Anda di halaman 1dari 34

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DALAM

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA


MATERI PERBANDINGAN BAGI PESERTA

DIDIK KELAS VII SMPN 8 CIBAL

TAHUN AJARAN 2019/2020

PROPOSAL

OLEH

ELVIANA MADOR

NIM : 2017230300

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS FLORES

ENDE

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

bimbingan dan penyertaan-Nya dapat menyelesaikan proposal ini dengan judul “ Penerapan

Model Problem Based Learning ( PBL ) Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar

Matematika Pada Materi Perbandingan Bagi Peserta Didik Kelas VII SMPN 8 Cibal ”.

Tujuan utama dari penulisan proposal ini adalah untuk dijadikan sebagai bahan

pertimbangan akademik dalam menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Pendidikan

Matematika fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Flores. Tujuan lainnya adalah

untuk memberikan kesempatan kepada penulis dalam pengembangan kompetensi penulisan.

Dalam menyelesaikan proposal ini, penulis telah mendapatkan bantuan dari berbagai pihak yang

dengan senang hati membantu dalam merampung tulisan ini.

Dengan demikian, penulis pun menyadari bahwa tulisan ini masih sangat jauh dari

kesempurnaan, dan penulis juga banyak menemukan hambatan dan kesulitan. Hal ini disebabkan

oleh keterbatasan pengetahuan serta kemampuan yang dimiliki. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi penyempurnaan proposal ini.

Ende, Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Defenisi Operasional Judul

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Proble Based Learning)
2. Prestasi Belajar
3. Peserta Didik
4. Matematika
B. Penelitian Relevan
C. Kerangka Berpikir

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian Dan Pendekatan Penelitian


B. Prosedur Penelitian
C. Waktu Dan Lokasi Penelitian
D. Subyek Penelitian
E. Metode Pengumpulan Data
F. Teknik Analisis Data

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan pada dasarnya merupakan serangkaian proses kegiatan pembelajaran


yang dilakukan oleh guru terhadap peserta didik dengan mempersiapkan sebuah
perencanaan sehingga peserta didik dapat memperoleh pengetahuan. Dimana guru dan
peserta didik saling berinteraksi satu sama lain.
Menurut UU No. 20 tahun 2003 pendidikan adalah:

“Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, aklak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

bangsa, dan Negara”.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana, ini berarti proses pendidikan di

sekolah bukanlah proses yang dilakukan tanpa tujuan, akan tetapi proses yang

bertujuan sehingga segala sesuatu yang dilakukan guru dan peserta didik diarahkan

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajran hal ini berarti pendidikan

tidak boleh mengesampingkan proses belajar. Pendidikan tidak semata-mata berusaha

untuk mencapai hasil belajar akan tetapi bagaimana memperoleh hasil atau proses

belajar yang terjadi pada diri anak.

“Pendidikan berfungsi membantu peserta didik dalam pengembangan dirinya,

yaitu pengembangan semua potensi, kecakapan serta karakteristik pribadi yang positif

baik bagi dirinya maupun terhadap lingkungannya. Proses pendidikan ini bukan hanya di
lingkungan sekolah saja melainkan di lingkup keluarga dan masyarakat” (Sukmadinata,

2007:4).

Matematika terbentuk dari pengalaman manusia dalam dunia secara empiris.

Kemudian pengalaman itu diproses di dalam dunia rasio, diolah secara analisis dengan

penalaran di dalam struktur kognitif sehingga sampai terbentuk konsep-konsep

matematika. Supaya konsep-konsep matematika yang terbentuk tersebut mudah dipahami

oleh orang lain dan dapat dimanipulasi secara tepat, maka digunakan bahasa matematika

atau notasi matematika yang bernilai universal. Dan konsep matematika tersebut

diperoleh dari proses berpikir, karena itu logika adalah dasar terbentuknya matematika.

Mata pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran pokok yang

diajarkan di sekolah. Matematika mempunyai peran penting dalam memajukan daya

piker manusia. Oleh karena itu, Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik

mulai dari tingkat Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas,

dan bahkan sampai dengan Perguruan Tinggi untuk mengembangkan kompetensinya.

Dengan demikian, dalam pendidikan antara proses dan hasil belajar harus berjalan

seimbang. Pendidikan yang hanya mementingkan salah satu diantaranya tidak akan dapat

membentuk manusia yang berkembang secara utuh.

Berdasarkan uraian diatas maka dalam penelitian ini akan dilakukan

“Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) dalam Meningkatkan Prestasi

Belajar Matematika pada Materi Perbandingan bagi Peserta Didik Kelas VII SMP

Negeri 8 Cibal Tahun Ajaran 2019/2020”.


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut;

1. Bagaimanakah Penerapan Model Problem Based Learning ( PBL ) dalam

pembelajaran matematika materi perbandingan bagi peserta didik kelas VII

SMPN 8 Cibal ?

2. Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar matematika peserta didik kelas VII

SMPN 8 Cibal pada materi perbandingan setelah diterapkan Model Problem

Based Learning ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang;

1. Penerapan model Problem Based Learning ( PBL ) dalam pembelajaran

maatematika materi perbandingan bagi peserta didik kelas VII SMPN 8 Cibal.

2. Peningkatan prestasi belajar matematika peserta didik kelas VII SMPN 8 Cibal

pada materi perbandingan setelah diterapkan model problem based learning.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah:

1. Manfaat teoritis

Secara teoritis penelitian ini bermanfaat dalam memberikan sumbangan ide atu

pemikiran peneliti untuk meningkatkan proses pembelajaran yang dilaksanakan

pada Model Problem Based Learning (PBL) pada SMPN 8 Cibal sebagai salah

satu referensi yang digunakan apabila ada peneliti lain yang meneliti dengan

objek yang sama.


2. Manfaat praktis

1) Bagi sekolah

Penelitian ini dapat memberikan masukan kepada sekolah tentang

penggunaan model Problem Based Learning (PBL) dalam rangka

meningkatkan prestasi belajar peserta didik.

2) Bagi guru

Penelitian ini sebagai motivasi guru untuk meningkatkan keterampilan

memilih srtategi pembelajaran yang sesuai dan bervariasi. Guru dapat

lebih termotivasi untuk mengadakan penelitian sederhana yang bermanfaat

bagi perbaikan dalam proses pembelajaran.

3) Peserta didik

Penelitian ini dapat melibatkan peserta didik untuk berinteraksi secara

aktif dan bekerja sama sehingga pembelajaran lebih efektif dan

menyenangkan demi peningkatan pemahaman yang berdampak pada hasil

belajar pada mata pelajaran matematika.

4) Peneliti

Penelitian ini kiranya dapat dijadikan acuan bagi peneliti dalam profesi

kependidikan dan dapat dijadikan pedoman dalam menggunakan model

pembelajaran yang tepat.

E. Definisi Operasional Judul

Untuk menghindari penafsiran yang berbeda dari pembaca maka berikut ini didefinisikan

konsep-konsep dalam judul penelitian ini sebagai berikut:


1. Model pembelajaran berbasis masalah atau sering juga disebut problem based

learning (PBL) adalah model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia

nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berfikir kritis dan

dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan

konsep yang esensi dari mata pelajaran. Dalam hal ini siswa terlibat dalam

penyelidikan untuk pemecahan masalah yang mengintegrasikan keterampilan dan

konsep dari berbagai isi materi pelajaran (Komalasari, 2013:58-59).

2. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah

dikuasai peserta didik (Arifin, 2012:12).

3. Matematika merupakan ilmu hitung atau ilmu tentang perhitungn angka-angka

untuk menghitung berbagai benda ataupun yang lainnya (2011:17).

4. Peserta didik didefinisikan sebagai setiap manusia yang berusaha

mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan

baik pendidikan formal maupun pendidikan non formal, pada jenjang pendidikan

dan jenis pendidikan tertentu (Danim, 2010:2).


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Model Pembelajaran Berbasisi Masalah ( Problem Based Learning )

a. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) pertama kali

diperkenalkan pada awal tahun 1970-an di Universitas Mc. Master Fakultas

Kedokteran Kanada ( dalam Arends , 2008:41) sebagai satu upaya menemukan

solusi dalam diagnosis dengan membuat pertanyaan-pertanyaan sesuai situasi

yang ada untuk memfasilitasi keberhasilan memecahkan masalah , komunikasi,

kerja kelompok dan keterampilan interpersonal dengan lebih baik dibanding

pendekatan yang lain.

Pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang

menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar

tentang berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk

memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari mata pelajaran. Dalam hal

ini siswa terlibat dalam penyelidikan untuk pemecahan masalah yang

mengintegrasikan keterampilan dan konsep dari berbagai isi materi pelajaran

(Komalasari, 2013:58-59). Pembelajaran berbasis masalah merepresentasikan

metode belajar yang “Learn-by-doing”dan akar dasarnya adalah apprenticeship

(pemagangan ), dimana pemula mempelajari pengetahuan dan keterampilan dari

bidang yang dipilihnya dengan mengerjakan sesuatu dibawah panduan pengajaran


seorang ahli, sampai ia nantinya mampu menghasilkan karya sendiri (Taufik

Amir:2010).

Landasan filosofi problem based learning adalah kontruktivisme, yaitu

dimana pemahaman seseorang merupakan hasil interaksi antara dirinya dengan

lingkungan serta merupakan fungsi isi dari bahan pelajaran, konteks

pembelajaran, kegiatan siswa, dan yang paling penting tujuan siswa (Savery dan

Duffy,1996).

Berdasarkan pendapat para ahli di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa

model pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu strategi pembelajaran

yang digunakan oleh guru dalam proses kegiatan pembelajaran dengan

menggunakan masalah sebagai langkah untuk mengumpulkan pengetahuan,

sehingga dapat merangsang siswa untuk berfikir kritis dan belajar secara individu

maupun kelompok kecil sampai menemukan solusi dari masalah tersebut. Peran

guru pada model pembelajaran ini yaitu sebagai fasilitator dan membuktikan

asumsi juga mendengarkan perspektif yang ada pada siswa sehingga yang

berperan aktif di dalam kelas pada saat pembelajaran adalah siswa.

b. Karakteristik Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Atas dasar pengertian tersebut, menurut Arends (dalam Hariyanto dan Warsono,

2012:410) ciri yang paling utama dari model pembelajaran berbasis masalah yaiti;

1) Pengajuan pertanyaan atau masalah

a) Autentik, yaitu harus berakar pada kehidupan dunia nyata siswa.

b) Jelas, yaitu masalah dirimuskan dengan jelas, tidak menimbulkan

masalah baru.
c) Mudah dipahami, yaitu masalah yang diberikan disesuaikan dengan

tingkat perkembangan siswa.

d) Luas dan sesuai tujuan pembelajaran.

e) Bermanfaat, yaitu masalah tersebut harus bermanfaat bagi siswa.

2) Berfokus pada keterkaitan antar disiplin ilmu;

Walaupun pembelajaran berbasis masalah ditujukan pada suatu ilmu

bidang tertentu tetapi dalam pemecahan masalah-masalah aktual, peserta

didik dapat menyelidiki dari berbagi ilmu.

3) Penyelidika autentik

Dalam penyelidika siswa menganalisis dan merumuskan masalah,

mengembangkan dan membuat hipotesis, mengumpulkan dan

menganalisis informasi, melakuakn eksperimen, membuat kesimpulan dan

menggambarkan hasil akhir.

4) Menghasilkan produk dan memamerkannya

Siswa bertugas menyusun hasil belajarnya dalam bentuk karya dan

memamerkan hasil karyanya.

5) Kolaboratif

Tugas-tugas belajar berupa masalah diselesaikan bersama-sama antar

siswa.

Jadi model pembelajaran berbasis masalah ini, meliputi: pada

kegiatan proses pembelajaran dimulai dengan memberikan masalah yang

jelas pada siswa yang berakar pada kehidupan dunia nyata, siswa harus
mengumpulkan data, informasi, melakukan eksperimen dan menarik

kesimpulan secara berkelompok, sehingga siswa sangat berperan aktif

dalam kegiatan pembelajaran.

c. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Menurut Hariyanto dan Warsono (2012 : 52), kelebihan dari penerapan model

pembelajaran berbasis masalah antara lain:

1) Siswa akan terbiasa menghadapi masalah dan merasa tertantang untuk

menyelesaikan masalh, yang ada dalam kehidupan sehari-hari.

2) Memupuk solisaritas sosial dengan terbiasa berdiskusi dengan teman-

teman sekelompok kemudian berdiskusi dengan teman-teman sekelasnya.

3) Semakin mengakrapkan guru dengan siswa.

4) Karena ada kemungkinan suatu masalah harus diselesaikan siswa melalui

eksperimen, hal ini juga akan membiasakan siswa dalam menerapkan

metode eksperimen.

Menurut Hariyanto dan Warsono (2012:152), kekurangan dari model pembelajaran

berbasis masalah antara lain:

1) Tidak banyak guru yang mampu mengantarkan siswa kepada pemecahan

masalah;

2) Seringkali memerlukan biaya mahal dan waktu yang panjang:

3) Aktivitas siswa yang dilaksanakan diluar sekolah sulit dipantau guru.


d. Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Arends (dalam Hariyanto dan Warsono, 2012, h. 401) mengemukakan sintaks

pembelajaran berbasis masalah yaitu:

1) Orientasi siswa pada masalah

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik (bahan

dan alat) apa yang diperlukan bagi penyelesaian masalah serta

memberikan motivasi kepada siswa agar menaruh perhatian terhadap

aktivitas penyelesaian masalah.

2) Mengorganisasi siswa.

Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan

pembelajaran agar relevan dengan penyelesaian masalah.

3) Membimbing penyelidikan indvidu maupun kelompok

Guru mendorong siswa untuk mencari informasi yang sesuai, melakukan

eksperimen, dan mencari penjelasan dan pemecahan masalah.

4) Mengembangkan dan menyajikan hasil.

Guru membantu siswa dalam perencanaan dan perwujudan hasil yang

sesuai dengan tugas yang diberikan;

5) Menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah.

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi terhadap hasil

penyelidikannya serta proses-proses pembelajaran yang telah

dilaksanakan.
2. Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam

menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses

belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan

sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai

atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar

(Hamdu & Agustina, 2011:83).

Prestasi belajar merupakan hasil interaksi berbagai faktor, baik internal

maupun eksternal. Dengan demikian belajar pada hakekatnya merupakan usaha

sadar yang dilakukan individu untuk memenuhi kebutuhannya. Setiap kegiatan

belajar yang dilakukan peserta didik akan menghasilkan perubahan-perubahan

dalam dirinya, yang dikemukakan oleh Bloom dan kawan-kawan dikelompokkan

kedalam kawasan kognitif, afektif, dan psikomotor. Perubahan perilaku sebagai

hasil belajar mempunyai ciri-ciri tertentu. Ciri-ciri tersebut yang dikemukakan oleh

Makmun dalam Mulyasa (2004:189), adalah sebagai berikut:

1) Perubahan bersifat intensional, dalam arti pengalaman atau praktek latihan itu

dengan sengaja dan disadari dilakukan dan bukan secara kebetulan. Dengan

demikian, perubahan karena kematangan, keletihan atau penyakit tidak dapat

dipandang sebagai hasil belajar.

2) Perubahan bersifat positip, dalam arti sesuai dengan yang diharapkan

(normatif), atau kriteria keberhasilan (criteria of success), baik dipandang dari

segi peserta didik maupun dari segi guru.


3) Perubahan bersifat efektif, dalam arti perubahan hasil belajar itu relatif tetap,

dan setiap saat diperlukan dapat direproduksikan dan dipergunakan, seperti

dala pemecahan masalah (problem solving),ujian, maupun dalam penyesuaian

diri dalam kehidupan sehari-hari dalam rangka mempertahankan kelangsungan

hidupnya.

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan hasil interaksi berbagai faktor, baik internal

maupun eksternal. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar dapat

digolongkan menjadi empat yaitu: bahan atau materi yang dipelajari; lingkungan;

faktor instrumental; dan kondisi peserta didik. Keempat faktor itu dikelompokkan

dalam faktor internal dan eksternal.

1) Pengaruh Faktor Internal

Menurut Brata dalam Mulyasa (2004:193) mengklasifikasikan faktor

internal mencakup:

a) Faktor fisiologi, yang menyangkut keadaan jasmani atau fisik individu,

yang dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu keadaan jasmani pada

umumnya dan keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu terutama panca

indera.

b) Faktor psikologis, yang berasal dari dalam diri seperti intelegensi, minat,

sikap dan motivasi.

2) Pengaruh Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar peserta

didik dapat digolongkan kedalam faktor sosial dan non sosial. Faktor sosial
menyangkut hubungan antar manusia yang terjadi dalam berbagai situasi

sosial. Dalam faktor ini termasuk lingkungan keluarga, sekolah, teman dan

masyarakat pada umumnya. Sedangkan faktor non sosial adalah faktor-faktor

lingkungan yang bukan sosial seperti lingkungan alam dan fisik. Faktor

eksternal dalam lingkungan keluarga baik langsung maupun tidak langsung

akan berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar peserta didik. Faktor

eksternal yang mempengaruhi proses dan hasil belajar ialah peranan faktor

guru atau fasilitator.

c. Usaha Peningkatan Prestasi Belajar

Berhasil atau tidaknya peserta didik belajar sebagian besar terletak pada

usaha dan kegiatannya sendiri, disamping faktor kemauan, minat, ketekunan, tekad

untuk sukses. Dan cita-cita tinggi yang mendukung setiap usaha dan kegiatannya.

Peserta didik akan berhasil kalau berusaha semaksimal mungkin dengan cara

belajar yang efisien sehingga mempertinggi prestasi (hasil) belajar. Hasil belajar

bergantung pula pada cara-cara belajar yang dipergunakan. Olek karena itu, dengan

mempergunakan cara belajar yang efisien akan meningkatkan hasil belajar yang

memuaskan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam upaya meningkatkan

prestasi belajar, antara lain keadaan jasmani, keadaan sosial emosinal, lingkungan,

memulai pelajaran, membagi pekerjaan, kontrol, sikap yang optimis, mengunakan

waktu, cara mempelajari buku, dan mempertinggi kecepatan membaca peserta

didik.
3. Peserta Didik

Definisi peserta didik di atas esensinya adalah setiap peserta didik yang berusaha

mengembangkan potensi pada jalur pendidikan formal dan non-formal menurut

jenjang dan jenisnya. Ada hal-hal yang esensial mengenai peserta didik sebagai berikut

(Danim, 2010:2):

1) Peserta didik merupakan manusia yang memiliki diferensiasi potensi dasar

kognitif atau intelektual, afektif dan psikomotorik.

2) Peserta didik merupakan manusia yang memiliki diferensiasi priodesasi

perkembangan dan pertumbuhan, meski memiliki pola yang relatif sama.

3) Peserta didik memiliki imajinasi, persepsi dan dunianya sendiri, bukan sekedar

miniatur orang dewasa.

4) Peserta didik merupakan manusia yang memiliki diferensiasi kebutuhan yang

harus dipenuhi, baik jasmani maupun rohani, meski dalam hal-hal tertentu

banyak kesamaannya.

5) Peserta didik merupakan manusia bertanggungjawab bagi proses belajar pribadi

dan menjadi pembelajaran sejati, sesuai dengan wawasan pendidikan sepanjang

hayat

6) Peserta didik memiliki daya adaptabilitas didalam kelompok sekaligus

mengembangkan dimensi individualitasnya sebagai insan yang unik.

7) Peserta didik memerlukan pembinaan dan pengembangan secara individual dan

kelompok, serta mengharapkan perlakuan yang manusiawi dari orang dewasa,

termasuk gurunya.
8) Peserta didik merupakan insan yang visioner dan proaktif dalam menghadapi

lingkungannya.

9) Peserta didik sejatinya berprilaku baik dan lingkunganlah yang paling dominan

untuk membuatnya lebih baik lagi atau menjadi lebih buruk.

10) Peserta didik merupakan makhluk Tuhan yang meski memiliki aneka

keunggulan. Namun tidak akan mungkin bisa berbuat atau atau dipaksa

melakukan sesuatu melebihi kapasitasnya.

4. Matematika

a. Pengertian Matematika

James dalam Jannah (2011:26) mengungkapkan bahwa Matematika diartikan

sebagai ilmu logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang

saling berhubungan satu sama lain dengan jumlah yang terbagi kedalam tiga

bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka peneliti mengartikan Matematika itu

sebagai suatu ilmu yang mempelajari bilangan, geometri dan konsep-konsep yang

berkenaan dengan kebenarannya secaara logika, mengunakan simbol-simbol yang

umum serta aplikasi dalam bidangnya.

Menurut Seputro dalam Jannah (2011:26), ada beberapa karakteristik

Matematika yang perlu diketahui.

1) Objek yang dipelajari bersifat abstrak


Sebagaian besar yang dipelajari dalam Matematika adalah angka atau

bilangan yang secara nyata tidak ada atau merupakan hasil pemikiran otak

manusia.

2) Kebenarannya berdasarkan logika

Kebenaran dalam matematika adalah kebenaran secara logika, bukan

empiris. Artinya, kebenaran itu tidak dapat dibuktikan melalui eksperimen

seperti dalam ilmu fisika atau biologi.

3) Pembelajarannya secara bertigkat dan kontinyu

Pemberian atau penyajian materi Matematika sesuai dengan tingkatan

pendidikan dan dilakukan secara terus menerus. Artinya, dalam

mempelajari matematika, harus dilakukan secara berulang melalui latihan-

latihan soal.

4) Ada keterkaitan antara materi yang satu dengan lainnya

Materi yang akan dipelajari harus memenuhi atau orang hendak

mempelajari tentang volume atau isi suatu bangun ruang, maka ia harus

menguasai tentang materi Luas dan Keliling Bidang Datar.

5) Mengunakan bahasa symbol

Dalam Matematika, penyampaikan materi mengunakan simbol-simbol


yang telah disepakati dan dipahami secara umum, sehingga tidak terjadi
dualisme jawaban. Misalnya, penjumlahan mengunakan “ד, pengurangan
mengunakan tanda “ − “, dan sebagainya.
6) Diaplikasikan dalam bidang ilmu lain
Materi Matematika banyak diaplikasikan dalam bidang ilmu lain.

Misalnya, materi fungsi digunakan dalam ilmu ekonomi untuk

mempelajari fungsi permintaan dan penawaran.

Berdasarkan karakteristik-karakteristik tersebut Matematika adalah ilmu

pasti dan nyata. Artinya matematika menjadi ilmu real yang bisa diaplikasikan secara

langsung dalam kehidupan sehari-hari, dalam berbagai bentuk.

B. Penelitian Relevan

Pada dasarnya suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian lain yang dapat dijadikan

sebagai titik tolak dalam mengadakan penelitian. Adapun penelitian terdahulu yang

dianggap relevan dengan penelitian ini antara lain:

1. Penelitian yang dilakukan oleh P. N. Perindani, I. N. Gitan, dan Sariyasa dari

Universitas Pendidikan Gunesa tahun 2019, dengan judul penelitian “ Penerapan

Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Motivasi dan

Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VII B SMPN 7 Singaraja. Hasil

penelitian menunjukan bahwa hasil belajar peserta didik meningkat. Hal ini

dampak pada hasil ketuntasan dengan mencapai skor rata-rata prestasi belajar

matematika siswa ≥ 60 serta ketuntasan belajar klasikal siswa > 70%. Tanggapan

siswa terhadap model pembelajaran berbasis masalah berada dalam kategori

positif dengan skor rata-rata 55,28.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Mely Sari Situmorang dan Katrina Samosir dari

FMIPA Unimed Medan tahun 2018, dengan judul penelitian “ Penerapan Model

Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Siswa SMP Negeri 1 Rantau Selatan”. Observasi dilaksanakan ketika proses


Penerapan Model Problem Based Learning dalam pembelajaran matematika pada

materi SPLDV, dan terbukti bahwa penerapan pembelajaran ini dapat

meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Dapat dilihat dari ketuntasan yang

diperoleh yaitu mulai dari tes awal hingga tes ke II terus mengalami peningkatan

yang pada awalnya hanya 1 siswa menjadi 10 hingga 31 siswa. Nilai rata-rata

siswa yang diperoleh dari tes awal 41,14 menjadi 71,28, karena sebanyak 88,57%

dari keseluruhan siswa telah tuntas.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Yasifati Hia dari Universitas Negeri Medan tahun

2017, dengan judul penelitian “ Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Untuk Meningkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Pada

Materi Perbandingan di Kelas VII Negeri 4 Medan T. A. 2016/2017”. penerapan

model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis data

pada siklus I setelah menggunakan model pembelajaran berbasis masalah

diperoleh tingkat kemampuan memahami masalah siswa 81,08%, tingkat

kemampuan merencanakan penyelesaian masalah siswa 78,02%, tingkat

kemampuan melaksanakan penyelesaian masalah 72,25% dan tingkat kemampuan

memeriksa kembali penyelesaian masalah 52,43%, dengan jumlah siswa yan

tuntas adalah 27 orang siswa dari 37 siswa atau 72,97% dan belum mencapai

ketuntasan kelas. Hasil analisis data pada siklus II dengan model pembelajaran

berbasis masalah diperoleh tingkat kemampuan memahami masalah siswa

82,70%, tingkat kemampuan merencanakan penyelesaian masalah siswa 82,16%,

tingkat kemampuan melaksanakan penyelesaian masalah 80,18% dan tingkat


kemampuan memeriksa kembali penyelesaian masalah 67,29%, dengan jumlah

siswa yang tuntas adalah 32 orang siswa dari 37 orang siswa atau (86,49%)

sehingga sudah mencapai ketuntasan kelas yaitu sebesar 85%.

Sehubung dengan peneliti terdahulu, maka peneliti mengemukakan:

1. Persamaan:
Peneliti terdahulu dan peneliti sekarang sama-sama meneliti tentang
penerapan model pembelajaran kontekstual dan meningkatkan prestasi belajar
peserta didik.
2. Perbedaan:
Perbedaan yang dimiliki oleh peneliti terdahulu yaitu pada mata pelajaran,
materi pelajaran, peningkatan hasil belajar, peningkatan motivasi belajar, dan
lokasi penelitian.

C. Kerangka Berpikir

 Prestasi belajar Matematika


rendah
Kondisi awal
 Guru mengajar lebih
menggunakan pada model
pembelajaran konvesional.

Penerapan model pembelajaran


Tindakan
berbasis masalah

Kondisi akhir Prestasi belajar meningkat setelah


menerapkan pembelajaran
kontekstual
Penjelasan bagan:

Sesuai kondisi awal bahwa prestasi belajar matematika yang masih rendah.

Cara mengajar guru di SMP Negeri 8 Cibal lebih menggunakan pada model

pembelajaran konvensional.

Untuk itu tindakan yang akan diambil untuk mengatasi permasalahan

tersebut maka peneliti menerapkan model pembelajaran berbasis masalah.

Pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based

Learning) pada dasarnya menitikberatkan pada pembelajaran yang nyata sebagai suatu

konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan keterampilan pemecahan

masalah, berpusat pada siswa, menginginkan adanya perubahan tingkah laku dari

belum bisa menjadi bisa.

Kondisi akhir setelah menerapkan model Pembelajaran Berbasis Masalah

dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitian

1. Jenis penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran secara mendalam

tentang “ Penerapan Model Problem Based Learning dalam Meningkatkan Prestasi

Belajar Matematika pada Materi Perbandingn bagi Peserta Didik Kelas VII SMP

Negeri 8 Cibal Kabupaten Manggarai”. Supaya dapat melihat dari hasil penerapan

tersebut di kelas maka peneliti memilih jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK

merupakan salah satu cara untuk memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme guru

dalam proses belajar mengajar di kelas dengan melihat berbagai indikator keberhasilan

proses dan hasil pembelajaran yang terjadi pada peserta didik.

2. Pendekatan penelitian

Secara umum pendekatan penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) ini menggunakan pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Pendekatan

kualitatif memberikan gambaran tentang tingkat pemahaman peserta didik terhadap

suatu mata pelajaran (kognitif), pandangan atau sikap peserta didik terhadap metode

belajar yang baru (afektif), aktivitas peserta didik dalam mengikuti pelajaran,

perhatian, antusias dalam belajar, kepercayaan diri, motivasi belajar, dan sejenisnya

dapat dianalisis secara kualitatif. Sedangkan pendekatan kuantitatif memberikan

gambaran tentang nilai hasil belajar peserta didik dapat dianalisis secara statistik

misalnya mencari nilai rata-rata dan persentase keberhasilan belajar.


B. Prosedur Penelitian

Berdasarkan pendekatan penelitian kualitatif dan kuantitatif dan jenis

penelitian PTK maka dalam rancangan penelitian ini, penelitian menggunakan model

Kemmis dan Taggrat terdiri dari empat tahap yaitu tahap perencanaan, tahap

pelaksanaan, tahap observasi, dan tahap refleksi. Dibawah ini adalah skema prosedur

kerja dalam penelitian (Arikunto, 2010:137).

Rancangan penelitian ini, jelasnya dapat dilihat pada bagan berikut ini:

Perencanaan

Refleksi Siklus 1 pelaksanaan

Pengamatan

perencanaan

Refleksi Siklus II Pelaksanaan

Pengamatan

?
Bagan
Model Kemmis & Mc Taggrat (Arikunto, 2010:137)
1. Siklus I

a. Perencanaan

Menyiapakan lembar observasi aktivitas peserta didik dan guru dalam kegiatan

pembelajaran, menyiapkan silabus, merancang rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP), melihat tingkat kognitif peserta didik pada awal penelitian, dan menyusun

perangkat tes.

b. Pelaksanaan

Melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun,

mengarahkan/membimbing peserta didik dalam beraktivitas, melaksanakan

evaluasi, memeriksa hasil evaluasi.

c. Observasi (pengamatan)

Mengobservasi atau mencatat kegiatan/tindakan yang dilakukan guru dan peserta

didik selama kegiatan berlangsung, mencatat perubahan yang terjadi pada peserta

didik selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

d. Refleksi

Menganalisis data yang diperoleh pada tahap pengamatan, melaksanakan evaluasi

guna menyempurnakan tindakan pada pertukaran atau siklus berikutnya.

2. Siklus II

Siklus kedua dapat dilaksanakan setelah pemahaman peserta didik dari siklus

pertama terdeteksi dan siklus II digunakan untuk memperbaiki siklus pertama, siklus II

juga memiliki beberapa tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, refleksi.


C. Waktu Dan Lokasi Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini rencananya akan dilaksanakan pada Bulan Maret sampai Mei 2020.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMPN 8 Cibal Kabupaten Manggarai.

D. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VII SMP Negeri 8

Cibal tahun pelajaran 2019/2020 yang terdiri dari 20 orang.

E. Metode Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengetahui proses pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran problem Based Learning (PBL). Pada

penelitian ini pedoman observasi dititikberatkan pada pengamatan aktivitas guru

dan peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung.

b. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mengetahui hal-hal yang kurang bisa diamati

pada saat obseervasi. Pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan disusun dengan

pedoman tertentu yang mengacu pada aspek atau hal-hal yang akan diteliti yang

dalam hal ini adalah prestasi belajar peserta didik. Tes digunakan untuk

mengetahui pemahaman pesrta didik terhadap materi yang dipelajari.


c. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk memperkuat data yang diperoleh dalam

observasi. Dokumentasi yang digunakan berupa LKS, daftar nilai peserta didik,

dll.

d. Tes

Tes pada setiap akhir tindakan, dan diberikan dalam bentuk pilihan dan isian

karena peneliti ingin mengetahui proses jawaban peserta didik secara rinci.

3. Instrumen Penelitian

a. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan sebagai pedoman peneliti dalam melakukan

observasi guna memperoleh data yang diinginkan.

b. Pedoman Wawancara

Berisi kisi – kisi pertanyaan yang akan diajukan kepada narasumbner yaitu

guru kelas VII. Pedoman wawancara ini digunakan untuk mengetahui respon atau

tanggapan peserta didik yaitu mengenai prestai belajar peserta didik dalam proses

pembelajaran Matematika dengan menggunakan model pembelajaran Problem

Based Learning (PBL).

c. Tes

Hasil tes berfungsi untuk menunjukkan seberapa besar pemahaman peserta

didik terhadap bahan ajar yang disampaikan. Terdapat dua tes yang diberikan

kepada peserta didik, yaitu :


1) Tes diberikan pada akhir pertemuan yang digunakan untuk menunjukkan

seberapa besar pemahaman peserta didik terhadap bahan ajar yang

disampaikan. Tes ini dikerjakan oleh peserta didik secara individu.

2) Tes diberikan pada akhir siklus yang digunakan untuk menunjukkan prestasi

belajar yang dicapai pada setiap siklus. Tes ini bertujuan untuk mengetahui

apakah ada peningkatan prestasi belajar Matematika peserta didik dengan

pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

F. Teknik Analisis Data

Analisis terhadap seluruh temuan dalam penelitan tindakan dilakukan sesuai

dengan fokus dan rumusan masalah, dan tujuan tindakan yang telah dirumuskan oleh

peneliti. Data yang dianalis adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Dalam penelitian

ini data kualitatif yang digunakan adalah wawancara dan dokumentasi. Sedangkan data

kuantitatif yang digunakan adalah data observasi dan data tes evaluasi.

d. Data kualitatif

Data kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena – fenomena sosial dari sudut atau

perspektif partisipan dengan multistrategi yang bersifat interaktif seperti wawancara

mendalam serta dokumen – dokumen.

e. Wawancara

Hasil wawancara diklarifikasikan berdasarkankan aspek – aspek yang dijadikan fokus

analisis, sehinggan dapat diketahui hasil yang diperoleh dalam penelitian.

f.Dokumentasi

Foto-foto yang diambil pada saat penelitian menjadi bukti keterlaksanaan tindakan,

profil keadaan sekolah dan hasil tes tertulis memperkuat data penelitian.
1. Data kuantitatif

a. Analisis Data Observasi

Data observasi dalam penelitian ini, dilakukan untuk mengetahui keterangan

pembelajaran, yang dilakukan oleh peneliti apakah dilaksanakan berdasarkan rencana

atau tidak serta keaktifan belajar peserta didik. Untuk observasi keterlaksanaan

pembelajaran maupun keaktifan belajar peserta didik ini digunakan dengan kategori

sangat baik, baik, cukup, kurang dan sangat kurang untuk setiap aspek yang dinilai

dengan pengisisan skor sebagai berikut :

1) Berikan skor 5 apabila keterlaksaan pembelajaran maupun keaktifan belajar peserta

didik dilakukan dengan sangat baik

2) Berikan skor 4 apabila keterlaksaan pembelajaran maupun keaktifan belajar peserta

didik dilakukan dengan baik

3) Berikan skor 3 apabila keterlaksaan pembelajaran maupun keaktifan belajar peserta

didik dilakukan dengan cukup

4) Berikan skor 2 apabila keterlaksaan pembelajaran maupun keaktifan belajar peserta

didik dilakukan dengan kurang

5) Berikan skor 1 apabila keterlaksaan pembelajaran maupun keaktifan belajar peserta

didik dilakukan dengan sangat kurang

Keterlaksanaan pembelajaran maupun prestasi belajar peserta didik dapat dihitung

dengan rumus :

skor perolehan
NA = x 100
skor maksimal

Ket : NA = nilai akhir


b. Tes evaluasi

Tes evaluasi dilaksanakan sesuai dengan siklus yang telah ditentukan. Untuk

mencari nilai rata-rata dan persentase kebehasilan belajar.

1) Rumus untuk mencari nilai rata – rata :

X=
∑X
∑N
Dengan :

X = Nilai rata – rata

∑X = Jumlah semua nilai siswa

∑N = Jumlah siswa

2) Rumus mencari presentase keberhasilan belajar

P=
∑ P X 100 %
∑N
Dengan :

P = Ketuntasan belajar

∑P = Jumlah semua siswa yang tuntas belajar

∑N = Jumlah semua siswa


Keterangan :

Kriteria Keberhasilan Belajar

10 – 29 Sangat Rendah
Tidak Tuntas
30 – 49 Rendah
50 – 69 Sedang
70 – 89 Tinggi Tuntas
90 – 100 Sangat Tinggi

Tabel Kriteria Keberhasilan Belajar

DAFTAR PUSTAKA
Yasifati Hia, dan Rani Sugesti Syafputri. 2017. Penerapan Model Pembelajaran

Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa

pada Materi Perbandingan Di Kelas VII SMP Negeri 4 Medan T.A. 2016/2017. Jurnal

Pendidikan Matematika, Jurusan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Medan.

P. N. Perindani, dkk. 2019. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk

Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VIII B SMP Negeri

Singaraja. Jurnal Pendidikan Matematika Undiksha, Universitas Pendidikan Ganesha.

Maryati, Iyam, S.Pd.,M.Pd. 2018. The Aplication of Problem Based Learning Model on

Numbers Pattern Topic in Grade VII of Junior High School. Bandung: Universitas Pendidikan

Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai