PENDAHULUAN
1
Menurut Sumiati dan Asra (2013 :4), peran guru dalam proses
pembelajaran yang dapat membangkitkan aktivitas siswa setidak-tidaknya
menjalankan tugas utama yaitu merencanakan pembelajaran,
melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi pembelajaran dan memberikan
umpan balik.
2
Penyampaian dalam materi pelajaran pun harus lebih ditingkatkan baik segi
materi, media maupun kebermaknaan ilmu tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari mulai
dari pendidikan dasar, akan tetapi pada kenyataannya matematika kurang diminati
siswa dikarenakan materi cukup sulit untuk dipahami, siswa merasa kesulitan
dalam proses pengerjaan latihan atau soal. Hal ini mengakibatkan siswa menjadi
pasif dan kurang termotivasi dalam belajar. Sehingga hal ini menjadikan salah
satu penyebab rendahnya nilai kompetensi siswa pada pelajaran matematika yang
akhirnya berimbas pada turunnya prestasi belajar. Seperti yang dihadapi siswa di
kelas V SDN 1 Cikidang Sukabumi, khususnya untuk mata pelajaran matematika
dalam materi “Operasi pembulatan bilangan” siswa kelas V B yang mencapai
KKM hanya 30,3% dari 33 siswa, atau sebanyak sepuluh siswa. KKM
Matematika SDN 1 Cikidang yaitu 56.
Berdasarkan hasil pengamatan dan refleksi selama proses pembelajaran
siswa kurang antusias atau tidak bersemangat dalam mengikuti pembelajaran,
siswa lebih senang bermain dan bercanda dengan teman sebangkunya, guru
kurang memberi motivasi pada siswa serta penggunaan metode pembelajaran
yang kurang bervariasi.
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka muncul
beberapa masalah. Permasalahan tersebut dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Siswa tidak aktif ketika proses belajar mengajar berlangsung.
2. Siswa kurang konsentrasi dalam mengikuti pembelajaran.
3. Siswa lebih senang bercanda dengan temannya.
4. Rendahnya tingkat penguasaan siswa pada materi pelajaran.
5. Hasil belajar yang rendah.
6. Siswa kurang bersemangat dalam mengikuti pembelajaran.
7. Saat pembelajaran berlangsung guru kurang memberi motivasi.
8. Metode yang digunakan tidak bervariasi.
3
2. Analisis Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut peneliti merasa bahwa hasil
belajar yang rendah merupakan hal yang sangat penting untuk segera diatasi.
Masalah ini disebabkan karena guru tidak menggunakan metode dan
model yang bervariatif, sehingga siswa tidak antusias dalam mengikuti
pembelajaran. Apabila hal ini dibiarkan tanpa adanya upaya dari guru untuk
memperbaiki keadaan tersebut dikhawatirkan prestasi siswa tidak ada kemajuan,
artinya kualitas siswa yang dihasilkan rendah. Peneliti merasa bahwa
permasalahan ini perlu untuk dikaji dan diteliti secara mendalam, yang bertujuan
mencari solusi atau penyelesaian atas permasalahan tersebut.
B. Rumusan Masalah
Sebagaimana permasalahan yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah penggunaan model pembelajaran Team Games Tournament
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi operasi pembulatan
bilangan di kelas V?
2. Bagaimanakah penggunaan model pembelajaran Team Games
Tournament dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi operasi
pembulatan bilangan di kelas V?
4
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan maka tujuan
penelitian ini adalah:
1. Untuk megetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas V B SDN 1
Cikidang dalam materi operasi pembulatan bilangan pada pelajaran
matematika melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team
Games Tournament.
2. Untuk mengetahui proses pembelajaran model Team Games Tournament
dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas V B SDN 1 Cikidang pada
materi operasi pembulatan bilangan.
2. Manfaat Praktis
1. Bagi Siswa
- Memotivasi siswa dalam belajar, karena dalam pembelajaran ini siswa belajar
secara aktif dengan adanya game dalam kegiatan pembelajaran.
- Melatih sikap sosial untuk saling peduli terhadap keberhasilan siswa lain dalam
mencapai tujuan pembelajaran.
- Dapat meningkatkan hasil belajar terutama dalam materi melakukan operasi
pembulatan bilangan.
3. Bagi Guru
- Dapat dijadikan masukan untuk lebih meningkatkan pengelolaan pembelajaran.
- Salah satu alternatif yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran.
5
- Memperluas wawasan guru mengenai penelitian tindakan kelas melalui model
pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament dan dapat
meningkatkan minat guru untuk melakukan penelitian tindakan kelas.
4. Bagi Sekolah
- Dapat memberikan masukan untuk membawa kemajuan dalam pembelajaran
sehingga dapat memberikan makna yang baik untuk sekolah.
- Meningkatkan prestasi sekolah.
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
7
berdasarkan masalah-masalah yang dirasakan oleh guru, yang kemudian
diadakan perbaikan yang berulang oleh guru dan juga sebagai peneliti. Serta
hasil penelitian langsung dimanfaatkan oleh guru dan dirasakan oleh kelas.
Rapoport (1991) mendefinisikan pengertian penelitian tindakan kelas
sebagai berikut; 'Action research aims to contribute both to the practical
concerns of people in an immediate problematic situation and to the goals
of social science (including education) by joint collaboration within a
mutually acceptable ethical framework. (Penelitian Aksi bertujuan untuk
memberikan kontribusi baik kepada orang keprihatinan praktis dalam
situasi problematik segera dan dengan tujuan ilmu sosial (termasuk
pendidikan) dengan kolaborasi bersama dalam kerangka etis diterima
bersama).
8
2. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
Menurut IGAK Wardhani dan Kuswaya Wihardit karakteristik penelitian
tindakan kelas yaitu diantaranya :
- Adanya masalah dalam penelitian tindakan kelas dipicu oleh munculnya
kesadaran dari diri guru bahwa praktik yang dilakukannya selama ini di kelas
mempunyai masalah yang perlu diselesaikan (an inquiri of practice from
within)
- Self reflective inquiri atau penelitian melalui refleksi diri.
- Fokus penelitian berupa pembelajaran.
- Tujuan penelitian yaitu untuk memperbaiki pembelajaran.
Berdasarkan karakteristik tersebut bahwa penelitian dilaksanakan karena
guru merasa bahwa ada sesuatu yang harus diperbaiki dalam proses pembelajaran
9
3. Langkah-Langkah Penelitian Tindakan Kelas
Menurut IGAK Wardhani dan Kuswaya Wihardit ada beberapa langkah
dalam melaksanakan PTK yaitu:
1. Merencanakan perbaikan
Dalam merencanakan perbaikan terlebih dahulu dilakukan identifikasi
masalah serta analisis dan perumusan masalah. Identifikasi masalah dapat
dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada diri sendiri tentang
pembelajaraan yang dikelola kemudian dianalisis dengan melakukan refleksi dan
menelaah dokumen yang terkait. Setelah masalah dijabarkan langkah beriktnya
yaitu mencari atau mengembangkan cara perbaikan, yang dilakukan dengan
mengkaji teori dan hasil penelitian yang relevan, berdikussi dengan teman
sejawat dan pakar serta menggali pengalaman sendiri.
2. Melaksanakan tindakan
Pelaksanaan tindakan dimulai dengan mempersiapkan rencana
pembelajaran dan scenario tindakan termasuk bahan pelajaran dan tugas – tugas,
menyiapkan alat pendukung atau sarana lain yang diperlukan, mempersiapkan
cara merekam dan menganalisis data, serta melakukan simulasi pelaksanaan jika
diperlukan.
2. Bagi Guru
- Membantu guru memperbaiki pembelajaran.
- Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan.
- Membantu guru berkembang secara professional.
- Meningkatkan rasa percaya diri guru.
10
3. Bagi Sekolah
- Membantu sekolah untuk berkembang karena adanya peningkatan dan
kemajuan pada diri guru serta pendidikan di sekolah tersebut.
B. Karakteristik Siswa
1. Pengertian Karakteristik
Karakteristik siswa adalah keseluruhan pola kelakuan dan kemampuan
yang ada pada siswa sebagai hasil dari pembawaan dari lingkungan sosialnya
sehingga menentukan pola aktivitas dalam meraih cita-citanya. Dengan demikian,
penentuan tujuan belajar itu sebenarnya harus dikaitkan atau disesuaikan dengan
keadaan atau karakteristik siswa itu sendiri. Kalau demikian, apakah lebih tepat
bilamana siswa sendiri yang menetapkan tujuan belajarnya, sehingga proses
belajar mengajar akan berjalan secara tidak langsung siswa/anak didik itu sudah
menentukan tujuan belajarnya, terbukti dengan pemilihan spesialisasi masing-
masing walaupun hal ini tidak dapat diartikan secara mutlak.
Mengenai karakteristik siswa ini ada 3 hal yang perlu diperhatikan :
1) Karakteristik atau keadaan yang berkenaan kemampuan awal, seperti
kemampuan intelektual, kemampuan berpikir, mengucapkan hal-hal yang
berkaitan dengan aspek psikomotor dan lain-lain.
2) Karakteristik yang berhubungan dengan latar belakang dan status sosial
(sosiokultural).
3) Karakteristik yang berkenaan dengan perbedaan-perbedaan kepribadian
seperti sikap, perasaan, minat dan lain-lain.
Dalam konteks ilmiah pendidikan formal yang berlangsung di sekolah
sering ditemukan berbagai macam karakter siswa seperti sifat rajin, cerdas, malas,
berani, penakut, pemarah, nakal, cerewet, pemalu, egois, pendiam, pengganggu
dan sulit bekerjasama.
Karakter malas, penakut, pemarah, nakal, cerewet, pemalu, egois,
pendiam, pengganggu dan sulit bekerjasama merupakan watak yang dimiliki oleh
sebagian siswa. Karakter tersebut dikhawatirkan akan menghambat proses belajar
11
mengajar dalam interaksi antara guru dan siswa, serta antara siswa dengan siswa
lainnya.
3. Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal atau mata pelajaran
4. Sampai usia 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang dewasa lainnya
untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya. Selepas usia ini pada
umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha untuk
menyelesaikannya.
12
5. Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran tepat
13
pembelajaran. Sehingga terjadi perubahan yang menetap karena suatu hasil dari
latihan atau pengalaman.
Belajar menurut B.F. Skinner (1958) adalah suatu proses adaptasi atau
penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.
Dapat diartikan bahwa belajar yaitu sebagai perilaku, pada saat dia belajar
maka responnya menjadi lebih baik dan apabila dia tidak belajar maka responnya
menurun.dengan demikian belajar sebagai suatu perubahan dalam kemungkinan
atau peluang terjadinya respon. Skinner lebih memfokuskan kepada respon atau
jenis tingkah laku operant conditioning yaitu situasi belajar dimana suatu respon
dibuat lebih kuat akibat reinforcement langsung yaitu respon yang terjadi karena
situasi random. Dalam pengajaran operant conditioning menjamin respon-respon
terhadap stimuli. Seorang anak yang belajar telah melakukan perbuatan, dari
perbuatannya itu lalu mendapat hadiah, maka ia akan menjadi lebih giat belajar,
yaitu responnya menjadi lebih intensif dan kuat.
Menurut Gagne (1970) belajar yaitu perubahan yang terjadi dalam
kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara terus menerus, bukan
hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja.
Menurut Gagne (Syaiful Sagala, 2010: 19) ada tiga tahap dalam belajar
yaitu:
1. Persiapan untuk belajar dengan melakukan tindakan mengarahkan
perhatian, pengharapan, dan mendapatkan kembali informasi.
2. Pemerolehan dan unjuk perbuatan (performansi) digunakan untuk
persepsi selektif, sandi semantic, pembangkitan kembali, respon
dan penguatan.
3. Alih belajar yaitu pengisyaratan untuk membangkitkan dan
memberlakukan secara umum.
14
pada perubahan diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang
tertentu.
Dari definisi yang telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa belajar itu
senantiasa perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan
misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain
sebagainya.
15
2. Teori-Teori Belajar
1. Teori Behaviorisme
Menurut teori ini tingkah laku manusia tidak lain dari suatu hubungan
antara perangsang – jawaban atau stimulus – respons sebanyak-banyaknya.
Siapa yang menguasai hubungan stimulus – respons sebanyak-banyaknya dialah
orang pandai atau berhasil dalam belajar. Koneksionisme adalah teori yang
paling awal dari rumpun behaviorisme.
Rumpun teori ini disebut behaviorisme karena sangat menekankan
perilaku atau tingkah laku yang dapat diamati atau diukur. Ada beberapa ciri dari
rumpun teori ini yaitu mengutamakan unsur-unsur atau bagian-bagian kecil,
bersifat mekanistis, mnekankan peranan lingkungan, mementingkan
pembentukan reaksi atau respon dan menekankan pentingnya latihan.
Tokoh yang sangat terkenal mengembangkan teori ini adalah
Thorndike (1874-1949), dengan eksperimennya belajar pada binatang yang juga
berlaku bagi manusia. Thorndike menghasilkan teori belajar connectionism
karena belajar merupakan proses pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus
dan respon.
Sebagai contoh seorang anak yang belajar dengan giat dan dia dapat
menjawab semua pertanyaan dalam ulangan atau ujian, maka guru memberikan
penghargaan pada anak itu dengan nilai yang tinggi, pujian atau hadiah. Berkat
pemberian penghargaan ini maka anak tersebut akan belajar lebih rajin dan lebih
bersemangat lagi.
2. Teori Cognitive Gesalt-Filed
Teori Gesalt merupakan salah satu dari teori rationalist dalam
psikologi. Gesalt memulai teorinya dari ide abstrak mengenai sifat pengamatan,
berfikir, dan struktur pengalaman kejiwaan manusia. Dalam belajar siswa harus
mampu menangkap makna dari hubungan antara bagian yang satu dengan bagian
yang lainnya. Penangkapan makna hubungan inilah yang disebut memahami atau
mengerti atau ‘insight’. Menurut pandangan Gesalt semua kegiatan belajar
menggunakan ‘insight’ terhadap hubungan-hubungan antara bagian dan
keseluruhan. Menurut psikologi Gesalt tingkat kejelasan atau keberartian dari apa
16
yang diamati dalam situasi belajar adalah lebih meningkatkan belajar seseorang
daripada hukuman dan ganjaran.
Gesalt dapat diartikan sebagai keseluruhan lebih berarti dari bagian-
bagian. Dalam belajar siswa harus mampu menangkap makna dari hubungan
antara bagian yang satu dengan bagian lainnya. Penangkapan makna hubungan
inilah yang disebut memahami, mengerti atau “insight”.
Belajar Gesalt menekankan pemahaman dan pengamatan sebagai suatu
alternatif. Melalui pengalaman seorang siswa dapat mencapai pengamatan yang
benar objektif sebelum mencapai pengertian. Dalam belajar siswa harus
memahami makna hubungan antar satu bagian dengan bagian yang lainnya.
17
laku seperti menurut Oemar Hamalik yaitu dari tidak tahu menjadi tahu dan dari
tidak mengerti menjadi mengerti.
Keller mengemukakan hasil belajar adalah prestasi aktual yang
ditampilkan oleh anak, hasil belajar dipengaruhi oleh besarnya usaha (perbuatan
yang terarah pada penyelesaian tugas-tugas belajar) yang dilakukan oleh anak.
Anak akan memperoleh hasil yang bagus jika usaha yang dilakukannya
optimal. Karena pemahaman dan struktur kognitif dapat diperoleh seseorang
melalui pengalaman melakukan sesuatu yang dilakukan dengan bersungguh-
sungguh. Hasil belajar yang baik pun dapat dengan jalan melakukan suatu
kegiatan atau dikenal dengan istilah learning by doing.
Dimyati dan Mudjiono (2006) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah
hasil yang dicapai dalam bentuk angka-angka atau skor setelah diberikan tes hasil
belajar pada setiap akhir pembelajaran. Nilai yang diperoleh siswa menjadi acuan
untuk melihat penguasaan siswa dalam menerima materi pelajaran.
Bloom membagi tingkat kemampuan atau tipe hasil belajar dari aspek
kognitif menjadi enam : (a) pengetahuan hafalan, (b) pemahaman atau
komprehensif, (c) penerapan aplikasi, (d) analisis, dan (f) evaluasi. Selanjutnya
Abin Syamsudin secara garis besar membagi hasil belajar menjadi tiga golongan,
yaitu (1) aspek kognitif meliputi pengetahuan hafalan, pengamatan, pengertian,
aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi, (2) aspek apektif meliputi penerimaan,
sambutan, penghargaan, apresiasi, internalisasi, karakterisasi, (3) aspek
psikomotorik meliputi keterampilan bergerak dan keterampilan verbal dan non
verbal.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pembelajaran ataupun
perubahan tingkah laku pada diri siswa. Kemampuan tersebut dapat berupa aspek
kognitif, afektif maupun psikomotorik. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk
dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai tujuan pembelajaran.
18
D. Mata Pelajaran Matematika
1. Pengertian Matematika
Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani yaitu mathein atau
manthenein artinya mempelajari, tetapi diduga kata itu ada hubungannya dengan
Sansekerta yaitu medha atau widya yang artinya kepandaian, ketahuan atau
intelegensi.
Menurut Johnson dan Rising (1972) matematika adalah pola berfikir, pola
mengorganisasikan, pembuktian yang logik, matematika itu adalah bahasa yang
menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat,
representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai
ide daripada mengenai bunyi.
Dalam kurikulum 2004 matematika merupakan suatu bahan kajian yang
memiliki objek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif, yaitu
kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya
sudah diterima sehingga keterkaitan antara konsep matematika bersifat sangat
kuat dan jelas.
Sedangkan dalam kurikulum 2006 matematika merupakan ilmu universal
yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting
dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat
dibidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh
perkembangan matematika dibidang teori bilangan, aljabar, analisis teori peluang
dan diskrit. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi dimasa depan
diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.
Berdasarkan pernyataan yang telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa
matematika adalah suatu ilmu yang behubungan dengan penelaahan bentuk-
bentuk atau struktur-struktur yang abstrak dan hubungan diantara hal-hal itu.
19
diposisikan sebagai alat dan sarana siswa untuk mencapai kompetensi. Oleh
karena itu, ruang lingkup mata pelajaran matematika yang dipelajari di sekolah
disesuaikan dengan kompetensi yang harus dicapai siswa.
Merujuk pada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus
dicapai siswa maka ruang lingkup materi matematika adalah aljabar, pengukuran
dan geomerti, peluang dan statistik, trigonometri, serta kalkulus.
1. Kompetensi aljabar ditekankan pada kemampuan melakukan dan
menggunakan operasi hitung pada persamaan, pertidaksamaan dan fungsi.
2. Pengukuran dan geometri ditekankan pada kemampuan menggunakan sifat
dan aturan dalam menentukan porsi, jarak, sudut, volum, dan tranfrormasi.
3. Peluang dan statistika ditekankan pada menyajikan dan meringkas data
dengan berbagai cara.
4. Trigonometri ditekankan pada menggunakan perbandingan, fungsi,
persamaan, dan identitas trigonometri.
5. Kalkulus ditekankan pada mengunakam konsep limit laju perubahan
fungsi.
20
3. Peluang dan Statistika
a. Mengumpulkan, menyajikan, dan menafsirkan data
b. Menentukan dan menafsirkan peuang suatu kejadian dan ketidakpastian
4. Trigonometri
a. Menggunakan perbandingan, fungsi, persamaan dan identitas trigonometri
dalam pemecahan masalah
5. Aljabar
a. Melakukan operasi hitung dan manipulasi aljabar pada persamaan,
pertidaksamaan, dan fungsi, yang meliputi: bentuk linear, kuadrat, suku
banyak, eksponen dan logaritma, barisan dan deret, matriks, dan vektor, dalam
pemecahan masalah.
6. Kalkulus
a. Menggunakan konsep laju limit perubahan fungsi (diferensial dan integral)
dalam pemecahan masalah
21
dapat menghitung isi dan berat, dapat mengumpulkan, mengolah, menyajikan dan
menafsirkan data, dapat menggunakan kalkulator dan komputer. Selain itu, agar
mampu mengikuti pelajaran matematika lebih lanjut, membantu memahami
bidang studi lain seperti fisika, kimia, arsitektur, farmasi, geografi, ekonomi, dan
sebagainya, dan agar para siswa dapat berpikir logis, kritis, dan praktis, beserta
bersikap positif dan berjiwa kreatif.
53 50 + 0 = 50
Kurang dari 5
79 70 + 10 = 80
Lebih dari 5
Dibulatkan menjadi 10
E. Model Pembelajaran
1. Pengertian Model Pembelajaran
Menurut Komarudin dalam Syaiful Sagala (2003:174) model diartikan
sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan
kegiatan. Model dapat dipahami sebagai suatu tipe atau desain, suatu deskripsi
22
atau analogi yang dipergunakan untuk membantu proses visualisasi sesuatu yang
tidak dapat dengan langsung diamati.
Model pembelajaran adalah prosedur sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Model dirancang untuk
mewakili realitas yang sesungguhnya, dengan demikian model pembelajaran
dapat difahami sebagai kerangka konseptual yang mendeskripsikan dan
melukiskan prosedur yang sistematik dalam kegiatan pembelajaran dan berfungsi
sebagai pedoman bagi perencanaan guru dalam melaksanakan aktivitas
pembelajaran.
Model pembelajaran merupakan suatu rencana atau pola pendekatan yang
digunakan untuk mendesain pengajaran. Model mengajar mengadung strategi
mengajar yaitu pola urutan kegiatan intruksional yang digunakan untuk mencapai
tujuan belajar yang diinginkan.
Joyce dan Weill mendeskripsikan model pengajaran sebagai rencana atau
pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum,mendesain materi
– materi intruksional, dan memandu proses pengajaran diruang kelas atau
disetting yang berbeda (Miftahul Huda,2014:73)
Dalam hal ini berarti model pembelajaran dirancang untuk tujuan tertentu,
yaitu pengajaran konsep-konsep informasi, cara-cara berfikir, studi nilai-nilai
sosial dan mengikutsertakan siswa dalam tugas-tugas kognitif dan social tertentu.
Sebagian model berpusat pada penyampaian guru dan sebagian yang lain focus
pada posisi siswa dalam proses pembelajaran. Akan tetapi semua model
pembelajaran menekankan bagaimana membantu siswa belajar membangun
pengetahuan.
Model pembelajaran pun dapat diartikan sebagai prosedur sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dapat juga
diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Dengan
demikian model pembelajaran pun sama dengan strategi pembelajaran juga
pendekatan pembelajaran.
Menurut Isjoni model pembelajaran merupakan strategi yang digunakan
oleh guru untuk meningkatkan motivasi belajar, sikap belajar dikalangan siswa,
23
mampu berfkir kritis, memiliki kemampuan sosial dan pencapaian hasil
pembelajaran yang optimal.
Motivasi belajar adalah sesuatu yang mendorong siswa untuk berperilaku
yang langsung menyebabkan munculnya perilaku dalam belajar. Maka dengan
adanya model pembelajaran yang dikemukakan oleh Isjoni diharapkan dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa, mampu berfikir kritis dan memiliki
kemampuan sosial sehingga memperoleh hasil pembelajaran yang optimal.
Model pembelajaran adalah semua proses pembelajaran yang dikemas
sedemikian rupa mulai dari pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran.
Model pembelajaran berfungsi untuk memberikan situasi pembelajaran yang
tersususun rapi untuk memberikan suatu aktivitas kepada siswa guna mencapai
tujuan pembelajaran.
24
antar siswa, harga diri dan sikap penerimaan pada siswa-siswa lain yang berbeda
(Miftahul Huda, 2014).
Dalam Team Games Tournament siswa ditempatkan dalam satu kelompok
yang terdiri dari siswa yang berkemampuan rendah, sedang dan tinggi. Komposisi
ini dicatat dalam tabel khusus atau tabel turnamen, yang setiap minggunya harus
diubah. Dalam Team Games Tournament setiapa anggota ditugaskan untuk
mempelajari materi terlebih dahulu bersama-sama anggotanya, barulah mereka
diuji secara individual melalui game akademik. Nilai yang mereka peroleh dari
game akan menentukan skor kelompok mereka masing-masing.
2. Team Assisted Individualization
Menurut Robert Slavin (1984) Team Assisted Individualization merupakan
sebuah program pedagogik yang berusaha mengadaptasikan pembelajaran dengan
perbedaan individual siswa secara akademik. Pengembangan Team Assisted
Individualization dapat mendukung praktik-praktik ruang kelas, seperti
pengelompokan siswa, pengelompokan kemampuan di dalam kelas, pengajaran
terprogram dan pembelajaran berbasis komputer (Miftahul Huda, 2014).
Tujuan Team Assisted Individualization adalah untuk meminimalisasi
pembelajaran individual yang terbukti kurang efektif, selain itu juga ditujukan
untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan serta motivasi siswa dengan
belajar kelompok.
Ada beberapa manfaat Team Assisted Individualization yang dikemukakan
Slavin diantaranya meminimalisasi keterlibatan guru dalam pemeriksaan dan
pengelolaan rutin, melibatkan guru untuk mengajar kelompok-kelompok kecil
yang heterogen, memudahkan siswa untuk melaksanakannya karena teknik
operasional yang cukup sederhana, memotivasi siswa untuk mempelajari materi-
materi yang diberikan dengan cepat dan akurat tanpa jalan pintas, memungkinkan
siswa untuk bekerja dengan siswa lain yang berbeda sehingga tercipta sikap
positif diantara mereka.
3. Student Team Achievment Division
Menurut Slavin Student Team Achievment Division merupakan salah satu
model pembelajaran kooperatif yang didalamnya beberapa kelompok kecil siswa
25
dengan level kemampuan akademik yang berbeda-beda saling bekerja sama untuk
menyelesaikan tujuan pembelajaran (Miftahul Huda, 2014). Tidak hanya secara
akademik, siswa juga dikelompokan secara beragam berdasarkan gender, ras, dan
etnis.
Dalam Student Team Achievment Division siswa diminta untuk
membentuk kelompok-kelompok heterogen yang masing-masing terdiri atas 4
sampai 5 orang. Setelah pengelompokan dilakukan ada sintak empat tahap yang
harus dilakukan yakni pengajaran, tim studi, tes dan reaksi.
4. Numbered Head Together
Numbered Head Together merupakan varian dari diskusi kelompok.
Tujuan Numbered Head Together adalah member kesempatan kepada siswa
untuk saling berbagi gagasan dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.
Selain itu untuk meningkatkan kerja sama siswa.
Tahap-tahap pelaksanaan Numbered Head Together (Miftahul Huda,
2014) sama dengan diskusi kelompok yang rinciannya sebagai berikut:
- Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok.
- Masing-masing siswa dalam kelompok diberi nomor.
- Guru member tugas /pertanyaan pada masing-masing kelompok untuk
mengerjakannya.
- Setiap kelompok mulai diskusi untuk menemukan jawaban yang
dianggap paling tepat dan memastikan semua anggota kelompok
mengetahui jawaban tersebut.
- Guru memanggil salah satu nomor secara acak.
- Siswa dengan nomor yang dipanggil mempresentasikan jawaban dari
hasil diskusi kelompok mereka.
5. Jigsaw
Model ini dapat diterapkan untuk materi-materi yang berhubungan dengan
keterampilan membaca, menulis, mendengarkan ataupun berbicara. Dalam Jigsaw
guru harus memahami kemampuan dan pengalaman siswa dan membantu siswa
mengaktifkan skema ini agar materi pelajaran menjadi lebih bermakna. Guru juga
member banyak kesempatan pada siswa untuk mengolah informasi dan
meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Tahapan model Jigsaw dalam Miftahul Huda (2014) yaitu sebagai berikut :
- Guru membagi topik pelajaran menjadi empat bagian/sub topik
26
- Guru memberikan pengenalan mengenai topik yang akan dibahas
pertemuan hari itu.
- Siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok.
- Subtopik pertama diberikan pada siswa/anggota 1, dan siswa/anggota 2
menerima subtopik dua, demikian seterusnya.
- Siswa membaca/ mengerjakan bagian mereka masing-masing.
- Setelah selesai siswa saling berdiskusi mengenai subtopik yang dibaca
atau dikerjakan masing-masing bersama rekan satu kelompoknya.
- Kegiatan ini bisa diakhiri dengan diskusi mengenai topik tersebut.
Diskusi ini bisa dilakukan antar kelompok atau bersama selurug siswa.
6. Role Playing
Role playing atau bermain peran adalah sejenis permainnan gerak yang di
dalamnya ada tujuan, aturan dan edutainment (Fogg, 2001). Dalam rencana
pembelajaran siswa dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas, meskipun saat
itu pembelajaran terjadi di dalam kelas. Selain itu Role playing sering kali
dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas dimana pembelajar membayangkan
dirinya seolah-olah berada di luar kelas dan memainkan peran orang lain.
Role playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui
pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan
penghayatan siswa dilakukan dengan memerankan diri sebagai tokoh hidup atau
benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang,
bergantung pada yang diperankan. Pada Role playing titik tekannya terletak pada
keterlibatan emosional dan pengamatan indra ke dalam suatu situasi permasalahan
yang secara nyata dihadapi. Siswa diperlakukan sebagai subjek pembelajaran
yang aktif melakukan praktik-praktik berbahasa bersama teman-temannya pada
situasi tertentu.
Strategi Role playing juga diorganisasi berdasarkan kelompok-kelompok
siswa yang heterogen. Masing-masing kelompok memperagakan scenario yang
telah disiapkan guru.
Dari beberapa model pembelajaran yang telah diuraikan, peneliti
menggunakan model pembelajaran Team Games Tournament dalam melakukan
penelitian perbaikan pembelajaran karena model pembelajaran Team Games
27
Tournament menggunakan permainan dalam pembelajaran sehingga dapat
memotivasi siswa yang akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
28
lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim
telah menguasai pelajaran selanjutnya diadakan turnamen, dimana siswa
memainkan game akademik dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan poin
bagi skor timnya. Team Games Tournament menambahkan dimensi kegembiraan
yang diperoleh dari peggunaan permainan. Teman satu tim akan saling membantu
dalam mempersiapkan diri untuk permainan dengan mempelajari lembar kegiatan
dan menjelaskan masalah-masalah satu sama lain, memastikan telah terjadi
tanggung jawab individual (Slavin, 2008:16-20)
29
3. Persiapan Permainan
Guru mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan
materi. Kemudian guru mempersiapkan alat-alat untuk permainan, yaitu kartu
permainan yang dilengkapi nomor, skor, pertanyaan dan jawaban mengenai
materi.
4. Permainan/Pertandingan (Game/Tournament)
Game atau tournament terdiri dari pertanyaan –pertanyaan yang dirancang
untuk menguji pengetahuan yang diperoleh siswa dari penyajian kelas dan belajar
kelompok. Tiap kelompok (tim) mendapat kesempatan untuk memilih kartu
bernomor yang tersedia pada meja tournament dan mencoba menjawab
pertanyaan yang muncul. Apabila tiap anggota dalam satu tim tidak bisa
menjawab pertanyaan, maka pertanyaan tersebut dilempar kepada kelompok lain,
searah jarum jam. Tim yang bisa menjawab dengan benar pertanyaan itu akan
mendapatkan skor yang tertera pada kartu tersebut. Skor ini yang nantinya
dikumpulkan tim untuk menentuka skor akhir tim.
5. Penghargaan Tim
Penghargaan diberikan kepada tim yang menang atau mendapat skor
tertinggi, skor tersebut pada akhirnya akan dijadikan sebagai tambahan nilai tugas
siswa. Selain itu diberikan pula hadiah atau reward sebagai motivasi belajar.
Menurut Slavin perspektif motivasional pada pembelajaran Team Games
Tournament terutama memfokuskan pada penghargaan atau struktur tujuan
dimana para siswa bekerja.
30
2. Dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan
dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang
lain.
3. Dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung
jawab dalam belajar.
4. Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan
memberikan rangsangan untuk berfikir. Hal ini berguna untuk proses
pendidikan jangka panjang.
5. Dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan
keterbatasannya.
31
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
Jenis kelamin
No Nama
Laki-Laki Perempuan
1 Nabila Azahra P
2 Nanda Syakila P
3 Nasrulloh L
4 Noviyanti P
5 Pina Sintia P
6 Rahel Amanda P
7 Rani Febriyanti P
8 Rapli Fadilah L
9 Rasid Oktavianus L
10 Reksi Pamungkas L
11 Reni Sumarni P
12 Reza Izzatul F P
13 Ria Noviani P
14 Rio Hadi Pratama L
15 Risma Nisa P
16 Saepul Rohman L
17 Saepul Salam L
32
18 Santi Puspita P
19 Siti Anisa Maulidi P
20 Siti Julpah H P
21 Siti Nurhalisa P
22 Siti Nuraeni P
23 Siti Nuraeni R P
24 Siti Nurul Aeni P
25 Siti Susilawati P
26 Tesa Tresnawati P
27 Wahyu Septiriadi L
28 Nurman Ramadan L
29 Fikri Nurjaman L
30 Risman L
31 M. Adnan A L
32 Ajay Fikri Baisa L
33 Dicki Rivaldi L
2. Tempat Penelitian
Sesuai dengan judul yang telah tertuang, penelitian ini dilaksanakan di
SDN 1 Cikidang yang berlokasi di Jl. Pasirrarangan RT 02/06, Desa Pangkalan
Kecamatan Cikidang Kabupaten Sukabumi.
Penelitian perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan di SDN 1 Cikidang
karena merupakan tempat tugas peneliti.
3. Waktu Penelitian
Penelitian perbaikan pembelajaran selama tiga bulan dari bulan Agustus
sampai bulan Oktober 2015, meliputi pra siklus, siklus 1, siklus 2 serta
penyusunan laporan.
Pembelajaran pra siklus dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 12 Agustus
2015. Masalah yang teridentifikasi dalam pembelajaran pra siklus diperbaiki pada
pembelajaran siklus 1 yang dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 19 Agustus
33
2015. Selanjutnya berdasarkan hasil refleksi pada pembelajaran siklus 1 maka
dilakukan perbaikan pembelajaran pada siklus 2 tanggal 25 Agustus 2015.
Pembuatan laporan dilaksanakan setelah pelaksanaan penelitian perbaikan
pembelajaran. Untuk lebih jelasnya waktu penelitian dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 3.2
Jadwal Pelaksanaan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Suvervisor 1
Nama : Ajudin, S.Pd. M.Pd
NIP : 196310251986031010
Suvervisor 2
Nama : Sri Yenny Januati, S.Pd
NIP : 195701031979122002
Adapun peran dari supervisor 1 dan supervisor 2 ini adalah sebagai berikut:
1. Mendiskusikan dan memberi masukan terhadap hasil refleksi pembelajaran
dan RPP peneliti.
34
2. Mengamati dan memberi masukan untuk pelaksanaan praktek perbaikan
pembelajaran yang dilakukan peneliti.
3. Mendiskusikan dan memberi masukan terhadap pelaksanaan perbaikan
pembelajaran berdasarkan hasil pengamatan.
1. Siklus 1
a. Perencanaan
- Berdasarkan hasil pembelajaran pra siklus dan hasil refleksi peneliti
menentukan metode dan model pembelajaran yang akan digunakan.
- Menyusun skenario atau langkah-langkah pembelajaran.
- Menentukan sumber, bahan dan alat yang dibutuhkan.
- Menentukan penilaian.
- Menyiapkan lembar pengamatan.
- Menentukan supervisor 2.
b. Pelaksanaan
- Mengkondisikan siswa pada situasi pembelajaran yang kondusif dengan
berdoa bersama dan mengabsen siswa.
- Mengadakan pretes
- Menyampaikan tujuan pembelajaran agar dapat memotivasi siswa dalam
melaksanakan pembelajaran.
- Mengadakan apersepsi dengan tanya jawab mengenai contoh pembulatan.
“ Paman baru saja membayar listrik, dalam kwitansi tercantum tagihan
rekening listrik sebesar 154.075 rupiah. Akan tetapi paman membayar 154.
100 rupiah. Mengapa demikian?”
- Siswa menyimak contoh-contoh yang diceritakan guru mengenai pembulatan
dalam kehidupan sehari-hari serta cara menentukan pembulatannya.
35
- Siswa dengan bimbingan guru mencoba melakukan proses pembulatan
bilangan dengan mencoba secara bergiliran mengisi di papan tulis.
- Siswa mengerjakan latihan soal mengenai pembulatan bilangan.
- Siswa diberi kesempatan untuk bertanya jika belum memahami materi.
- Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan materi pembelajaran dengan
melakukan tanya jawab.
- Memberikan penguatan dengan memberikan kesimpulan dari materi yang
telah dipelajari.
c. Pengamatan
Selama pelaksanaan perbaikan pembelajaran di SDN 1 Cikidang dilakukan
pengamatan oleh supervisor 2 juga oleh peneliti sendiri. Pada tahap ini kegiatan
yang dilakukan adalah :
- Mengamati tingkat keaktifan siswa baik oleh peneliti maupun oleh supervisor
2 dengan menggunakan lembar pengamatan.
- Mengamati proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh peneliti dengan
instrument berupa APKG 2.
- Mencatat kelebihan dan kelemahan proses pembelajaran.
- Mencatat hal-hal penting tentang proses pembelajaran.
d. Refleksi
Setelah pelaksanaan perbaikan pembelajaran dilaksanakan, guru dan
supervisor melakukan refleksi dan diskusi mengenai temuan-temuan, berupa
kelemahan dan kelebihan guru dalam melaksanakan pembelajaran dan sejauh
mana tingkat keberhasilan pembelajaran pada siklus 1 ini.
2. Siklus 2
Berdasarkan hasil pengamatan pembelajaran dan refleksi pada siklus 1,
selanjutnya dilaksanakan penelitian perbaikan pembelajaran pada siklus 2.
Tahapannya sebagai berikut.
a. Perencanaan
36
Pada tahap ini peneliti melakukan beberapa kegiatan yaitu :
- Menentukan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator yang akan
diperbaiki.
- Menentukan materi yang akan disampaikan.
- Menentukan metode dan model pembelajaran yang akan digunakan.
- Menentukan langkah-langkah pembelajaran.
- Menentukan sumber, bahan dan alat yang dibutuhkan.
- Menentukan instrument penilaian.
- Menyiapkan lembar observasi yang akan digunakan.
b. Pelaksanaan
Setelah perencanaan disusun, dilanjutkan dengan tahap pelaksanaan.
Tahap pelaksanaan meliputi beberapa kegiatan yaitu:
- Mengkondisikan siswa pada situasi pembelajaran yang kondusif dengan
berdoa bersama dan memeriksa kehadiran siswa.
- Mengadakan pretest
- Menyampaikan tujuan pembelajaran agar dapat memotivasi siswa dalam
melaksanakan pembelajaran.
- Mengadakan apersepsi dengan tanya jawab mengenai contoh pembulatan.
“Apakah kegunaan pembulatan bilangan dalam kehidupan sehari-hari?”
- Tanya jawab mengenai materi yang telah disampaikan pada pertemuan
sebelumnya.
- Menyampaikan/mengkomunikasikan materi yang akan dipelajari.
- Siswa menyimak contoh-contoh yang diceritakan guru mengenai pembulatan
dalam bentuk perkalian pada kehidupan sehari-hari serta cara menentukan
pembulatannya.
- Siswa melakukan pembelajaran kelompok.
- Siswa dengan bimbingan guru mencoba melakukan proses pembulatan
bilangan dalam bentuk perkalian dengan mencoba secara bergiliran mengisi
di papan tulis.
- Siswa mengerjakan latihan soal melalui diskusi kelompok.
37
- Siswa yang telah memahami materi menjelaskan pada anggota kelompoknya
yang belum paham hingga semua anggota kelompok mengerti/memahami
materi.
- Siswa diberi kesempatan untuk bertanya jika belum memahami materi.
- Siswa melakukan pertandingan kelompok.
- Setiap kelompok memilih nomor pertanyaan yang telah disediakan guru,
dimulai dari kelompok pertama.
- Siswa menyimak soal yang dibacakan oleh guru.
- Jika kelompok pertama tidak bisa menjawab maka kelompok yang kedua
yang harus menjawab dan begitu seterusnya.
- Pemberian game rebutan untuk meningkatkan kompetisi dan semangat siswa
dalam mengikuti pembelajaran.
- Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan materi pembelajaran dengan
melakukan tanya jawab.
- Memberikan penguatan dengan memberikan kesimpulan dari materi yang
telah dipelajari.
- Guru memberikan tindak lanjut berupa pemberian pekerjaan rumah.
- Guru menyampaikan informasi pembelajaran yang akan datang.
- Memberikan reward pada kelompok yang memperoleh nilai tertinggi.
- Selama pelaksanaan pembelajaran, supervisor 2 melakukan pengamatan
proses pembelajaran dan mencatat hal-hal penting tentang proses
pembelajaran.
c. Pengamatan
Selama pelaksanaan perbaikan pembelajaran dilakukan pengamatan oleh
supervisor 2. Pengamatan tersebut meliputi :
- Mengamati tingkat keaktifan siswa baik oleh peneliti maupun supervisor 2
dengan menggunakan lembar pengamatan .
- Mengamati proses pembelajaran yang dilaksanakan peneliti dengan instrumen
pengamatan berupa APKG 1 dan APKG 2.
- Mencatat kelebihan dan kelemahan proses pembelajaran.
38
- Mencatat hal-hal penting tentang proses pembelajaran.
d. Refleksi
Pada tahap ini peneliti dan supervisor 2 mengadakan diskusi untuk
membahas tentang proses pembelajaran dan sejauh mana tingkat keberhasilan
pembelajaran pada siklus 2 ini.
39
2. Menganalisis hasil pengamatan terhadap aktiviatas siswa selama kegiatan
pembelajaran
3. Menganalisis hasil observasi terhadap kegiatan siswa selama proses
pembelajaran.
40
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41
tinggal siswa adalah daerah perkebunan sawit. Hal ini menyebabkan sebagian
besar dari orang tua siswa bermata pencaharian sebagai buruh tani dan memiliki
tingkat ekonomi menengah ke bawah.
Selain itu, tingkat pendidikan orang tua siswa juga cukup rendah. Sebagian
besar orang tua siswa berlatar belakang pendidikan SD. Kondisi ini
mengakibatkan rendahnya tingkat kepedulian orang tua siswa terhadap kondisi
pendidikan anak-anaknya. Pemberian motivasi orang tua terhadap pendidikan
pun rendah baik dalam hal belajar di rumah, kehadiran siswa maupun dalam
mengerjakan tugas-tugas sekolah. Hal ini menyebabkan siswa menjadi malas dan
kurang termotivasi dalam mengikuti pembelajaran.
Penelitian perbaikan pembelajaran ini dilakukan selama tiga bulan dari
bulan Agustus sampai Oktober 2015. Berikut akan diuraikan tahapan dari siklus 1
dan siklus 2 berdasarkan model yang digunakan.
SIKLUS 1
1. Proses Pelaksanaan
Kegiatan penelitian perbaikan pembelajaran siklus 1 dilaksanakan pada
hari Rabu tanggal 19 Agustus 2015. Adapun kegiatan yang dilaksanakan pada
proses penelitian perbaikan pembelajaran adalah sebagai berikut:
- Mengkondisikan siswa pada situasi pembelajaran yang kondusif dengan
berdoa bersama dan mengabsen siswa.
- Mengadakan pretes
- Menyampaikan tujuan pembelajaran agar dapat memotivasi siswa dalam
melaksanakan pembelajaran.
- Mengadakan apersepsi dengan tanya jawab mengenai contoh pembulatan.
“ Paman baru saja membayar listrik, dalam kwitansi tercantum tagihan
rekening listrik sebesar 154.075 rupiah. Akan tetapi paman membayar 154.
100 rupiah. Mengapa demikian?”
- Siswa menyimak contoh-contoh yang diceritakan guru mengenai pembulatan
dalam kehidupan sehari-hari serta cara menentukan pembulatannya.
42
- Siswa dengan bimbingan guru mencoba melakukan proses pembulatan
bilangan dengan mencoba secara bergiliran mengisi di papan tulis.
- Siswa mengerjakan latihan soal mengenai pembulatan bilangan.
- Siswa diberi kesempatan untuk bertanya jika belum memahami materi.
- Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan materi pembelajaran dengan
melakukan tanya jawab.
- Memberikan penguatan dengan memberikan kesimpulan dari materi yang
telah dipelajari.
No Nama Nilai
1 Nabila Azahra 45
2 Nanda Syakila 80
3 Nasrulloh 45
4 Noviyanti 50
5 Pina Sintia 30
6 Rahel Amanda 45
7 Rani Febriyanti 50
8 Rapli Fadilah 50
9 Rasid Oktavianus 100
10 Reksi Pamungkas 100
11 Reni Sumarni 40
12 Reza Izzatul F 30
13 Ria Noviani 100
14 Rio Hadi Pratama 50
15 Risma Nisa 70
16 Saepul Rohman 100
43
17 Saepul Salam 50
18 Santi Puspita 30
19 Siti Anisa Maulidi 70
20 Siti Julpah H 80
21 Siti Nurhalisa 75
22 Siti Nuraeni 80
23 Siti Nuraeni R 75
24 Siti Nurul Aeni 100
25 Siti Susilawati 35
26 Tesa Tresnawati 70
27 Wahyu Septiriadi 100
28 Nurman Ramadan 70
29 Fikri Nurjaman 80
30 Risman 30
31 M. Adnan A 20
32 Ajay Fikri Baisa 60
33 Dicki Rivaldi 20
*Kriteria Ketuntasan Minimal 56
Hasil analisis evaluasi siklus 1
Ketuntasan siswa
= 17 x 100%
33
= 51,5 %
44
Nilai siswa
f 5
r
e
k 4
u
e
n 3
s
i 2
0
20 25 30 35 40 45 50 60 65 70 75 80 85 90 95 100
Nilai
= 2030 x 100 %
33
= 61,5
Berdasarkan hasil analisis terhadap hasil evaluasi pada siklus 1 siswa yang
mencapai KKM sebanyak 17 siswa atau 51,5%, dan rata-rata nilai siswa 61,5. Hal
ini menunjukkan siswa masih kesulitan dalam memahami pelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran yang digunakan, karena baru mengenal model
pembelajaran Team Games Tournament, akan tetapi terjadi peningkatan dari
kegiatan pra siklus yang hanya mencapai ketuntasan sebanyak 30,3 %.
45
3. Data Hasil Observasi
Berikut merupakan data hasil observasi siklus 1 terhadap aktivitas siswa
dan kinerja guru.
a. Hasil observasi terhadap kinerja siswa
Tabel 4.2 Lembar pengamatan siswa siklus 1
Ketepatan
Keaktifan Antusias
waktu
No Nama
B C K B C K B C
K
1 Nabila Azahra v v v
2 Nanda Syakila v v v
3 Nasrulloh v v v
4 Noviyanti v v v
5 Pina Sintia v v v
6 Rahel Amanda v v v
7 Rani Febriyanti v v v
8 Rapli Fadilah v v v
9 Rasid Oktavianus v v v
10 Reksi Pamungkas v v v
11 Reni Sumarni v v v
12 Reza Izzatul F v v v
13 Ria Noviani v v v
14 Rio Hadi Pratama v v v
15 Risma Nisa v v v
16 Saepul Rohman v v v
17 Saepul Salam v v v
18 Santi Puspita v v v
19 Siti Anisa Maulidi v v v
20 Siti Julpah H v v v
21 Siti Nurhalisa v v v
22 Siti Nuraeni v v v
46
23 Siti Nuraeni R v v v
24 Siti Nurul Aeni v v v
25 Siti Susilawati v v v
26 Tesa Tresnawati v v v
27 Wahyu Septiriadi v v v
28 Nurman Ramadan v v v
29 Fikri Nurjaman v v v
30 Risman v v v
31 M. Adnan A v v v
32 Ajay Fikri Baisa v v v
33 Dicki Rivaldi v v v
Keterangan:
B = Baik
C = Cukup
K = Kurang
Keaktifan : Baik = 10 x 100 % = 30,3 %
33
47
33
48
Observer 1 Observer 2
Aspek yang
NO diobservasikan B C K B C K
SIKLUS 2
1. Proses Pelaksanaan
Kegiatan penelitian perbaikan pembelajaran siklus 2 dilaksanakan pada
hari Selasa tanggal 25 Agustus 2015. Adapun kegiatan yang dilaksanakan pada
proses penelitian perbaikan pembelajaran adalah sebagai berikut:
- Mengkondisikan siswa pada situasi pembelajaran yang kondusif dengan
berdoa bersama dan memeriksa kehadiran siswa.
- Mengadakan pretest.
- Menyampaikan tujuan pembelajaran agar dapat memotivasi siswa dalam
melaksanakan pembelajaran.
- Mengadakan apersepsi dengan tanya jawab mengenai contoh pembulatan.
50
“Apakah kegunaan pembulatan bilangan dalam kehidupan sehari-hari?”
- Tanya jawab mengenai materi yang telah disampaikan pada pertemuan
sebelumnya.
- Menyampaikan/mengkomunikasikan materi yang akan dipelajari.
- Siswa menyimak contoh-contoh yang diceritakan guru mengenai pembulatan
dalam bentuk perkalian pada kehidupan sehari-hari serta cara menentukan
pembulatannya.
- Siswa melakukan pembelajaran kelompok.
- Siswa dengan bimbingan guru mencoba melakukan proses pembulatan
bilangan dalam bentuk perkalian dengan mencoba secara bergiliran mengisi
di papan tulis.
- Siswa mengerjakan latihan soal melalui diskusi kelompok.
- Siswa yang telah memahami materi menjelaskan pada anggota kelompoknya
yang belum paham hingga semua anggota kelompok mengerti/memahami
materi.
- Siswa diberi kesempatan untuk bertanya jika belum memahami materi.
- Siswa melakukan pertandingan kelompok.
- Setiap kelompok memilih nomor pertanyaan yang telah disediakan guru,
dimulai dari kelompok pertama.
- Siswa menyimak soal yang dibacakan oleh guru.
- Jika kelompok pertama tidak bisa menjawab maka kelompok yang kedua
yang harus menjawab dan begitu seterusnya.
- Pemberian game rebutan untuk meningkatkan kompetisi dan semangat siswa
dalam mengikuti pembelajaran.
- Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan materi pembelajaran dengan
melakukan tanya jawab.
- Memberikan penguatan dengan memberikan kesimpulan dari materi yang
telah dipelajari.
- Guru memberikan tindak lanjut berupa pemberian pekerjaan rumah.
- Guru menyampaikan informasi pembelajaran yang akan datang.
- Memberikan reward pada kelompok yang memperoleh nilai tertinggi.
51
- Selama pelaksanaan pembelajaran, supervisor 2 melakukan pengamatan
proses pembelajaran dan mencatat hal-hal penting tentang proses
pembelajaran.
No Nama Nilai
1 Nabila Azahra 60
2 Nanda Syakila 100
3 Nasrulloh 60
4 Noviyanti 100
5 Pina Sintia 60
6 Rahel Amanda 60
7 Rani Febriyanti 30
8 Rapli Fadilah 70
9 Rasid Oktavianus 100
10 Reksi Pamungkas 100
11 Reni Sumarni 45
12 Reza Izzatul F 30
13 Ria Noviani 100
14 Rio Hadi Pratama 45
15 Risma Nisa 70
16 Saepul Rohman 100
17 Saepul Salam 60
18 Santi Puspita 60
19 Siti Anisa Maulidi 80
20 Siti Julpah H 100
21 Siti Nurhalisa 70
52
22 Siti Nuraeni 100
23 Siti Nuraeni R 70
24 Siti Nurul Aeni 100
25 Siti Susilawati 60
26 Tesa Tresnawati 70
27 Wahyu Septiriadi 100
28 Nurman Ramadan 80
29 Fikri Nurjaman 80
30 Risman 35
31 M. Adnan A 30
32 Ajay Fikri Baisa 80
33 Dicki Rivaldi 40
*Kriteria Ketuntasan Minimal 56
= 26 x 100%
33
= 78,7 %
Nilai siswa
53
12
10
f
r 8
e
k
u 6
e
n
s 4
i
0
30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100
Nilai
= 2335 x 100 %
33
= 70,7
Berdasarkan hasil analisis terhadap hasil evaluasi pada siklus 2 siswa yang
mencapai KKM sebanyak 26 siswa atau 78,7%, dan rata-rata nilai siswa 70,7. Hal
ini menunjukkan terjadi peningkatan dalam hasil evaluasi dari siklus sebelumnya.
Terjadi peningkatan sebanyak 27,2 % pada siswa yang mencapai KKM.
54
Ketepatan
Keaktifan Antusias
waktu
No Nama
B C K B C K B C
K
1 Nabila Azahra v v v
2 Nanda Syakila v v v
3 Nasrulloh v v v
4 Noviyanti v v v
5 Pina Sintia v v v
6 Rahel Amanda v v v
7 Rani Febriyanti v v v
8 Rapli Fadilah v v v
9 Rasid Oktavianus v v v
10 Reksi Pamungkas v v v
11 Reni Sumarni v v v
12 Reza Izzatul F v v v
13 Ria Noviani v v v
14 Rio Hadi Pratama v v v
15 Risma Nisa v v v
16 Saepul Rohman v v v
17 Saepul Salam v v v
18 Santi Puspita v v v
19 Siti Anisa Maulidi v v v
20 Siti Julpah H v v v
21 Siti Nurhalisa v v v
22 Siti Nuraeni v v v
23 Siti Nuraeni R v v v
24 Siti Nurul Aeni v v v
25 Siti Susilawati v v v
26 Tesa Tresnawati v v v
27 Wahyu Septiriadi v v v
28 Nurman Ramadan v v v
55
29 Fikri Nurjaman v v v
30 Risman v v v
31 M. Adnan A v v v
32 Ajay Fikri Baisa v v v
33 Dicki Rivaldi v v v
Keterangan:
B = Baik
C = Cukup
K = Kurang
Keaktifan : Baik = 20 x 100 % = 60,6 %
33
56
peningkatan dari siklus sebelumnya. Sebanyak 51,5 % siswa dapat melaksanakan
tugas dan evaluasi secara tepat waktu.
57
Observer 1 Observer 2
Aspek yang
NO diobservasikan B C K B C K
a. Kelebihan Siklus 2
1. Sebagian besar siswa aktif dan terlibat langsung dalam kegiatan
pembelajaran.
2. Siswa terhindar dari rasa jenuh selama proses pembelajaran karena dalam
pembelajaran menggunakan permainan-permainan (game).
3. Pembelajaran lebih menyenangkan.
4. Petunjuk langkah-langkah pembelajaran cukup jelas sehingga siswa
mengerti.
5. Aktivitas siswa lebih terkendali.
b. Kelemahan Siklus 2
1. Terdapat beberapa siswa yang masih belum menguasai materi terlihat dari
hasil evaluasi yang belum mencapai KKM.
2. Belum seluruh siswa aktif selama pembelajaran, karena masih ada beberapa
siswa yang belum menguasai materi.
59
61,5 terjadi peningkatan dari hasil evaluasi pra siklus yang hanya mencapai rata-
rata 51. Pada siklus 2 rata-rata nilai siswa meningkat menjadi 70,7. Pada siklus 1
siswa yang mencapai KKM sebanyak 51,5% dan pada siklus 2 terdapat 78,7 %
siswa yang mencapai KKM.
72
70
68
66
n
i
l 64
a
i 62
60
58
56
siklus 1 siklus 2
60
Hasil belajar siswa sesuai dengan uasaha yang dilakukannya sesuai dengan
pendapat Keller yaitu hasil belajar adalah prestasi aktual yang ditampilkan oleh
anak, hasil belajar dipengaruhi oleh besarnya usaha (perbuatan yang terarah pada
penyelesaian tugas-tugas belajar) yang dilakukan oleh anak.
Anak akan memperoleh hasil yang bagus jika usaha yang dilakukannya
optimal. Karena pemahaman dan struktur kognitif dapat diperoleh seseorang
melalui pengalaman melakukan sesuatu yang dilakukan dengan bersungguh-
sungguh. Hasil belajar yang baik pun dapat dengan jalan melakukan suatu
kegiatan atau dikenal dengan istilah learning by doing.
61
70
60
50
p
e
r 40
s keaktifan
e antusisas
n 30
t ketepatan waktu
a
s 20
e
10
0
siklus 1 siklus 2
Hal ini pun sesuai dengan pendapat Thursan Hakim yaitu belajar adalah
suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut
ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti
peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,
keterampilan, daya pikir dan lain-lain. Maka proses pembelajaran dikatakan
berhasil jika terjadi perubahan dalam berbagai aspek pada diri siswa tidak hanya
pada aspek pengetahuan saja.
62
pembelajaran Team Games Tournament yang dikembangkan oleh Slavin yaitu
dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab
dalam belajar dan interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan
motivasi dan memberikan rangsangan untuk berfikir. Hal ini berguna untuk proses
pendidikan jangka panjang.
63
pembelajaran Team Games Tournament dapat meningkatkan hasil belajar siswa
kelas V B SD Negeri 1 Cikidang pada materi pembulatan bilangan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian perbaikan pembelajaran materi pembulatan
bilangan di kelas V B SD Negeri 1 Cikidang dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Penggunaan model pembelajaran Team Games Tournament dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas V B SD Negeri 1 Cikidang pada
materi pembulatan bilangan, dapat dilihat dari pencapaian rata-rata nilai pada
siklus 1 61,5 terjadi peningkatan dari hasil evaluasi pra siklus yang hanya
mencapai rata-rata 51. Pada siklus 2 rata-rata nilai siswa meningkat menjadi
70,7. Pada siklus 1 siswa yang mencapai KKM sebanyak 51,5% dan pada
siklus 2 terdapat 78,7% siswa yang mencapai KKM.
2. Model pembelajaran Team Games Tournament dapat meningkatkan hasil
belajar siswa kelas V B SD Negeri 1 Cikidang pada materi pembulatan
bilangan dengan cara guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok dan
mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan materi.
64
Kemudian guru mempersiapkan alat-alat untuk permainan, yaitu kartu
permainan yang dilengkapi nomor, skor, pertanyaan dan jawaban mengenai
materi.
65