Anda di halaman 1dari 17

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

SNOWBALL THROWING DALAM MENINGKATKAN HASIL


BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 RAHA PADA
POKOK BAHASAN RELASI DAN FUNGSI

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang


atau kelompok individu dalam upaya mendewasakan manusia melalui kegiatan
pengajaran dan pelatihan. Mulyasa (2006: 4) “Sistem pendidikan nasional senantiasa
harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan yang terjadi baik di
tingkat lokal, nasional, maupun global”. Pendidikan di Negara kita saat ini masih
belum mencapai sepenuhnya tujuan pendidikan nasional. Seperti yang dituangkan
dalam Undang- Undang No. 20 Tahun 2003 pasal 3 “Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung
jawab”.
Suatu proses pendidikan akan terlaksana dengan adanya pendidik dan peserta
didik, jika salah satu tidak ada maka tidak akan tercipta suatu proses pendidikan yang
kita kenal sebagai kegiatan belajar mengajar (KBM). Dalam hal ini seorang pendidik
mengajarkan apa yang dia miliki kepada peserta didik dengan berbagai cara dan
metode yang diterapkanya untuk bisa diserap oleh peserta didik dengan baik.
Tentunya seorang pendidik juga harus mengajarkan agar peserta didik mempunyai
sikap, watak, dan kepribadian yang baik, bahakan lebih baik dari sebelumnya.
Dengan adanya pendidik dan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar
terciptalah suatu proses pembelajaran.
Proses pembelajaran terdiri dari komponen-komponen penting yang saling
berkaitan satu dengan lainya. Interaksi pendidik dengan peserta didik memegang
peranan penting dalam mencapai tujuan suatu pembelajaran yang diinginkan. Seorang
pendidik memiliki kemungkinan gagal dalam menyampaikan materi di kelas, ini
dikarenakan saat proses belajar mengajar terjadi kurang menarik perhatian dan
aktifitas peserta didik dalam mengikuti pelajaran khususnya pada pelajaran
matematika. Terkadang pendidik mengalami kesulitan dalam hal menyampaikan
materi kepada peserta didik, sehingga hasil belajar yang diperoleh peserta didik pada
pelajaran matematika terbilang rendah. Bahkan pada Ujian Nasional pun nilai yang
paling rendah dari rata-rata keseluruhan mata pelajaran adalah matematika. Dan
banyak peserta didik yang mengatakan matematika adalah pelajaran yang paling
ditakuti, dan sebagian kegagalan dalam menyampaikan materi kepada peserta didik
disebabkan oleh rasa takut yang berlebihan. Banyak orang memandang matematika
sebagai bidang studi yang paling sulit. Matematika yang dianggap sulit sebenarnya
dapat memberikan kontribusi dalam aplikasi kehidupan sehari-hari untuk itu, harus
ada model agar para siswa menyukai matematika.
Keberhasilan suatu proses pembelajaran bisa dilihat dari banyaknya peserta didik
yang mampu mengikuti kegiatan belajar mengajar tersebut. Juga dapat dilihat dari
tingkat pemahaman materi, penguasaan materi, serta hasil belajar peserta didik.
Semakin tinggi tingkat pemahaman, penguasaan materi dan hasil belajar maka
semakin tinggi pula tingkat keberhasilan suatu proses pembelajaran. Tentunya
pendidik juga harus bisa menghilangkan pemikiran para peserta didik bahwa
matematika itu menakutkan, akan tetapi matematika itu menyenangkan dan seru
untuk dipelajari. Sehingga tidak ada lagi peserta didik yang belajar dengan rasa takut
akan berbagai angka yang disajikan pendidik dalam proses pembelajaran. Mengajar
bukan tugas yang ringan bagi seorang guru. Dalam mengajar guru berhadapan dengan
sekelompok siswa, mereka adalah makhluk hidup yang memerlukan bimbingan dan
pembinaan untuk menuju kedewasaan. Siswa setelah mengalami proses pendidikan
dan pengajaran diharapkan telah menjadi manusia dewasa yang sadar dan
bertanggung jawab terhadap diri sendiri, wiraswasta, berpribadi dan moral.
Pada dasarnya aktifitas dalam pembelajaran meliputi mendengar, menulis,
membaca, mempresentasikan dan diskusi untuk mengkomunikasikan masalah yang
ditemukan. Untuk memaksimalkan hasil belajar siswa, maka diskusi kelompok perlu
diperhatikan dan dikembangkan lebih baik lagi. Dengan menerapkan diskusi
kelompok diharapkan aspek-aspek komunikasi bisa dikembangkan dan bisa
meningkatkan hasil belajar khususnya pada pelajaran matematika.
Dengan hasil belajar yang kurang maksimal, salah satu solusi untuk memecahkan
masalah tersebut adalah dengan menggunakan model pembelajaran. Pemilihan model
pembelajaran yang menarik dan menyenangkan akan membuat siswa mengikuti
pembelajaran secara aktif dan tanpa paksaan dalam kegiatan belajar mengajar dengan
model pembelajaran aktif. Pada dasarnya pembelajaran aktif adalah suatu
pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif. Dimana peserta didik
diajak untuk ikut serta dalam proses pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi
melibatkan fisik juga. Dari sekian banyak model pembelajaran aktif, salah satunya
adalah model pembelajaran snowball throwing yang diharapkan mampu mengatasi
permasalahan di atas.
Model pembelajaran snowball throwing merupakan suatu cara penyajian dengan
kreativitas siswa dalam membuat soal matematika dan menyelesaikan soal yang
dibuat oleh temannya dengan jawaban sebaik mungkin. Penerapan model
pembelajaran snowball throwing dalam pembelajaran matematika melibatkan siswa
untuk mampu berperan aktif dengan bimbingan guru tentunya, agar peningkatan
Ekemampuan siswa dalam memahami konsep ini dapat terarah lebih baik dan tidak
terlalu jauh melenceng dari konsep. Menurut Aqib (2013: 27) Model pembelajaran
Snowball Throwing merupakan salah satu model pembelajaran Contextual Teaching
and Learning (CTL).
Dalam pendekatan pembelajaran aktif ini siswa diharapkan mampu
mengembangkan kreativitas dalam mnyelesaikan soal matematika. Karena kreaivitas
itu merupakan kemampuan individu untuk menciptakan suatu hal yang abru da
berbeda. Kreativitas setiap sisw berbeda-beda, siswa yang memiliki kreativitas tinggi
mampu belajar dengan baik, dapat menciptakan cara belajar yang baik,dapat
enciptakan cara belajar dengan mudah serta mampu memahami, menyelesaikan soal-
soal yang dihadapi dalam belajar sehingga berpengaruh terhadap prestasi belajar yang
dicapai.
Berdasakan uraian diatas tentang permasalahan dalam pembelajaran matematika,
penulis mengambil judul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Snowball
Throwing Dalam Meningkaan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMPN 1 Raha
Pada Pokok Bahasan Relasi Dan Fungsi”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “apakah penerapan model pembelajaran snowball throwing
berpengaruh terhadap hasl belajar matematika siswa kelas viii smp negeri 1 raha pada
pokok bahasan relasi dan fungsi ?”.

C. Tujun Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuaraikan diatas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menguji secara empiric pengaruh penerapan model
pembelajaran snowball throwing terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VIII
SMPN 1 Raha pada pokok bahasan relasi dan fungsi.

D. Manfaat Penelitian
Secara khusus hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam dunia pendidikan
baik secara langsung maupun tidak. Adapun manfaat dari penelitian antara lain :
1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai referensi untuk mengembangkan penelitian - penelitian yang
menggunakan strategi pembelajaran Snowball Throwing
b. Memberikan tambahan pengetahuan kepada guru, calon guru dan pembaca
lainnya tentang gambaran strategi pembelajaran Snowball Throwing untuk
meningkatkan hasil belajar matematika dan mutu pendidikan.
2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk siswa,
guru dan sekolah.
a. Bagi Siswa
Memberikan pengalaman bagi siswa dalam belajar matematika yang
menyenangkan dengan menerapkan strategi Snowball Throwing. Membantu
siswa dalam mengoptimalkan hasil belajar dan kemampuan komunikasi
matematis.
b. Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh guru sebagai referensi dalam
proses pembelajaran matematika dengan tujuan agar dapat memperbaiki
sistem pembelajaran dikelas dan mengoptimalkan hasil belajar siswa.
c. Bagi sekolah
Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh sekolah sebagai referensi untuk
pembaharuan strategi-strategi mengajar guru baik dalam pelajaran
matematika maupun pelajaran yang lainnya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Model Pembelajaran

1. Pengertian Model Pembelajaran

Model secara harfiah berarti “bentuk”, dalam pemakaian secara umum model
merupakan interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukurannya yang diperoleh
dari beberapa sistem. Sedangkan menurut Agus Suprijono (2011: 45) Model diartikan
sebagai bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan
seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu.
Pengertian menurut Syaiful Sagala (2005: 175) sebagaimana dikutip oleh Indrawati
dan Wanwan Setiawan (2009: 27), mengemukakan bahwa model pembelajaran
adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai tujuan belajar
tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan guru dalam
merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Sedangkan M. Sobri
Sutikno (2009: 88) menyatakan, “Metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan
materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses pembelajaran pada
diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan”.
Menurut Agus Suprijono (2011: 46) Model pembelajaran ialah pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun
tutorial. James O. Whittaker (Aunurrahman, 2009:35) mengemukakan “belajar adalah
proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.”
Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman
individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya.

Dari beberapa pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa model


pembelajaran adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam
pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu.

2. Karakteristik Model Pembelajaran


Menurut Rangke I. Tobeng, dkk sebagaimana dikutip oleh Indrawati dan Wawan
Setiawan (2009: 27) mengidentfikasi lima karakteristik suatu model pembelajaran
yang baik, yang meliputi berikut ini :
1) Prosedur ilmiah
Suatu model pembelajaran harus memiliki suatu prosedur yang sistematik
untuk mengubah tingkah laku peserta didik ataau memiliki sintaks yang
merupakan urutan langkahlangkah pembelajaran yang dilakukan guru dan peserta
didik.
2) Spesifikasi hasil belajar yang direncanakan
Suatu model pembelajaran menyebutkan hasil-hasil belajar secara rinci
mengenai penampilan peserta didik.
3) Spesifikasi lingkungan belajar
Suatu model pembelajaran menyebutkan secara tegas kondisi lingkungan
di mana respon pesertaa didik diobservasi.
4) Criteria penampilan
Suatu model pembelajaran merujuk pada kriteria peneerimaan penampilan
yang diharapkan dari para peserta didik. Model pembelajaran merencanakan
tingkah laku yang diharapkan dari peserta didik yang dapat didemonstrasikannya
setelah langkah-langkah mengajar tertntu.
5) Cara-cara pelaksanaannya
Semua model pembelajaran menyebutkan mekanisme yangmenunjukan
reaksi peserta didik dan interaksinya denan lingkungan
Guru sebagai perancang pembelajaran harus mampu mendisain seperti apa
pembelajaran yang akan dilaksanakan. Model pembelajaran merupakan disain
pembelajaran yang akan dilaksanakan guru di dalam kelas. Dengan melihat beberapa
ciri khusus dan karakteristik model pembelajaran tersebut di atas, dapat disimpulkan
bahwa sebelum mengajar, guru harus menentukan model pembelajaran yang akan
digunakan. Dengan model pembelajaran, guru dapat melaksanakan proses
pembelajaran sesuai dengan pola, tujuan, tingkah laku, lingkungan dan hasil belajar
yang direncanakan. Dengan demikian proses pembelajaran akan berjalan dengan baik
dan tepat sesuai dengan mata pelajarannya.

B. Model Pembelajaran Snowball Throwing


1. Pengertian Model Pembelajaran Snowball Throwing

Secara etimologi snowball berarti bola salju, sedangkan throwing berarti


melempar. Secara keseluruhan snowball throwing mempunyai arti melempar bola
salju. Dalam pembelajaran snowball throwing, bola salju bukan arti yang sebenarnya
melainkan kertas yang berisi pertanyaan yang dibuat oleh siswa kemudian
dilemparkan kepada siswa lainya untuk menjawab pertanyaan di dalamnya.
Saminanto (2010:37) mengemukakan “Metode pembelajaran snowball throwing
disebut juga metode pembelajaran gelundungan bola salju”. Model pembelajaran ini
berguna untuk melatih siswa agar lebih tanggap dalam menerima pesan dari siswa
lainnya yang berbentuk bola salju kertas, dan menyampaikan pesan tersebut kepada
tem annya dalam satu kelompok. Dalam hal ini peranan guru hanya sebagai pemberi
arahan kepada siswa mengenai topik pembelajaran dan mengatur jalannya
pembelajaran. Kisworo dalam Mukhtari (2010: 6) Model pembelajaran snowball
throwing adalah suatu model pembelajaran yang diawali dengan pembentukan
kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru kemudian
masing- masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas
pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain yang masing-masing siswa menjawab
pertanyaan dari bola yang diperoleh.
Model pembelajaran snowball throwing merupakan tipe model pembelajaran
kooperatif. Model pembelajaran ini menjadi potensi kepemimpinan siswa dalam
kelompok dan ketrampilan untuk membuat dan menjawab pertanyaan yang disajikan
melalui permainan imajinatif membentuk dan melempar bola salju. Dengan demikian
siswa akan belajar dalam bekerjasama, berbagi pendapat, melaksanakan tugas
masing-masing, bertanggung jawab, dan tentunya akan menambah wawasan mereka.
Semua itu dirangkum dalam pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran
Snowball Throwing.

2. Langkah-langkah Model Pembelajaran Snowball Throwing

Menurut Suprijono (2009:128), langkah-langkah pembelajaran metode snowball


throwing adalah:
a. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan, dan KD yang ingin dicapai.
b. Guru membentuk siswa berkelompok, lalu memanggil ketua masing-masing
kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.
c. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing
kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh kguru kepada temannya. d.
Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk
menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah
dijelaskan oleh ketua kelompok.
e. Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan
dilempar dari satu siswa ke siswa lainnya selama kurang lebih 5 menit.
f. Setelah siswa dapat satu bola (satu pertanyaan), diberikan kesempatan kepada
siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas secara bergantian.
g. Evaluasi.
h. Penutup.
Hamdayama (2014: 160) Aturan atau cara bermain Snowball Throwing
adalah sebagaimana diterangkan berikut ini;
1. Guru melemparkan bola secara acak kepada salah satu siswa.
2. Siswa yang mendapatkan bola melemparkannya ke siswa yang lain, boleh
secara acak atau secara sengaja.
3. Siswa yang mendapatkan bola dari temannya melemparkannya kembali ke
siswa lainnya.
4. Siswa ketiga /siswa terakhir, berkewajiban untuk mengerjakan soal yang
telah disiapkan oleh guru.
5. Mengulangi terus model di atas, sampai soal yang disediakan habis atau
waktu habis.
6. Guru membenarkan jika jawaban salah, menegaskan apabila jawaban kurang
pas dan menerangkan / membahas soal yang baru saja dijawab.

3. Kelebihan Model Pembelajaran Snowball Throwing


Snowball throwing memiliki kelebihan, menurut Safitri (2011:19) yang menjadi
kelebihan model snowball throwing sebagai berikut.
a. Melatih kesiapan murid dalam merumuskan pertanyaan dengan bersumber
pada materi yang diajarkan serta saling memberikanpengetahuan.
b. Murid lebih memahami dan mengerti secara mendalam tentang materi
pelajaran yang dipelajarai.
c. Dapat membangkitkan keberanian murid dalam mengemukakan pertanyaan
kepada teman lain maupun guru.
d. Melatih murid menjawab pertanyaan yang diajukan oleh temannya dengan
baik.
e. Merangsang murid menjawab pertanyaan yang diajukan oleh temannya dengan
baik.
f. Mengurangi rasa takut murid dalam bertanya kepada teman maupun guru.
g. Murid akan lebih mengerti makna kerjasama dalam menemukan pemecahan
suatu masalah.
h. Murid akan memahami makna tanggung jawab.
i. Murid akan lebih mampu menerima keragaman.
j. Murid akan terus termotivasi untuk meningkatkan kemampuan

4. Kekurangan Model Pembelajaran Snowball Throwing

Kekurangan model pembelajaran tipe snowball throwing:

a. Sangat bergantung pada kemampuan siswa dalam memahami materi sehingga


apa yang dikuasai siswa hanya sedikit.
b. Ketua kelompok yang tidak mampu menjelaskan dengan baik tentu menjadi
penghambat bagi anggota lain untuk memahami materi sehingga diperlukan
waktu yang tidak sedikit untuk siswa mendiskusikan materi pelajaran.
c. Tidak ada kuis individu maupun penghargaan kelompok sehingga siswa saat
berkelompok kurang termotivasi untuk bekerja sama. Akan tetapi, tidak menutup
kemungkinan bagi guru menambahkan pemberian kuis individu dan penghargaan
kelompok.
d. Memerlukan waktu yang panjang.
e. Murid yang nakal cenderung berbuat onar.

C. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Dimyati dan Mudjono (dalam Dalyana, S. 2011), hasil belajar


merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi siswa dan dari sisi guru. Menurut
Bloom dalam jihad (2009: 14) tiga ranah (domain) hasil belajar yaitu kognitif, afektif,
dan psikomotorik. Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran.
Nana Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah
perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas
mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman
belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan
untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan
siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Menurut Slameto (2012: 12), faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah
besarnya usaha yang dilakukan. Selain itu juga dipengaruhi oleh intelegensi dan
penguasaan awal terhadap materi yang akan dipelajari. Hasil belajar merupakan
kecapakan yang nyata dari siswa sebagai hasil belajarnya di sekolah yang didasakan
atas kriteri penilaian dalam bentuk angka maupun huruf. Hasil belajar yang telah
dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu dari dalam diri siswa itu
sendiri dan faktor dari luar siswa.

D. Pembelajaran Relasi dan Fungsi di Sekolah

1. Pembelajaran Matematika di Sekolah


Pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-
sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri siswa. Pembelajaran merupakan
susunan dari informasi dan lingkungan untuk memfasilitasi belajar. Penggunaan
lingkungan ini bukan hanya di mana pembelajaran berlangsung, melainkan juga
metode, media, peralatan yang diperlukan untuk memberikan informasi, dan
membimbing siswa.
Estine Ekawati (2011: 57) Pembelajaran matematika sekolah dipaparkan pada
buku standar kompetensi mata pelajaran matematika yakni sebagai berikut:
a. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui
kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan,
konsistensi dan inkonsistensi.
b. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan
penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu,
membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.
c. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.

d. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan


gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, grafik, peta, diagram, dalam
menjelaskan gagasan.

Pembelajaran matematika seharusnya memuat manfaat materi yang diberikan.


Munif Chatib (2009: 114) mengatakan bahwa kemanfaatan ilmu dalam kegiatan
sehari-hari dijelaskan pada awal pembelajaran oleh guru. Misalnya, relasi lima orang
anak dan kegemarannya diberikan muatan emosi dengan adanya seseorang yang ingin
memberi hadiah pada salah satu anak berdasarkan kegemarannya. Fenomena ini
dapat menjadi pengantar yang baik dalam pembelajaran konsep dan representasi
relasi. Arief S. Sadirman (2009: 17) Keterbatasan ruang dan waktu untuk menyajikan
fenomena ini dapat ditangani oleh media pembelajaran.

2. Materi Relasi Dan Fungsi di SMP

Relasi merupakan sebuah aturan yang memasangkan anggota himpunan satu ke


himpunan yang lain.Sebuah relasi yang terdapat dalam himpunan A dengan B biasa
disebut sebagai pemasangan atau korespondensi dari anggota yang terdapat di dalam
himpunan A ke anggota yang terdapat di dalam himpunan B.

Menyatakan hubungan antara suatu anggota himpunan dengan anggota himpunan


lainnya. Himpunan A dan himpunan B dikatakan memiliki relasi jika ada
anggota himpunan yang saling berpasangan. Relasi antara dua himpunan dapat
dinyatakan dengan tiga cara yaitu dengan diagram panah, himpunan pasangan
berurutan, dan diagram Cartesius.

1. Diagram panah
Diagram panah merupakan cara yang paling mudah untuk menyatakan suatu
relasi. Diagram ini membentuk pola dari suatu relasi ke dalam bentuk gambar arah
panah yang menyatakan hubungan antara anggota himpunan A dengan anggota
himpunan B.

Misalnya, ada 4 orang anak yaitu Ali, Siti, Amir dan Rizki. Mereka diminta untuk
menyebutkan warna favorit mereka. Ali menyukai warna merah, Siti menyukai warna
ungu, Amir menyukai warna hitam, dan Rizki menyukai warna merah. Dari hasil
uraian tersebut, terdapat dua buah himpunan. Himpunan pertama adalah himpunan
anak, kita sebut himpunan A dan himpunan yang kedua adalah himpunan warna, kita
sebut himpunan B. Hubungan antara himpunan A dan himpunan B dapat di
ilustrasikan dengan diagram panah seperti berikut:

Jadi, dapat disimpulkan bahwa diagram panah di atas merupakan relasi antara
anak dengan warna yang mereka sukai. Relasi antara kedua himpunan tersebut dapat
dinyatakan dengan panah-panah yang memasangkan anggota himpunan A dengan
anggota himpunan B.

2. Himpunan Pasangan Berurutan

Selain dengan diagram panah, suatu relasi juga dapat dinyatakan dengan
menggunakan himpunan pasangan berurutan. Caranya dengan memasangkan
himpunan A dengan himpunan B secara berurutan. Kita dapat mengambil contoh dari
contoh diagram panah tadi.

Ali menyukai warna merah

Siti menyukai warna ungu

Amir menyukai warna hitam

Rizki menyukai warna merah

Dari uraian di atas kita dapat menyatakan relasinya dengan himpunan pasangan
berurutan seperti berikut:

(Ali, merah), (Siti, ungu), (Amir, hitam), (Rizki, merah).


Jadi, relasi antara himpunan A dengan himpunan B dinyatakan sebagai himpunan
pasangan berurutan (x,y) dengan x ∈ A dan y ∈ B.

3. Diagram Cartesius

Menyatakan relasi antara dua himpunan dari pasangan berurutan yang kemudian
dituliskan dalam bentuk dot (titik-titik). Contoh dari relasi antara anak dengan warna
kesukaannya yaitu himpunan A = {Ali, Siti, Amir, Rizki} dan himpunan B = {merah,
ungu, hitam}, dapat digambarkan dalam bentuk diagram Cartesius seperti di bawah
ini:

Fungsi

Fungsi (pemetaan) merupakan relasi dari himpunan A ke himpunan B, jika


setiap anggota himpunan A berpasangan tepat satu dengan anggota himpunan B.
Semua anggota himpunan A atau daerah asal disebut domain, sedangkan semua
anggota himpunan B atau daerah kawan disebut kodomain. Hasil dari pemetaan
antara domain dan kodomain disebut range fungsi atau daerah hasil. Sama halnya
dengan relasi, fungsi juga dapat dinyatakan dalam bentuk diagram panah, himpunan
pasangan berurutan dan dengan diagram Cartesius.
Jadi, dari diagram panah di atas dapat disimpukan:

Domain adalah A = {1,2,3}

Kodomain adalah B = {1,2,3,4}

Range fungsi = {2,3,4}

Sebuah fungsi dapat dinotasikan dengan huruf kecil sepeti f, g, h. Misal, fungsi f
memetakan himpunan A ke himpunan B dinotasikan f(x) dengan aturan f : x → 3x+3.
Artinya fungsi f memetakan x ke 3x+3. Jadi daerah bayangan x oleh fungsi f adalah
3x+3 sehingga dapat dinotasikan dengan f(x) = 3x+3. Dari uraian ini dapat
dirumuskan:

Jika fungsi f : x → ax +b dengan x anggota domain f , maka rumus fungsif


adalah f(x) = ax+b

Dengan menghitung nilai fungsi, kita dapat mengetahui nilai fungsi yang dapat
menghasilkan himpunan kawan (kodomain) dari himpunan asal (domain). Supaya
lebih jelas, coba kerjakan contoh soal di bawah ini

 Diketahui fungsi f : x → 3x + 3 pada himpunan bilangan bulat. Tentukan:

1. f(3)
2. bayangan (-2) oleh f
3. nilai f untuk x = -4
4. nilai x untuk f(x) = 6
5. nilai a jika f(a) = 12

Jawab:

Fungsi f : x → 3x + 3

Rumus fungsi: f(x) = 3x+3

1. f(3) = 3(3)+3 = 12
2. bayangan (-2) oleh f sama dengan f (-2), jadi f(-2) = 3(-2)+3 = -3
3. nilai f untuk x = -4 adalah f (-4) = 3(-4)+3 = -9

nilai x untuk f(x) = 6 adalah 3x + 3 = 6

3x = 6-3

3x = 3

x=1

5. nilai a jika f(a) = 12

3a + 3 = 12

3a = 12 – 3

3a = 9

a=3

E. Penelitian Yang Relevan

Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan.
Toip (2010) dengan judul ”Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Kelas V
Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing Di SD Negeri
1 Lebung Batang Kabupaten OKI”. Rini (2008) dengan judul “Penerapan Teknik
Snowball Throwing Pada Pembelajaran Matematika Di SMPN 30 Palembang”.
Yayuk Suzanah (2009) dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Dengan Metode Snowball Throwing Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika Siswa Kelas VI B SD N 07 Kota Bengkulu“.Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Snowball Throwing dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan penelitian relevan yang pernah dilakukan oleh peneliti di atas, dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran Snowball Throwing berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa. Dari penelitian tersebut, dapat dilakukan sebuah
penelitian eksperimen yang menguji tentang Pengaruh model pembelajaran
Snowball Throwing Pada Pelajaran Relasi dan Fungsi Terhadap Hasil Belajar
Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Raha Tahun Pelajaran 2018/2019.

F. Hipotesis Penelitian

Anda mungkin juga menyukai