dari munculnya
partai-partai politik dari berbagai golongan dan ideologi. Masyarakat dapat
menyampaikan kritik secara terbuka kepada pemerintah. Disamping kebebasan
dalam menyampaikan pendapat, kebebasan juga diberikan kepada pers. Reformasi
dalam Pers dilakukan dengan cara menyederhanakan Permohonan Surat Ijin Usaha
Penerbitan (SIUP)
d. Pelaksanaan Pemilu Pada masa pemerintahan B.J Habibie berhasil
diselenggarakan pemilu multipartai yang damai dan pemilihan presiden yang
demokratis. Pemilu tersebut diikuti oleh 48 partai politik. Dalam pemerintahan B.J
Habibie juga berhasil menyelesaikan masalah Timor Timur. B.J Habibie mengambil
kebijakan untuk melakukan jajak pendapat di Timor Timur. Masa Reformasi
berusaha membangun kembali kehidupan yang demokratis antara lain:
a) Keluarnya ketetapan MPR RI No X/MPR/1998 tentang Pokok-Pokok Reformasi
b) Ketetapan No VII/MPR/1998 tentang pencabutan Tap MPR tentang Referendum
c) Tap MPR RI No XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan negara yang bebas dari
KKN
d) Tap MPR RI No XII/MPR/1998 tentang pembatasan masa jabatan presiden dan
wakil presiden RI e) Amandemen UUD 1945 sudah sampai Amandemen I,II,III,IV
3. Jelaskan tentang amandemen UUD 1945?
Amandemen UUD 1945
Undang-undang dasar mempunyai peranan penting bagi suatu negara karena sebagai landasan
struktural dalam penyelenggaraan pemerintahan negara. Undang-undang dasar negara kita adalah
UUD 1945. Menurut Tap. MPR No. III/2000, Undang-Undang Dasar 1945 adalah hukum dasar
Republik Indonesia memuat dasar dan garis besar hukum dalam penyelenggaraan negara. Oleh
karena itu, para pejabat/pemerintah harus berjanji setia terhadap UUD 1945 sebelum
melaksanakan tugasnya.
Salah satu tuntutan Reformasi 1998 adalah dilakukannya perubahan (amandemen) terhadap
UUD 1945. Latar belakang tuntutan perubahan UUD 1945, antara lain karena pada masa Orde
Baru, kekuasaan tertinggi di tangan MPR (dan pada kenyataannya bukan di tangan rakyat),
kekuasaan yang sangat besar pada Presiden, adanya pasal-pasal yang terlalu “luwes” (sehingga
dapat menimbulkan multitafsir), serta kenyataan rumusan UUD 1945 tentang semangat
penyelenggara negara yang belum cukup didukung ketentuan konstitusi.
Tujuan perubahan UUD 1945 waktu itu adalah menyempurnakan aturan dasar seperti tatanan
negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi negara demokrasi dan negara
hukum, serta hal-hal lain yang sesuai dengan perkembangan aspirasi dan kebutuhan bangsa.
Perubahan UUD 1945 dengan kesepakatan di antaranya tidak mengubah Pembukaan UUD 1945,
tetap mempertahankan susunan kenegaraan (staat structuur) kesatuan atau selanjutnya lebih
dikenal sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), serta mempertegas sistem
pemerintahan presidensial
Hasil-Hasil Amandemen UUD 1945
Hasil-hasil amandemen UUD 1945 adalah sebagai berikut.
a . Perubahan Pertama Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 Setelah mempelajari, menelaah, dan mempertimbangkan dengan
saksama dan sungguh-sungguh hal-hal yang bersifat mendasar yang dihadapi oleh rakyat,
bangsa, dan negara, serta dengan menggunakan kewenangannya berdasarkan Pasal 37 Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Majelis Permusyawaratan Rakyat
Republik Indonesia mengubah Pasal 5 Ayat (1), Pasal 7, Pasal 9, Pasal 13 Ayat (2), Pasal 14,
Pasal 15, Pasal 17 Ayat (2) dan (3), Pasal 20, dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945
Naskah perubahan ini merupakan bagian tak terpisahkan dari naskah Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia ke-12 tanggal 19 Oktober 1999 Sidang Umum Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, dan mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Perubahan pertama UUD 1945 berkaitan dengan halhal berikut.

1. Pembatasan masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden, hanya untuk dua kali masa
jabatan dan memperjelas dan membatasi hak prerogatif Presiden
2. Penegasan kekuasaan legislasi (pembentukan UU) berada di DPR dan dalam
mengangkat duta besar dan menerima penempatan duta besar negeri lain, serta dalam
memberikan amnesti dan abolisi, Presiden harus memerhatikan pertimbangan DPR,
sebagai upaya untuk menciptakan mekanisme checks andnd balances
b. Perubahan Kedua Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 Setelah mempelajari, menelaah, dan mempertimbangkan dengan
saksama dan sungguh-sungguh hal-hal yang bersifat mendasar yang dihadapi oleh rakyat,
bangsa, dan negara, serta dengan menggunakan kewenangannya berdasarkan Pasal 37 Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Majelis Permusyawaratan Rakyat
Republik Indonesia mengubah dan/atau menambah Pasal 18, Pasal 18A, Pasal 18B, Pasal 19,
Pasal 20 Ayat (5), Pasal 20A, Pasal 22A, Pasal 22B, Bab IXA, Pasal 25E, Bab X, Pasal 26 Ayat
(2) dan Ayat (3), Pasal 27 Ayat (3), Bab XA, Pasal 28A, Pasal 28B, Pasal 28C, Pasal 28D, Pasal
28E, Pasal 28F, Pasal 28G, Pasal 28H, Pasal 28I, Pasal 28J, Bab XII, Pasal 30, Bab XV, Pasal
36A, Pasal 36B, dan Pasal 36C Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.
Perubahan tersebut ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 2000. Perubahan kedua berkaitan dengan
hal-hal sebagai berikut.

1. Penegasan susunan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri atas


Pemerintah Pusat, Provinsi, Kabupaten dan Kota, atas dasar penyelenggaraan prinsip
otonomi daerah dengan memerhatikan kekhususan, keistimewaan, dan keragaman
daerah.
2. Terdapat atribusi langsung dari amandemen Pasal 22A akan perlunya UU tentang Tata
Cara Pembentukan UU
3. Pengaturan mengenai hak asasi manusia lebih rinci dan luas
4. Terdapat pemisahan secara tegas mengenai lembaga, struktur, dan ruang lingkup antara
TNI yang berfungsi sebagai alat pertahanan negara dan Polri sebagai alat keamanan dan
ketertiban masyarakat serta penegakan hukum.
c . Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 Setelah mempelajari, menelaah, dan mempertimbangkan
dengan saksama dan sungguh-sungguh hal-hal yang bersifat mendasar yang dihadapi oleh
rakyat, bangsa, dan negara, serta dengan menggunakan kewenangannya berdasarkan
Pasal 37 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia mengubah dan/atau menambah Pasal 1
Ayat (2) dan (3); Pasal 3 Ayat (1), (3), dan (4); Pasal 6 Ayat (1) dan Ayat (2);
4. Jelaskan lembaga pada masa reformasi?
A. Lembaga tinggi Negara Bersifat Independen
 Presiden adalah suatu nama jabatan yang di gunakan untuk pemimpin
suatu organisasi,perusahaan,perguruan tinggi,atau negara. Pada
awalnya,istilah ini di pergunakan untuk seseorang yang memimpin suatu
acara atau rapat (ketua):tapi kemudia secara umum berkembang menjadi
istilah untuk seseorang yang memiliki kekuasaan eksekutif. Lebih
spesifiknya,istilah’PRESIDEN’ terutama di pergunakan untuk kepala
negara suatu Republik,baik dipilih secara langsung ataupun tak langsung.
 DPR(Dewan Perwakilan Rakyat) adalah salah satu lembaga tinggi negara
dalam sistem ketatanegaraan indonesia yang merupakan lembaga
perwakilan rakyat. DPR terdiri atas anggota partai politik peserta
pemilihan umum yang dipilih melalui pemilihan umum
 DPD(Dewan Perwakilan Daerah) adalah lembaga tinggi negara dalam
sistem ketatanegaraan yang anggotanya merupakan perwakilan dari setiap
provinsi yang dipilih melalui pemilihan umum.
 MPR(Majelis Permusyawaratan Rakyat) adalah lembaga legislatif
bikameral yang merupakan salah satu lembaga tinggi negara dalam sistem
ketatanegaraan indonesia. Sebelum reformasi,MPR merupakan lembaga
tertinggi negara. MPR bersidang setidaknya sekali dalam 5 Tahun di ibu
kota negara.
 Mahkamah Konstitusi (MK) adalah lembaga tinggi negara dalam sistem
ketatanegaraan indonesia yang merupakan pemegang kekuasaan
kehakiman bersama-sama dengan Mahkamah Agung(MA). Mahkamah
Konstitusi Republik indonesia di dirikan pada 15 oktober 2003 yurisdiksi
indonesia lokasi jakarta metode penyusunan di ajukan oleh 3 orang DPR,
3 orang oleh Presiden, dan 3 orang oleh MA dengan penetapan presiden di
sahkan oleh UUD NRI 1945 banding final.
 Badan Pemeriksa Keuangan(BPK) adalah lembaga tinggi negara dalam
sistem ketatanegaraan indonesia yang memiliki wewenang dan memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Menurut UUD
1945,BPK merupakan lembaga yang bebas dan mandiri anggota BPK
dipilih oleh DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD,dan
diresmikan olleh Presiden. Hasil pemeriksaan keuangan negara diserahkan
kepada DPR,DPD, dan DPRD (sesuai dengan kewengannya).
B. Lembaga Negara & Komisi-Komisi Negara
 Komisi Yudisial adalah lembaga negara yang dibentuk berdasarkan
Undang-Undang nomor 22 tahun 2004 yang berfungsi mengawasi perilaku
hakim dan mengusulkan nama calon hakim agung.
 Bank Indonesia(BI,dulu disebut De Jevasche Bank) adalah bank sentral
republik indonesia. Sebagai Bank sentral BI mempunyai satu tujuan
tunggal,yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan
nilai rupiah ini mengandung dua aspek yaitu: kestabilan mata uang
terhadap uang dan jasa,serta kestabilan terhadap mata uang negara lain.
 Tentara Nasional Indonesia (TNI) terdiri dari tiga angkatan
bersenjata,yaitu: TNI-AD,TNI-AL,TNI-AU,TNI dipimpin oleh seorang
pang lima TNI,sedangkan masing-masing angkatan memilki kepala staf
angkatan. Pang lima TNI saat ini adalah Agus Suhartono.
 POLRI(Kepolisian Negara Republik Indonesia) adalah kepolisian nasional
di indonesia,yang bertanggung jawab langsung dibawah presiden. Polri
mengemban tugas-tugas kepolisian diseluruh wilayah indonesia. Polri
dipimpin oleh seorang kepala kepolisian negara republik indonesia
(KAPOLRI).
 Komisi Pemilihan Umum(KPU) adalah lembaga negara yang
menyelenggarakan pemilihan umum di indonesia yakni meliputi
pemilihan umum anggotan DPR/DPD/DPRD/PRESIDEN dan
WAPRES,serta pemilihan umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah. Sebelum PEMILU 2004 KPU dapat terdiri dari anggota-anggota
yang merupakan anggota sebuah partai politik,namun setelah
dikeluarkannya UU NO 4/2000 pada Tahun 2000,maka diharuskan bahwa
anggota KPU adalah non-partisan.
 Kejaksaan Agung adalah lembaga kejaksaan yang berkedudukkan di ibu
kota negara indonesia dan daerah hukumnya meliputi wilayah kekuasaan
negara indonesia. Kejaksaan Agung,kejaksaan tinggi (berkedudukkan di
ibu kota provinsi dan daerah hukumnya meliputi wilayah provinsi) dan
kejaksaan negri (berkedudukkan di ibu kota kabupaten/kota dan daerah
hukumnya meliputi wilayah kabupaten/kota) merupakan kekuasaan negara
khususnya di bidang penuntuttan,dimana semuanya merupakan satu
kesatuan yang utuh yang tidak dapat dipisahkan.
C. Lembaga Berdasarkan Undang-Undang
 Pusat Pelaporan Dan Analisis Transaksi Keuangan(PPATK) adalah
lembaga independen yang dibentuk dalam rangka mencegah dan
membrantas tindak pidana pencucian uang. Lembaga ini memiliki
wewenang untuk melaksanakan kebijakkan pencegahan dan pembrantasan
pencucian uang sekaligus membangun rezim anti pencucian uang di
indonesia. Hal ini tentunya akan sangat membantu dalam upaya menjaga
stabilitas sistem keuangan dan menurunkan terjadinya tindak pidana
asal(predicate crimes)

5. Jelaskan tentang pemilu pada masa reformasi?

Pemilu pada Masa Reformasi

Pemilu juga masih diadakan setiap lima tahun sekali, seperti dimasa orde baru. Namun sistemnya
sudah berbeda dengan sistem pemilu pada masa orde baru. Pada masa sekarang, pemilihan
umum diadakan secara langsung. Dimana semua anggota legislatif (DPR, DPRD Provinsi,
DPRD Kabupaten/Kota, DPD) dipilih langsung oleh masyarakat, bukan lagi oleh panitia yang
ditetapkan oleh pemerintah. Selain itu, presiden dan wakil presiden juga sudah dipilih secara
langsung oleh masyarakat, bukan lagi oleh anggota DPR dan MPR.

Bukan hanya sistem pemilunya yang berbeda, tapi masa jabatannya jga sudah berubah. Jika pada
masa orde baru, presiden bisa menjabat sampai 32 tahun, maka pada masa sekarang hanya dua
periode (10 tahun). Jadi tidak akan ada lagi pemimpin seumur hidup di negeri ini.
Demikianlah perbedaan antara sistem pemilu pada masa orde baru dengan masa reformasi
(sekarang). Perbedaan tersebut akan dikaitkan dengan teori Herbert Spiro tadi. Kita akan
membandingkan kedua sistem tersebut dengan melihat keempat hal yang disebutkan tadi, yatiu
Stabilitas, Fleksibilitas, Efisiensi, dan Efektivitasnya.

Stabilitas

Jika ditinjau dari segi stabilitas, maka penulis melihat bahwa pemilu pada masa orde baru lebih
stabil dari masa sekarang. Pemilu sekarang kerap kali menimbulkan konflik antara pihak yang
kalah dengan pihak yang menang. Sebab pihak yang kalah sering kali tidak mau menerima
kelalahan dengan lapang dada. Selain itu hasil dari pemilihan juga tidak seperti dulu, khususnya
legislatif. Jika dulu anggota legislatif mewakili semua golongan, maka sekarang belum tentu.
Kebanyakan anggota legislatif adalah orang kaya dan pengusaha, karena orang miskin sulit
untuk mencalonkan diri sebagai caleg. Sebab untuk masuk sebagai caleg, harus membayar mahal
kepada partai.

Fleksibilitas

Pemilu pada masa orde baru lebih fleksibel daripada pemilu masa sekarang. Hal tersebut terjadi
karena sistem pada amsa orde baru cenderung stagnan. Selain itu partainya juga hany itu saja.
Jadi masyarakat tidak mengalami kesulitan dalam mengenali partai. Berbeda dengan sekarang,
pemilu diikuti oleh puluhan partai (tentunya kebanyakan adalah partai baru). Banyak masyarakat
yang tidak mengenali partai baru tersebut, khususnya masyarakat pedesaan dan masyarakat yang
berpendidikan rendah.

Efisiensi

Pemilu pada masa orde baru tidak memakan waktu yang banyak karena hanya satu kali saja.
Sedangkan pada masa sekarang pemilu diadakan dalam dua tahap, bahkan sampai tiga tahap
seperti yang terjadi pada pemilu tahun 2004 lalu. Tahapan pemilu tersebut juga membutuhkan
tenggang waktu yang tidak pendek, tapi mencapai dua sampai tiga bulan. Pada pemilu tahun
2004 lalu misalnya. Pemilihan anggota legislatif dilaksanakan pada bulan april, sedangkan
pemilihan Presiden dan Wakil Presiden baru dilaksanakan pada bulan Juli. Kemudian pemilihan
Presiden dan Wakil Presiden tahap kedua dilaksanakan pada bulan september. Jadi jika
dikalkulasikan, maka negeri ini butuh waktu hampir satu tahun untuk melaksanakan pemilu.
Berbeda dengan sistem orde baru, yang hanya butuh waktu dalam jumlah bulan dan itupun tidak
sampai lebih dari dua bulan. Jadi pemilu pada masa orde baru memang lebih efisien
dibandingkan dengan pemilu pada masa sekarang.

Efektivitas

Pemilu pada masa ferormasi membutuhkan biaya yang cukup besar, mencapai triliunan rupiah.
Itu belum termasuk biaya untuk melakukan pilkada di tingkat provinsi dan kabupaten kota.
Untuk pemilihan umum harus diadakan dua kali, yaitu pemilihan anggota legislatif dan
pemilihan presiden serta wakil presiden. Sementara pada masa orde baru pemilu hanya
berlangsung satu kali. Jadi tidak membutuhkan biaya yang sebanyak pemilu sekarang. Belum
lagi pemilihan kepala daerah. Jika pada masa orde baru, kepala daerah ditentukan oleh
pemerintah pusat, jadi tidak membutuhkan biaya untuk melakukan proses pilkada seperti yang
terjadi sekarang. Jadi jika kita telaah, memang pemilu di msa orde baru lebih irit penggunaan
biayanya. Namun masyarakat tidak bebas memilih, karena yang terpilih pasti itu-itu saja.
Sehingga hasil pemilihan kerap kali tidak sesuai dengan harapan masyarakat.

6. Apakah pada masa ini terjadi penguatan atau pelemahan nilai pancasila?

Di era reformasi ini, Pancasila seakan tidak memiliki kekuatan mempengaruhi dan menuntun
masyarakat. Pancasila tidak lagi populer seperti pada masa lalu. Elit politik dan masyarakat
terkesan masa bodoh dalam melakukan implementasi nilai-nilai pancasila dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Pancasila memang sedang kehilangan legitimasi, rujukan dan elan
vitalnya. Sebab utamannya sudah umum kita ketahui, karena rejim Orde Lama dan Orde Baru
menempatkan Pancasila sebagai alat kekuasaan yang otoriter.

Terlepas dari kelemahan masa lalu, sebagai konsensus dasar dari kedirian bangsa ini, Pancasila
harus tetap sebagai ideologi kebangsaan. Pancasila harus tetap menjadi dasar dari penuntasan
persoalan kebangsaan yang kompleks seperti globalisasi yang selalu mendikte, krisis ekonomi
yang belum terlihat penyelesaiannya, dinamika politik lokal yang berpotensi disintegrasi, dan
segregasi sosial dan konflik komunalisme yang masih rawan. Kelihatannya, yang diperlukan
dalam konteks era reformasi adalah pendekatan-pendekatan yang lebih konseptual,
komprehensif, konsisten, integratif, sederhana dan relevan dengan perubahan-perubahan yang
terjadi dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.
Di era reformasi ini ada gejala Pancasila ikut “terdeskreditkan” sebagai bagian dari pengalaman
masa lalu yang buruk. Sebagai suatu konsepsi politik Pancasila pernah dipakai sebagai legitimasi
ideologis dalam membenarkan negara Orde Baru dengan segala sepak terjangnya. Sungguh suatu
ironi sampai muncul kesan di masa lalu bahwa mengkritik pemerintahan Orde Baru dianggap
“anti Pancasila“.

Jadi sulit untuk dielakkan jika ekarang ini muncul pendeskreditan atas Pancasila. Pancasila ikut
disalahkan dan menjadi sebab kehancuran. Orang gamang untuk berbicara Pancasila dan merasa
tidak perlu untuk membicarakannya. Bahkan bisa jadi orang yang berbicara Pancasila dianggap
ingin kembali ke masa lalu. Anak muda menampakkan kealpaan bahkan phobia-nya apabila
berhubungan dengan Pancasila. Salah satunya ditunjukkan dari pernyataan Ketua Umum
Gerakan Mahasiswa dan Pemuda Indonesia M Danial Nafis pada penutupan Kongres I GMPI di
Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Senin, 3 Maret 2008 bahwa kaum muda yang diharapkan
menjadi penerus kepemimpinan bangsa ternyata abai dengan Pancasila. Pernyataan ini
didasarkan pada hasil survey yang dilakukan oleh aktivis gerakan nasionalis tersebut pada 2006
bahwa sebanyak 80 persen

mahasiswa memilih syariah sebagai pandangan hidup berbangsa dan bernegara. Sebanyak 15,5
persen responden memilih aliran sosialisme dengan berbagai varian sebagai acuan hidup dan
hanya 4,5 persen responden yang masih memandang Pancasila tetap layak sebagai pandangan
hidup berbangsa dan bernegara.

Di sisi lain, rezim reformasi sekarang ini juga menampakkan diri untuk “malu-malu” terhadap
Pancasila. Jika kita simak kebijakan yang dikeluarkan ataupun berbagai pernyataan dari pejabat
negara, mereka tidak pernah lagi mengikutkan kata-kata Pancasila. Hal ini jauh berbeda dengan
masa Orde Baru yang hampir setiap pernyataan pejabatnya menyertakan kata – kata Pancasila
Menarik sekali pertanyaan yang dikemukakan Peter Lewuk yaitu apakah Rezim Reformasi ini
masih memiliki konsistensi dan komitmen terhadap Pancasila? Dinyatakan bahwa Rezim
Reformasi tampaknya ogah

dan alergi bicara tentang Pancasila. Mungkin Rezim Reformasi mempunyai cara sendiri
mempraktikkan Pancasila. Rezim ini tidak ingin dinilai melakukan indoktrinasi Pancasila dan
tidak ingin menjadi seperti dua rezim sebelumnya yang menjadikan Pancasila sebagai ideologi
kekuasaan. untuk melegitimasikan kelanggengan otoritarianisme Orde Lama dan otoritarianisme
Orde Baru Saat ini orang mulai sedikit- demi sedikit membicarakan kembali Pancasila dan
menjadikannya sebagai wacana publik. Beberapa istilah baru diperkenalkan untuk melihat
kembali Pancasila. Kuntowijoyo memberikan

pemahaman baru yang dinamakan radikalisasi Pancasila

Sesungguhnya jika dikatakan bahwa rezim sekarang alergi terhadap Pancasila tidak sepenuhnya
benar. Pernyataan tegas dari negara mengenai Pancasila menurut penulis dewasa ini adalah
dikeluarkannya ketetapan MPR No XVIII/ MPR /1998 tentang Pencabutan Ketetapan MPR RI
No II / MPR / 1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Eka Prasetya
Pancakarsa) dan Penetapan tentang Penegasan Pancasila sebagai dasar Negara. Pada pasal 1
Ketetapan tersebut dinyatakan bahwa Pancasila sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan
Undang Undang Dasar 1945 adalah dasar negara dari Negara Kesatuan Republik Indonesia
harus dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan bernegara. Dokumen kenegaraan lainnya
adalah Peraturan Presiden No 7 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2004-2009. Salah satu kutipan dari dokumen tersebut menyatakan bahwa
dalam rangka Strategi Penataan Kembali Indonesia, bangsa Indonesia ke depan perlu secara
bersama-sama memastikan Pancasila dan Pembukaan Undang- Undang Dasar 1945 tidak lagi
diperdebatkan. Untuk memperkuat pernyataan ini, Presiden Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono pada salah satu bagian pidatonya yang bertajuk "Menata Kembali Kerangka
Kehidupan Bernegara Berdasarkan Pancasila" dalam rangka 61 tahun hari lahir Pancasila
meminta semua pihak untuk menghentikan perdebatan tentang Pancasila sebagai dasar negara,
karena berdasarkan Tap MPR No XVIII /MPR/1998,

telah menetapkan secara prinsip Pancasila sebagai dasar negara

Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa di era reformasi ini elemen masyarakat bangsa
tetap menginginkan Pancasila meskipun dalam pemaknaan yang berbeda dari orde sebelumnya.
Demikian pula negara atau rezim yang berkuasa tetap menempatkan Pancasila dalam bangunan
negara Indonesia. Selanjutnya juga keinginan menjalankan Pancasila ini dalam praktek
kehidupan bernegara atau lazim dinyatakan dengan istilah melaksanakan Pancasila. Justru
dengan demikian memunculkan masalah yang menarik yaitu bagaimana melaksanakan Pancasila
itu dalam kehidupan bernegara ini.

Anda mungkin juga menyukai