Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah


Salah satu cara untuk meningkatkan sumber daya manusia adalah melalui proses
pembelajaran disekolah. Sekolah sebagai suatu sistem didukung oleh berbagai unsur
seperti kepala sekolah, guru, karyawan, sarana dan prasarana, orang tua serta lingkungan.
Setiap unsur seperti mempunyai fungsi dan peran masing-masing. Dalam proses
pembelajaran disekolah, ada guru yang mengajar dan ada siswa yang diajarkan (dididik).
Pelaksanaan pembelajaran adalah suatu peristiwa interaksi antara peserta didik dan
pendidik dalam suasana yang telah dirancang dan didukung dengan menghasilkan
perubahan pada peserta didik yaitu dari belum tahu menjadi tahu.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak
dapat memperoleh informasi dengan melimpah, cepat dan mudah dari berbagai sumber
dan tempat didunia. Untuk memperkecil hal itu, siswa perlu memiliki kemampuan
memperoleh, memilih dna mengelola informasi untuk bertahan pada keadaan yang selalu
berubah, tidak pasti dan konpetitif. Kemampuan tersebut membutuhkan pemikiran kritis,
sistematis, logis, kreatif dan bekerja sama yang efektif. Cara berpikir seperti ini dapat
dikembangkang melalui belajar matematika, karena matematika memiliki struktur dan
keterkaitan yang kuat dan jelas antar konsepnya. Sehingga memungkinkan kita terampil
berpikir rasional.
Matematika merupakan ilmu yang universal, yang mendasari perkembangan
teknologi modern. Mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan
daya fikir manusia. Perkembangan pesat dibidang teknologi informasi dan komunikasi
dewasa ini dilandasai oleh perkembangan matematika. Untuk menguasai dan
menciptakan teknologi dimasa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak
dini.
Mata pelajaran matematikaperl diberikan kepada semua peserta didik mulai dari
sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berfikir logis, analitis,
sistimatis, kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Koperasi tersebut diperlukan
agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola dan
memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak
pasti dan konpetitif.

1
Depdiknas (2004), menjelaskan tujuan pembelajaran matematika adalah sebagai
berikut :
1. Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui
kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan
konsisten dan inkosisten.
2. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, dan penemuan dengan
mengembangkan pemikiran divergen. Orisinil, rasa ingin tahu membuat presdiksi dan
dugaan serta mencoba-coba.
3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan
gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta, diagram, dalam
menjelaskan gagasan.
Berdasarkan hasil keluh kesah guru dan pengalaman peniti sebagai seorang guru
matematikanya yang mengajar di kelas VIII A, yang jumlah siswanya 36 orang,
ditemukan beberapa masalah dalam pembelajaran matematika, antara lain :
1. Aktivitas siswa dalam belajar matematika rendah. Hal ini terlihat selama proses
pembelajaran siswa lebih banyak menunggu peritnah dari guru. Siswa tidak punya
inisiatif untuk menyelesaikan tugas yang diberikan.
2. Rasa ingin tahu siswa rendah. Hal ini terbukti selama proses pembelajaran
matematika kurangnya siswa yang mau bertanya kepada guru.
3. Kemampuan siswa menghubungkan pelajaran yang telah dipelajari dengan pelajaran
yang baru kurang. Hal ini terbukti disaat siswa menyelesaikan soal-soal yang berbeda
dengan contoh. Siswa tidak bisa menyelesaikannya.
4. Pada akhir pembelajaran, siswa tidak mampu membuat kesimpulan dari apa yang
telah dipelajarinya.
5. Hasil belajar matematika siswa rendah. Hal ini terbukti dari hasil beberapa kali
ulangan blok, seperti tabel dibawah ini.
Tabel 1 : Hasil Ulangan Harian
Blok Materi Pokok Siswa Yang Tuntas
1 Lingkaran 22,14%
2 Kubus, balok, prisma tegak, limas 21,23%

Rata-rata 21,69%

2
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa siswa yang tuntas dari tiga kali ulangan
harian adalah 21,69%, atau sekitar 7 orang. Sedangkan menurut pentunjuk ketuntasan
belaajr Depdiknas secara klasikal yaitu 85%. In menunjukkan hasil belajar matematika
masih rendah.
Selain masih rendahnya hasil pembelajaran matematika siswa, permasalahan
yang penulis temui selama mengajar di sekolah adalah kurangnya peran serta siswa
dalam pembelajaran matematika. Saat guru menerangkan, siswa kurang memerhatikan,
mereka berbicara dengan teman sebangku, permisi keluar, dan jika disuruh mengerjakan
latihan, kebanyakan siswa hanya menunggu jawaban dari guru, atau menyalin jawaban
teman.
Apabila diamati lebih lanjut, aktivitas siswa untuk bertanya, menjawab
pertanyaan dan mengajukan pendapat dalam proses pembelajaran masih rendah.
Walaupun yang bertanya, menjawab pertanyaan dan mengajukan pendapat ada, tetapi
hanya beberapa siswa.
Belajar matematika bagi siswa seolah-olah membosankan. Siswa beranggapan
bahwa matematika itu sulit, membosankan, sehingga menjadi momok bagi siswa.
Sebelum belajar matematika dimulai, siswa sudag mempunyai gambaran tersendiri
tentang matematika itu. Selain itu pelajaran matematika pada umumnya bersifat abstrak
sehingga dalam pembelajaran matematika aktivitas siswa kurang. Pembelajaran
matematika yang diharapkan adalah mengembangkan aktivitas kreatif, mengembangkan
kemampuan memecahkan masalah serta mampu mengembangkan kemampuan
menyampaikan ide atau pendapat. Untuk itu guru selalu berupaya mencapai sasaran yang
diharapkan dengan merancang suatu pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas
siswa dalam pembelajaran matematika.
Berdasarkan penemuan tersebut di atas, perlu dicari solusi agar dalam
pembelajaran matematika aktivitas siswa lebih meningkat. Salah satu alternatif
pemecahan masalah-masalah yang terjadi dalam pembelajaran matematika tersebut,
peneliti mencoba menerapkan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran matematika.
Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata, siswa didorong membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan menerapkannya dalam kehidupan
mereka. Menurut Masnur Musliich (2007 : 40), menyatakan kesadaran perlunya
pendekatan kontekstual dalam pembelajaran didasarkan adanya kenyataan bahwa

3
sebagian besar siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajar
dengan bagaimana pemanfaatannya dalam kehidupan nyata.
Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual
menerapkan tujuh komponen, yaitu konstruktivisme, menemukan, bertanya, masyarakat
belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian sebenarnya. Dengan menerapkan tujuh
komponen tersebut, diharapkan siswa akan termotivasi untuk mau mengeluarkan
pendapat, mampu menemukan konsep, mau bertanya kepada guru dan sesama teman,
maupun menjadi model, dapat mengambil kesimpulan pembelajaran, dan pada akhirnya
dapat meningkatkan hasil belajar. Untuk itu penulis mencoba melakukan penelitian
tindakan kelas yang berjudul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Dalam
Mata Pelajaran Matematik Melalui Pendekatan Kontekstual Di Kelas VIII A SMP
Negeri 6 Bangkinang”.

B. Identifikasi masalah
Berdasarkan uriaan yang dikemukakan pada latar belakang diatas, muncul
beberapa masalah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Siswa lebih banyak menerima dari pada mengeluarkan pendapat
2. Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis
3. Masih ada siswa yang beranggapan matematika itu sulit
4. Siswa kurang termotivasi dalam belajar matematika
5. Kurangnya aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika
6. Belajar matematika membosankan bagi siswa
7. Rendahnya hasil belajar siswa

C. Batasan masalah
Mengingat banyaknya ruang lingkup permasalahan dalam pembelajaran
matematika, seperti yang telah diidentifikasikan diatas, maka penelitian ini dibatas pada
penggunaan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

D. Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah dalam penelitian ini, masalah
tersebut akan dipecahkan melalui penelitian tindakan kelas (action research), dan
rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :

4
1. Apakah penerapan media gambar dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam
pembelajaran matematika?
2. Apakah penerapan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar siswa?
3. Apakah penerapan media gambar dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
siswa?

E. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan :
1. Aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan Media Gambar
2. Hasil belajar IPS siswa dengan menggunakan Media Gambar
3. Aktivitas dan hasil belajar siswa dengan menggunakan media gambar

F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharpakan dapat memberikan sumbangan pikiran dan bermanfaat
bagi :
1. Peneliti sendiri sebagai guru mata pelajaran IPS dalam hal merancang,
mengembangkan dan melaksanakan pemakaian Media Gambar dalam pembelajaran
IPS
2. Rekan guru yang mengajar IPS, tentang pengaruh media gambar dalam upaya
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa
3. Dinas Pendidikan, sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijaksanaan
pendidikan
4. LPMP, sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan materi pelatihan bagi guru-
guru IPS.

Anda mungkin juga menyukai