Anda di halaman 1dari 65

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sesuai amanat pendidikan yang tercantum pada Pembukaan Undang-


Undang Dasar 1945 yaitu “memajukan kesejahteraan umum” dan “mencerdaskan
kehidupan bangsa” merupakan asas fundamental bagi bangsa Indonesia dalam
membangun dunia pendidikan.
Pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.(UU Sisdiknas No.20 tahun 2003)
Ini merupakan dasar hukum bagi pemerintah untuk menciptakan dan
membangun lembaga-lembaga pendidikan baik formal maupun non formal yang
tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Lembaga pendidikan yang ada
sekarang ini, terutama sekolah-sekolah formal sebagai pilar utama dalam
memberikan pelayanan pendidikan terhadap masyarakat, khususnya pada
siswanya, berusaha memberikan pelayanan terbaik dalam meningkatkan kualitas
sumber daya manusia dimana salah satu caranya dengan memperbaiki mutu
proses pendidikan. Guru sebagai ujung tombak yang menentukan tercapai atau
tidaknya tujuan pendidikan yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap peserta
didiknya dituntut untuk dapat melihat semua aspek yang melingkupi di dalam
sebuah pembelajaran, agar aspek-aspek tersebut mampu terkoordinasi dengan baik
sehingga mampu mencapai tujuan pembelajaran.
Sebagaimana diketahui terdapat beberapa aspek penunjang keberhasilan
pembelajaran di dalam kelas seperti perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Tugas seorang guru untuk mengembangkan serta menjalankan aspek-aspek
tersebut.

1
Menurut Sumiati dan Asra (2013 :4), peran guru dalam proses
pembelajaran yang dapat membangkitkan aktivitas siswa setidak-tidaknya
menjalankan tugas utama yaitu merencanakan pembelajaran,
melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi pembelajaran dan memberikan
umpan balik.

Dalam tahapan perencanaan guru sebagai planner yang baik akan


mempersiapkan bahan ajar, persiapan lingkungan, persiapan siswa, media
pembelajaran, persiapan bahan diskusi maupun bahan evaluasi dalam bentuk soal
yang akan diberikan. Guru bertanggung jawab langsung dalam upaya
mewujudkan apa yang tertuang dalam perencanaan pembelajaran karena guru
yang menyusun perencanaan pembelajaran dan langsung melaksanakannya di
kelas.
Tahap pelaksanaan guru bertugas sebagai pemeran utama dalam
menentukan strategi mengenai model dan metode pembelajaran tepat dan efektif
yang akan digunakan. Setiap guru memiliki pola mengajar sendiri-sendiri. Pola
mengajar ini tercermin dalam tingkah laku pada waktu pelaksanaan pembelajaran.
Menurut Dianne Lapp, dkk (1975:1) menanamkan pola umum tingkah laku
mengajar yang dimiliki guru dengan istilah ‘Gaya Mengajar atau Teaching Style’.
Tahap evaluasi merupakan tahapan pengkajian atas materi yang telah
disampaikan, mengenai sampai sejauh mana siswa mampu menyerap materi
sehingga dibutuhkan kajian secara menyeluruh mulai dari aspek pelaksanaan yang
melingkupi didalamnya. Evaluasi merupakan salah satu komponen pengukur
derajat keberhasilan penyampaian tujuan dan keefektifan proses pembelajaran
yang dilaksanakan.
Tahap memberikan umpan balik harus dilakukan secara terus menerus.
Dengan demikian minat dan antusias siswa dalam belajar selalu terpelihara.
Menurut Stone dan Nielson (1982:11) umpan balik mempunyai fungsi untuk
membantu siswa memelihara minat dan antusias siswa dalam melaksanakan tugas
belajar.
Di era globalisasi saat ini siswa diharapkan dapat bersaing dan tanggap
terhadap perubahan zaman dimana salah satu caranya harus terampil dalam
berbagai bidang, baik dalam teknologi, sains, bahasa, matematika dan sebagainya.

2
Penyampaian dalam materi pelajaran pun harus lebih ditingkatkan baik segi
materi, media maupun kebermaknaan ilmu tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari mulai
dari pendidikan dasar, akan tetapi pada kenyataannya matematika kurang diminati
siswa dikarenakan materi cukup sulit untuk dipahami, siswa merasa kesulitan
dalam proses pengerjaan latihan atau soal. Hal ini mengakibatkan siswa menjadi
pasif dan kurang termotivasi dalam belajar. Sehingga hal ini menjadikan salah
satu penyebab rendahnya nilai kompetensi siswa pada pelajaran matematika yang
akhirnya berimbas pada turunnya prestasi belajar. Seperti yang dihadapi siswa di
kelas V SDN 1 Cikidang Sukabumi, khususnya untuk mata pelajaran matematika
dalam materi “Operasi pembulatan bilangan” siswa kelas V B yang mencapai
KKM hanya 30,3% dari 33 siswa, atau sebanyak sepuluh siswa. KKM
Matematika SDN 1 Cikidang yaitu 56.
Berdasarkan hasil pengamatan dan refleksi selama proses pembelajaran
siswa kurang antusias atau tidak bersemangat dalam mengikuti pembelajaran,
siswa lebih senang bermain dan bercanda dengan teman sebangkunya, guru
kurang memberi motivasi pada siswa serta penggunaan metode pembelajaran
yang kurang bervariasi.

1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka muncul
beberapa masalah. Permasalahan tersebut dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Siswa tidak aktif ketika proses belajar mengajar berlangsung.
2. Siswa kurang konsentrasi dalam mengikuti pembelajaran.
3. Siswa lebih senang bercanda dengan temannya.
4. Rendahnya tingkat penguasaan siswa pada materi pelajaran.
5. Hasil belajar yang rendah.
6. Siswa kurang bersemangat dalam mengikuti pembelajaran.
7. Saat pembelajaran berlangsung guru kurang memberi motivasi.
8. Metode yang digunakan tidak bervariasi.

3
2. Analisis Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut peneliti merasa bahwa hasil
belajar yang rendah merupakan hal yang sangat penting untuk segera diatasi.
Masalah ini disebabkan karena guru tidak menggunakan metode dan
model yang bervariatif, sehingga siswa tidak antusias dalam mengikuti
pembelajaran. Apabila hal ini dibiarkan tanpa adanya upaya dari guru untuk
memperbaiki keadaan tersebut dikhawatirkan prestasi siswa tidak ada kemajuan,
artinya kualitas siswa yang dihasilkan rendah. Peneliti merasa bahwa
permasalahan ini perlu untuk dikaji dan diteliti secara mendalam, yang bertujuan
mencari solusi atau penyelesaian atas permasalahan tersebut.

3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah


Mengingat permasalahan yang terlalu banyak maka difokuskan pada hasil
belajar siswa. Sesuai dengan permasalahan tersebut maka alternatif pemecahan
masalah yang dipilih yaitu model pembelajaran Team Games Tournament.
Sejalan dengan hal tersebut maka peneliti mengadakan penelitian
perbaikan pembelajaran dengan judul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Materi Operasi Pembulatan Bilangan Mata Pelajaran Matematika Melalui
Penerapan Model Team Games Tournament Di Kelas V B SDN 1 Cikidang
Kabupaten Sukabumi”.

B. Rumusan Masalah
Sebagaimana permasalahan yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah penggunaan model pembelajaran Team Games Tournament
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi operasi pembulatan
bilangan di kelas V?
2. Bagaimanakah penggunaan model pembelajaran Team Games
Tournament dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi operasi
pembulatan bilangan di kelas V?

4
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan maka tujuan
penelitian ini adalah:
1. Untuk megetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas V B SDN 1
Cikidang dalam materi operasi pembulatan bilangan pada pelajaran
matematika melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team
Games Tournament.
2. Untuk mengetahui proses pembelajaran model Team Games Tournament
dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas V B SDN 1 Cikidang pada
materi operasi pembulatan bilangan.

D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Penelitian perbaikan pembelajaran ini diharapkan dapat memberikan
manfaat teoritis dan praktis diantaranya sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
- Memperoleh wawasan, pengetahuan dan keterampilan dalam menerapkan
model pembelajaran Team Games Tournament dalam materi melakukan
operasi pembulatan bilangan pada pelajaran matematika.

2. Manfaat Praktis
1. Bagi Siswa
- Memotivasi siswa dalam belajar, karena dalam pembelajaran ini siswa belajar
secara aktif dengan adanya game dalam kegiatan pembelajaran.
- Melatih sikap sosial untuk saling peduli terhadap keberhasilan siswa lain dalam
mencapai tujuan pembelajaran.
- Dapat meningkatkan hasil belajar terutama dalam materi melakukan operasi
pembulatan bilangan.
3. Bagi Guru
- Dapat dijadikan masukan untuk lebih meningkatkan pengelolaan pembelajaran.
- Salah satu alternatif yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran.

5
- Memperluas wawasan guru mengenai penelitian tindakan kelas melalui model
pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament dan dapat
meningkatkan minat guru untuk melakukan penelitian tindakan kelas.
4. Bagi Sekolah
- Dapat memberikan masukan untuk membawa kemajuan dalam pembelajaran
sehingga dapat memberikan makna yang baik untuk sekolah.
- Meningkatkan prestasi sekolah.

6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Tindakan Kelas


1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di
dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki
kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.(IGAK
Wardhani dan Kuswaya Wihardit)
Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian dalam bidang sosial, yang
menggunakan refleksi diri sebagai metode utama, dilakukan oleh orang yang
terlibat di dalamnya yaitu guru, serta bertujuan untuk melakukan perbaikan
dalam berbagai aspek. Baik dalam proses kegiatan pembelajaran maupun hasil
proses pembelajaran.
Menurut DR. Sulipan, M.Pd penelitian tindakan kelas berasal dari istilah
bahasa Inggris Classroom Action Research, yang berarti penelitian yang
dilakukan pada sebuah kelas untuk mengetahui akibat tindakan yang diterapkan
pada suatu subyek penelitian di kelas tersebut.
Penelitian ini dilakukan oleh guru untuk mengetahui hasil yang peroleh
berdasarkan tindakan yang telah dilakukan. Penelitian ini merupakan salah satu
upaya guru atau praktisi dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan untuk
memperbaiki dan atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas.

Kemis, Stephen dalam D. Hopkins (1992) mendefinisikan penelitian


tindakan kelas adalah penelitian tindakan yaitu suatu bentuk penelaahan
atau inkuri melalui refleksi diri yang dilakukan oleh peserta kegiatan
pendidikan tertentu dalam situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk
memperbaiki rasionalitas dan kebenaran dari praktek-praktek sosial atau
kependidikan yang mereka lakukan sendiri, pemahaman mereka
terhadap praktek-praktek tersebut, situasi di tempat praktek itu
dilaksanakan.

Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan


kelas merupakan penelaahan melalui refleksi diri yang dilakukan guru,

7
berdasarkan masalah-masalah yang dirasakan oleh guru, yang kemudian
diadakan perbaikan yang berulang oleh guru dan juga sebagai peneliti. Serta
hasil penelitian langsung dimanfaatkan oleh guru dan dirasakan oleh kelas.
Rapoport (1991) mendefinisikan pengertian penelitian tindakan kelas
sebagai berikut; 'Action research aims to contribute both to the practical
concerns of people in an immediate problematic situation and to the goals
of social science (including education) by joint collaboration within a
mutually acceptable ethical framework. (Penelitian Aksi bertujuan untuk
memberikan kontribusi baik kepada orang keprihatinan praktis dalam
situasi problematik segera dan dengan tujuan ilmu sosial (termasuk
pendidikan) dengan kolaborasi bersama dalam kerangka etis diterima
bersama).

Menurut Rapoport penelitian bertujuan untuk memberikan kontribusi baik


kepada orang keprihatinan praktis dalam situasi problematik dimana dalam
penelitian kelas yaitu permasalahan yang terjadi di kelas, seperti prestasi siswa,
hasil belajar siswa, minat belajar siswa serta proses kegiatan belajar.

Mukhlis, Abdul dan Nur, Mohamad (2001) mendefinisikan pengertian


penelitian tindakan kelas sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat sistematis dan
siklusti.
Sistematis yaitu memiliki urutan atau aturan dalam pelaksanaan penelitian
dimulai dari refleksi, merencanakan, mengamati dan melakukan tindakan. Dalam
melakukan tindakan terdapat beberapa langkah diantaranya mengidentifikasi
masalah, menganalisis dan merumuskan masalah, merencanakan dan melaksanaka
penelitian. Sedangkan siklusti yaitu penelitian tindakan kelas dilakukan beberapa
siklus untuk mengetahui hasil dari proses perbaikan.
Bila digabungkan pengertian dan definisi PTK yang dikemukakan oleh
para ahli tersebut maka diperoleh batasan penelitian tindakan kelas sebagai sebuah
proses investigasi terkendali yang berdaur ulang (bersiklus) dan bersifat reflektif
mandiri, yang memiliki tujuan untuk melakukan perbaikan-perbaiakan terhadap
sistem, cara kerja, proses, isi, kompetensi, atau situasi.

8
2. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
Menurut IGAK Wardhani dan Kuswaya Wihardit karakteristik penelitian
tindakan kelas yaitu diantaranya :
- Adanya masalah dalam penelitian tindakan kelas dipicu oleh munculnya
kesadaran dari diri guru bahwa praktik yang dilakukannya selama ini di kelas
mempunyai masalah yang perlu diselesaikan (an inquiri of practice from
within)
- Self reflective inquiri atau penelitian melalui refleksi diri.
- Fokus penelitian berupa pembelajaran.
- Tujuan penelitian yaitu untuk memperbaiki pembelajaran.
Berdasarkan karakteristik tersebut bahwa penelitian dilaksanakan karena

guru merasa bahwa ada sesuatu yang harus diperbaiki dalam proses pembelajaran

yang dilakukannya selama ini. Peneliti sekaligus sebagai praktisi kemudian

melakukan refleksi yang kemudian mengadakan penelitian dengan tujuan

memecahkan masalah atau meningkatkan mutu pembelajaran.

Pakar yang lain menyebutkan ada enam karakteristik penelitian tindakan


kelas yaitu Winter (1996) diantaranya :
1. Kritik refleksi, yaitu adanya refleksi yang bersifat evaluasi pelaksanaan
pembelajaran;
2. Kritik dialektis, yaitu adanya pandangan kritis dan obyektif terhadap kelemahan
atau hambatan dalam pelaksanaan;
3. Kolaboratif, yaitu adanya kerjasama dengan pihak lain untuk mengamati atau
sumber data atas masalah yang dihadapi dalam pembelajaran;
4. Resiko, berarti peneliti atau guru sendiri harus berani mengambil resiko bahwa
hipotesisnya meleset atau beresiko untuk melakukan perubahan yang bersifat
perbaikan;
5. Susunan jamak, yaitu bersifat reflektif, dialektis, partisipatif dan kolaboratif; da
6. Intenalisasi teori dan praktik, artinya teori dan praktik bukanlah hal yang terpisah,
tetapi hanya merupakan satu hal yang memiliki tahapan berbeda, yang saling
bergantung satu sama lain, dengan demikian pengembangan teori akan berakibat
pada praktik demikian juga pengembangan praktik yang berdampak pada teori.

Menurut karakteristik tersebut bahwa penelitian tindakan kelas bersifat


refleksi dan juga kolaboratif yaitu penelitian dilaksanakan dengan bantuan orang
lain dalam merencanakan dan melaksanakan perbaikan tersebut. Selain itu peneliti
juga memilki pandangan kritis dan objektif terhadap kelemahan atau hambatan
dalam kegiatan penelitian.

9
3. Langkah-Langkah Penelitian Tindakan Kelas
Menurut IGAK Wardhani dan Kuswaya Wihardit ada beberapa langkah
dalam melaksanakan PTK yaitu:
1. Merencanakan perbaikan
Dalam merencanakan perbaikan terlebih dahulu dilakukan identifikasi
masalah serta analisis dan perumusan masalah. Identifikasi masalah dapat
dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada diri sendiri tentang
pembelajaraan yang dikelola kemudian dianalisis dengan melakukan refleksi dan
menelaah dokumen yang terkait. Setelah masalah dijabarkan langkah beriktnya
yaitu mencari atau mengembangkan cara perbaikan, yang dilakukan dengan
mengkaji teori dan hasil penelitian yang relevan, berdikussi dengan teman
sejawat dan pakar serta menggali pengalaman sendiri.
2. Melaksanakan tindakan
Pelaksanaan tindakan dimulai dengan mempersiapkan rencana
pembelajaran dan scenario tindakan termasuk bahan pelajaran dan tugas – tugas,
menyiapkan alat pendukung atau sarana lain yang diperlukan, mempersiapkan
cara merekam dan menganalisis data, serta melakukan simulasi pelaksanaan jika
diperlukan.

4. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas


Manfaat penelitian tindakan kelas diantaranya menurut IGAK Wardhani
dan Kuswaya Wihardit yaitu :
1. Bagi Siswa
- Untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa.

2. Bagi Guru
- Membantu guru memperbaiki pembelajaran.
- Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan.
- Membantu guru berkembang secara professional.
- Meningkatkan rasa percaya diri guru.

10
3. Bagi Sekolah
- Membantu sekolah untuk berkembang karena adanya peningkatan dan
kemajuan pada diri guru serta pendidikan di sekolah tersebut.

B. Karakteristik Siswa
1. Pengertian Karakteristik
Karakteristik siswa adalah keseluruhan pola kelakuan dan kemampuan
yang ada pada siswa sebagai hasil dari pembawaan dari lingkungan sosialnya
sehingga menentukan pola aktivitas dalam meraih cita-citanya. Dengan demikian,
penentuan tujuan belajar itu sebenarnya harus dikaitkan atau disesuaikan dengan
keadaan atau karakteristik siswa itu sendiri. Kalau demikian, apakah lebih tepat
bilamana siswa sendiri yang menetapkan tujuan belajarnya, sehingga proses
belajar mengajar akan berjalan secara tidak langsung siswa/anak didik itu sudah
menentukan tujuan belajarnya, terbukti dengan pemilihan spesialisasi masing-
masing walaupun hal ini tidak dapat diartikan secara mutlak.
Mengenai karakteristik siswa ini ada 3 hal yang perlu diperhatikan :
1) Karakteristik atau keadaan yang berkenaan kemampuan awal, seperti
kemampuan intelektual, kemampuan berpikir, mengucapkan hal-hal yang
berkaitan dengan aspek psikomotor dan lain-lain.
2) Karakteristik yang berhubungan dengan latar belakang dan status sosial
(sosiokultural).
3) Karakteristik yang berkenaan dengan perbedaan-perbedaan kepribadian
seperti sikap, perasaan, minat dan lain-lain.
Dalam konteks ilmiah pendidikan formal yang berlangsung di sekolah
sering ditemukan berbagai macam karakter siswa seperti sifat rajin, cerdas, malas,
berani, penakut, pemarah, nakal, cerewet, pemalu, egois, pendiam, pengganggu
dan sulit bekerjasama.
Karakter malas, penakut, pemarah, nakal, cerewet, pemalu, egois,
pendiam, pengganggu dan sulit bekerjasama merupakan watak yang dimiliki oleh
sebagian siswa. Karakter tersebut dikhawatirkan akan menghambat proses belajar

11
mengajar dalam interaksi antara guru dan siswa, serta antara siswa dengan siswa
lainnya.

2. Jenis-Jenis Karakteristik Siswa SD


Berikut merupakan beberapa karakteristik siswa SD yaitu diantaranya:
1. Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan prestasi.
2. Sikap tunduk kepada peraturan-peraturan permainan tradisional.
3. Adanya kecenderungan memuji diri sendiri.
4. Membandingkan dirinya dengan anak yang lain.
5. Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu dianggap tidak
penting.
6. Pada masa ini (terutama usia 6 – 8 tahun) anak menghendaki nilai angka rapor
yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai
baik atau tidak.
7. Hal-hal yang bersifat konkret lebih mudah dipahami ketimbang yang abstrak.
8. Kehidupan adalah bermain. Bermain bagi anak usia ini adalah sesuai yang
dibutuhkan dan dianggap serius. Bahkan anak tidak dapat membedakan secara
jelas perbedaan bermain dengan bekerja

9. Kemampuan mengingat (memory) dan berbahasa berkembang sangat cepat


dan mengagumkan.

Ciri-ciri pada masa kelas-kelas tinggi (9 -13 tahun) :

1. Minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret.

2. Sangat realistik, rasa ingin tahu dan ingin belajar.

3. Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal atau mata pelajaran

khusus sebagai mulai menonjolnya bakat-bakat khusus.

4. Sampai usia 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang dewasa lainnya
untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya. Selepas usia ini pada
umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha untuk
menyelesaikannya.

12
5. Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran tepat

mengenai prestasi sekolahnya.

6. Gemar membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama. Dalam


permainan itu mereka tidak terikat lagi dengan aturan permainan tradisional
(yang sudah ada), mereka membuat peraturan sendiri.

3. Karakteristik Siswa SD Negeri 1 Cikidang


Siswa SD Negeri 1 Cikidang memiliki latar belakang yang hampir sama,
baik dilihat dari segi pendidikan orang tua maupun tingkat ekonomi. Lokasi
tempat tinggal siswa rata-rata cukup jauh berkisar antara 1-2 km. Daerah tempat
tinggal siswa adalah daerah perkebunan sawit. Hal ini menyebabkan sebagian
besar dari orang tua siswa bermata pencaharian sebagai buruh tani dan memiliki
tingkat ekonomi menengah ke bawah.
Selain itu, tingkat pendidikan orang tua siswa juga cukup rendah.
Sebagian besar orang tua siswa berlatar belakang pendidikan SD. Kondisi ini
mengakibatkan rendahnya tingkat kepedulian orang tua siswa terhadap kondisi
pendidikan anak-anaknya. Pemberian motivasi orang tua terhadap pendidikan
pun rendah baik dalam hal belajar di rumah, kehadiran siswa maupun dalam
mengerjakan tugas-tugas sekolah. Hal ini menyebabkan siswa menjadi malas dan
kurang termotivasi dalam mengikuti pembelajaran.

C. Belajar dan Hasil Belajar


1. Pengertian Belajar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia belajar adalah berusaha
memperoleh kepandaian atau ilmu.
Morgan memberikan definisi belajar yaitu setiap perubahan yang relatif
menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau
pengalaman.
Dengan demikian hasil belajar tidak terjadi secara tiba-tiba, tetapi
memerlukan usaha, dan usaha itu juga memerlukan waktu, cara dan juga metode

13
pembelajaran. Sehingga terjadi perubahan yang menetap karena suatu hasil dari
latihan atau pengalaman.
Belajar menurut B.F. Skinner (1958) adalah suatu proses adaptasi atau
penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.
Dapat diartikan bahwa belajar yaitu sebagai perilaku, pada saat dia belajar
maka responnya menjadi lebih baik dan apabila dia tidak belajar maka responnya
menurun.dengan demikian belajar sebagai suatu perubahan dalam kemungkinan
atau peluang terjadinya respon. Skinner lebih memfokuskan kepada respon atau
jenis tingkah laku operant conditioning yaitu situasi belajar dimana suatu respon
dibuat lebih kuat akibat reinforcement langsung yaitu respon yang terjadi karena
situasi random. Dalam pengajaran operant conditioning menjamin respon-respon
terhadap stimuli. Seorang anak yang belajar telah melakukan perbuatan, dari
perbuatannya itu lalu mendapat hadiah, maka ia akan menjadi lebih giat belajar,
yaitu responnya menjadi lebih intensif dan kuat.
Menurut Gagne (1970) belajar yaitu perubahan yang terjadi dalam
kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara terus menerus, bukan
hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja.
Menurut Gagne (Syaiful Sagala, 2010: 19) ada tiga tahap dalam belajar
yaitu:
1. Persiapan untuk belajar dengan melakukan tindakan mengarahkan
perhatian, pengharapan, dan mendapatkan kembali informasi.
2. Pemerolehan dan unjuk perbuatan (performansi) digunakan untuk
persepsi selektif, sandi semantic, pembangkitan kembali, respon
dan penguatan.
3. Alih belajar yaitu pengisyaratan untuk membangkitkan dan
memberlakukan secara umum.

Pola atau tahap pembelajaran tersebut dapat digunakan untuk pedoman


pelaksanaan kegiatan belajar di kelas. Akan tetapi guru masih harus menyesuaikan
dengan bidang studi dan kondisi kelas yang sebenarnya. Guru dapat memodifikasi
kembali sesuai dengan kebutuhan kelasnya.

Sedangkan menurut E. Garret belajar adalah proses yang berlangsung


dalam jangka waktu lama melalui latihan maupun pengalaman yang membawa

14
pada perubahan diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang
tertentu.

Pengertian belajar juga dikemukakan oleh Slameto yakni belajar adalah


suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya. Dengan demikian lingkungan dapat
mempengaruhi dalam proses belajar. Jika lingkungan belajar kondusif dan
mendukung terhadap proses pembelajaran, maka hasil yang diperoleh akan lebih
optimal.

Thursan Hakim mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses


perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan
dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan
kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir
dan lain-lain. Maka proses pembelajaran dikatakan berhasil jika terjadi perubahan
dalam berbagai aspek pada diri siswa tidak hanya pada aspek pengetahuan saja.

Menurut Bobbi DePorter (2000) belajar adalah tempat yang mengalir,


dinamis, penuh resiko, dan menggairahkan. Kesalahan, kreativitas, potensi dan
ketakjuban mengisi tempat tersebut. Bila tempat belajar menyenangkan maka
siswa akan termotivasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, siswa tidak
merasa jenuh dalam melakukan aktivitas belajar yang akhirnya akan
meningkatkan minat siswa dalam belajar kemudian akan meningkatkan hasil
belajar siswa.

Dari definisi yang telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa belajar itu
senantiasa perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan
misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain
sebagainya.

15
2. Teori-Teori Belajar
1. Teori Behaviorisme
Menurut teori ini tingkah laku manusia tidak lain dari suatu hubungan
antara perangsang – jawaban atau stimulus – respons sebanyak-banyaknya.
Siapa yang menguasai hubungan stimulus – respons sebanyak-banyaknya dialah
orang pandai atau berhasil dalam belajar. Koneksionisme adalah teori yang
paling awal dari rumpun behaviorisme.
Rumpun teori ini disebut behaviorisme karena sangat menekankan
perilaku atau tingkah laku yang dapat diamati atau diukur. Ada beberapa ciri dari
rumpun teori ini yaitu mengutamakan unsur-unsur atau bagian-bagian kecil,
bersifat mekanistis, mnekankan peranan lingkungan, mementingkan
pembentukan reaksi atau respon dan menekankan pentingnya latihan.
Tokoh yang sangat terkenal mengembangkan teori ini adalah
Thorndike (1874-1949), dengan eksperimennya belajar pada binatang yang juga
berlaku bagi manusia. Thorndike menghasilkan teori belajar connectionism
karena belajar merupakan proses pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus
dan respon.
Sebagai contoh seorang anak yang belajar dengan giat dan dia dapat
menjawab semua pertanyaan dalam ulangan atau ujian, maka guru memberikan
penghargaan pada anak itu dengan nilai yang tinggi, pujian atau hadiah. Berkat
pemberian penghargaan ini maka anak tersebut akan belajar lebih rajin dan lebih
bersemangat lagi.
2. Teori Cognitive Gesalt-Filed
Teori Gesalt merupakan salah satu dari teori rationalist dalam
psikologi. Gesalt memulai teorinya dari ide abstrak mengenai sifat pengamatan,
berfikir, dan struktur pengalaman kejiwaan manusia. Dalam belajar siswa harus
mampu menangkap makna dari hubungan antara bagian yang satu dengan bagian
yang lainnya. Penangkapan makna hubungan inilah yang disebut memahami atau
mengerti atau ‘insight’. Menurut pandangan Gesalt semua kegiatan belajar
menggunakan ‘insight’ terhadap hubungan-hubungan antara bagian dan
keseluruhan. Menurut psikologi Gesalt tingkat kejelasan atau keberartian dari apa

16
yang diamati dalam situasi belajar adalah lebih meningkatkan belajar seseorang
daripada hukuman dan ganjaran.
Gesalt dapat diartikan sebagai keseluruhan lebih berarti dari bagian-
bagian. Dalam belajar siswa harus mampu menangkap makna dari hubungan
antara bagian yang satu dengan bagian lainnya. Penangkapan makna hubungan
inilah yang disebut memahami, mengerti atau “insight”.
Belajar Gesalt menekankan pemahaman dan pengamatan sebagai suatu
alternatif. Melalui pengalaman seorang siswa dapat mencapai pengamatan yang
benar objektif sebelum mencapai pengertian. Dalam belajar siswa harus
memahami makna hubungan antar satu bagian dengan bagian yang lainnya.

3. Pengertian Hasil Belajar


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia hasil adalah sesuatu yang diadakan,
dibuat, dijadikan oleh usaha. Maka hasil belajar dapat diartikan sebagai sesuatu
yang dibuat, dijadikan berdasarkan proses belajar.
Hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa yang telah mengikuti
kegiatan proses pembelajaran. Hasil tersebut dapat berupa aspek kognitif, afektif
ataupun psikomotorik. Dalam proses belajar diharapkan siswa dapat memperoleh
pengetahuan dan pemahaman tentang konsep, kemampuan menerapkan konsep,
kemampuan menjabarkan dan menarik kesimpulan serta menilai kemanfaatan
suatu konsep ini merupakan hasil dari aspek kognitif. Menyenangi dan memberi
respons yang positif terhadap sesuatu yang dipelajari merupakan hasil belajar
pada aspek afektif, dan diperoleh kecakapan melakukan suatu kegiatan tertentu
merupakan hasil belajar pada aspek psikomotorik.
Menurut Oemar Hamalik hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar
akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu
menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Dengan demikian belajar terjadi bila tampak tanda-tanda bahwa perilaku
manusia berubah sebagai akibat terjadinya proses pembelajaran. Perhatian utama
dalam belajar yaitu kemampuan menangkap informasi mengenai ilmu
pengetahuan yang diterimanya dalam belajar sehingga terjadi perubahan tingkah

17
laku seperti menurut Oemar Hamalik yaitu dari tidak tahu menjadi tahu dan dari
tidak mengerti menjadi mengerti.
Keller mengemukakan hasil belajar adalah prestasi aktual yang
ditampilkan oleh anak, hasil belajar dipengaruhi oleh besarnya usaha (perbuatan
yang terarah pada penyelesaian tugas-tugas belajar) yang dilakukan oleh anak.
Anak akan memperoleh hasil yang bagus jika usaha yang dilakukannya
optimal. Karena pemahaman dan struktur kognitif dapat diperoleh seseorang
melalui pengalaman melakukan sesuatu yang dilakukan dengan bersungguh-
sungguh. Hasil belajar yang baik pun dapat dengan jalan melakukan suatu
kegiatan atau dikenal dengan istilah learning by doing.
Dimyati dan Mudjiono (2006) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah
hasil yang dicapai dalam bentuk angka-angka atau skor setelah diberikan tes hasil
belajar pada setiap akhir pembelajaran. Nilai yang diperoleh siswa menjadi acuan
untuk melihat penguasaan siswa dalam menerima materi pelajaran.
Bloom membagi tingkat kemampuan atau tipe hasil belajar dari aspek
kognitif menjadi enam : (a) pengetahuan hafalan, (b) pemahaman atau
komprehensif, (c) penerapan aplikasi, (d) analisis, dan (f) evaluasi. Selanjutnya
Abin Syamsudin secara garis besar membagi hasil belajar menjadi tiga golongan,
yaitu (1) aspek kognitif meliputi pengetahuan hafalan, pengamatan, pengertian,
aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi, (2) aspek apektif meliputi penerimaan,
sambutan, penghargaan, apresiasi, internalisasi, karakterisasi, (3) aspek
psikomotorik meliputi keterampilan bergerak dan keterampilan verbal dan non
verbal.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pembelajaran ataupun
perubahan tingkah laku pada diri siswa. Kemampuan tersebut dapat berupa aspek
kognitif, afektif maupun psikomotorik. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk
dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai tujuan pembelajaran.

18
D. Mata Pelajaran Matematika
1. Pengertian Matematika
Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani yaitu mathein atau
manthenein artinya mempelajari, tetapi diduga kata itu ada hubungannya dengan
Sansekerta yaitu medha atau widya yang artinya kepandaian, ketahuan atau
intelegensi.
Menurut Johnson dan Rising (1972) matematika adalah pola berfikir, pola
mengorganisasikan, pembuktian yang logik, matematika itu adalah bahasa yang
menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat,
representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai
ide daripada mengenai bunyi.
Dalam kurikulum 2004 matematika merupakan suatu bahan kajian yang
memiliki objek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif, yaitu
kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya
sudah diterima sehingga keterkaitan antara konsep matematika bersifat sangat
kuat dan jelas.
Sedangkan dalam kurikulum 2006 matematika merupakan ilmu universal
yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting
dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat
dibidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh
perkembangan matematika dibidang teori bilangan, aljabar, analisis teori peluang
dan diskrit. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi dimasa depan
diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.
Berdasarkan pernyataan yang telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa
matematika adalah suatu ilmu yang behubungan dengan penelaahan bentuk-
bentuk atau struktur-struktur yang abstrak dan hubungan diantara hal-hal itu.

2. Ruang Lingkup Materi Pelajaran Matematika


Pembelajaran matematika di sekolah diarahkan pada pencapaian standar
kompetensi dasar oleh siswa. Kegiatan pembelajaran matematika tidak
berorientasi pada penguasaan materi matematika semata, tetapi materi matematika

19
diposisikan sebagai alat dan sarana siswa untuk mencapai kompetensi. Oleh
karena itu, ruang lingkup mata pelajaran matematika yang dipelajari di sekolah
disesuaikan dengan kompetensi yang harus dicapai siswa.
Merujuk pada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus
dicapai siswa maka ruang lingkup materi matematika adalah aljabar, pengukuran
dan geomerti, peluang dan statistik, trigonometri, serta kalkulus.
1. Kompetensi aljabar ditekankan pada kemampuan melakukan dan
menggunakan operasi hitung pada persamaan, pertidaksamaan dan fungsi.
2. Pengukuran dan geometri ditekankan pada kemampuan menggunakan sifat
dan aturan dalam menentukan porsi, jarak, sudut, volum, dan tranfrormasi.
3. Peluang dan statistika ditekankan pada menyajikan dan meringkas data
dengan berbagai cara.
4. Trigonometri ditekankan pada menggunakan perbandingan, fungsi,
persamaan, dan identitas trigonometri.
5. Kalkulus ditekankan pada mengunakam konsep limit laju perubahan
fungsi.

Kecakapan di atas diharapkan dapat dicapai siswa dengan memilih materi


matematika melalui aspek berikut:
1. Bilangan
a. Melakukan dan menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan dalam
pemecahan masalah
b. Menafsirkan hasil operasi hitung
2. Pengukuran dan Geometri
a. Mengidentifikasi bangun datar dan ruang menurut sifat, unsur, atau
kesebangunan
b. Melakukan operasi hitung yang melibatkan keliling, luas, volume, dan satuan
pengukuran
c. Menaksir ukuran (misal: panjang, luas, volume) dari benda atau bangun
geometri
d. Mengaplikasian konsep geometri dalam menentukan posisi, jarak, sudut, dan
transformasi, dalam pemecaham masalah

20
3. Peluang dan Statistika
a. Mengumpulkan, menyajikan, dan menafsirkan data
b. Menentukan dan menafsirkan peuang suatu kejadian dan ketidakpastian
4. Trigonometri
a. Menggunakan perbandingan, fungsi, persamaan dan identitas trigonometri
dalam pemecahan masalah
5. Aljabar
a. Melakukan operasi hitung dan manipulasi aljabar pada persamaan,
pertidaksamaan, dan fungsi, yang meliputi: bentuk linear, kuadrat, suku
banyak, eksponen dan logaritma, barisan dan deret, matriks, dan vektor, dalam
pemecahan masalah.
6. Kalkulus
a. Menggunakan konsep laju limit perubahan fungsi (diferensial dan integral)
dalam pemecahan masalah

3. Tujuan Mata Pelajaran Matematika


Tujuan umum pendidikan matematika ditekankan kepada siswa untuk
memiliki:

1. Kemampuan yang berkaitan dengan matematika yang dapat digunakan


dalam memecahkan masalah matematika, pelajaran lain ataupun masalah
yang berkaitan dengan kehidupan nyata.
2. Kemampuan menggunakan matematika sebagai alat komunikasi.
3. Kemampuan menggunakan matematika sebagai cara bernalar yang dapat
dialihgunakan pada setiap keadaan, seperti berpikir kritis, berpikir logis,
berpikir sistematis, bersifat objektif, bersifat jujur, bersifat disiplin dalam
memandang dan menyelesaikan suatu masalah.

Sesuai dengan tujuan diberikannya matematika di sekolah, kita dapat


melihat bahwa matematika sekolah memegang peranan sangat penting. Anak
didik memerlukan matematika untuk memenuhi kebutuhan praktis dan
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, dapat berhitung,

21
dapat menghitung isi dan berat, dapat mengumpulkan, mengolah, menyajikan dan
menafsirkan data, dapat menggunakan kalkulator dan komputer. Selain itu, agar
mampu mengikuti pelajaran matematika lebih lanjut, membantu memahami
bidang studi lain seperti fisika, kimia, arsitektur, farmasi, geografi, ekonomi, dan
sebagainya, dan agar para siswa dapat berpikir logis, kritis, dan praktis, beserta
bersikap positif dan berjiwa kreatif.

4. Pembulatan Bilangan ke Puluhan Terdekat


Pada pembulatan ke puluhan terdekat jika satuannya kurang dari 5
dibulatkan ke nol. Jika satuannya lebih atau sama dengan 5 dibulatkan ke 10.

53 jika dibulatkan menjadi 50 karena:

53 50 + 0 = 50

Kurang dari 5

Dibulatkan menjadi nol

79 jika dibulatkan menjadi 80 karena:

79 70 + 10 = 80

Lebih dari 5

Dibulatkan menjadi 10

E. Model Pembelajaran
1. Pengertian Model Pembelajaran
Menurut Komarudin dalam Syaiful Sagala (2003:174) model diartikan
sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan
kegiatan. Model dapat dipahami sebagai suatu tipe atau desain, suatu deskripsi

22
atau analogi yang dipergunakan untuk membantu proses visualisasi sesuatu yang
tidak dapat dengan langsung diamati.
Model pembelajaran adalah prosedur sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Model dirancang untuk
mewakili realitas yang sesungguhnya, dengan demikian model pembelajaran
dapat difahami sebagai kerangka konseptual yang mendeskripsikan dan
melukiskan prosedur yang sistematik dalam kegiatan pembelajaran dan berfungsi
sebagai pedoman bagi perencanaan guru dalam melaksanakan aktivitas
pembelajaran.
Model pembelajaran merupakan suatu rencana atau pola pendekatan yang
digunakan untuk mendesain pengajaran. Model mengajar mengadung strategi
mengajar yaitu pola urutan kegiatan intruksional yang digunakan untuk mencapai
tujuan belajar yang diinginkan.
Joyce dan Weill mendeskripsikan model pengajaran sebagai rencana atau
pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum,mendesain materi
– materi intruksional, dan memandu proses pengajaran diruang kelas atau
disetting yang berbeda (Miftahul Huda,2014:73)

Dalam hal ini berarti model pembelajaran dirancang untuk tujuan tertentu,
yaitu pengajaran konsep-konsep informasi, cara-cara berfikir, studi nilai-nilai
sosial dan mengikutsertakan siswa dalam tugas-tugas kognitif dan social tertentu.
Sebagian model berpusat pada penyampaian guru dan sebagian yang lain focus
pada posisi siswa dalam proses pembelajaran. Akan tetapi semua model
pembelajaran menekankan bagaimana membantu siswa belajar membangun
pengetahuan.
Model pembelajaran pun dapat diartikan sebagai prosedur sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dapat juga
diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Dengan
demikian model pembelajaran pun sama dengan strategi pembelajaran juga
pendekatan pembelajaran.
Menurut Isjoni model pembelajaran merupakan strategi yang digunakan
oleh guru untuk meningkatkan motivasi belajar, sikap belajar dikalangan siswa,

23
mampu berfkir kritis, memiliki kemampuan sosial dan pencapaian hasil
pembelajaran yang optimal.
Motivasi belajar adalah sesuatu yang mendorong siswa untuk berperilaku
yang langsung menyebabkan munculnya perilaku dalam belajar. Maka dengan
adanya model pembelajaran yang dikemukakan oleh Isjoni diharapkan dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa, mampu berfikir kritis dan memiliki
kemampuan sosial sehingga memperoleh hasil pembelajaran yang optimal.
Model pembelajaran adalah semua proses pembelajaran yang dikemas
sedemikian rupa mulai dari pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran.
Model pembelajaran berfungsi untuk memberikan situasi pembelajaran yang
tersususun rapi untuk memberikan suatu aktivitas kepada siswa guna mencapai
tujuan pembelajaran.

2. Karakteriktik Model Pembelajaran


Ada beberapa karakteristik model pembelajaran secara khusus
diantaranya:
1. Rasional teoritik yang logis yang disusun oleh para pencipta atau
pengembangnya.
2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar.
3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilaksanakan dengan berhasil.
4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai

3. Jenis – Jenis Model Pembelajaran


Berikut beberapa jenis model pembelajaran yaitu diantaranya:
1. Team Games Tournament
Team Games Tournament merupakan salah satu strategi pembelajaran
kooperatif yang dikembangkan oleh Slavin (1995) untuk membantu siswa
merivew dan menguasai materi pelajaran. Slavin menemukan bahwa Team Games
Tournament berhasil meningkatkan skill-skill dasar, pencapaian, interaksi positif

24
antar siswa, harga diri dan sikap penerimaan pada siswa-siswa lain yang berbeda
(Miftahul Huda, 2014).
Dalam Team Games Tournament siswa ditempatkan dalam satu kelompok
yang terdiri dari siswa yang berkemampuan rendah, sedang dan tinggi. Komposisi
ini dicatat dalam tabel khusus atau tabel turnamen, yang setiap minggunya harus
diubah. Dalam Team Games Tournament setiapa anggota ditugaskan untuk
mempelajari materi terlebih dahulu bersama-sama anggotanya, barulah mereka
diuji secara individual melalui game akademik. Nilai yang mereka peroleh dari
game akan menentukan skor kelompok mereka masing-masing.
2. Team Assisted Individualization
Menurut Robert Slavin (1984) Team Assisted Individualization merupakan
sebuah program pedagogik yang berusaha mengadaptasikan pembelajaran dengan
perbedaan individual siswa secara akademik. Pengembangan Team Assisted
Individualization dapat mendukung praktik-praktik ruang kelas, seperti
pengelompokan siswa, pengelompokan kemampuan di dalam kelas, pengajaran
terprogram dan pembelajaran berbasis komputer (Miftahul Huda, 2014).
Tujuan Team Assisted Individualization adalah untuk meminimalisasi
pembelajaran individual yang terbukti kurang efektif, selain itu juga ditujukan
untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan serta motivasi siswa dengan
belajar kelompok.
Ada beberapa manfaat Team Assisted Individualization yang dikemukakan
Slavin diantaranya meminimalisasi keterlibatan guru dalam pemeriksaan dan
pengelolaan rutin, melibatkan guru untuk mengajar kelompok-kelompok kecil
yang heterogen, memudahkan siswa untuk melaksanakannya karena teknik
operasional yang cukup sederhana, memotivasi siswa untuk mempelajari materi-
materi yang diberikan dengan cepat dan akurat tanpa jalan pintas, memungkinkan
siswa untuk bekerja dengan siswa lain yang berbeda sehingga tercipta sikap
positif diantara mereka.
3. Student Team Achievment Division
Menurut Slavin Student Team Achievment Division merupakan salah satu
model pembelajaran kooperatif yang didalamnya beberapa kelompok kecil siswa

25
dengan level kemampuan akademik yang berbeda-beda saling bekerja sama untuk
menyelesaikan tujuan pembelajaran (Miftahul Huda, 2014). Tidak hanya secara
akademik, siswa juga dikelompokan secara beragam berdasarkan gender, ras, dan
etnis.
Dalam Student Team Achievment Division siswa diminta untuk
membentuk kelompok-kelompok heterogen yang masing-masing terdiri atas 4
sampai 5 orang. Setelah pengelompokan dilakukan ada sintak empat tahap yang
harus dilakukan yakni pengajaran, tim studi, tes dan reaksi.
4. Numbered Head Together
Numbered Head Together merupakan varian dari diskusi kelompok.
Tujuan Numbered Head Together adalah member kesempatan kepada siswa
untuk saling berbagi gagasan dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.
Selain itu untuk meningkatkan kerja sama siswa.
Tahap-tahap pelaksanaan Numbered Head Together (Miftahul Huda,
2014) sama dengan diskusi kelompok yang rinciannya sebagai berikut:
- Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok.
- Masing-masing siswa dalam kelompok diberi nomor.
- Guru member tugas /pertanyaan pada masing-masing kelompok untuk
mengerjakannya.
- Setiap kelompok mulai diskusi untuk menemukan jawaban yang
dianggap paling tepat dan memastikan semua anggota kelompok
mengetahui jawaban tersebut.
- Guru memanggil salah satu nomor secara acak.
- Siswa dengan nomor yang dipanggil mempresentasikan jawaban dari
hasil diskusi kelompok mereka.

5. Jigsaw
Model ini dapat diterapkan untuk materi-materi yang berhubungan dengan
keterampilan membaca, menulis, mendengarkan ataupun berbicara. Dalam Jigsaw
guru harus memahami kemampuan dan pengalaman siswa dan membantu siswa
mengaktifkan skema ini agar materi pelajaran menjadi lebih bermakna. Guru juga
member banyak kesempatan pada siswa untuk mengolah informasi dan
meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Tahapan model Jigsaw dalam Miftahul Huda (2014) yaitu sebagai berikut :
- Guru membagi topik pelajaran menjadi empat bagian/sub topik

26
- Guru memberikan pengenalan mengenai topik yang akan dibahas
pertemuan hari itu.
- Siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok.
- Subtopik pertama diberikan pada siswa/anggota 1, dan siswa/anggota 2
menerima subtopik dua, demikian seterusnya.
- Siswa membaca/ mengerjakan bagian mereka masing-masing.
- Setelah selesai siswa saling berdiskusi mengenai subtopik yang dibaca
atau dikerjakan masing-masing bersama rekan satu kelompoknya.
- Kegiatan ini bisa diakhiri dengan diskusi mengenai topik tersebut.
Diskusi ini bisa dilakukan antar kelompok atau bersama selurug siswa.

6. Role Playing
Role playing atau bermain peran adalah sejenis permainnan gerak yang di
dalamnya ada tujuan, aturan dan edutainment (Fogg, 2001). Dalam rencana
pembelajaran siswa dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas, meskipun saat
itu pembelajaran terjadi di dalam kelas. Selain itu Role playing sering kali
dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas dimana pembelajar membayangkan
dirinya seolah-olah berada di luar kelas dan memainkan peran orang lain.
Role playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui
pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan
penghayatan siswa dilakukan dengan memerankan diri sebagai tokoh hidup atau
benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang,
bergantung pada yang diperankan. Pada Role playing titik tekannya terletak pada
keterlibatan emosional dan pengamatan indra ke dalam suatu situasi permasalahan
yang secara nyata dihadapi. Siswa diperlakukan sebagai subjek pembelajaran
yang aktif melakukan praktik-praktik berbahasa bersama teman-temannya pada
situasi tertentu.
Strategi Role playing juga diorganisasi berdasarkan kelompok-kelompok
siswa yang heterogen. Masing-masing kelompok memperagakan scenario yang
telah disiapkan guru.
Dari beberapa model pembelajaran yang telah diuraikan, peneliti
menggunakan model pembelajaran Team Games Tournament dalam melakukan
penelitian perbaikan pembelajaran karena model pembelajaran Team Games

27
Tournament menggunakan permainan dalam pembelajaran sehingga dapat
memotivasi siswa yang akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

4. Pengertian Model Pembelajaran Team Games Tournament


Team Games Tournament adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif
yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan
dua sampai lima orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku
atau ras yang berbeda. Guru menyajikan materi dan siswa bekerja dalam
kelompok mereka masing-masing. Tugas yang diberikan dikerjakan bersama-
sama dengan anggota kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang
tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok yang lain
bertangung jawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya, sebelum
mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru.
Team Games Tournament merupakan salah satu strategi pembelajaran
kooperatif yang dikembangkan oleh Slavin (1995) untuk membantu siswa
merivew dan menguasai materi pelajaran. Slavin menemukan bahwa Team Games
Tournament berhasil meningkatkan skill-skill dasar, pencapaian, interaksi positif
antar siswa, harga diri dan sikap penerimaan pada siswa-siswa lain yang berbeda
(Miftahul Huda, 2014).
Dalam Team Games Tournament siswa ditempatkan dalam satu kelompok
yang terdiri dari siswa yang berkemampuan rendah, sedang dan tinggi. Komposisi
ini dicatat dalam tabel khusus atau tabel turnamen, yang setiap minggunya harus
diubah. Dalam Team Games Tournament setiapa anggota ditugaskan untuk
mempelajari materi terlebih dahulu bersama-sama anggotanya, barulah mereka
diuji secara individual melalui game akademik. Nilai yang mereka peroleh dari
game akan menentukan skor kelompok mereka masing-masing.
Team Games Tournament pada mulanya dikembangkan oleh David
Devries dan Keith Edwards, ini merupakan metode pembelajaran pertama dari
Johns Hopkins. Dalam metode ini, para siswa dibagi dalam tim belajar yang
terdiri atas empat sampai lima orang yang berbeda-beda tingkat kemampuannya,
jenis kelamin, dan latar belakang etniknya. Guru menyampaikan pembelajaran,

28
lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim
telah menguasai pelajaran selanjutnya diadakan turnamen, dimana siswa
memainkan game akademik dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan poin
bagi skor timnya. Team Games Tournament menambahkan dimensi kegembiraan
yang diperoleh dari peggunaan permainan. Teman satu tim akan saling membantu
dalam mempersiapkan diri untuk permainan dengan mempelajari lembar kegiatan
dan menjelaskan masalah-masalah satu sama lain, memastikan telah terjadi
tanggung jawab individual (Slavin, 2008:16-20)

5. Langkah – Langkah Model Pembelajaran Team Games Tournament


Langkah-langkah pembelajaran Team Games Tournament menurut Slavin
terdiri dari siklus regular dan aktivitas pengajaran sebagai berikut :
1. Presentasi Kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian
kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, dan
diskusi yang dipimpin guru.
2. Belajar Kelompok
Guru mengelompokan siswa dalam kelompok-kelompok kecil. Siswa
bekerja dalam kelompok yang terdiri dari lima orang yang anggotanya heterogen
dilihat dari kemampuan akademik, jenis kelamin, dan rasa tau etnik yang berbeda.
Pada saat pembelajaran, fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami
materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan
anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat
game/tournament. Setelah guru menginformasikan materi dan tujuan
pembelajaran, kelompok berdiskusi dengan menggunakan modul. Dalam
kelompok terjadi diskusi untuk memecahkan masalah bersama, saling
memberikan jawaban dan mengoreksi jika ada anggota kelompok yang salah
dalam menjawab. Penataan ruang kelas diatur sedemikian rupa sehingga proses
pembelajaran dapat berlangsung dengan baik.

29
3. Persiapan Permainan
Guru mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan
materi. Kemudian guru mempersiapkan alat-alat untuk permainan, yaitu kartu
permainan yang dilengkapi nomor, skor, pertanyaan dan jawaban mengenai
materi.
4. Permainan/Pertandingan (Game/Tournament)
Game atau tournament terdiri dari pertanyaan –pertanyaan yang dirancang
untuk menguji pengetahuan yang diperoleh siswa dari penyajian kelas dan belajar
kelompok. Tiap kelompok (tim) mendapat kesempatan untuk memilih kartu
bernomor yang tersedia pada meja tournament dan mencoba menjawab
pertanyaan yang muncul. Apabila tiap anggota dalam satu tim tidak bisa
menjawab pertanyaan, maka pertanyaan tersebut dilempar kepada kelompok lain,
searah jarum jam. Tim yang bisa menjawab dengan benar pertanyaan itu akan
mendapatkan skor yang tertera pada kartu tersebut. Skor ini yang nantinya
dikumpulkan tim untuk menentuka skor akhir tim.
5. Penghargaan Tim
Penghargaan diberikan kepada tim yang menang atau mendapat skor
tertinggi, skor tersebut pada akhirnya akan dijadikan sebagai tambahan nilai tugas
siswa. Selain itu diberikan pula hadiah atau reward sebagai motivasi belajar.
Menurut Slavin perspektif motivasional pada pembelajaran Team Games
Tournament terutama memfokuskan pada penghargaan atau struktur tujuan
dimana para siswa bekerja.

6. Kelebihan Model Pembelajaran Team Games Tournament


Kelebihan pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament
diantaranya:
1. Melalui pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu menggantungkan kepada
guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berfikir sendiri,
menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.

30
2. Dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan
dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang
lain.
3. Dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung
jawab dalam belajar.
4. Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan
memberikan rangsangan untuk berfikir. Hal ini berguna untuk proses
pendidikan jangka panjang.
5. Dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan
keterbatasannya.

7. Kelemahan Model Pembelajaran Team Games Tournament


Adapun kelemahan dalam pembelajaran kooperatif tipe Team Games
Tournament yaitu :
1. Penilaian yang diberikan didasarkan hasil kerja kelompok. Tetapi guru perlu
menyadari bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah
prestasi setiap individu siswa.
2. Keberhasilan dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok
memerlukan periode waktu yang cukup panjang, dan hal ini tidak mungkin
dapat tercapai hanya dengan satu kali atau sekali-sekali penerapan strategi ini.
3. Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat
penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang
hanya didasarkan pada kemampuan individual.

31
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian serta Pihak yang Membantu


1. Subjek Penelitian
Yang menjadi subjek penelitian perbaikan pembelajaran ini adalah siswa
kelas V B SDN 1 Cikidang yang berjumlah 33 orang. Dengan jumlah siswa laki-
laki 14 orang dan siswa perempuan 19 orang.
Adapun daftar nama siswa kelas V B SDN 1 Cikidang adalah sebagai
berikut.
Tabel 3.1
Nama-nama siswa kelas V B SDN 1 Cikidang

Jenis kelamin
No Nama
Laki-Laki Perempuan
1 Nabila Azahra P
2 Nanda Syakila P
3 Nasrulloh L
4 Noviyanti P
5 Pina Sintia P
6 Rahel Amanda P
7 Rani Febriyanti P
8 Rapli Fadilah L
9 Rasid Oktavianus L
10 Reksi Pamungkas L
11 Reni Sumarni P
12 Reza Izzatul F P
13 Ria Noviani P
14 Rio Hadi Pratama L
15 Risma Nisa P
16 Saepul Rohman L
17 Saepul Salam L

32
18 Santi Puspita P
19 Siti Anisa Maulidi P
20 Siti Julpah H P
21 Siti Nurhalisa P
22 Siti Nuraeni P
23 Siti Nuraeni R P
24 Siti Nurul Aeni P
25 Siti Susilawati P
26 Tesa Tresnawati P
27 Wahyu Septiriadi L
28 Nurman Ramadan L
29 Fikri Nurjaman L
30 Risman L
31 M. Adnan A L
32 Ajay Fikri Baisa L
33 Dicki Rivaldi L

2. Tempat Penelitian
Sesuai dengan judul yang telah tertuang, penelitian ini dilaksanakan di
SDN 1 Cikidang yang berlokasi di Jl. Pasirrarangan RT 02/06, Desa Pangkalan
Kecamatan Cikidang Kabupaten Sukabumi.
Penelitian perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan di SDN 1 Cikidang
karena merupakan tempat tugas peneliti.

3. Waktu Penelitian
Penelitian perbaikan pembelajaran selama tiga bulan dari bulan Agustus
sampai bulan Oktober 2015, meliputi pra siklus, siklus 1, siklus 2 serta
penyusunan laporan.
Pembelajaran pra siklus dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 12 Agustus
2015. Masalah yang teridentifikasi dalam pembelajaran pra siklus diperbaiki pada
pembelajaran siklus 1 yang dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 19 Agustus

33
2015. Selanjutnya berdasarkan hasil refleksi pada pembelajaran siklus 1 maka
dilakukan perbaikan pembelajaran pada siklus 2 tanggal 25 Agustus 2015.
Pembuatan laporan dilaksanakan setelah pelaksanaan penelitian perbaikan
pembelajaran. Untuk lebih jelasnya waktu penelitian dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 3.2
Jadwal Pelaksanaan Penelitian Perbaikan Pembelajaran

No Hari/Tanggal Siklus Materi


1 Rabu/12 Agustus 2015 Pra Membulatkan hasil operasi
perkalian ke puluhan terdekat.
Siklus

2 Rabu/19 Agustus 2015 Siklus 1 Membulatkan hasil operasi


perkalian ke puluhan terdekat.

3 Selasa/25 Agustus 2015 Siklus 2 Membulatkan hasil operasi


perkalian ke puluhan terdekat.

4. Pihak yang Membantu


Penelitian perbaikan pembelajaran dilaksanakan oleh peneliti dengan
dibantu oleh supervisor 1 dan suvervisor 2. Berikut adalah data supervisor 1 dan
suvervisor 2 yang membantu dalam penelitian.

Suvervisor 1
Nama : Ajudin, S.Pd. M.Pd
NIP : 196310251986031010

Suvervisor 2
Nama : Sri Yenny Januati, S.Pd
NIP : 195701031979122002
Adapun peran dari supervisor 1 dan supervisor 2 ini adalah sebagai berikut:
1. Mendiskusikan dan memberi masukan terhadap hasil refleksi pembelajaran
dan RPP peneliti.

34
2. Mengamati dan memberi masukan untuk pelaksanaan praktek perbaikan
pembelajaran yang dilakukan peneliti.
3. Mendiskusikan dan memberi masukan terhadap pelaksanaan perbaikan
pembelajaran berdasarkan hasil pengamatan.

B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran


Bardasarkan hasil identifikasi masalah pada pembelajaran pra siklus, maka
peneliti melaksanakan penelitian dengan prosedur sebagai berikut.

1. Siklus 1
a. Perencanaan
- Berdasarkan hasil pembelajaran pra siklus dan hasil refleksi peneliti
menentukan metode dan model pembelajaran yang akan digunakan.
- Menyusun skenario atau langkah-langkah pembelajaran.
- Menentukan sumber, bahan dan alat yang dibutuhkan.
- Menentukan penilaian.
- Menyiapkan lembar pengamatan.
- Menentukan supervisor 2.

b. Pelaksanaan
- Mengkondisikan siswa pada situasi pembelajaran yang kondusif dengan
berdoa bersama dan mengabsen siswa.
- Mengadakan pretes
- Menyampaikan tujuan pembelajaran agar dapat memotivasi siswa dalam
melaksanakan pembelajaran.
- Mengadakan apersepsi dengan tanya jawab mengenai contoh pembulatan.
“ Paman baru saja membayar listrik, dalam kwitansi tercantum tagihan
rekening listrik sebesar 154.075 rupiah. Akan tetapi paman membayar 154.
100 rupiah. Mengapa demikian?”
- Siswa menyimak contoh-contoh yang diceritakan guru mengenai pembulatan
dalam kehidupan sehari-hari serta cara menentukan pembulatannya.

35
- Siswa dengan bimbingan guru mencoba melakukan proses pembulatan
bilangan dengan mencoba secara bergiliran mengisi di papan tulis.
- Siswa mengerjakan latihan soal mengenai pembulatan bilangan.
- Siswa diberi kesempatan untuk bertanya jika belum memahami materi.
- Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan materi pembelajaran dengan
melakukan tanya jawab.
- Memberikan penguatan dengan memberikan kesimpulan dari materi yang
telah dipelajari.

c. Pengamatan
Selama pelaksanaan perbaikan pembelajaran di SDN 1 Cikidang dilakukan
pengamatan oleh supervisor 2 juga oleh peneliti sendiri. Pada tahap ini kegiatan
yang dilakukan adalah :
- Mengamati tingkat keaktifan siswa baik oleh peneliti maupun oleh supervisor
2 dengan menggunakan lembar pengamatan.
- Mengamati proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh peneliti dengan
instrument berupa APKG 2.
- Mencatat kelebihan dan kelemahan proses pembelajaran.
- Mencatat hal-hal penting tentang proses pembelajaran.

d. Refleksi
Setelah pelaksanaan perbaikan pembelajaran dilaksanakan, guru dan
supervisor melakukan refleksi dan diskusi mengenai temuan-temuan, berupa
kelemahan dan kelebihan guru dalam melaksanakan pembelajaran dan sejauh
mana tingkat keberhasilan pembelajaran pada siklus 1 ini.

2. Siklus 2
Berdasarkan hasil pengamatan pembelajaran dan refleksi pada siklus 1,
selanjutnya dilaksanakan penelitian perbaikan pembelajaran pada siklus 2.
Tahapannya sebagai berikut.
a. Perencanaan

36
Pada tahap ini peneliti melakukan beberapa kegiatan yaitu :
- Menentukan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator yang akan
diperbaiki.
- Menentukan materi yang akan disampaikan.
- Menentukan metode dan model pembelajaran yang akan digunakan.
- Menentukan langkah-langkah pembelajaran.
- Menentukan sumber, bahan dan alat yang dibutuhkan.
- Menentukan instrument penilaian.
- Menyiapkan lembar observasi yang akan digunakan.

b. Pelaksanaan
Setelah perencanaan disusun, dilanjutkan dengan tahap pelaksanaan.
Tahap pelaksanaan meliputi beberapa kegiatan yaitu:
- Mengkondisikan siswa pada situasi pembelajaran yang kondusif dengan
berdoa bersama dan memeriksa kehadiran siswa.
- Mengadakan pretest
- Menyampaikan tujuan pembelajaran agar dapat memotivasi siswa dalam
melaksanakan pembelajaran.
- Mengadakan apersepsi dengan tanya jawab mengenai contoh pembulatan.
“Apakah kegunaan pembulatan bilangan dalam kehidupan sehari-hari?”
- Tanya jawab mengenai materi yang telah disampaikan pada pertemuan
sebelumnya.
- Menyampaikan/mengkomunikasikan materi yang akan dipelajari.
- Siswa menyimak contoh-contoh yang diceritakan guru mengenai pembulatan
dalam bentuk perkalian pada kehidupan sehari-hari serta cara menentukan
pembulatannya.
- Siswa melakukan pembelajaran kelompok.
- Siswa dengan bimbingan guru mencoba melakukan proses pembulatan
bilangan dalam bentuk perkalian dengan mencoba secara bergiliran mengisi
di papan tulis.
- Siswa mengerjakan latihan soal melalui diskusi kelompok.

37
- Siswa yang telah memahami materi menjelaskan pada anggota kelompoknya
yang belum paham hingga semua anggota kelompok mengerti/memahami
materi.
- Siswa diberi kesempatan untuk bertanya jika belum memahami materi.
- Siswa melakukan pertandingan kelompok.
- Setiap kelompok memilih nomor pertanyaan yang telah disediakan guru,
dimulai dari kelompok pertama.
- Siswa menyimak soal yang dibacakan oleh guru.
- Jika kelompok pertama tidak bisa menjawab maka kelompok yang kedua
yang harus menjawab dan begitu seterusnya.
- Pemberian game rebutan untuk meningkatkan kompetisi dan semangat siswa
dalam mengikuti pembelajaran.
- Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan materi pembelajaran dengan
melakukan tanya jawab.
- Memberikan penguatan dengan memberikan kesimpulan dari materi yang
telah dipelajari.
- Guru memberikan tindak lanjut berupa pemberian pekerjaan rumah.
- Guru menyampaikan informasi pembelajaran yang akan datang.
- Memberikan reward pada kelompok yang memperoleh nilai tertinggi.
- Selama pelaksanaan pembelajaran, supervisor 2 melakukan pengamatan
proses pembelajaran dan mencatat hal-hal penting tentang proses
pembelajaran.

c. Pengamatan
Selama pelaksanaan perbaikan pembelajaran dilakukan pengamatan oleh
supervisor 2. Pengamatan tersebut meliputi :
- Mengamati tingkat keaktifan siswa baik oleh peneliti maupun supervisor 2
dengan menggunakan lembar pengamatan .
- Mengamati proses pembelajaran yang dilaksanakan peneliti dengan instrumen
pengamatan berupa APKG 1 dan APKG 2.
- Mencatat kelebihan dan kelemahan proses pembelajaran.

38
- Mencatat hal-hal penting tentang proses pembelajaran.

d. Refleksi
Pada tahap ini peneliti dan supervisor 2 mengadakan diskusi untuk
membahas tentang proses pembelajaran dan sejauh mana tingkat keberhasilan
pembelajaran pada siklus 2 ini.

C. Teknik Analisis Data


Dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus 1 maupun siklus 2 akan
diperoleh data berupa hasil belajar siswa yag diambil dari hasil penilaian siswa
berupa data kuantitatif. Sedangkan data berupa hasil observasi proses
pembelajaran baik terhadap guru maupun siswa merupakan data kualitatif.
Setelah data terkumpul sangatlah perlu dianalisis. Adapun langkah-
langkah analisis data yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut.
Analisis kuantitatif terdiri dari tahapan :
1. Memeriksa dan memberi penilaian pada lembar penilaian siswa.
2. Merekapitulasi nilai perolehan siswa.
3. Menentukan ketuntasan siswa dengan aturan jika nilai siswa ≥ KKM maka
siswa tuntas dan jika nilai siswa < KKM maka siswa tidak tuntas.
4. Menghitung jumlah siswa tuntas dan tidak tuntas.
5. Menghitung prosentase ketuntasan siswa.
Prosentase ketuntasan = ∑ siswa tuntas x 100%
∑ siswa
6. Menentukan rata-rata nilai siswa.
Rata-rata nilai = ∑ nilai siswa x 100%
∑ siswa
7. Membandingkan rata-rata nilai antara pra siklus, siklus 1 dan siklus 2.

Analisis kualitatif terdiri dari tahapan :


1. Menganalisis hasil observasi terhadap kinerja guru dalam kegiatan
pembelajaran.

39
2. Menganalisis hasil pengamatan terhadap aktiviatas siswa selama kegiatan
pembelajaran
3. Menganalisis hasil observasi terhadap kegiatan siswa selama proses
pembelajaran.

40
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Penelitian perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan dalam dua siklus.
Alokasi waktu setiap pertemuan 2 x 35 menit. Sehingga waktu yang diperlukan
dari siklus 1 sampai siklus 2 adalah 140 menit.
Kondisi awal merupakan kondisi siswa belum memperoleh perlakuan
tindakan kelas. Pada awalnya kondisi prestasi belajar matematika materi
pembulatan bilangan yang diperoleh berdasarkan hasil pembelajaran pra siklus
masih rendah yaitu hanya 30,3 % siswa yang mencapai KKM serta rata-rata nilai
siswa hanya 51. Hal ini mungkin disebabkan karena penggunaan model
pembelajaran yang kurang tepat sehingga menimbulkan kebosanan, materi terasa
sulit dipahami dan monoton dan pada akhirnya siswa kurang termotivasi untuk
belajar.
Pada umumnya metode yang digunakan selama ini adalah ceramah.
Akibatnya siswa cepat merasa jenuh, kurang menunjukkan antusias belajar,
sehingga prestasi belajar siswa tidak maksimal dan masih banyak siswa yang
belum mencapai KKM.
Dengan melihat rata-rata siswa pada kondisi awal atau pra siklus dapat
disimpulkan bahwa diperlukan suatu metode pembelajaran dalam mata pelajaran
matematika. Oleh karena itu peneliti mencoba untuk menerapkan model
pembelajaran Team Games Tournament yang dapat dijadikan sebagai metode
pembelajaran yang tepat sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan
membuat siswa lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
Penelitian perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan di SD Negeri 1
Cikidang. Adapun yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas V B dengan
jumlah siswa 33 orang dengan rincian 14 laki-laki dan 19 perempuan.
Siswa SD Negeri 1 Cikidang memiliki latar belakang yang hampir sama,
baik dilihat dari segi pendidikan orang tua maupun tingkat ekonomi. Lokasi
tempat tinggal siswa rata-rata cukup jauh berkisar antara 1-2 km. Daerah tempat

41
tinggal siswa adalah daerah perkebunan sawit. Hal ini menyebabkan sebagian
besar dari orang tua siswa bermata pencaharian sebagai buruh tani dan memiliki
tingkat ekonomi menengah ke bawah.
Selain itu, tingkat pendidikan orang tua siswa juga cukup rendah. Sebagian
besar orang tua siswa berlatar belakang pendidikan SD. Kondisi ini
mengakibatkan rendahnya tingkat kepedulian orang tua siswa terhadap kondisi
pendidikan anak-anaknya. Pemberian motivasi orang tua terhadap pendidikan
pun rendah baik dalam hal belajar di rumah, kehadiran siswa maupun dalam
mengerjakan tugas-tugas sekolah. Hal ini menyebabkan siswa menjadi malas dan
kurang termotivasi dalam mengikuti pembelajaran.
Penelitian perbaikan pembelajaran ini dilakukan selama tiga bulan dari
bulan Agustus sampai Oktober 2015. Berikut akan diuraikan tahapan dari siklus 1
dan siklus 2 berdasarkan model yang digunakan.

SIKLUS 1

1. Proses Pelaksanaan
Kegiatan penelitian perbaikan pembelajaran siklus 1 dilaksanakan pada
hari Rabu tanggal 19 Agustus 2015. Adapun kegiatan yang dilaksanakan pada
proses penelitian perbaikan pembelajaran adalah sebagai berikut:
- Mengkondisikan siswa pada situasi pembelajaran yang kondusif dengan
berdoa bersama dan mengabsen siswa.
- Mengadakan pretes
- Menyampaikan tujuan pembelajaran agar dapat memotivasi siswa dalam
melaksanakan pembelajaran.
- Mengadakan apersepsi dengan tanya jawab mengenai contoh pembulatan.
“ Paman baru saja membayar listrik, dalam kwitansi tercantum tagihan
rekening listrik sebesar 154.075 rupiah. Akan tetapi paman membayar 154.
100 rupiah. Mengapa demikian?”
- Siswa menyimak contoh-contoh yang diceritakan guru mengenai pembulatan
dalam kehidupan sehari-hari serta cara menentukan pembulatannya.

42
- Siswa dengan bimbingan guru mencoba melakukan proses pembulatan
bilangan dengan mencoba secara bergiliran mengisi di papan tulis.
- Siswa mengerjakan latihan soal mengenai pembulatan bilangan.
- Siswa diberi kesempatan untuk bertanya jika belum memahami materi.
- Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan materi pembelajaran dengan
melakukan tanya jawab.
- Memberikan penguatan dengan memberikan kesimpulan dari materi yang
telah dipelajari.

2. Data Hasil Tes


Hasil yang diperoleh dari pelaksanaan evaluasi siklus 1 adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.1 Hasil Evaluasi Siklus 1

No Nama Nilai

1 Nabila Azahra 45
2 Nanda Syakila 80
3 Nasrulloh 45
4 Noviyanti 50
5 Pina Sintia 30
6 Rahel Amanda 45
7 Rani Febriyanti 50
8 Rapli Fadilah 50
9 Rasid Oktavianus 100
10 Reksi Pamungkas 100
11 Reni Sumarni 40
12 Reza Izzatul F 30
13 Ria Noviani 100
14 Rio Hadi Pratama 50
15 Risma Nisa 70
16 Saepul Rohman 100

43
17 Saepul Salam 50
18 Santi Puspita 30
19 Siti Anisa Maulidi 70
20 Siti Julpah H 80
21 Siti Nurhalisa 75
22 Siti Nuraeni 80
23 Siti Nuraeni R 75
24 Siti Nurul Aeni 100
25 Siti Susilawati 35
26 Tesa Tresnawati 70
27 Wahyu Septiriadi 100
28 Nurman Ramadan 70
29 Fikri Nurjaman 80
30 Risman 30
31 M. Adnan A 20
32 Ajay Fikri Baisa 60
33 Dicki Rivaldi 20
*Kriteria Ketuntasan Minimal 56
Hasil analisis evaluasi siklus 1
Ketuntasan siswa

Prosentase ketuntasan = ∑ siswa tuntas x 100%


∑ siswa

= 17 x 100%
33

= 51,5 %

44
Nilai siswa

Grafik 4.1 Nilai Evaluasi Siklus 1

f 5
r
e
k 4
u
e
n 3
s
i 2

0
20 25 30 35 40 45 50 60 65 70 75 80 85 90 95 100
Nilai

Rata-rata nilai siswa = ∑ nilai siswa x 100%


∑ siswa

= 2030 x 100 %
33

= 61,5

Berdasarkan hasil analisis terhadap hasil evaluasi pada siklus 1 siswa yang
mencapai KKM sebanyak 17 siswa atau 51,5%, dan rata-rata nilai siswa 61,5. Hal
ini menunjukkan siswa masih kesulitan dalam memahami pelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran yang digunakan, karena baru mengenal model
pembelajaran Team Games Tournament, akan tetapi terjadi peningkatan dari
kegiatan pra siklus yang hanya mencapai ketuntasan sebanyak 30,3 %.

45
3. Data Hasil Observasi
Berikut merupakan data hasil observasi siklus 1 terhadap aktivitas siswa
dan kinerja guru.
a. Hasil observasi terhadap kinerja siswa
Tabel 4.2 Lembar pengamatan siswa siklus 1

Ketepatan
Keaktifan Antusias
waktu
No Nama
B C K B C K B C
K
1 Nabila Azahra v v v
2 Nanda Syakila v v v
3 Nasrulloh v v v
4 Noviyanti v v v
5 Pina Sintia v v v
6 Rahel Amanda v v v
7 Rani Febriyanti v v v
8 Rapli Fadilah v v v
9 Rasid Oktavianus v v v
10 Reksi Pamungkas v v v
11 Reni Sumarni v v v
12 Reza Izzatul F v v v
13 Ria Noviani v v v
14 Rio Hadi Pratama v v v
15 Risma Nisa v v v
16 Saepul Rohman v v v
17 Saepul Salam v v v
18 Santi Puspita v v v
19 Siti Anisa Maulidi v v v
20 Siti Julpah H v v v
21 Siti Nurhalisa v v v
22 Siti Nuraeni v v v

46
23 Siti Nuraeni R v v v
24 Siti Nurul Aeni v v v
25 Siti Susilawati v v v
26 Tesa Tresnawati v v v
27 Wahyu Septiriadi v v v
28 Nurman Ramadan v v v
29 Fikri Nurjaman v v v
30 Risman v v v
31 M. Adnan A v v v
32 Ajay Fikri Baisa v v v
33 Dicki Rivaldi v v v
Keterangan:
B = Baik
C = Cukup
K = Kurang
Keaktifan : Baik = 10 x 100 % = 30,3 %
33

Cukup = 8 x 100 % = 24,2 %


33
Kurang = 15 x 100 % = 45,4 %
33

Antusias : Baik = 10 x 100 % = 30,3 %


33

Cukup = 9 x 100 % = 27,2 %


33
Kurang = 14 x 100 % = 42,4 %
33

Ketepatan waktu : Baik = 8 x 100 % = 24,2 %


33

Cukup = 8 x 100 % = 24,2 %


33
Kurang = 17 x 100 % = 51,5 %

47
33

Berdasarkan hasil pengamatan dari observer terhadap kinerja siswa,


ternyata antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran belum maksimal. Hanya
30,3 % siswa yang baik dalam antusias mengikuti pembelajaran. Serta masih
banyak siswa yang belum aktif dalam kegiatan pembelajaran dan ketepatan waktu
dalam mengerjakan tugas. Siswa tidak aktif dalam kegiatan tanya jawab dan juga
permainan kelompok (game). Sebanyak 30,3 % siswa yang baik dalam keaktifan
mengikuti pembelajaran dan sebanyak 24,2% siswa yang baik dalam ketepatan
waktu mengerjakan tugas.
b. Hasil observasi terhadap kinerja guru

Tabel 4.3 Hasil observasi terhadap kinerja guru siklus 1

48
Observer 1 Observer 2
Aspek yang
NO diobservasikan B C K B C K

Mengelola ruang dan fasilitas


pembelajaran
1.1 Menata fasilitas dan
1 v v
sumber belajar
1.2 Melaksanakan tugas rutin
v v
kelas
Melaksanakan kegiatan
pembelajaran
2.1 Memulai pembelajaran v v
2.2 Melaksanakan
pembelajaran yang sesuai v v
dengan tujuan
2
2.3 Menggunakan alat bantu v v
2.4 Melakukan pembelajaran
secara individual, v v
kelompok atau klasikal
1.5 Mengelola waktu
pembelajaran secara v v
efisien
Mengelola interaksi kelas

3.1 Memberi petunjuk dan


v v
penjelasan
3.2 Menangani pertanyaan
v v
3 dan respon siswa
3.3 Menggunakan ekspresi v v
3.4 Memicu memelihara
v v
ketertiban kelas
3.5 Memantapkan penguasaan
v v
materi
Bersifat luwes dan terbuka
serta membantu
mengembangkan sikap positif
siswa terhadap pembelajaran
4.1 Menunjukan sikap ramah,
v v
4 luwes dan terbuka

4.2 Menunjukan kegairahan


v v
dalam belajar
4.3 Membantu siswa
menumbuhkan v v
kepercayaan diri
Mendemontrasikan
kemampuan khusus dalam
perbaikan pembelajaran
tertentu
5.1 Menanamkan konsep
matematika melalui metode49
bervariasi yang sesuai v v
dengan karakteristik materi
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa kinerja guru dalam penggunaan
model dan media tidak maksimal serta bimbingan dan pendekatan pada siswa
masih kurang, selain itu pemberian motivasi pada siswa berupa pujian atau reward
masih kurang.
Setelah dikaji, berdasarkan hasil pengamatan dan hasil evaluasi siswa
dapat diketahui beberapa kelebihan dan dan kelemahan dalam pelaksanaan
perbaikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Team Games
Tournament pada siklus 1. Adapun kelebihan dan kelemahan tersebut adalah:
a. Kelebihan Siklus 1
1. Guru sudah menggunakan pembelajaran yang sesuai.
2. Siswa sudah mulai aktif dan terlibat langsung dalam pembelajaran.
3. Pembelajaran lebih menyenangkan.
b. Kelemahan Siklus 1
1. Guru kurang menguasai kelas terlihat dari adanya beberapa siswa yang
melakukan kegiatan diluar prosedur.
2. Belum seluruh siswa aktif selama pembelajaran
3. Petunjuk pelaksanaan langkah-langkah pembelajaran kurang jelas
4. Aktivitas siswa tidak terkendali sepenuhnya
5. Penggunaan media pembelajaran belum maksimal

SIKLUS 2

1. Proses Pelaksanaan
Kegiatan penelitian perbaikan pembelajaran siklus 2 dilaksanakan pada
hari Selasa tanggal 25 Agustus 2015. Adapun kegiatan yang dilaksanakan pada
proses penelitian perbaikan pembelajaran adalah sebagai berikut:
- Mengkondisikan siswa pada situasi pembelajaran yang kondusif dengan
berdoa bersama dan memeriksa kehadiran siswa.
- Mengadakan pretest.
- Menyampaikan tujuan pembelajaran agar dapat memotivasi siswa dalam
melaksanakan pembelajaran.
- Mengadakan apersepsi dengan tanya jawab mengenai contoh pembulatan.

50
“Apakah kegunaan pembulatan bilangan dalam kehidupan sehari-hari?”
- Tanya jawab mengenai materi yang telah disampaikan pada pertemuan
sebelumnya.
- Menyampaikan/mengkomunikasikan materi yang akan dipelajari.
- Siswa menyimak contoh-contoh yang diceritakan guru mengenai pembulatan
dalam bentuk perkalian pada kehidupan sehari-hari serta cara menentukan
pembulatannya.
- Siswa melakukan pembelajaran kelompok.
- Siswa dengan bimbingan guru mencoba melakukan proses pembulatan
bilangan dalam bentuk perkalian dengan mencoba secara bergiliran mengisi
di papan tulis.
- Siswa mengerjakan latihan soal melalui diskusi kelompok.
- Siswa yang telah memahami materi menjelaskan pada anggota kelompoknya
yang belum paham hingga semua anggota kelompok mengerti/memahami
materi.
- Siswa diberi kesempatan untuk bertanya jika belum memahami materi.
- Siswa melakukan pertandingan kelompok.
- Setiap kelompok memilih nomor pertanyaan yang telah disediakan guru,
dimulai dari kelompok pertama.
- Siswa menyimak soal yang dibacakan oleh guru.
- Jika kelompok pertama tidak bisa menjawab maka kelompok yang kedua
yang harus menjawab dan begitu seterusnya.
- Pemberian game rebutan untuk meningkatkan kompetisi dan semangat siswa
dalam mengikuti pembelajaran.
- Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan materi pembelajaran dengan
melakukan tanya jawab.
- Memberikan penguatan dengan memberikan kesimpulan dari materi yang
telah dipelajari.
- Guru memberikan tindak lanjut berupa pemberian pekerjaan rumah.
- Guru menyampaikan informasi pembelajaran yang akan datang.
- Memberikan reward pada kelompok yang memperoleh nilai tertinggi.

51
- Selama pelaksanaan pembelajaran, supervisor 2 melakukan pengamatan
proses pembelajaran dan mencatat hal-hal penting tentang proses
pembelajaran.

2. Data Hasil Tes


Hasil yang diperoleh dari pelaksanaan evaluasi siklus 2 adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.4 Hasil Evaluasi Siklus 2

No Nama Nilai

1 Nabila Azahra 60
2 Nanda Syakila 100
3 Nasrulloh 60
4 Noviyanti 100
5 Pina Sintia 60
6 Rahel Amanda 60
7 Rani Febriyanti 30
8 Rapli Fadilah 70
9 Rasid Oktavianus 100
10 Reksi Pamungkas 100
11 Reni Sumarni 45
12 Reza Izzatul F 30
13 Ria Noviani 100
14 Rio Hadi Pratama 45
15 Risma Nisa 70
16 Saepul Rohman 100
17 Saepul Salam 60
18 Santi Puspita 60
19 Siti Anisa Maulidi 80
20 Siti Julpah H 100
21 Siti Nurhalisa 70

52
22 Siti Nuraeni 100
23 Siti Nuraeni R 70
24 Siti Nurul Aeni 100
25 Siti Susilawati 60
26 Tesa Tresnawati 70
27 Wahyu Septiriadi 100
28 Nurman Ramadan 80
29 Fikri Nurjaman 80
30 Risman 35
31 M. Adnan A 30
32 Ajay Fikri Baisa 80
33 Dicki Rivaldi 40
*Kriteria Ketuntasan Minimal 56

Hasil analisis evaluasi siklus 2


Ketuntasan siswa

Prosentase ketuntasan = ∑ siswa tuntas x 100%


∑ siswa

= 26 x 100%
33

= 78,7 %

Nilai siswa

Grafik 4.2 Nilai Evaluasi Siklus 2

53
12

10

f
r 8
e
k
u 6
e
n
s 4
i

0
30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100
Nilai

Rata-rata nilai siswa = ∑ nilai siswa x 100%


∑ siswa

= 2335 x 100 %
33

= 70,7

Berdasarkan hasil analisis terhadap hasil evaluasi pada siklus 2 siswa yang
mencapai KKM sebanyak 26 siswa atau 78,7%, dan rata-rata nilai siswa 70,7. Hal
ini menunjukkan terjadi peningkatan dalam hasil evaluasi dari siklus sebelumnya.
Terjadi peningkatan sebanyak 27,2 % pada siswa yang mencapai KKM.

3. Data Hasil Observasi


Berikut merupakan data hasil observasi siklus 2 terhadap aktivitas siswa
dan kinerja guru.
a. Hasil observasi terhadap kinerja siswa
Tabel 4.5 Lembar pengamatan siswa siklus 2

54
Ketepatan
Keaktifan Antusias
waktu
No Nama
B C K B C K B C
K
1 Nabila Azahra v v v
2 Nanda Syakila v v v
3 Nasrulloh v v v
4 Noviyanti v v v
5 Pina Sintia v v v
6 Rahel Amanda v v v
7 Rani Febriyanti v v v
8 Rapli Fadilah v v v
9 Rasid Oktavianus v v v
10 Reksi Pamungkas v v v
11 Reni Sumarni v v v
12 Reza Izzatul F v v v
13 Ria Noviani v v v
14 Rio Hadi Pratama v v v
15 Risma Nisa v v v
16 Saepul Rohman v v v
17 Saepul Salam v v v
18 Santi Puspita v v v
19 Siti Anisa Maulidi v v v
20 Siti Julpah H v v v
21 Siti Nurhalisa v v v
22 Siti Nuraeni v v v
23 Siti Nuraeni R v v v
24 Siti Nurul Aeni v v v
25 Siti Susilawati v v v
26 Tesa Tresnawati v v v
27 Wahyu Septiriadi v v v
28 Nurman Ramadan v v v

55
29 Fikri Nurjaman v v v
30 Risman v v v
31 M. Adnan A v v v
32 Ajay Fikri Baisa v v v
33 Dicki Rivaldi v v v
Keterangan:
B = Baik
C = Cukup
K = Kurang
Keaktifan : Baik = 20 x 100 % = 60,6 %
33

Cukup = 8 x 100 % = 24,2 %


33
Kurang = 5 x 100 % = 15,1 %
33

Antusias : Baik = 19 x 100 % = 57,5 %


33

Cukup = 9 x 100 % = 27,2 %


33
Kurang = 5 x 100 % = 15,1 %
33

Ketepatan waktu : Baik = 17 x 100 % = 51,1 %


33

Cukup = 10 x 100 % = 30,3 %


33
Kurang = 6 x 100 % = 18,2 %
33

Berdasarkan hasil pengamatan dari observer terhadap kinerja siswa pada


siklus 2, ternyata antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran terdapat
peningkatan. Sebanyak 57,5 % siswa telah antusias mengikuti pembelajaran. Serta
sebanyak 60,6 % siswa aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Selain itu,
ketepatan waktu dalam melaksanakan tugas serta evaluasi pun telah terjadi

56
peningkatan dari siklus sebelumnya. Sebanyak 51,5 % siswa dapat melaksanakan
tugas dan evaluasi secara tepat waktu.

b. Hasil observasi terhadap kinerja guru


Tabel 4.6 Hasil observasi terhadap kinerja guru siklus 2

57
Observer 1 Observer 2
Aspek yang
NO diobservasikan B C K B C K

Mengelola ruang dan fasilitas


pembelajaran
1.1 Menata fasilitas dan
1 v v
sumber belajar
1.2 Melaksanakan tugas rutin
v v
kelas
Melaksanakan kegiatan
pembelajaran
2.1 Memulai pembelajaran v v
2.2 Melaksanakan
pembelajaran yang sesuai v v
dengan tujuan
2
2.3 Menggunakan alat bantu v v
2.4 Melakukan pembelajaran
secara individual, v v
kelompok atau klasikal
1.6 Mengelola waktu
pembelajaran secara v v
efisien
Mengelola interaksi kelas

3.1 Memberi petunjuk dan


v v
penjelasan
3.2 Menangani pertanyaan
v v
3 dan respon siswa
3.3 Menggunakan ekspresi v v
3.4 Memicu memelihara
v v
ketertiban kelas
3.5 Memantapkan penguasaan
v v
materi
Bersifat luwes dan terbuka
serta membantu
mengembangkan sikap positif
siswa terhadap pembelajaran
4.1 Menunjukan sikap ramah,
v v
4 luwes dan terbuka

4.2 Menunjukan kegairahan


v v
dalam belajar
4.3 Membantu siswa
menumbuhkan v v
kepercayaan diri
Mendemontrasikan
kemampuan khusus dalam
perbaikan pembelajaran
tertentu
5.1 Menanamkan konsep
matematika melalui metode58
bervariasi yang sesuai v v
dengan karakteristik materi
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa kinerja guru pada proses
perbaikan pembelajaran siklus 2 terdapat peningkatan. Media dan model yang
digunakan sudah cukup baik, respon terhadap pertanyaan siswa serta penjelasan
mengenai langkah-langkah pembelajaran terdapat peningkatan. Hal ini
menunjukkan bahwa keefektifan dalam proses pembelajaran telah terjadi
perubahan ke arah yang lebih baik.
Setelah dikaji, berdasarkan hasil pengamatan dan hasil evaluasi siswa
dapat diketahui beberapa kelebihan dan dan kelemahan dalam pelaksanaan
perbaikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Team Games
Tournament pada siklus 2. Adapun kelebihan dan kelemahan tersebut adalah:

a. Kelebihan Siklus 2
1. Sebagian besar siswa aktif dan terlibat langsung dalam kegiatan
pembelajaran.
2. Siswa terhindar dari rasa jenuh selama proses pembelajaran karena dalam
pembelajaran menggunakan permainan-permainan (game).
3. Pembelajaran lebih menyenangkan.
4. Petunjuk langkah-langkah pembelajaran cukup jelas sehingga siswa
mengerti.
5. Aktivitas siswa lebih terkendali.
b. Kelemahan Siklus 2
1. Terdapat beberapa siswa yang masih belum menguasai materi terlihat dari
hasil evaluasi yang belum mencapai KKM.
2. Belum seluruh siswa aktif selama pembelajaran, karena masih ada beberapa
siswa yang belum menguasai materi.

B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


1. Pembahasan Hasil Evaluasi
Penggunaan model dan media yang sesuai dengan materi pembelajaran
dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar sehingga hasil belajar siswa pun
akan meningkat. Berdasarkan hasil evaluasi siklus 1 pencapaian rata-rata nilai

59
61,5 terjadi peningkatan dari hasil evaluasi pra siklus yang hanya mencapai rata-
rata 51. Pada siklus 2 rata-rata nilai siswa meningkat menjadi 70,7. Pada siklus 1
siswa yang mencapai KKM sebanyak 51,5% dan pada siklus 2 terdapat 78,7 %
siswa yang mencapai KKM.

Grafik 4.3 Rata-rata evaluasi siklus 1 dan 2

72

70

68

66
n
i
l 64
a
i 62

60

58

56
siklus 1 siklus 2

Dengan penggunaan model pembelajaran Team Games Tournament ini


telah terjadi peningkatan pada hasil belajar siswa, hal ini sesuai dengan pendapat
yang dikemukakan oleh Isjoni yaitu model pembelajaran merupakan strategi yang
digunakan oleh guru untuk meningkatkan motivasi belajar, sikap belajar
dikalangan siswa, mampu berfkir kritis, memiliki kemampuan sosial dan
pencapaian hasil pembelajaran yang optimal.

60
Hasil belajar siswa sesuai dengan uasaha yang dilakukannya sesuai dengan
pendapat Keller yaitu hasil belajar adalah prestasi aktual yang ditampilkan oleh
anak, hasil belajar dipengaruhi oleh besarnya usaha (perbuatan yang terarah pada
penyelesaian tugas-tugas belajar) yang dilakukan oleh anak.
Anak akan memperoleh hasil yang bagus jika usaha yang dilakukannya
optimal. Karena pemahaman dan struktur kognitif dapat diperoleh seseorang
melalui pengalaman melakukan sesuatu yang dilakukan dengan bersungguh-
sungguh. Hasil belajar yang baik pun dapat dengan jalan melakukan suatu
kegiatan atau dikenal dengan istilah learning by doing.

2. Pembahasan Hasil Observasi


a. Pembahasan Terhadap Kinerja Siswa
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap kinerja siswa, pada siklus 1
ternyata antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran belum maksimal. Hanya
30,3 % siswa yang baik dalam antusias mengikuti pembelajaran. Serta masih
banyak siswa yang belum aktif dalam kegiatan pembelajaran dan ketepatan waktu
dalam mengerjakan tugas. Siswa tidak aktif dalam kegiatan tanya jawab dan juga
permainan kelompok (game). Sebanyak 30,3 % siswa yang baik dalam keaktifan
mengikuti pembelajaran dan sebanyak 24,2% siswa yang baik dalam ketepatan
waktu mengerjakan tugas.
Pada siklus 2, ternyata antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran
terdapat peningkatan. Sebanyak 57,5 % siswa telah antusias mengikuti
pembelajaran. Serta sebanyak 60,6 % siswa aktif dalam mengikuti proses
pembelajaran. Selain itu, ketepatan waktu dalam melaksanakan tugas serta
evaluasi pun telah terjadi peningkatan dari siklus sebelumnya. Sebanyak 51,5 %
siswa dapat melaksanakan tugas dan evaluasi secara tepat waktu.
Grafik 4.4 Keaktifan, antusias dan ketepatan waktu siswa dengan predikat
baik

61
70

60

50
p
e
r 40
s keaktifan
e antusisas
n 30
t ketepatan waktu
a
s 20
e

10

0
siklus 1 siklus 2

Dalam proses pembelajaran, peningkatan akan terjadi apabila siswa ikut


aktif dalam proses pembelajaran, sesuai dengan pengertian belajar yang
dikemukakan oleh Slameto yakni belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Dengan demikian lingkungan dapat mempengaruhi dalam proses
belajar. Jika lingkungan belajar kondusif dan mendukung terhadap proses
pembelajaran, maka hasil yang diperoleh akan lebih optimal.

Hal ini pun sesuai dengan pendapat Thursan Hakim yaitu belajar adalah
suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut
ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti
peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,
keterampilan, daya pikir dan lain-lain. Maka proses pembelajaran dikatakan
berhasil jika terjadi perubahan dalam berbagai aspek pada diri siswa tidak hanya
pada aspek pengetahuan saja.

Melalui pembelajaran yang menyenangkan seperti pembelajaran yang


menggunakan game, dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang kemudian
akan meningkatkan hasil belajar siswa, hal imi sejalan dengan keunggulan model

62
pembelajaran Team Games Tournament yang dikembangkan oleh Slavin yaitu
dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab
dalam belajar dan interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan
motivasi dan memberikan rangsangan untuk berfikir. Hal ini berguna untuk proses
pendidikan jangka panjang.

b. Pembahasan Terhadap Kinerja Guru


Proses pembalajaran akan terjadi komunikasi antara siswa dengan guru.
Jika komunikasi telah berjalan dengan baik, maka akan mudah bagi guru dalam
menyampaikan materi pembelajaran dan siswa pun akan lebih mudah mengerti.
Berdasarkan hasil observasi terhadap kinerja guru dapat diketahui bahwa
pada siklus 1 kinerja guru dalam penggunaan model dan media tidak maksimal
serta bimbingan dan pendekatan pada siswa masih kurang, selain itu pemberian
motivasi pada siswa berupa pujian atau reward masih kurang.
Sedangkan pada siklus 2 kinerja guru pada proses perbaikan pembelajaran
terdapat peningkatan. Media dan model yang digunakan sudah cukup baik, respon
terhadap pertanyaan siswa serta penjelasan mengenai langkah-langkah
pembelajaran terdapat peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa keefektifan
dalam proses pembelajaran telah terjadi perubahan ke arah yang lebih baik.
Penggunaan model pembelajaran yang tepat merupakan salah satu faktor
penentu keberhasilan proses pembelajaran. Jika model yang digunakan bervariasi
juga sesuai dengan materi yang akan disampaikan maka hasil yang diperoleh akan
lebih baik. Sesuai dengan pendapat Isjoni yaitu model pembelajaran merupakan
strategi yang digunakan oleh guru untuk meningkatkan motivasi belajar, sikap
belajar dikalangan siswa, mampu berfkir kritis, memiliki kemampuan sosial dan
pencapaian hasil pembelajaran yang optimal.
Penggunaan model pembelajaran Team Games Tournament dapat
meningkatkan hasil belajar siswa terbukti dengan adanya peningkatan hasil belajar
siswa dari siklus 1 ke siklus 2. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian perbaikan
pembelajaran ini sudah mencapai hasil yang diharapkan yaitu penggunaan model

63
pembelajaran Team Games Tournament dapat meningkatkan hasil belajar siswa
kelas V B SD Negeri 1 Cikidang pada materi pembulatan bilangan.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian perbaikan pembelajaran materi pembulatan
bilangan di kelas V B SD Negeri 1 Cikidang dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Penggunaan model pembelajaran Team Games Tournament dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas V B SD Negeri 1 Cikidang pada
materi pembulatan bilangan, dapat dilihat dari pencapaian rata-rata nilai pada
siklus 1 61,5 terjadi peningkatan dari hasil evaluasi pra siklus yang hanya
mencapai rata-rata 51. Pada siklus 2 rata-rata nilai siswa meningkat menjadi
70,7. Pada siklus 1 siswa yang mencapai KKM sebanyak 51,5% dan pada
siklus 2 terdapat 78,7% siswa yang mencapai KKM.
2. Model pembelajaran Team Games Tournament dapat meningkatkan hasil
belajar siswa kelas V B SD Negeri 1 Cikidang pada materi pembulatan
bilangan dengan cara guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok dan
mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan materi.

64
Kemudian guru mempersiapkan alat-alat untuk permainan, yaitu kartu
permainan yang dilengkapi nomor, skor, pertanyaan dan jawaban mengenai
materi.

B. Saran Tindak Lanjut


Berdasarkan hasil pengamatan selama penelitian perbaikan pembelajaran
dengan menggunakan model Team Games Tournament, maka peneliti dapat
menyampaikan saran-saran yang bermanfaat khususnya bagi peneliti umumnya
bagi guru yang akan melaksanakan model pembelajaran Team Games
Tournament, yaitu sabagai berikut:
1. Guru hendaknya lebih mengoptimalkan penggunaan model Team Games
Tornament dalam proses pembelajaran sebagai salah satu strategi agar siswa
lebih termotivasi dan lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran.
2. Untuk kegiatan kelompok hendaknya disetiap siklus harus diganti personilnya
untuk menilai adakah perubahan dari kelompok tersebut.
3. Karena kegiatan ini sangat bermanfaat khususnya bagi guru dan siswa, maka
diharapkan ada penelitian-penelitian berikutnya menggunakan Team Games
Tournament pada materi lain dan mata pelajaran yang lain.

65

Anda mungkin juga menyukai