Anda di halaman 1dari 29

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN MODEL

PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)


(Suatu penelitian tindakan kelas pada XII TKJ 2 SMK PGRI 109 Tangerang)

PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS

OLEH :

LULU MAYSYAROH ZAM ZAMI, S. Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI GURU

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG

2022

1
A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan salah satu bidang ilmu pengetahuan yang

memiliki peran penting dalam kehidupan. Matematika berkembang sangat

pesat di seluruh dunia. Pemberian pelajaran matematika di sekolah dinilai

sangat penting guna mempersiapkan kualitas peserta didik yang siap

beradaptasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Peserta didik yang

memiliki kecerdasan matematika merupakan aset untuk mengembangkan

banyak hal. Peserta didik memerlukan matematika untuk memenuhi

kebutuhan praktis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Misalnya, untuk dapat berhitung, dapat menghitung luas, keliling, jarak,

waktu, isi dan berat, dapat mengumpulkan, mengolah, menyajikan dan

menafsirkan data, dapat menggunakan kalkulator dan komputer. Selain itu,

agar mampu mengikuti pelajaran matematika lebih lanjut, membantu

memahami bidang studi lain seperti fisika, kimia, arsitektur, farmasi,

geografi, ekonomi, dan sebagainya, dan agar para siswa dapat berpikir

logis, kritis, dan praktis, beserta bersikap positif dan berjiwa kreatif

(Ekawati, Estina, 2011).

Pada dasarnya setiap peserta didik dianugerahi kecerdasan

matematika, yaitu kemampuan menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan kebutuhan matematika dan solusinya. Namun pada kenyataannya,

banyak siswa yang merasa kesulitan dalam memahami konsep

matematika. Hal ini terlihat dari motivasi peserta didik yang masih rendah

2
dalam belajar matematika, yang berakibat terhadap rendahnya hasil belajar

matematika peserta didik itu sendiri.

Fakta yang terjadi dikelas XII TKJ 2 yang terdiri dari 34 siswa,

sebanyak 17 siswa (50 %) mendapat nilai kurang dari 74 atau dengan kata

lain mendapat nilai dibawah KKM (Kriteria ketuntasan minimum) dan

hanya sebanyak 17 siswa (50 %) yang nilainya memenuhi KKM. Hal

tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar Matematika siswa kelas XII

TKJ 2 masih rendah.

Berdasarkan pengamatan guru, rendahnya hasil belajar matematika

disebabkan oleh rendahnya motivasi belajar peserta didik itu sendiri.

Kebanyakan dari mereka menganggap bahwa matematika adalah pelajaran

yang sulit dan tidak menyenangkan. Pandangan seperti inilah yang harus

diluruskan. Peserta didik perlu diberikan pemahaman bahwa matematika

berperan penting dalam kehidupan. Peserta didik perlu diberikan motivasi

secara terus menerus untuk belajar matematika, serta diberikan gambaran

tentang aplikasi matematika dalam berbagai bidang kehidupan. Usman

(2007:10) menyatakan bahwa dalam peranannya sebagai pengelola kelas

(learning manager), guru hendaknya mampu menciptakan proses

pembelajaran yang dapat mendorong peserta didik membangun

pemahamannya sendiri. Penerapan model pembelajaran yang tepat

diharapkan dapat membuat kegiatan pembelajaran menjadi lebih bermakna

sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.

3
Menurut teori konstruktivisme (Suherman, dkk, 2001: 71) belajar

adalah keterlibatan peserta didik secara aktif membangun pengetahuannya

melalui berbagai jalur, seperti membaca, berfikir, mendengar, berdiskusi,

mengamati, dan melakukan eksperimen. Ada tiga penekanan dalam teori

belajar konstruktivisme yaitu, (1) peran aktif peserta didik dalam

mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna, (2) pentingnya membuat

koneksi antara gagasan dalam pengkonstruksian secara bermakna, dan (3)

mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima. Dalam

teori ini, peserta didik dituntut untuk berperan aktif dalam pembelajaran,

sehingga kegiatan pembelajaran tidak lagi bersifat teacher centered dan

peserta didik tidak lagi dipandang sebagai objek pembelajaran tetapi

peserta didik adalah subjek pembelajaran, dengan demikian akan tercipta

meaningfull learning (pembelajaran yang bermakna). Pembelajaran yang

bermakna diperlukan bagi peserta didik, sebab dengan pembelajaran

bermakna diharapkan peserta didik dapat menanamkan pengetahuan yang

didapat lebih kuat dalam ingatannya.

Sesuai dengan uraian diatas maka peneliti mengadakan penelitian

dengan judul ”Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui

Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada

Pokok Bahasan Ukuran Pemusatan Data kelas XII TKJ 2 SMK PGRI 109

Tangerang”. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah

pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar

siswa pada materi ukuran pemusatan data.

4
2. Identifikasi Masalah

Dalam proses pembelajaran pada materi ukuran pemusatan data sebagian

besar siswa kelas XII TKJ 2 mengalami kesulitan dalam menyelesaikan

soal ukuran pemusatan data. Siswa masih lemah dalam pemahaman

konsep ukuran pemusatan data, hal ini yang menyebabkan hasil belajar

siswa rendah dilihat dari hasil rata-rata semester ganjil siswa. Dalam

pembelajaran siswa tidak semangat dan aktivatas sangat rendah karena

motivasi belajar yang rendah sehingga keaktifan siswa belum nampak.

Hal itu dikarenakan pembelajaran matematika di kelas XII TKJ 2 masih

berpusat pada guru. Interaksi dan komunikasi antara siswa dengan siswa

lainnya maupun dengan guru belum terjalin selama proses pembelajaran

karena diskusi kelompok jarang dilakukan. Dalam proses belajar

mengajar seharusnya siswa aktif agar proses belajar menjadi bermakna.

Guru seharusnya menggunakan model pembelajaran yang mengajak

siswa untuk belajar dalam kelompok sehingga siswa akan terbiasa aktif

bertanya dan berpendapat. Salah satu model pembelajaran yang

mendorong keaktifan, kemandirian dan tanggung jawab dalam diri siswa

diantaranya adalah model pembelajaran Problem Based Learning.

3. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini hanya akan membahas

masalah upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui penerapan

model pembelajaran Problem Based Learning. Dalam penelitian ini

indikator meningkatnya motivasi dilihat dari proses pembelajaran selama

5
dikenai tindakan dan meningkatnya hasil belajar siswa dilihat dari hasil

tes siswa.

4. Rumusan Masalah

Beradasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan, maka

permasalahan yang mendasar yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah

sebagian besar peserta didik kelas XII TKJ 2 SMK PGRI 109 Tangerang

tahun pelajaran 2020/2021 belum memiliki motivasi belajar matematika

yang tinggi. Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan masalah yang

akan dikaji dalam penelitian ini yaitu:

Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa dengan diterapkannya

model pembelajaran Problem Based Learning pada peserta didik kelas

XII TKJ 2 SMK PGRI 109 Tangerang tahun pelajaran 2020/2021 ?

5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan

diatas, maka penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan

hasil belajar matematika peserta didik kelas XII TKJ 2 tahun pelajaran

2020/2021.

6. Manfaat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi :

1. Guru

a) Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, baik dalam hal proses

maupun hasil

b) Meningkatkan profesionalisme guru

6
c) Meningkatkan rasa percaya diri guru

d) Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan guru secara aktif

dan berkesinambungan

e) Mengetahui manfaat diterapkannya model pembelajaran problem

based learning dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik

2. Peserta didik

a) Memberikan pengalaman kepada peserta didik tentang

pembelajaran yang berkesan, karena model pembelajaran problem

based learning menuntut peserta didik untuk aktif dalam kegiatan

pembelajaran

b) Melatih kemampuan berpikir peserta didik dalam mengkonstruksi

pengetahuan matematikanya

c) Meningkatkan prestasi belajar matematika

d) Melatih peserta didik untuk berpartisipasi dan berinteraksi secara

aktif dalam pembelajaran, baik peserta didik maupun antara peserta

didik dengan guru, serta interaksi antara materi dengan siswa.

3. Sekolah

Menjadi alternatif pelaksanaan pembelajaran matematika dalam rangka

meningkatkan kualitas pembelajaran agar tujuan pendidikan dapat

tercapai seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

berkembang pesat.

7
B. KAJIAN PUSTAKA

1. Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pertama kali diperkenalkan oleh

ahli psikologi sosial Amerika yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946.

Inti gagasan Lewin inilah yang selanjutnya dikembangkan oleh ahli-ahli

lain seperti Stephen Kemmis, Robin McTaggart, John Elliot, Dave Ebbutt,

dan sebagainya. PTK di Indonesia baru dikenal pada akhir dekade 80-an.

Oleh karenanya, sampai dewasa ini keberadaannya sebagai salah satu jenis

penelitian masih sering menjadikan pro dan kontra, terutama jika dikaitkan

dengan bobot keilmiahannya.

Jenis penelitian ini dapat dilakukan didalam bidang pengembangan

organisasi, manejemen, kesehatan atau kedokteran, pendidikan, dan

sebagainya. Di dalam bidang pendidikan penelitian ini dapat dilakukan

pada skala makro ataupun mikro. Dalam skala mikro misalnya dilakukan

di dalam kelas pada waktu berlangsungnya suatu kegiatan belajar-

mengajar untuk suatu pokok bahasan tertentu pada suatu mata kuliah.

Untuk lebih detailnya berikut ini akan dikemukan mengenai hakikat PTK.

Menurut John Elliot bahwa yang dimaksud dengan PTK ialah kajian

tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas

tindakan di dalamnya (Elliot, 1982). Seluruh prosesnya, telaah, diagnosis,

perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan pengaruh menciptakan

hubungan yang diperlukan antara evaluasi diri dari perkembangan

8
profesional. Pendapat yang hampir senada dikemukakan oleh Kemmis dan

Mc Taggart, yang mengatakan bahwa PTK adalah suatu bentuk refleksi

diri kolektif yang dilakukan oleh peserta–pesertanya dalam situasi sosial

untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik-praktik itu dan

terhadap situasi tempat dilakukan praktik-praktik tersebut (Kemmis dan

Taggart, 1988).

Menurut Carr dan Kemmis seperti yang dikutip oleh Siswojo

Hardjodipuro, dikatakan bahwa yang dimaksud dengan istilah PTK adalah

suatu bentuk refleksi diri yang dilakukan oleh para partisipan (guru, siswa

atau kepala sekolah) dalam situasi-situasi sosial (termasuk pendidikan)

untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran (a) praktik-praktik sosial

atau pendidikan yang dilakukan dilakukan sendiri, (b) pengertian

mengenai praktik-praktik ini, dan (c) situasi-situasi ( dan lembaga-

lembaga ) tempat praktik-praktik tersebut dilaksanakan (Harjodipuro,

1997). Lebih lanjut, dijelaskan oleh Harjodipuro bahwa PTK adalah suatu

pendekatan untuk memperbaiki pendidikan melalui perubahan, dengan

mendorong para guru untuk memikirkan praktik mengajarnya sendiri, agar

kritis terhadap praktik tersebut dan agar mau utuk mengubahnya. PTK

bukan sekedar mengajar, PTK mempunyai makna sadar dan kritis terhadap

mengajar, dan menggunakan kesadaran kritis terhadap dirinya sendiri

untuk bersiap terhadap proses perubahan dan perbaikan proses

pembelajaran. PTK mendorong guru untuk berani bertindak dan berpikir

9
kritis dalam mengembangkan teori dan rasional bagi mereka sendiri, dan

bertanggung jawab mengenai pelaksanaan tugasnya secara profesional.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, jelaslah bahwa

dilakukannya PTK adalah dalam rangka guru bersedia untuk

mengintropeksi, bercermin, merefleksi atau mengevalusi dirinya sendiri

sehingga kemampuannya sebagai seorang guru/pengajar diharapkan cukup

professional untuk selanjutnya, diharapkan dari peningkatan kemampuan

diri tersebut dapat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas anak

didiknya, baik dalam aspek penalaran; keterampilan, pengetahuan

hubungan sosial maupun aspek-aspek lain yang bermanfaat bagi anak

didik untuk menjadi dewasa. Dengan dilaksanakannya PTK, berarti guru

juga berkedudukan sebagai peneliti, yang senantiasa bersedia

meningkatkan kualitas kemampuan mengajarnya. Upaya peningkatan

kualitas tersebut diharapkan dilakukan secara sistematis, realities, dan

rasional, yang disertai dengan meneliti semua “ aksinya di depan kelas

sehingga gurulah yang tahu persis kekurangan-kekurangan dan

kelebihannya. Apabila di dalam pelaksanaan “aksi” nya masih terdapat

kekurangan, dia akan bersedia mengadakan perubahan sehingga di dalam

kelas yang menjadi tanggungjawabnya tidak terjadi permasahan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud dengan PTK ialah suatu penelitian yang dilakukan secara

sistematis reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru

yang sekaligus sebagai peneliti, sejak disusunnya suatu perencanaan

10
sampai penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa

kegiatan belajar-mengajar, untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang

dilakukan. Sementara itu, dilaksanakannya PTK di antaranya untuk

meningkatkan kualitas pendidikan atau pangajaran yang diselenggarakan

oleh guru/pengajar-peneliti itu sendiri, yang dampaknya diharapkan tidak

ada lagi permasalahan yang mengganjal di kelas.

2. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik

sebagai hasil nyata dari kegiatan pembelajaran yang dinyatakan dalam

bentuk laporan hasil pembelajaran. Menurut Sudjana (2009 : 22) dalam

https://ainamulyana.blogspot.com/2012/01/pengertian-hasil-belajar-dan-

faktor.html , hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki

peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar

terbagi menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah

psikomotorik. Ketiga ranah tersebut menjadi obyek penilaian hasil

belajar. Di antara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak

dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para

peserta didik dalam menguasai isi bahan pengajaran.

Dikutip dari https://ainamulyana.blogspot.com/2012/01/pengertian-

hasil-belajar-dan-faktor.html yang menjadi indikator utama hasil

belajar siswa adalah : (1) Ketercapaian Daya Serap terhadap bahan

pembelajaran yang diajarkan, baik secara individual maupun kelompok.

Pengukuran ketercapaian daya serap ini biasanya dilakukan dengan

11
penetapan Kriteria Ketuntasan Belajar Minimal (KKM) (2) Perilaku yang

digariskan dalam tujuan pembelajaran telah dicapai oleh siswa, baik secara

individual maupun kelompok.

Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa factor, diantaranya adalah

sebagai berikut :

a) Faktor internal (faktor dalam diri)

Faktor internal yang mempengaruhi Hasil belajar yang pertama adalah

Aspek fisiologis. Untuk memperoleh hasil Hasil belajar yang baik,

kebugaran tubuh dan kondisi panca indera perlu dijaga dengan cara :

makanan/minuman bergizi, istirahat, olah raga. Tentunya banyak kasus

anak yang prestasinya turun karena mereka tidak sehat secara fisik.

Faktor internal yang lain adalah aspek psikologis. Aspek psikologis ini

meliputi : inteligensi, sikap, bakat, minat, kepribadian. Factor

psikologis ini juga merupakan factor kuat dari Hasil belajar,

intelegensi memang bisa dikembangkang, tapi sikap, minat,

kepribadian sangat dipengaruhi oleh factor psikologi diri kita sendiri.

Oleh karena itu, berjuanglah untuk terus mendapat suplai motivasi dari

lingkungan sekitar, kuatkan tekad dan mantapkan sikap demi masa

depan yang lebih cerah. Berprestasilah.

b) Faktor eksternal (faktor diluar diri)

Selain faktor internal, Hasil belajar juga dipengaruhi oleh faktor

eksternal. Faktor eksternal meliputi beberapa hal, yaitu:

12
1) Lingkungan sosial, meliputi : teman, guru, keluarga dan

masyarakat.

Lingkungan sosial, adalah lingkungan dimana seseorang

bersosialisasi, bertemu dan berinteraksi dengan manusia

disekitarnya. Hal pertama yang menjadi penting dari lingkungan

sosial adalah pertemanan, dimana teman adalah sumber motivasi

sekaligus bisa menjadi sumber menurunnya prestasi. Posisi teman

sangat penting, mereka ada begitu dekat dengan kita, dan tingkah

laku yang mereka lakukan akan berpengaruh terhadap diri kita.

Kalau kalian sudah terlanjur memiliki lingkungan pertemanan yang

lemah akan motivasi belajar, sebisa mungkin arahkan teman-teman

kalian untuk belajar. Setidaknya dengan cara itu kaluan bisa

memposisikan diri sebagai seorang pelajar.

Guru, adalah seorang yang sangat berhubungan dengan Hasil

belajar. Kualitas guru di kelas, bisa mempengaruhi bagaimana kita

balajar dan bagaimana minat kita terbangun di dalam kelas.

Memang pada kenyataanya banyak siswa yang merasa guru mereka

tidak memberi motivasi belajar, atau mungkin suasana

pembelajaran yang monoton. Hal ini berpengaruh terhadap proses

pembelajaran.

Keluarga, juga menjadi faktor yang mempengaruhi hasil belajar

seseorang. Biasanya seseorang yang memiliki keadaan keluarga

yang berantakan (broken home) memiliki motivasi terhadap prestasi

13
yang rendah, kehidupannya terlalu difokuskan pada pemecahan

konflik kekeluargaan yang tak berkesudahan. Maka dari itu, bagi

orang tua, jadikanlah rumah keluarga kalian surga, karena jika

tidak, anak kalian yang baru lahir beberapa tahun lamanya, belum

memiliki konsep pemecahan konflik batin yang kuat, mereka bisa

stress melihat tingkah kalian wahai para orang tua yang suka

bertengkar, dan stress itu dibawa ke dalam kelas.

Yang terakhir adalah masyarakat, sebagai contoh seorang yang

hidup dimasyarakat akademik mereka akan mempertahankan

gengsinya dalam hal akademik di hadapan masyarakatnya. Jadi

lingkungan masyarakat mempengaruhi pola pikir seorang untuk

berprestasi. Masyarakat juga, dengan segala aktifitas

kemasyarakatannya mepengaruhi tidakan seseorang, begitupun juga

berpengaruh terhadap siswa dan mahasiswa.

2) Lingkungan non-sosial, meliputi : kondisi rumah, sekolah,

peralatan, alam (cuaca). Non-sosial seperti hal nya kondiri rumah

(secara fisik), apakah rapi, bersih, aman, terkendali dari gangguan

yang menurunkan Hasil belajar. Sekolah juga mempengaruhi Hasil

belajar, dari pengalaman saya, ketika anak pintar masuk sekolah

biasa-biasa saja, prestasi mereka bisa mengungguli teman-teman

yang lainnya. Tapi, bila disandingkan dengan prestasi temannya

yang memiliki kualitas yang sama saat lulus, dan dia masuk sekolah

favorit dan berkualitas, prestasinya biasa saja. Artinya lingkungan

14
sekolah berpengaruh. cuala alam, berpengaruh terhadap hasil

belajar.

3. Problem Based Learning (PBL)

Permasalahan adalah suatu hal yang tidak pernah lepas dalam

kehidupan sehari-hari. Adanya masalah melatih kita untuk sigap dan

terampil dalam menyelesaikannya. Keterampilan kita dalam

menyelesaikan permaslaahan tentunya harus dilatih sejak dini. Oleh

karena itu, pentingnya peserta didik dilatih dalam menyelesaikan

permasalahan melalui model pembelajaran berbasis masalah atau problem

based learning.

Secara umum model pembelajaran problem based learning

bertujuan untuk merangsang peserta didik untuk belajar melalui

permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari dikaitkan dengan

pengetahuan yang telah atau akan dipelajarinya melalui langkah-langkah

pembelajaran sebagai berikut :

a) Mengorientasi peserta didik pada masalah

Pada tahap ini peserta didik difokuskan untuk mengamati masalah

yang menjadi objek pembelajaran

b) Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran

Pengorganisasian pembelajaran adalah kegiatan yang bertujuan agar

peserta didik menyampaikan berbagai pernyataan (menanya) terhadap

masalah kajian

c) Membimbing penyelidikan mandiri dan kelompok

15
Pada tahap ini peserta didik melakukan percobaan (mencoba) untuk

memperolegh data dalam rangka menjawab atau menyelesaikan

masalah yang dikaji

d) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Peserta didik mengasosiasi data yang ditemukan dari percobaan

dengan berbagai data lain dari berbagai narasumber

e) Analisis dan evaluasi hasil penyelesaian masalah

Setelah peserta didik mendapat jawaban terhadap masalah yang ada,

selanjutnya dianalisis dan dievaluasi

4. Kerangka Berfikir

Upaya yang diperlukan untuk mendorong motivasi siswa dalam

kegiatan belajar di kelas selalu bergantung pada guru. motivasi siswa

belum berkembang selama proses pembelajaran yang berdampak pada

hasil belajar siswa masih rendah dalam mempelajari materi ukuran

pemusatan data. Hal ini yang menjadi indikator perlunya upaya untuk

membantu siswa agar dapat mempelajari materi ukuran pemusatan data

dengan lebih baik sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Penerapan model pembelajaran PBL lebih mendorong

kemandirian, keaktifan dan tanggung jawab dalam diri siswa. Dalam

pembelajaran ini siswa lebih banyak berperan selama kegiatan

berlangsung. Melalui penerapan model pembelajaran PBL ini diharapkan

dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi aturan pemusatan data

kelas XII TKJ 2 SMK PGRI 109 Tangerang.

16
5. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian tindakan adalah sebagai berikut:

1. Dengan penerapan model pembelajaran problem based learning dapat

meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik kelas XII TKJ 2

SMK PGRI 109 Tangerang tahun pelajaran 2020/2021

C. METODOLOGI PENELITIAN

1. Setting Penelitian

Tempat Penelitian :

Penelitian ini dilaksanakan di SMK PGRI 109 Tangerang

17
2. Prosedur Penelitian

Dalam pelaksanaannya, penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan

sebanyak 2 siklus dengan menggunakan model Kurt Lewin. Model Kurt

Lewin menyatakan bahwa satu siklus terdiri dari empat langkah pokok

yaitu Perencanaan (planning), Pelaksanaan Tindakan (acting), Observasi

(Observing) dan Refleksi (Reflecting).6 Langkah pada siklus berikutnya

adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan

refleksi. Sebelum masuk siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang

berupa identifikasi permasalahan.

Secara keseluruhan, empat tahapan dalam PTK tersebut membentuk suatu

siklus PTK yang digambarkan dalam bentuk spiral. Seperti pada gambar di

bawah ini.

18
Adapun langkah pelaksanaan prosedurnya adalah sebagai berikut :

1) Perencanaan (planning)

Sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah,

tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya

instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran. Kegiatan pada tahap

ini adalah:

 Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam kegiatan

pembelajaran

 Menentukan pokok bahasan

 Mengembangkan scenario pembelajaran

 Menyusun LKPD

 Menyiapkan sumber belajar

 Mengembangkan format evaluasi

 Mengembangkan format observasi pembelajaran

2) Melaksanakan tindakan (acting)

Pada tahap ini observer melaksanakan tindakan yang telah dirumuskan

pada RPP dalam situasi yang aktual. Dalam pelaksanaan penelitian

guru menjadi fasilitator selama pembelajaran, siswa dibimbing untuk

belajar matematika dengan model problem based learning

3) Melaksanakan pengamatan (observing)

Pada tahap ini, yang harus dilakukan observer adalah mengamati

perilaku siswa dalam mengikuti KBM, memantau kegiatan diskusi

19
antar siswa dalam kelompok, mengikuti pemaham tiap siswa terhadap

penguasaan materi pembelajaran yang telah dirancang.

4) Melakukan refleksi (reflecting)

Pada tahap ini observer harus mencatat hasil observasi, menganalisis

hasil pembelajaran, mencatat isi hasil pembelajaran, mencatat

kelemahan untuk dijadikan bahan penyusunan rancangan siklus

berikutnya.

Refleksi dimaksudkan sebagai upaya untuk mengkaji apa yang telah

atau belum terjadi, apa yang dihasilkan,kenapa hal itu terjadi dan apa

yang perlu dilakukan selanjutnya. Hasil refleksi digunakan untuk

menetapkan langkah selanjutnya dalam upaya unttuk menghasilkan

perbaikan pada siklus II

3. Teknik pengumpulan dan Analisis Data

Dalam penelitian tindakan kelas, ada dua jenis data yang dikumpulka,

yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data tersebut digunakan untuk

menggambarkan perubahan yang terjadi, baik perubahan peserta didik,

perubahan kinerja guru, maupun perubahan suasana kelas. Contoh data

kuantitatif adalah angka hasil belajar siswa. Contoh data kualitatif adalah

kalimat-kalimat yang menggambarkan ekspresi peserta didik tentang

pemahamannya (kognitif), antusiasnya, kepercayaan diri, dan motivasinya.

Data kuantitatif dapat dianalisis dengan perentase, sedangkan data

kualitatif dapat dianalisis secara kualitatif

20
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

teknik sebagai berikut :

a) Observasi

Observasi dilaksanakan untuk memperoleh data penilaian aspek sikap

dan kognitif yang terdiri dari beberapa deskriptor yang ada selama

pembelajaran berlangsung. Observasi ini dilakukan dengan

menggunakan lembar observasi yang telah disusun. Obsevasi

dilakukan oleh 2 orang observer

b) Test

Test dilaksanakan setiap akhir siklus, hal ini dimaksudkan untuk

mengukur hasil yang diperoleh siswa setelah pemberian tindakan. Test

tersebut berbentuk multiple choise agar banyak materi tercakup

c) Catatan Lapangan

Catatan lapangan digunakan sebagai pelengkap data penelitian

sehingga diharapkan semua data yang tidak termasuk dalam observasi

dapat dikumpulkan pada penelitian ini

Analisis Data

a) Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh melalui pengamatan dan tes hasil belajar

matematika siswa kemudian dianalisis. Teknik analisis yang digunakan

adalah teknik analisis data kualitatif deskriptif naratif dan analisis data

kuantitatif statistik deskriptif. Data yang diperoleh dari lembar

21
pengamatan merupakan data kualitatif dan dianalisis dengan teknik

analisis deskriptif naratif. Data yang diperoleh dari tes hasil belajar

dianalisis dengan teknik analisis statistik deskriptif. Menurut Sugiyono

(2008) bahwa statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk

menganalisis data dengan cara mendeskripsikan data yang telah

terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan

yang berlaku umum atau generalisasi.

b) Analisis Data Hasil Pengamatan Aktivitas Guru dan Siswa

Data tentang aktivitas siswa dan guru didasarkan pada lembar

pengamatan selama proses pembelajaran dan data tersebut akan

dianalisis secara kualitatif. Mils dan Huberman dalam Masnur Muslich

(2007) mengemukakan bahwa analisis data kualitatif melalui tiga

tahapan, yaitu:

1) Reduksi Data

Menurut Sugiyono (2008), reduksi data berarti merangkum,

memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang

penting, dicari tema dan polanya. Dalam penelitian ini, mereduksi

data merupakan kegiatan merangkum hasil pengamatan pada

lembar pengamatan dengan memilah hal-hal pokok yang

berhubungan dengan aspek-aspek yang diamati.

2) Paparan Data

Paparan data merupakan kegiatan memaparkan data yang telah

direduksi dalam bentuk paparan naratif sehingga diperoleh

22
deskripsi pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan. Beberapa

data yang sistematis, interaktif dan infentif akan memudahkan

pemahaman terhadap apa yang telah terjadi sehingga memudahkan

penarikan kesimpulan atau menentukan tindakan penerapan model

problem based learning yang akan dilakukan selanjutnya.

3) Penarikan Kesimpulan

Berdasarkan hasil reduksi kemudian dipaparkan selanjutnya

menyimpulkan hasil pelaksanaan tindakan. Kesimpulan ini

merupakan evaluasi terhadap proses dan hasil yang dicapai setelah

melakukan tindakan. Peneliti merefleksi hasil pengolahan data

secara kritis, terutama yang berkaitan perubahan yang terjadi pada

tindakan penerapan model problem based learning.

Analisis data tersebut didasarkan pada lembar pengamatan yang

diperoleh untuk menjawab rumusan masalah. Analisis data digunakan

untuk membandingkan langkah-langkah pembelajaran pada setiap

pertemuan dengan cara melihat setiap kegiatan pembelajaran. Hal

tersebut dilakukan untuk mengetahui kekurangan dan dampak dari

proses pembelajaran yang dilakukan peneliti. Kelemahan yang

ditemukan harus dibuat perencanaan tindakan baru sebagai usaha

perbaikan pada pelaksanaan pembelajaran siklus selanjutnya.

c) Analisis Hasil Belajar Matematika

Teknik analisis data hasil belajar matematika siswa adalah analisis

statistik deskriptif. Statistik deskriptif adalah statistik yang mempunyai

23
tugas mengorganisasikan dan menganalisis data angka, agar dapat

memberikan gambaran secara teratur, ringkas, dan jelas mengenai

suatu gejala, peristiwa atau keadaan, sehingga dapat ditarik pengertian

atau makna. Analisis data mengenai ketercapaian hasil belajar

matematika siswa dilakukan dengan melihat hasil belajar siswa secara

individu. Hasil belajar yang dilihat adalah mencakup aspek sikap,

pengetahuan dan keterampilan. Data hasil belajar matematika siswa

yang dianalisis berdasarkan ketercapaian Kriteria Ketuntasan

Minimum (KKM), KKM indikator dan tabel distribusi frekuensi.

d) Analisis Data Ketercapaian Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM)

Analisis ketercapaian KKM dilakukan dengan membandingkan

presentase jumlah siswa yang mencapai KKM pada skor dasar dan

presentase siswa yang mencapai KKM pada skor hasil belajar dengan

menerapkan model PBL yaitu skor UH I dan UH II. Siswa dikatakan

tuntas apabila mencapai nilai minimal 74. Persentase jumlah siswa

yang mencapai KKM dapat dihitung dengan menggunakan rumus

berikut.

Persentase Siswa Yang Mencapai KKM=JSK/JSS×100%

Ket:

JSK = Jumlah siswa mencapai KKM

JSS = Jumlah siswa seluruhnya

Jika frekuensi siswa pada interval yang berada di bawah KKM

berkurang dari skor dasar ke UH I dan UH II atau frekuensi siswa pada

24
interval yang berada di atas KKM meningkat dari skor dasar ke UH I

dan UH II, maka dikatakan terjadi peningkatan hasil belajar. Atau jika

persentase jumlah siswa yang mencapai KKM pada UH I dan UH II

lebih tinggi dibandingkan dengan persentase jumlah siswa yang

mencapai KKM pada skor dasar, maka dikatakan terjadi peningkatan

hasil belajar.

e) Analisis Ketercapaian KKM Indikator

Analisis data tentang ketercapaian untuk setiap indikator dilakukan

untuk mengetahui ketercapaian setiap indikator oleh masing-masing

siswa dan untuk meninjau kesalahan-kesalahan siswa pada setiap

indikator. Analisis data ketercapaian indikator dilakukan dengan

menghitung persentase siswa yang mencapai KKM pada setiap

indikator. Ketercapaian KKM untuk setiap indikator dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

Nilai per indikator=SP/SM ×100%

Dimana: SP = skor yang diperoleh siswa

SM = skor maksimal tiap indikator

Siswa dikatakan mencapai KKM indikator jika telah memperoleh nilai

minimal 74. Untuk siswa yang tidak mencapai KKM indikator, peneliti

akan menganalisis kesalahan-kesalahan atau penyebab siswa tidak

mecapai KKM pada indikator tersebut.

25
Adapun yang dimaksud dengan kesalahan siswa menurut Kastolan

adalah sebagai berikut:

1) Kesalahan Konseptual

Menurut Kastolan (dalam Sahriah, 2012), kesalahan konseptual

adalah kesalahan yang dilakukan dalam menafsirkan istilah,

konsep dan prinsip atau salah dalam menggunakan istilah, konsep

dan prinsip. Indikator kesalahan konseptual menurut Kastolan

adalah sebagai berikut.

(1) Salah dalam menentukan rumus atau teorema atau defenisi

untuk menjawab suatu masalah.

(2) Penggunaan rumus atau teorema atau defenisi yang tidak sesuai

dengan kondisi prasyarat berlakunya rumus, teorema atau

defenisi tersebut

(3) Tidak menuliskan rumus, teorema atau defenisi untuk

menjawab suatu masalah.

2) Kesalahan Prosedural

Kesalahan prosedural adalah kesalahan dalam menyusun langkah-

langkah hirarkis dan sistematis untuk menjawab suatu masalah.

Indikator kesalahan prosedural menurut Kastolan adalah sebagai

berikut.

(1) Ketidakhirarkisan dalam menyelesaikan masalah.

26
(2) Kesalahan atau ketidakmampuan dalam memanipulasi langkah-

langkah untuk menjawab suatu masalah.

(3) Untuk siswa yang tidak mencapai KKM indikator, kesalahan-

kesalahan siswa tersebut dianalisis. Selanjutnya peneliti

memberikan ide untuk memperbaiki kesalahan siswa yang

disarankan kepada guru untuk pelaksanaan remedial atau

proses pembelajaran selanjutnya. Ide ini disarankan dalam

bentuk strategi pembelajaran.

4. Indikator Kinerja

Menurut Suyanto (dalam Kusnandar, 2008) tindakan dikatakan berhasil

apabila keadaan setelah tindakan lebih baik. Akan tetapi, apabila tidak ada

bedanya atau bahkan lebih buruk, maka tindakan belum berhasil atau telah

gagal. Keadaan lebih baik yang dimaksudkan adalah jika terjadi perbaikan

proses dan hasil belajar siswa setelah penerapan model pembelajaran

problem based learning

Kriteria keberhasilan tindakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a) Terjadinya perbaikan proses pembelajaran.

Perbaikan proses pembelajaran dilakukan berdasarkan hasil refleksi

terhadap proses pembelajaran yang diperoleh melalui lembar

pengamatan aktivitas guru dan siswa. Perbaikan proses pembelajaran

terjadi jika proses pembelajaran telah sesuai dengan RPP dari model

Problem Based Learning (PBL) dan kualitas pembelajaran yang

semakin membaik.

27
b) Peningkatan hasil belajar siswa

Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat dari:

1) Analisis ketercapaian KKM (74)

Jika persentase siswa yang mencapai KKM pada ulangan harian I

dan ulangan harian II lebih tinggi dibandingkan dengan persentase

siswa yang mencapai KKM pada skor dasar, maka terjadi

peningkatan hasil belajar.

2) Analisis data pada tabel distribusi frekuensi

Jika frekuensi siswa pada interval yang berada di bawah KKM

berkurang dari skor dasar ke ulangan harian I dan ulangan harian

II atau frekuensi siswa pada interval yang berada di atas KKM

meningkat dari skor dasar ke ulangan harian I dan ulangan harian

II, maka dikatakan terjadi peningkatan hasil belajar.

5. Jadwal Penelitian

Waktu penelitian

Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan pada semester ganjil, yaitu

bulan Oktober – Desember 2020.

28
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi

Aksara

https://p4tkmatematika.org/2011/10/peran-fungsi-tujuan-dan-karakteristik-

matematika-sekolah/

https://ainamulyana.blogspot.com/2012/01/pengertian-hasil-belajar-dan-

faktor.html

Kusnandar, 2008 : Langkah mudah penelitian tindakan kelas sebagai

pengembangan profesi guru. Jakarta : Grafindo Persada.

Modul diklat guru pembelajar kelompok kompetensi C.PPPPTK Matematika.

2016

Suherman, E. 2001. Evaluasi Proses Dan Hasil Belajar Matematika. Jakarta :

Universitas Terbuka.

Usman, uzer. 2007. Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT Remaja

Rosdakarya.

29

Anda mungkin juga menyukai