Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

PENDAHULUDUAN
A. LATAR BELAKANG
Undang-Undang Dasar 1945 merupakan keseluruhan naskah yang terdiri
dari Pembukaan dan Pasal-pasal. Pembukaan terdiri dari 4 Alinea. Pasal-pasal
terdiri dari 16 Bab, Bab I sampai dengan Bab XVI, pasal 1 sampai dengan pasal
37. Setelah amandemen IV, UUD 1945 terdiri dari 20 Bab, Bab I sampai dengan
Bab XVI (Bab IV dihapus), dan 72 pasal, Pasal 1 sampai dengan Pasal 37,
ditambah dengan 3 pasal Aturan Peralihan dan 2 pasal Aturan Tambahan.
Pembukaan dan Pasal-pasal merupakan satu kesatuan. Disamping hukum
dasar tertulis, di Negara Indonesia juga berlaku hukum dasar yang tidak tertulis,
yaitu konvensi sebagai kebiasaan yang hidup dan terpelihara dalam praktek
penyelenggaraan kenegaraan.
Sebagai hukum dasar tertulis UUD 1945 mengikat: Pemerintah, Lembaga
Negara, Lembaga Masyarakat, setiap Warga Negara Indonesia, dan setiap
Penduduk yang berada di Wilayah Negara Republik Indonesia.
UUD 1945 bukan hukum biasa melainkan hukum dasar yang merupakan
sumber hukum yang tertinggi, sehingga seluruh hukum yang berlaku tidak boleh
bertentangan dengan UUD 1945. UUD 1945 terbentuk melalui sejarah yang amat
panjang melalui pasang surutnya kejayaan bangsa dan masa-masa penderitaan
penjajahan, dan masa-masa perjuangan untuk merdeka, menentukan sendiri hidup
dan masa depannya.
UUD 1945 untuk pertama kalinya diberlakukan pada tanggal 18 Agustus
1945, naskahnya pertama kali dimuat secara resmi dalam Berita Negara yaitu
Berita Republik Indonesia Tahun II Nomor 7 tanggal 15 Februari 1946.
Sebagai warga negara Republik Indonesia, Anda perlu mengetahui apakah
yang dimaksud dengan UUD 1945, bagaimana fungsi dan kedudukannya dalam
Tata Hukum Negara Republik Indonesia, dan perlu juga mengetahui bagaimana
terjadinya (pembentukannya) serta keterangan suasana pada waktu UUD 1945 itu
dibuat. Jadi kita akan membahas lebih lanjut tentang UUD 1945 pada masa
revormasi.

4
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana dinamika pelaksanaan UUD 1945 pada masa reformasi?

C. TUJUAN
 Mengetahui dinamika pelaksanaan UUD 1945 pada masa reformasi.
 Menambah wawasan pengarang.
 Mendapat nilai PPKN.

5
BAB 2
PEMBAHASAN
Masa Orde Baru di bawah kepemimpinan presiden Soeharto sampai tahun
1998 membuat pemerintahan Indonesia tidak mengamanatkan nilai-nilai
demokrasi seperti yang tercantum dalam Pancasila, bahkan juga tidak
mencerminkan pelaksanaan demokrasi atas dasar norma-norma dan pasal-pasal
UUD 1945. Pemerintahan dicemari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).
Keadaan tersebut membuat rakyat Indonesia semakin menderita. Terutama karena
adanya krisis moneter yang melanda Indonesia yang membuat perekonomian
Indonesia hancur. Hal itu menyebabkan munculnya berbagai gerakan masyarakat
yang dipelopori oleh generasi muda Indonesia terutama mahasiswa sebagai
gerakan moral yang menuntut adanya reformasi disegala bidang Negara.
Keberhasilan reformasi tersebut ditandai dengan turunnya presiden Soeharto
dari jabatannya sebagai presiden dan diganti oleh Prof. B.J Habibie pada tanggal
21 mei 1998. Kemudian bangsa Indonesia menyadari bahwa UUD 1945 yang
berlaku pada zaman orde baru masih memiliki banyak kekurangan, sehingga perlu
diadakan amandemen lagi. Berbagai macam produk peraturan perundang-
undangan yang dihasilkan dalam reformasi hukum antara lain UU. Politik Tahun
1999, yaitu UU. No.2 tahun 1999, tentang partai politik, UU. No.3 tahun 1999,
tentang pemilihan umum dan UU. No. 4 tahun 1999 tentang susunan dan
kedudukan MPR, DPR, dan DPRD; UU otonomi daerah, yaitu meliputi UU.
No.25 tahun 1999. Tentang pemerintahan daerah, UU. No.25 tahun 1999, tentang
pertimbangan keuangan antar pemerintahan pusat dan daerah dan UU. No.28
tahun 1999 tentang penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas dari KKN.
Berdasarkan reformasi tersebut bangsa Indonesia sudah mampu melaksanakan
pemilu pada tahun 1999 dan menghasilkan MPR, DPR dan DPRD hasil aspirasi
rakyat secara demokratis.

6
A. KRISIS-KRISIS YANG TERJADI

1. Krisis Multidimensi dan Munculnya Reformasi


Krisis moneter di Indonesia dimulai dengan menurunnya nilai tukar rupiah.
Hal itu memicu penurunan produktivitas ekonomi serta munculnya fungsi institusi
ekonomi dalam mengatasi krisis tersebut. Hal ini kemudian mengarah pada
munculnya krisis legitimasi kepercayaan atas pemerintahan Orde Baru yaitu krisis
kepercayaan pada bidang politik, bidang hukum, bidang sosial dan bidang
ekonomi. Permasalahan krisis kepercayaan terhadap pemerintahan Orde Baru
makin meningkat dengan diangkatnya kembali Soeharto sebagai presiden
Republik Indonesia. Dimulai dari krisis ekonomi yang menghantam Indonesia
pada medio 1997, efek domino pun langsung mendera masyarakat Indonesia
diberbagai lini. Penurunan tingkat daya beli, munculnya krisis sosial, dan
meningkatnya pengangguran karena PHK menjadi permasalahan sosial yang
krusial. Krisis politik, krisis social, dan krisis legitimasi atas pemerintahan Orde
Baru kemudian bermunculan sebagai reaksi pertama.

2. Krisis Ekonomi
Krisis ekonomi melanda Indonesia pada 1997, merupakan sebuah efek
domino dari krisis ekonomi Asia yang melanda berbagai Negara, seperti Thailand,
Filipina, dan Malaysia. Perkembangan ekonomi Indonesia telah mengalami
stagnansi sejak 1990-an.. barang-barang produksi Indonesia menjadi tidak
memiliki daya saing apabila dibandingkan dengan barang-barang luar negeri yang
secara bebas memasuki pasaran Indonesia. Oleh bank dunia, pembangunan
ekonomi tergolong berhasil apabila memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh
Bank Dunia. Syarat-syarat tersebut diantaranya adalah adanya peningkatan
investasi di bidang pendidikan, yang ditandai dengan peningkatan sumber daya
manusia, rendahnya tingkat korupsi yang ada di tataran pemerintahan, dan adanya
stabilitas dan kredibilitas politik.. adanya krisis moneter ditandai dengan
rendahnya mutu sumber daya manusia, tingginya tingkat korupsi di instansi-
instansi pemerintah, dan kondisi instabilitas politik. Perekonomian Indonesia
mengalami penurunan hingga mencapai 0% pada 1998.

7
3. Krisis Sosial
Kerusuhan sistematis yang terjadi dibeberapa daerah di Indonesia pada 13-
14 Mei 1998, menjadi bukti dari adanya pergesekan social antar masyarakat.
Munculnya berbagai kerusuhan horizontal ini merupakan implikasi dari kebijakan
ekonomi sentralistik yang menimbulkan jurang pemisah kesejahteraan yang
begitu tinggi antara pusat dan daerah

4. Krisis Politik
Proses aspirasi politik ke pemerintahan tidak terdistribusi secara sempurna.
Dengan demikian, proses penyaluran aspirasi rakyat pun terhambat. Segala
peraturan yang dibentuk oleh MPR/DPR pada prinsipnya tidak berorientasi jangka
panjang, melainkan semata-mata bertujuan untuk memenuhi keinginan dan
kepentingan para oknum-oknum tertentu. Selain itu, budaya korupsi, kolusi dan
nepotisme (KKN) telah mengakar kuat didalam tubuh birokrasi pemerintahan.
Unsure legislative yang sejatinya dilaksanakan oleh MPR dan DPR dalam
membuat dasar-dasar hukum dan haluan Negara menjadi sepenuhnya dilakukan
oleh Presiden Soeharto. Kondisi ini memicu munculnya kondisi status quo yang
berakibat pada munculnya krisis politik, baik itu dalam tataran elite politik
maupun masyarakat yang mulai mempertanyakan legitimasi pemerintahan Orde
baru.

B. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN MASA REFORMASI

1. Kelebihan – Kelebihan pada Masa Reformasi

 Munculnya kesadaran masyarakat akan pentingnya reformasi bagi bangsa


Indonesia.
 Kebebasan berpendapat kembali ditegakkan.
 Pengurangan masalah Dwi Fungsi ABRI dalam pemerintahan.
 Melakukan reformasi hukum dan perundang-undangan di Indonesia.
 Adanya jaminan terhadap Hak Asasi Manusia.
 Sector social politik Indonesia menjadi terbuka.

8
 Pemilu yang tadinya hanya dapat diikuti oleh 3 parpol saja sekarang dapat
diikuti oleh 48 parpol melalui seleksi.
 Kekakuan hukum masa Orde Baru menjadi terpecah atau mulai lenyap.
 Pemerintah memikirkan masalah social yang dialami masyarakat dengan
mewujudkan program membentuk lapangan pekerjaan bagi
pengangguaran.
 Corak karya sastra menjadi lebih berwarna dan banyak jenisnya sesuai
dengan kondisi social-politik saat itu.
 Pemublikasian karya sastra menjadi lebih mudah dan terbantu karena
adanya media komunikasi.

2. Kekurangan – Kekurangan pada Masa Reformasi


 Adanya perpecahan presepsi antara mahasiswa dan kelompok masyarakat
mengenai pengangkatan B.J Habibie sebagai Presiden.
 Tidak adanya pemberian subsidi terhadap masyarakat.
 Keputusan reformasi ekonomi yang dibutuhkan tidak sesuai dengan apa
yang diinginkan masyarakat.
 Terlalu dibebani oleh program penyesuaian structural dari IMF.
 Posisi militer tidak mendapat tempat yang cukup baik dihati masyarakat.
 Penanganan masalah ekonomi dan social menjadi tidak optimal karena
konflik politik internal dalam negeri.
 Adanya krisis multidimensi yang dihadapi oleh Indonesia.
 Pemerintah hanya terfokus pada perbaikan ekonomi.
 Kurangnya minat para pembaca pada karya sastra angkatan reformasi.

9
BAB 3
PENUTUP
A. SARAN
Saran saya agar para pembaca membaca lebih banyak buku untuk dibaca,
khususnya tentang UUD 1945 masa reformasi.
B. KESIMPULAN

Pelaksanaan dinamika UUD 1945 pada orde reformasi masih banyak


penyimpangan yang terjadi karena pada masa ini belum semua UUD 1945
dilaksanakan dan masih adanya korupsi, kolusi dan nepotisme. Sehingga
memunculkan orde ini terjadi krisis ekonomi, krisis social, krisis politik dan krisis
hukum.
Jadi kita harus menjaga UUD 1945 selamanya, jangan sampai menjadi lebih
buruk. Jika ingin dirubah harus dijadikan yang terbaik, agar tidak memiliki
kekurangan.

10
DAFTAR PUSTAKA
Kamil abdillah. Sina. 2022. Artikel ilmiah dampak zat adiktif. Cianjur : rumah
sina.

https://id.scribd.com/document/345155109/Makalah-Dinamika-Pelaksanaan-UUD-1945

https://www.academia.edu/44502702/DINAMIKA_PELAKSANAAN_UUD_1945

https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fwww.facebook.com
%2FMTsIslamiyahSayang
%2F&psig=AOvVaw22ZXSfmJx6tb6t_qV6uPxy&ust=1669714269080000&source=images
&cd=vfe&ved=0CAwQjRxqFwoTCJCMxsHI0PsCFQAAAAAdAAAAABAE

11

Anda mungkin juga menyukai