Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Reformasi lahir setelah negara kita ini mengalami krisis yang melanda berbagai
aspek, mulai dari kehidupan, ekonomi, politik, hukum, kepercayaan, dan yang parahnya lagi
adalah krisis kebutuhan pokok. Karena pada masa orde baru itu Indonesia mengalami krisis
yang cukup parah, akhirnya muncullah gerakan-gerakan mahasiswa dan masyarakat lainnya
yang meminta Presiden Soeharto untuk turun dari jabatannya.
Setelah Soeharto mundur, jabatan presiden diserahkan kepada wakilnya, yaitu B.J
Habibie. Hal tersebut dilakukan berdasarkan pasal 8 UUD 1945. Setelah naiknya Habibie
sebagai presiden, kondisi politik dan ekonomi pun kian berubah. Proses dan penerapan
demokrasi di Indonesia mulai membaik. Presiden dipilih berdasarkan pemilu dalam skala 5
tahun sekali, dan semua masyarakat memiliki hak memilihnya.
Lahirnya gerakan reformasi didasari oleh keinginan untuk melakukan perubahan yang
disebabkan oleh dampak negatif dari kebijakan-kebijakan yang dilaksanakan pemerintahan
Orde Baru. Kenapa? Padahal pada masa Orde Baru sebetulnya pemerintah berhasil
mewujudkan kemajuan pembangunan yang pesat.
Sayangnya, kemajuan pembangunan tersebut sebetulnya tidak merata. Hal itu tampak
dengan adanya kemiskinan di sejumlah wilayah yang justru menjadi penyumbang terbesar
devisa negara seperti di Riau, Kalimantan Timur, dan Papua.

1.2 Rumusan Masalah


1. Gerakan Perubahan dari Orde Baru ke Sistem Reformasi
2. Kebijakan Pemerintah B.J HABIBIE
3. Kebijakan Pemerintah ABDURRAHMAN WAHID
4. Kelebihan dan Kekurangan dari Pemerintahan B.J HABIBIE
5. Kelebihan dan Kekurangan dari Pemerintahan ABDURRAHMAN WAHID
6. Penyebab Kemunduran B.J HABIBIE
7. Penyebab Kemunduran ABDURRAHMAN WAHID

1.3 Tujuan
1. Gerakan Perubahan dari Orde Baru ke Sistem Reformasi
2. Kebijakan Pemerintah B.J HABIBIE
3. Kebijakan Pemerintah ABDURRAHMAN WAHID
4. Kelebihan dan Kekurangan dari Pemerintahan B.J HABIBIE
5. Kelebihan dan Kekurangan dari Pemerintahan ABDURRAHMAN WAHID
6. Penyebab Kemunduran B.J HABIBIE
7. Penyebab Kemunduran ABDURRAHMAN WAHID

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Gerakan Perubahan dari Orde Baru ke Sistem Reformasi


Dalam buku Hari-Hari yang Panjang (Transisi Orde Lama ke Orde Baru) (2008)
karya Sulastomo, pada tahun 1966 lahirlah Orde Baru dengan kepemimpinan Suharto sebagai
presiden. Awalnya masa ini untuk menata kembali kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Namun, pemerintahan tersebut dinilai tidak
konsisten dalam melaksanakan cita-cita awal Orde Baru. Selama 32 tahun memimpin,
ternyata Presiden Suharto justru mementingkan kelompok-kelompok tertentu saja, Sebab
terjadinya perubahan masyarakat pada masa Orde Baru karena masyarakat mulai merasa
kesulitan mendapatkan kebutuhan pokok.
Pada buku Di Masa Orde Baru (1997) karya A.H. Nasution, masyarakat merasa harga
kebutuhan pokok sudah mulai tinggi, seperti beras, terigu, minyak goreng, minyak tanah,
gula, susu, tekur, ikan kering, dan garam. Selain itu situasi politik di Indonesia semakin tidak
menentu dan tidak terkendali. Akibatnya masyarakat Indonesia semakin kritis dan tidak
percaya terhadap pemerintahan Orde Baru.
Gerakan reformasi terjadi atas tuntutan rakyat kepada pemerintah. Ketidakadilan
terjadi di berbagai bidang, seperti politik, hukum, dan ekonomi. Jurnal Berakhirnya
Pemerintahan Presiden Soeharto Tahun 1998 (2014) karya Lilik Eka Aprilia dkk, terdapat
beberapa sebab dan akibat terjadinya perubahan masyarakat Indonesia pada masa Orde Baru
hingga masa Reformasi, yaitu:
- Pembangunan tidak merata Pada masa Orde Baru, pemerintah
memfokuskanpembangunan di Pulau Jawa dan tidak memerhatikan wilayah-wilayah
yang lainnya. Hal tersebut mengakibatkan, beberapa daerah di luar Jawa tetap
merasakan kemiskinan. Padahal mereka juga turut menyumbang devisa lebih besar
untuk negara, seperti Kalimantan, Riau, dan Papua.
- Politik didominasi Golkar Di era Orde Baru, terjadi enam kali pemilihan umum yang
selalu dimenangkan oleh partai Golongan Karya. Hal ini karena semua elemen
pemerintahan (pegawai negeri) diharuskan untuk memilih partai tersebut.
- Retaknya kekuasaan Orde baru Pada tahun 1997, Indonesia mengalami krisis moneter
yang dipicu nilai tukar bath terhadap dolar Amerika. Hal tersebut kemudian menular
hingga seluruh kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Setelah itu,
pemerintahan Orde Baru mulai retak. Hal ini disebabkan dari penerapan sistem
sentralistik dan militeristik.

Di mana pemerintah mengabaikan kemampuan unsur masyarkat dan bangsa. Hal


tersebut membuat perilaku yang tidak wajar di bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya di
masyarakat. Sementara hubungan bertumpu pada presiden dan menimbulkan penilaian bahwa
presiden merupakan cerminan dari sistem itu sendiri yang tidak terkendali. Reformasi
merupakan suatu perubahan tatanan kehidupan lama dengan kehidupan baru dan secara
hukum menuju ke arah yang baik. Pola kehidupan masyarakat ikut berubah seiring
berubahnya pola pemerintahan dari Orde Baru ke masa reformasi. Perubahan ini terjadi
dalam berbagai bidang antara lain dalam kehidupan politik, ekonomi, dan sosial budaya.

2
Tujuan reformasi tentunya dilatar belakangi oleh sesuatu yang jadi pemicunya. Reformasi
tentu tidak akan muncul bila tidak ada penyebabnya. Berikut beberapa penyebab timbulnya
reformasi:
- Semakin melemahnya kondisi kehidupan ekonomi seluruh warga masyarakat bangsa
sebagai akibat krisis multidimensi yang berkepanjangan dan terus-menerus.
- Terjadi penyimpangan dan penyelewengan dalam pelaksanaan kehidupan di bidang
ketatanegaraan, termasuk bidang perundang-undangan dan hukum.
- Penyelenggara negara telah menggunakan kewenangannya secara otoriter di luar etika
kenegaraan melaui tindakan yang sangat merugikan dan menekan kehidupan rakyat
keseluruhan.
- Perlunya langkah-langkah penyelamatan dalam segenap bidang kehidupan, khususnya yang
menyangkut hajat hidup rakyat banyak.
- Reformasi harus menggunakan landasan kerohanian berupa falsafah dasar negara Pancasila.

2.2 Kebijakan Pemerintah B.J HABIBIE


Bacharuddin Jusuf Habibie adalah Presiden Republik Indonesia yang ketiga. Habibie
menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia setelah menggantikan presiden sebelumnya,
yaitu Soeharto. Habibie menjabat sebagai presiden selama satu tahun mulai dari tahun 1998
sampai tahun 1999. Meski terbilang singkat, Habibie mampu membuat reformasi besar-
besaran dalam sejarah Indonesia. Hal ini dapat dilihat mulai dari pemilu yang dialaksanakan
secara bebas dan demokratis, pers yang bebas bersuara dan tidak lagi dikekang dan berada di
bawah tekanan pemerintah, hingga kemerdekaan Timor Leste. Berikut adalah kebijakan
politik pada masa pemerintahan B.J. Habibie:
- Kebebasan Pers Pada masa pemerintahan sebelumnya, pers dibungkam dan dipaksa
mengikuti opini dari pemerintahan sehingga apabila ada pers yang menentang kebijakan
pemerintah maka akan mendapatkan hukuman. Dilansir dari Komisi Informasi Pusat
Republik Indonesia, dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers
pada masa pemerintahan Habibie menjadikan pers sebagai salah satu wujud kedaulatan RI.
Sehingga undang-undang tersebut menjadi ujung tonggak dari kebebasan pers yang ada di
Indonesia yang sering dibredel pada masa pemerintahan sebelumnya.
- Pemilu bebas dan demokratis Habibie juga membentuk undang-undang yang mengatur
kebebasan masyarakat Indonesia dalam melaksanakan pemilu yang diatur dalam Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 1999 tentang pemilu. Hasil dari dibentuknya undang-undang
tersebut adalah lahirnya 48 partai politik baru yang ikut berpartisipasi secara aktif dalam
pemilu Indonesia di tahun 1999. Pada tahun 1999, pemilu legislatif yang dilaksanakan
menjadi pemilu yang paling bebas dan demokratis yang terjadi setelah pemilu pada tahun
1955.
- Otonomi Daerah Wilayah Indonesia yang sangat luas dan memiliki karakter dan budaya
yang beragam menjadikan otonomi daerah merupakan hal yang diperlukan untuk
diterapkan di Indonesia. Sehingga pada masa pemerintahan Habibie dibentuklah Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah. Hasil dari lahirnya undang-
undang ini adalah meredanya gejolak disintergrasi yang sebelumnya sempat pecah di
Indonesia.
- Berakhirnya diskriminasi terhadap etnis tionghoa Inpres Nomor 26 Tahun 1999 dan Inpres
Nomor 4 tahun 1999 yang dikeluarkan oleh Habibie merupakan titik awal untuk
mengakhiri perilaku diskriminasi terhadap etnis Tionghoa di Indonesia. Dalam inpres
menghapuskan larangan untuk berbicara dan mengajar Bahasa Mandarin. Diskriminasi
3
terhadap etnis Tionghoa ini diwariskan dari masa pemerintahan Soeharto yang
sebelumnya memberlakukan program anti-komunis yang berimbas pada diskriminasi
terhadap etnis tertentu.
- Lahirnya komnas perempuan Pada peristiwa Mei 1998, banyak kasus kekerasan seksual
yang menimpa perempuan terutama dari etnis Tionghoa, hal ini memicu lahirnya tuntutan
dari masyarakat agar masalah ini tidak terulang kembali. Untuk memenuhi tuntutan ini,
Habibie mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 181 Tahun 1998 yang akhirnya
melahirkan komisi nasional perempuan di Indonesia.
- Kemerdekaan Timor Leste Referendum atau pemisahan diri Timor Leste dari Negara
Kesatuan Republik Indonesia terlaksana pada masa pemerintahan Habibie. Referendum ini
menghantarkan Timor Leste menjadi negara yang merdeka. Peristiwa referendum Timor
Leste ini sempat mendapatkan pertidaksetujuan dari pihak militer Indonesia, akan tetapi
Habibie tetap melaksanakan referendum Timor Leste.
- Wewenang Bank Indonesia Pada tahun 1998, Habibie melaksanakan restrukturisasi
perbankan di Indonesia dan memutuskan bahwa Bank Indonesia (BI) harus terpisah dari
pemerintahan agar tetap bersifat obyektif dan tidak terpengaruh oleh politik.Pemisahan
Bank Indonesia dari pemerintahan ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun
1999. Dilansir dari Indonesia Baik, Bank Indonesia sebagai bank sentral di Indonesia
diharapkan dapat membantu mengatasi krisis moneter yang menimpa Indonesia pada
tahun 1998 dengan cara meningkatnya suku bunga sebesar 70 persen dan diterbitkannya
obligasi senilai Rp 650 triliun untuk menalangi perbankan.

2.3 Kebijakan Pemerintah ABDURRAHMAN WAHID


Abdurrahman Wahid atau Gus Dur adalah presiden RI ke-4 yang memerintah dari
Oktober 1999 hingga Juli 2001.
Lain pemimpin, lain pula rintangannya. Di masa pemerintahan Abdurrahman Wahid
(Gus Dur), perekonomian Indonesia kembali menghadapi tantangan berat. Kebijakan-
kebijakan ekonomi Gus Dur yang mengundang kerutan di dahi para pakar, juga
perseteruannya dengan DPR dan IMF mempengaruhi iklim perekonomian Indonesia saat itu.
Sejumlah kebijakan seperti upaya mengubah independensi BI lewat amandemen UU BI, bea
masuk impor mobil mewah untuk KTT G-15 yang jauh lebih rendah dari yang seharusnya
(hanya 5% sementara seharusnya 75%), dan otonomi daerah yang membebaskan daerah
untuk mengajukan pinjaman luar negeri tidak populer di masyarakat dan menuai protes.
Kondisi perekonomian yang tampak memburuk setelah sebelumnya menunjukkan
gejala-gejala kepulihan di masa pemerintahan BJ Habibie meresahkan publik dan para
investor. Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS yang semula Rp. 7.500 (1999) menjadi Rp.
9.800 (2001), Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun dari 580 menjadi
458, begitu pun tingkat pertumbuhan ekonomi yang semula 5% (2000) menjadi 3,6% (2001).
Sebaliknya, tingkat inflasi pun meningkat drastis, dari 2% (1999) menjadi 12,6% (2001).
Di luar itu, pemerintahan Gus Dur bukannya tanpa capaian. Melalui desentralisasi
fiskal, pemerintah berama-sama dengan Bank Dunia brupaya menurunkan tingkat kemiskinan
melalui program pengembangan kecamatan. Selain itu, juga ada proyek pedesaan, mulai dari
pembangunan infrastruktur seperti jalan, jembatan dan saluran irigasi dan sanitasi, juga
memberikan bantuan Kredit Usaha Mikro.
Berikut sejumlah kebijakan Gus Dur dalam bidang politik:

4
1. Memisahkan TNI dengan Polri.
2. Membubarkan Departemen Penerangan dan Departemen Sosial karena tak bekerja
dengan baik.
3. Mengganti nama Irian Jaya menjadi Papua.
4. Mengakui Kong Hu Cu dan menjadikan Imlek hari nasional.
5. Mencabut larangan terhadap PKI dan penyebaran Marxisme dan Leninisme.
6. Menerapkan Otonomi Daerah.

Dalam bidang Ekonomi:


1. Melawan tekanan IMF
2. Perekonomian tumbuh positif untuk pertama kali sejak reformasi
3. Ketimpangan turun.

2.4. Kelebihan dan Kekurangan dari Pemerintahan B.J HABIBIE


Kelebihan
a. berhasil memotong nilai tukar rupiah terhadap dollar masih berkisar antara Rp 10.000 –
Rp 15.000.
b. Memulai menerapkan independensi Bank Indonesia agar lebih fokus mengurusi
perekonomian dengan langkah-langkah sebagai berikut :
 Melakukan restrukturisasi dan rekapitulasi perbankan melalui pembentukan BPNN dan
unit Pengelola Aset Negara.
 Melikuidasi beberapa bank yang bermasalah.
 Menaikkan nilai tukar rupiah terhadap dolar hingga di bawah Rp. 10.000,00
 Membentuk lembaga pemantau dan penyelesaian masalah utang luar negeri
 Mengimplementasikan reformasi ekonomi yang disyaratkan IMF.
 Mengesahkan UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan
yang Tidak Sehat.
 Mengesahkan UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Kelemahan
 Diakhir kepemimpinannya nilai tukar rupiah kembali meroket
 Tidak dapat meyakinkan investor untuk tetap berinvestasi di indonesia.
 Kebijakan yang di lakukan tidak dapat memulihkan perekonomian indonesia dari krisis
 Kurang tegas, walaupun pintar tetapi tak kurang dalam hal memimpin

2.5. Kelebihan dan Kekurangan dari Pemerintahan ABDURRAHMAN WAHID


1. Di Bidang Politik
Kelebihan :
1) Membentuk Kabinet Persatuan Nasional;
2) Sering melakukan perjalanan luar negeri dengan tujuan menjalin kerjasama dengan
negara lain, menarik investasi, menerima penghargaan, berobat, sekaligus menghadiri
bebagai forum dunia seperti forum ekonomi dunia atau pertemuan negara G-77.
3) Politik Luar Negeri Yang Bebas Aktif
Dengan kunjungan keluar negeri sebenarnya merupakan pemborosan, akan tetapi ini
dilakukan untuk mengangkat citra Negara Indonesia. Akibat rezim Pak Soeharto, citra
Indonesia dikenal sebagai negara totaliter dengan tingkat demokratisasi yang rendah.
Untukmengatasi hal tersebut Presiden Gus Dur melakukan kunjungan ke Negara
Negara yang tergabung dalam ASEAN, Afrika, Eropa, hingga Benua Amerika. Karena
kunjungan ini politik politik bebas aktif begitu kentara. Seringnya Presiden Gus Dur

5
berkunjung ke luar negeri ini ternyata mendapat respon positif dari dunia, bahkan
membuka peluang kerjasama (terutama kerjasama dalam bidang perdagangan)
4) Iklim Politik Yang Demokratis
Semua tahu bahwa pada masa Gus Dur suasana demokratis mulai tampak terwujud.
Hal ini dapat terlihat dengan tindakan gusdur yaitu:
- Penghapusan peraturan yang merugikan kaum minoritas;
- Pembubaran instansi negara yang tak lagi efektif (departemen penerangan dan sosial)
hingga “niat” Gusdur ini membuka hubungan diplomati dengan Israel;
- Kecenderungan pemikiran Gusdur yang menghargai kebebasan idividu dan
keberagaman (dasar dari demokrasi) serta reformis;
- Pada masa Abdurrahman Wahid terjadi perubahan drastis dalam bidang keterbukaan
media. Gus Dur melikuidasi departemen penerangan, sehingga media massa lebih leluasa
melakukan aktivitasnya;
- Gus Dur terkenal dengan faham pluralismenya. Pada eranya lah kelompok minoritas
Tionghoa mendapatkan pengakuan lebih besar, seperti dalam pengurusan dokumen
kependudukan dan penetapan Imlek sebagai hari libur nasional;
- Sayang, sistem dan pola pemerintahan Gus Dur tidak berjalan dengan baik. Terjadi
kegaduhan politik yang tidak perlu, sehingga stabilitas politik tidak terjaga;
- Stabilitas politik yang buruk menyebabkan stabilitas ekonomi berjalan pincang.

Kelemahan :
1) Presiden Abdurahman Wahid sering melontarkan pernyataan-pernyataan kepada media
yang kerap memanaskan suhu politik Tanah Air. Hal tersebut menimbulkan
keguncangan situasi politik dalam negeri. Salah satunya yaitu soal reshuffle cabinet
atau desakan mundur terhadap sejumlah menteri;
2) Rendahnya tingkat popularitas Gusdur;
3) Masyarakat kurang antusias dengan gaya pemerintahan Gusdur;
4) Dengan beberapa keputusan yang kontroversial membuat gusdur bukan sosok yang
populis. Sebagian kalangan menganggap Gus Dur adalah tokoh nasionalyang diakui
kecemerlangannya. Sebagai sosok utama di kalangan Nahdiyin (basis massa
keagamann organisasi Nahdatul Ulama), Gus Dur memang disegani kepemimpinannya.
Tapi, sebagai seorang negarawan yang harus arif dalammembuat kebijakan, Gus Dur
diragukan kemampuannya;
5) Tak Punya Basis Politik yang Kuat di Paremen (MPR/DPR);
6) Gus Dur bukanlah tokoh dari partai yang memenangkan pemilu. Partai yang
mengusungnya saat itu (PKB), bukan partaidengansuara terbanyak;
7) Proses terpilihnya Gus Dur pun terbilang unik. Hasil dari lobby-lobby politik yang
akhirnya membuat Gus Dur dipilih sebagai presiden. Akibatnya, dalam kabinet
pemerintahan yang dibentuk oleh Gus Dur, ia “terpaksa” merengkuh semua partai
tanpamelihat kesamaan platform (visi/misi) dengan dirinya.
8) Dengan gaya Gus Dur yang ceplas-ceplos, membuat banyak pihak yang awalnya
menunjukkan dukungan, sedikit demi sedikit menarik dukungannya. Simpati berubah
menjadi antipati. Puncaknya, Gus Dur pun dilengserkan oleh MPR dan “dipaksa”
keluar dari Istana Negara hanya dengan celana pendek dan kaos singlet.

6
2. Di Bidang Ekonomi
Kelebihan :
1) Memberi kebebasan seluas-luasnya kepada setiap suku terutama Tionghoa yang
notabenenya banyak berkecimpung di bidang ekonomi dengan seluas-luasnya;
2) Berani bersikap dan tegas juga pada sector-sektor ekonomi

Kelemahan :
1) Keterbatasan fisik sehingga performa beliau dalam memimpin negeri ini kurang
maksimal yang berimbas pada bidang ekonomi;
2) Seringnya melakukan perjalanan luar negeri sehingga dianggap menghamburkan
APBN.

2.6. Penyebab Kemunduran B.J HABIBIE


Salah satu kesalahan yang dinilai pihak oposisi terbesar adalah setelah menjabat
sebagai Presiden, B.J. Habibie memperbolehkan diadakannya referendum provinsi Timor
Timur (sekarang Timor Leste), ia mengajukan hal yang cukup menggemparkan publik saat
itu, yaitu mengadakan jajak pendapat bagi warga Timor Timur untuk memilih merdeka atau
masih tetap menjadi bagian dari Indonesia.
Pada masa kepresidenannya, Timor Timur lepas dari Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan menjadi negara terpisah yang berdaulat pada tanggal 30 Agustus 1999.
Lepasnya Timor Timur di satu sisi memang disesali oleh sebagian warga negara Indonesia,
tapi disisi lain membersihkan nama Indonesia yang sering tercemar oleh tuduhan pelanggaran
HAM di Timor Timur.
Kasus inilah yang mendorong pihak oposisi yang tidak puas dengan latar belakang
Habibie semakin giat menjatuhkan Habibie. Upaya ini akhirnya berhasil dilakukan pada
Sidang Umum 1999, ia memutuskan tidak mencalonkan diri lagi setelah laporan
pertanggungjawabannya ditolak oleh MPR.

2.7. Penyebab Kemunduran ABDURRAHMAN WAHID


1. Dia mengatakan bahwa DPD sebagai taman kanak-kanak yang menyebabkan terjadinya
perseteruan dan teradilah pengembosankan politik.
2. Menggantikan irian jaya sebagai papua barat, dan mengijinkan bintang kejora sebagai
simbol masyarakat papua barat.
3. Gusdur mendukung keputusan HAM di timor-timur

7
DAFTAR PUSTAKA

http://shentiald.blogspot.co.id/2013/12/makalah-indonesia-pada-masa-orde-baru.html
http://www.seputarsulut.com/wp-content/uploads/undang-undang-xyz-121004b.jpg
http://www.gentaandalas.com/wp-content/uploads/2016/05/Reformasi-1998-
500x309.jpg http://www.portalsejarah.com/wp-content/uploads/2014/11/Sejarah-Kelam-
Tragedi-Trisakti- 12-Mei-1998.jpg
http://assets.kompas.com/data/photo/2013/09/10/0805466krisis780x390.jpg
http://www.kabardewata.com/uploads/image/headlines/pbb-730x250.jpg
http://analisahukum.com/wp-content/uploads/2016/05/pemilu.jpg
http://3.bp.blogspot.com/-syZnUW45S-s/Vh9o98ruFWI/AAAAAAAAD-M/Z2vTM-
P9A3k/s1600/pki.JPG%20
http://img.antaranews.com/new/2016/04/ori/20160419antarafoto-aksi-tentang-
simposium- nasional-180416-riv-1.jpg%20
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/b/b7/
Pelantikan_Kabinet_Pembangunan_I.j pg/400px-
Pelantikan_Kabinet_Pembangunan_I.jpg%20
http://www.sejarah-negara.com/wp-content/uploads/2015/07/Simposium-Indonesia-
Negara- Hukum-1966.jpg
http://www.donisetyawan.com/wp-content/uploads/2016/02/orde-baru.jpg%20

Anda mungkin juga menyukai