Anda di halaman 1dari 91

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan

Belajar merupakan salah satu langkah untuk meningkatkan ilmu

pengetahuan dan menambah wawasan bagi siswa. Namun pada

kenyataannya sekarang, penerapan belajar yang efektif di sekolah masih

sulit diterapkan khususnya pada mata pelajaran Matematika ditingkat

Sekolah Dasar (SD) karena banyak siswa yang kurang menyukai pelajaran

Matematika. Salah satu diantaranya adalah memahami operasi hitung

bilangan dalam pemecahan masalah . Siswa menganggap materi operasi

hitung merupakan materi yang tidak mudah untuk dipahami, sehingga

siswa tidak memiliki minat untuk mempelajari bab ini. Faktor lain yang

menjadi penyebab kurangnya kualitas pembelajaran pada siswa kelas III

SD Katolik Soa diantaranya dalam penyampaian materi pelajaran ini guru

hanya memfokuskan penyampaian informasi kepada siswa, melalui

ceramah.

Guru dapat menggunakan metode pembelajaran yang ada untuk

meningkatkan prestasi belajar siswa. Menentukan metode pembelajaran

yang sesuai sangat diperlukan oleh guru, sehingga dapat memudahkan

siswa dalam memahami pokok bahasan yang disampaikan oleh guru.

Menurut Purwoto (1997:43), arti metode pembelajaran merupakan cara

mengajar yang tepat dilakukan oleh guru dalam proses belajar mengajar.
1
Metode pembelajaran ini memiliki tujuan, agar guru berprestasi dalam

mengajar dan dapat mencapai tujuan atau mengenai sasaran. Tujuan yang

ingin dicapai oleh guru diantaranya menciptakan suasana aktif di dalam

kelas selama proses belajar mengajar berlangsung. Terciptanya suasana

yang aktif di dalam kelas akan berdampak baik bagi siswa, sehingga siswa

akan mudah menyerap materi yang diberikan oleh guru. Metode

pembelajaran dapat digunakan untuk semua bidang studi.

Pendidikan mempunyai fungsi yang strategis dalam pembangunan

bangsa, karena pendidikan diperlukan untuk mempersiapkan sumber daya

manusia yang akan menjadi pelaksana pembangunan di segala bidang

kehidupan. Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar yang

dilakukan untuk membentuk dan mengembangkan sumber daya manusia

yang berkualitas. Pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas

ini merupakan tugas utama pendidikan melalui kegiatan pendidikan yaitu

mendidik, mengajar, melatih dan membina manusia pada umumnya

dalam memanusiakan manusia muda menjadi manusia dewasa ataupun

merubah pengetahuan, sikap dan keterampilannya menjadi baik dan

bermutu.

Dalam lembaga pendidikan formal khususnya SD, sudah tentu

persoalannya hampir sama yakni berusaha mendidik peserta didik tersebut

agar memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan yang sesuai dengan

jenjang pendidikan. Keberhasilan pendidikan di sekolah kalau dikaji

secara menyeluruh dan mendalam maka pada hakikatnya dapatlah kita

2
temukan bahwa unsur yang paling dominan dan sangat berperan serta

turut mewarnai berbagai bentuk, corak dan mutu pendidikan, terletak pada

diri guru sebagai tenaga edukatif, tenaga pengajar dan memiliki kode etik

tertentu yang harus ditaati oleh setiap guru.

Peranan guru dalam pengelolaan kegiatan belajar mengajar diakui

sangat penting. Guru sebagai pusat bagi produktivitas sekolah (Haris,

1979:28). Guru merupakan satu-satunya, komponen yang dapat

mengubah komponen-komponen lain menjadi bervariasi, (Arikunto, 1990

:19). Peranan guru dapat menentukan kualitas kelulusan sekolah dan mutu

pendidikan pada umumnya (Harriwung, 1989:13).

Sebagai pengajar dan pendidik, guru merupakan salah satu faktor

penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan. Itulah sebabnya setiap ada

inovasi pendidikan, khususnya dalam kurikulum dan peningkatan sumber

daya manusia yang dihasilkan dari upaya pendidikan selalu bermuara

pada faktor guru. Hal ini memerlukan peran guru dalam dunia pendidikan.

Demikian pun dalam upaya membelajarkan siswa, guru dituntut memiliki

multi peran sehingga mampu menciptakan kondisi belajar mengajar yang

efektif.

Agar dapat mengajar secara efektif, guru harus meningkatkan

kesempatan belajar siswa dengan cara melibatkan siswa secara aktif

dalam belajar. Mulai dari awal sampai akhir kegiatan, guru harus dapat

menunjukkan peran di kelas secara optimal, sehingga dapat

3
membangkitkan minat/ motivasi siswa untuk belajar. Selain itu, guru

diharapkan mampu menciptakan suasana atau iklim belajar mengajar

yang memotivasi siswa untuk senantiasa belajar dengan baik dan

bersemangat. Dengan iklim belajar mengajar yang sehat dan merangsang

dapat menunjang siswa dalam belajar, maka akan berdampak positif

dalam pencapaian prestasi belajar yang optimal. Untuk itu, seyogyanya

guru memiliki kemampuannya dalam memilih dan menggunakan metode

mengajar yang tepat (Ahmad, 1988 : 17).

Sebagaimana kita ketahui bahwa metode mengajar merupakan sarana

interaksi guru dengan siswa di dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan

demikian yang perlu diperhatikan adalah ketepatan memilih metode

mengajar hendaknya sesuai dengan jenis metode, isi materi pelajaran dan

tujuan pembelajaran serta kemampuan guru dalam memahami dan

melaksanakan metode mengajar tersebut.

Sebagai konsekwensi logis dan ketidaktepatan penggunaan metode ini

sering menimbulkan kebosanan, kurang dipahami bergaya monoton dan

pada akhirnya siswa menjadi apatis dan proses belajar mengajar terkesan

kering dan tidak menarik. Untuk menghindari ketidakefektifan metode

ini, maka guru hendaknya lebih cermat memilih dan menggunakan

metode yang banyak melibatkan siswa secara aktif. Semakin banyak

siswa yang terlibat aktif dalam belajar, maka semakin tinggi kemungkinan

prestasi belajar yang dicapai akan diraih oleh siswa (Roestiyah, 1989:13).

4
Salah satu dari beberapa metode dalam pembelajaran, adalah metode

pemberian tugas. Metode pemberian tugas/ penugasan adalah cara dalam

proses pembelajaran bilamana guru memberi tugas tertentu dan murid

mengerjakannya, kemudian tugas tersebut dipertanggungjawabkan kepada

guru. Metode pemberian tugas tidak sebatas pada pekerjaan rumah, tapi

lebih luas dari itu. Tugas bisa dilaksanakan di rumah, di sekolah, di

perpustakaan, dan di tempat lainnya. Metode pemberian tugas

merangsang peserta didik aktif belajar baik secara individual maupun

secara kelompok. Oleh karena itu, tugas dapat diberikan secara individual

dan dapat pula secara kelompok.

Harapan peneliti sesuai dengan uraian latar belakang di atas adalah

setelah pembelajaran dengan menggunakan metode pemberian tugas ada

pertumbuhan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran

Matematika,sehingga prestasi belajar siswa kelas III SD Katolik Soa

perlahan-lahan meningkat dan pada akhirnya siswa senang mempelajari

ilmu Matematika

Berdasarkan paparan di atas, maka peneltian ini berjudul

“Peningkatan prestasi belajar matematika tentang operasi perkalian

melalui metode pemberian tugas bagi siswa kelas III SD Katolik Soa

Kabupaten Ngada”.

5
B. Permasalahan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan penelitian “Apakah metode pemberian tugas dapat meningkatkan

prestasi belajar tentang operasi perkalian bagi siswa kelas III SD Katolik Soa”?

1. Bentuk Tindakan Pemecahan Masalah

Untuk memecahkan masalah pembelajaran dalam pembelajaran

tentang operasi perkalian melalui metode pemberian tugas maka langkah-

langkah yang digunakan sebagai berikut :

1) Tahap Perencanaan

Merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan

masalah pembelajaran yang di hadapi

2) Tahap Pelaksanaan

Melakukan Pembelajaran sesuai dengan langkah – langkah yang

dalam RPP

3) Tahap Observasi

Mengadakan Observasi dan Tes

4) Tahap Refleksi

Melakukan Refleksi guna mencatat kelebihan dan kekurangan dari

guru dan siswa dalam pembelajaran di siklus I guna melanjutkan ke

siklus II

6
5) Tujuan Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan

prestasi belajar siswa tentang operasi perkalian melalui metode

pemberian tugas bagi siswa kelas III SD Katolik Soa

6) Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Metode pemberian tugas dilaksanakan agar peserta didik

memiliki hasil belajar yang lebih baik karena peserta didik

melaksanakan latihan-latihan selama mengerjakan tugas, sehingga

pengalaman peserta didik dalam mempelajari sesuatu dapat lebih

terintegrasi. Hal itu disebabkan peserta didik mendalami situasi

atau pengalaman yang berbeda ketika menghadapi masalah-

masalah baru.

2. Manfaat Praktis

2.1 Bagi Siswa

Melatih siswa untuk dapat berpikir kritis,kreatif dan

inovatif dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dan

menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam menyelesaikan

tugas yang diberikan guru serta melatih kemandirian siswa

dalam menyelesaikan soal matematika yang diberikan guru

sehingga proses pembelajaran matematika lebih bermakna.


7
2.2. Bagi Guru

Memotivasi guru untuk lebih berinovasi dan kreatif

dalam pembelajaran sehingga mampu menggunakan multi

metode dalam pembelajaran di kelas dan metode pemberian

tugas dapat menjadi rujukkan bagi guru dalam pelaksanaan

kegiatan pembelajaran matematika di sekolah.

2.3. Bagi Sekolah

Penggunaan metode pemberian tugas ini dapat dijadikan

referensi guru dalam pembelajaran di kelas terutama dalam

pencapaian ketuntasan pembelajaran Matematika khususnya

dan mata pelajaran lain umumnnya sehingga kualitas

pembelajaran lebih bermakna.

2.3 Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam

mengadakan penelitian selanjutnya yang lebih mendalam.

8
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep pembelajaran Matematika

Herman H (1990:63) menyatakan “konsep adalah suatu ide atau gagasan yang

dibentuk dengan memandang sifat-sifat yang sama dari sekumpulan eksemplar

yang cocok”. Dengan perkataan lain, jika kita dapat menemukan lebih dari satu

fakta dari suatu ide maka kita menyebutnya sebagai suatu konsep.

Sedangkan Mulyono Abdurrahman (2008) mengatakan bahwa “konsep

menunjuk pada pemahaman dasar. Siswa mengembangkan suatu konsep ketika

mereka mampu mengklasifikasikan atau mengelompokkan benda-benda atau

ketika mereka dapat mengasosiasikan suatu nama dengan kelompok benda

tertentu”. Sebagai contoh anak mengenal konsep segi empat sebagai suatu bidang

yang dikelilingi oleh empat garis lurus. Pemahaman anak ketika anak menghitung

perkalian 4 × 10 = 40, 3 × 10 = 30, dan 12 × 10 = 120, anak memahami konsep

perkalian 10, yaitu bilangan tersebut diikuti dengan 0.

Penanaman konsep matematika pada anak yang paling mendasar adalah

pemahaman tentang operasi hitung. Untuk mengajarkan konsep operasi hitung

pada anak harus senantiasa memperhatikan tahap perkembangan berpikir anak.

Pada tahap awal konsep operasi hitung yang diajarkan adalah konsep penjumlahan

untuk bilangan natural (asli). Mengingat konsep matematika sesungguhnya

bersifat abstrak, namun tahap berpikir anak untuk usia Sekolah dasar biasanya
9
masih bersifat pra-abstrak, maka guru atau orang tua harus berupaya untuk

mengkonkretkan konsep yang abstrak tersebut agar anak tidak merasa kesulitan.

Konsep-konsep Operasi Hitung Dasar adalah konsep yang mendasari operasi

hitung dasar yang meliputi penjumlahan (penambahan), pengurangan, perkalian

dan pembagian (Ruseffendi, dalam Romi, 2010:17). Belajar konsep merupakan

unsur penting dalam belajar di sekolah, khususnya dalam matematika. Penguasaan

terhadap banyak konsep, memungkinkan seseorang dapat memecahkan masalah

dengan lebih baik sebab untuk memecah masalah perlu aturan-aturan, dan

aturan-aturan tersebut didasarkan pada konsep-konsep yang dimiliki.

Dalam pendidikan matematika terdapat dua macam pengetahuan matematika,

yaitu pengetahuan konsep dan pengetahuan prosedur. Pengetauan konsep adalah

pengetahuan yang berisi banyak hubungan atau jaringan ide. Atau dapat juga

diartikan pengetahuan konsep adalah sebuah kumpulan titik yang menyatu dan

hubungan-hubungan diantaranya. Pengetahuan konsep lebih dari sekedar ide

tunggal. Sebagaimana Hibert dan Carpenter secara ringkas menyatakan,

pengetahuan konsep adalah “pengetahuan yang dipahami.” (Van De Welle,

2006:29)

Pengetahuan prosedur tentang matematika adalah pengetahuan tentang aturan

atau cara yang digunakan untuk menyelesaikan tugas-tugas matematika.

Pengetahuan prosedur mencakup pengetahuan tentang langkah demi langkah

melakukan tugas seperti 3 + 5, 6-1, 4 x 7, 10 : 2. Sebagai contoh.” Untuk

menjumlahkan dua bilangan dengan tiga digit, pertama tambahkan bilangan-

10
bilangan pada digit paling kanan. Jika hasilnya 10 atau lebih letakkan 1 di atas

kolom kedua dan tulis digit yang lain dibawah kolom paling kanan. Lakukan

secara serupa untuk dua kolom berikutnya secara berurutan. Kita dapat

menyatakan bahwa seseorang yang dapat menyelesaikan tugas seperti ini telah

mempunyai pengetahuan prosedur tersebut. Pengetahuan tentang symbol seperti

(9-5) x 3 = 12, ≠, ≥, ±, dan lainnya juga merupakan bagian dari pengetahuan

prosedur tentang matematika.

Pengetahuan prosedur tentang matematika mempunyai peran yang sangat

penting baik dalam belajar maupun mengerjakan matematika. Prosedur yang

berupa algoritma membantu kita mengerjakan tugas rutin dengan mudah dan

dengan demikian memberi kebebasan kepada otak untuk berkonsentrasi pada

tugas-tugas yang lebih penting. Penggunaan symbol merupakan cara yang

berguna untuk menyampaikan ide-ide matematika kepada orang lain. Namun

keterampilan dalam penggunaan prosedur tidak akan membantu mengembangkan

pengetahuan konsep yang terkait dengan prosedur tersebut. Misalnya,

mengerjakan pembagian panjang yang tidak berakhir tidak akan membantu anak

memahami apa arti pembagian. Kenyataannya, anak-anak yang terampil

denganprosedur tertentu tidak dapat memberikan arti tentang prosedur tersebut.

Dari sisi keuntungan belajar matematika, pertanyaan tentang bagaimana

perosedur dan konsep dapat dikaitkan jauh lebih penting dari pada kegunaan

prosedur itu sendiri. Pada umumnya bahwa aturan bersifat prosedural seharusnya

jangan diajarkan tanpa disertai konsep, meskipun pada kenyataannya sangat

sering dilakukan. Prosedur-prosedur tahap dasar konsep ini hanyalah merupakan


11
aturan tanpa alasan yang akan membawa kepada kesalahan dan ketidaksukaan

terhadap matematika. Semua prosedur matematika dapat dan harus dikaitkan

dengan ide-ide konseptual yang menjelaskan mengapa prosedur tersebut berlaku.

Pelajaran Matematika terutama perkalian adalah salah satu pelajaran yang

menurut siswa tertentu dianggap sebagai mata pelajaran yang membosankan. Dan

hal ini tentu saja berpengaruh terhadap motivasi anak untuk belajar yang

selanjutnya pula berdampak pada kemampuan menyerap mata pelajaran tersebut.

Pengertian Matematika Menurut Riedesel: Matematika adalah kumpulan

kebenaran dan aturan, matematika bukanlah sekedar berhitung. Matematika

merupakan sebuah bahasa, kegiatan pembangkitan masalah dan pemecahan

masalah, kegiatan menemukan dan mempelajari pola serta hubungan.

Pengertian Matematika Menurut Prof. Dr. Andi Hakim Nasution: matematika

adalah ilmu struktur, urutan (order), dan hubungan yang meliputi dasar-dasar

perhitungan, pengukuran, dan penggambaran bentuk objek.

Pengertian Matematika Menurut Susilo: Matematika bukanlah bukanlah

sekedar kumpulan angka, simbol, dan rumus yang tidak ada kaitannya dengan

dunia nyata. Justru sebaliknya, matematika tumbuh dan berakar dari dunia nyata.

Pengertian Matematika Menurut Suwarsono: Matematika adalah ilmu yang

memiliki sifat khas yaitu; objek bersifat abstrak, menggunakan lambang-lambang

yang tidak banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, dan proses berpikir

yang dibatasi oleh aturan-aturan yang ketat.

12
B. Operasi perkalian.

Perkalian sebagai penjumlahan berganda, memerlukan tahap berpikir yang

lebih kompleks pada diri anak. Oleh karena itu jika anak tampak belum siap

memulai materi perkalian sebaiknya diingatkan kembali tentang operasi

penjumlahan

Perkalian merupakan operasi Matematika yang mengalikan suatu angka

dengan angka lainnya sehingga menghasilkan nilai tertentu yang pasti. Simbol

untuk operasi perkalian adalah tanda silang (x).Contoh: 2x5=10,5 dijumlahkan

sebanyak 2 kali (5+5) hasilnya tetap 10

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa perkalian adalah

penjumlahan berulang.

Perkalian merupakan proses aritmatika dasar di mana satu bilangan

dilipatgandakan sesuai dengan bilangan pengalinya. Secara sederhana dapat

dikatakan bahwa perkalian adalah penjumlahan berulang.

Contoh: 3 x 5 = 15

13
Operasi di atas dibaca tiga kali lima, atau bilangan 5 dilipatgandakan sebanyak

3 kali atau dalam bentuk penjumlahan berulang berarti 5+5+5=15.

Perkalian adalah operasi matematika penskalaan satu bilangan dengan

bilangan lain. Operasi ini adalah salah satu dari empat operasi dasar di dalam

aritmetika dasar (yang lainnya adalah perjumlahan, perkurangan, dan

perbagian).Perkalian terdefinisi untuk seluruh bilangan di dalam suku-suku

perjumlahan yang diulang-ulang; misalnya, 3 dikali 4 (seringkali dibaca "3 kali

4") dapat dihitung dengan menjumlahkan 3 salinan dari 4 bersama-sama:

3x4=4+4+4=12

Perkalian bilangan rasional (pecahan) dan bilangan real didefinisi oleh

perumumam gagasan dasar ini.Perkalian dapat juga digambarkan sebagai

pencacahan objek yang disusun di dalam persegi panjang (untuk semua bilangan)

atau seperti halnya penentuan luas persegi panjang yang sisi-sisinya memberikan

panjang (untuk bilangan secara umum). Balikan dari perkalian adalah perbagian:

ketika 3 kali 4 sama dengan 12, maka 12 dibagi 3 sama dengan 4

C. Pengertian prestasi belajar

Prestasi belajar adalah harapan bagi setiap murid yang sedang mengikuti

proses pembelajaran di sekolah serta harapan bagi wali murid dan guru. Kata

Prestasi belajar adalah suatu pengertian yang terdiri atas dua kata yaitu Prestasi

dan kata belajar, dimana masing-masing mempunyai arti berbeda. Prestasi belajar

banyak didefinisikan, seberapa jauh hasil yang sudah didapat siswa dalam
14
penguasaan tugas-tugas atau materi pelajaran yang diterima dalam waktu

tertentu.Pada umumnya prestasi belajar dinyatakan dalam angka atau huruf untuk

membandingkan dengan satu kriteria. Prestasi belajar adalah kemampuan bagi

murid dalam pencapaian berfikir yang tinggi. Harus dimiliki tiga aspek dalam

prestasi belajar yaitu kognitif,aspek afektif, dan aspek psikomotorik.

Definisi prestasi belajar merupakan hasil yang didapat dengan baik pada

seorang siswa baik dalam pendidikan atau bidang keilmuan. Siswa memperoleh

prestasi belajar dari hasil yang telah dicapai oleh siswa yang diperoleh dari proses

belajar,sehingga prestasi belajar dapat didefinisikan sebagai hasil pencapaian yang

maksimal menurut kemampuan siswa pada waktu tertentu pada sesuatu yang

dipelajari,dikerjakan ,dimengerti dan diterapkan.

Seluruh pelaku pendidikan yaitu,siswa,orang tua, dan guru tentu ingin

tercapainya sebuah prestasi yang baik. Prestasi belajar yang baik adalah salah satu

indikator akan keberhasilan proses belajar. Tapi, kenyataannya tidak semua siswa

bisa mendapat prestasi belajar yang baik. Baikdan buruknya prestasi belajar yang

diperoleh siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah metode

yang diterapkan guru dalam memberikan pelajaran di kelas dan juga

pendampingan orang tua di rumah.

Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam melakukan

kegiatan. Gagne (1985:40) menyatakan bahwa prestasi belajar dibedakan menjadi

lima aspek, yaitu : kemampuan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal,

sikap dan keterampilan. Menurut Bloom dalam Suharsimi Arikunto (1990:110)

bahwa hasil belajar dibedakan menjadi tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan

15
psikomotorik. Prestasi merupakan kecakapan atau hasil kongkrit yang dapat

dicapai pada saat atau periode tertentu. Berdasarkan pendapat tersebut, prestasi

dalam penelitian ini adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam proses

pembelajaran.

Winkel (1996:226) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan bukti

keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Maka prestasi belajar merupakan

hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha

belajar. Sedangkan menurut Arif Gunarso (1993 : 77) mengemukakan bahwa

prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah

melaksanakan usaha-usaha belajar.

Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal dengan tes

prestasi belajar. Menurut Saifudin Anwar (2005 : 8-9) mengemukakan tentang tes

prestasi belajar bila dilihat dari tujuannya yaitu mengungkap keberhasilan

sesorang dalam belajar. Testing pada hakikatnya menggali informasi yang dapat

digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Tes prestasi belajar berupa tes

yang disusun secara terrencana untuk mengungkap performasi maksimal subyek

dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan. Dalam kegiatan

pendidikan formal tes prestasi belajar dapat berbentuk ulangan harian, tes

formatif, tes sumatif, bahkan ebtanas dan ujian-ujian masuk perguruan tinggi.

Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seseorang dalam pengusasaan

pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan dalam pelajaran, lazimnya

ditunjukkan dengan tes angka nilai yang diberikan oleh guru. Menurut Hetika (

2008: 23 ), prestasi belajar adalah pencapaian atau kecakapan yang dinampakkan

16
dalam keahlian atau kumpulan pengetahuan. Harjati ( 2008: 43 ), menyatakan

bahwa prestasi merupakan hasil usaha yang dilakukan dam menghasilkan

perubahan yang dinyatakan dalam bentuk simbol untuk menunjukkan kemampuan

pencapaian dalam hasil kerja dalam waktu tertentu. Pengtahuan , pengalaman dan

keterampilan yang diperoleh akan membentuk kepribadian siswa, memperluas

kepribadian siswa, memperluas wawasan kehidupan serta meningkatkan

kemampuan siswa. Bertolak dari hal tersebut maka siswa yang aktif melaksanakan

kegiatan dalampembelajaran akan memperoleh banyak pengalaman. Dengan

demikian siswa yang aktif dalam pembelajaran akan banyak pengalaman dan

prestasi belajarnya meningkat. Sebaliknya siswa yang tidak aktif akan

minim/sedikit pengalaman sehingga dapat dikatakan prestasi belajarnya tidak

meningkat atau tidak berhasil.

Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai siswa setelah mengadakan aktivitas

belajar. Menurut Benyamin S. Bloom (dalam Aswa S.1989:14), prestasi belajar

adalah keberhasilan seseorang dalam hal ini belajar. Zainal Arifin (dalam evaluasi

intruksional,1999:20), mengatakan prestasi belajar merupakan suatu masalah yang

bersifat prenial dalam sejarah kehidupan manusia, selaku prestasi menurut bidang

dan kemampuannya masing-masing.

Dari pendapat diatas dapat di simpulkan bahwa prestasi belajar adalah.

Prestasi ini dapat dinyatakan dengan nilai yang di peroleh dari tes terhadap semua

materi pelajaran. Pada umumnya siswa mempunyai taraf penguasaan terhadap

pelajaran berbeda-beda. Hal ini di sebabkan karena siswa memiliki perbedaan

17
minat, bakat, kecerdasan serta cara kebiasaan yang pada akhirnya menyebabkan

prestasi belajar pada individu tidak sama.

D. Pengertian belajar

Menurut Winkel, Belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang

berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan

perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman.

Menurut Ernest R. Hilgard dalam (Sumardi Suryabrata, 1984:252) belajar

merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian

menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan yang

ditimbulkan oleh lainnya.

Sedangkan Pengertian Belajar menurut Gagne dalam bukunya The

Conditions of Learning 1977, belajar merupakan sejenis perubahan yang

diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang keadaaannya berbeda dari

sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan

yang serupa itu. Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan.

Berbeda dengan perubahan serta-merta akibat refleks atau perilaku yang

bersifat naluriah.

Moh. Surya (1981:32), definisi belajar adalah suatu proses usaha yang

dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya

18
dengan lingkungan. Kesimpulan yang bisa diambil dari kedua pengertian di atas,

bahwa pada prinsipnya, belajar adalah perubahan dari diri seseorang.

Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Belajar adalah

suatu proses dimana suatu organisasi mengalami perubahan pada perilakunya

sebagai akibat pengalaman.

Dalam proses belajar biasanya terjadi perubahan tingkah laku. Sebagai

tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu

terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa

memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Lingkungan yang di pelajari

oleh siswa berupa keadaan alam, benda-benda atau lain-lain yang di jadikan bahan

ajar. Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri,

mendengarkan, mengikuti petunjuk/arahan.

Belajar adalah perubahan dalam penampilan sebagai hasil praktek. Dari ketiga

definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan

perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya

dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga

belajar itu akan lebih baik kalau si subyek belajar itu mengalami atau

melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik. Belajar sebagai kegiatan individu

sebenarnya merupakan rangsangan-rangsangan individu yang dikirim kepadanya

oleh lingkungan. Dengan demikian terjadinya kegiatan belajar yang dilakukan

oleh seorang idnividu dapat dijelaskan dengan rumus antara individu dan

lingkungan.
19
Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan

yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin dicapai. Untuk

meningkatkan prestasi belajar yang baik perlu diperhatikan kondisi internal dan

eksternal. Kondisi internal dalah kondisi atau situasi yang ada dalam diri siswa,

seperti kesehatan, keterampilan, kemapuan dan sebaginya. Kondisi eksternal

adalah kondisi yang ada di luar diri pribadi manusia, misalnya ruang belajar yang

bersih, sarana dan prasaran belajar yang memadai.

Dari beberapa pengertian belajar di atas maka dapat disimpulkan

bahwa semua aktivitas mental atau psikis yang dilakukan oleh seseorang sehingga

menimbulkan perubahan tingkah laku yang berbeda antara sesudah belajar dan

sebelum belajar.

E. Metode

Secara etimologis, metode berasal dari kata 'met' dan 'hodes' yang berarti

melalui. Sedangkan istilah metode adalah jalan atau cara yang harus ditempuh

untuk mencapai suatu tujuan. Sehingga dua hal penting yang terdapat dalam

sebuah metode adalah : cara melakukan sesuatu dan rencana dalam pelaksanaan.

Metode mengajar adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk melakukan

aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari guru dan siswa

untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga sehingga

proses belajar berjalan dengan baik dalam arti tujuan pendidikan tercapai. Agar

tujuan pendidikan tercapai sesuai dengan yang telah di rumuskan oleh guru, maka

20
guru perlu mengetahui, mempelajari beberapa metode mengajar, serta di

praktekan pada saat mengajar.

Metode Pembelajaran adalah suatu cara atau upaya yang dilakukan oleh para

pendidik agar proses belajar-mengajar pada siswa tercapai sesuai dengan tujuan.

Metode pembelajaran ini sangat penting di lakukan agar proses belajar mengajar

tersebut nampak menyenangkan dan tidak membuat para siswa tersebut suntuk,

dan juga para siswa tersebut dapat menangkap ilmu dari tenaga pendidik tersebut

dengan mudah.

F. Metode pemberian tugas

Metode pemberian tugas merupakan suatu metode mengajar yang diterapkan

dalam proses belajar mengajar. Metode pemberian tugas memiliki tujuan agar

siswa menghasilkan hasil belajar yang lebih mantap, karena siswa melaksanakan

latihan-latihan selama melakukan tugas, sehingga pengalaman siswa dalam

mempelajari sesuatu menjadi lebih terintegrasi. (Roestiyah, Strategi Belajar

Mengajar ; hal.132)

Dengan pengertian lain tugas ini jauh lebih luas dari pekerjaan rumah karena

metode pemberian tugas diberikan dari guru kepada siswa untuk diselesaikan dan

dipertanggung jawabkan. Siswa dapat menyelesaikan di sekolah, atau dirumah

atau di tempat lain yang kiranya dapat menunjang penyelesaian tugas tersebut,

baik secara individu atau kelompok. Tujuannya untuk melatih atau menunjang

terhadap materi yang diberikan dalam kegiatan intra kurikuler, juga melatih

tanggung jawab akan tugas yang diberikan. Lingkup kegiatannya adalah tugas
21
guru bidang studi di luar jam pelajaran tatap muka. Tugas ditetapkan batas

waktunya, dikumpulkan, diperiksa, dinilai, dan dibahas tentang hasilnya. Dalam

memberikan tugas kepada siswa, guru harus memperhatikan hal-hal berikut ini :

Memberikan penjelasan mengenai

1. Tujuan penugasan

2. Bentuk pelaksanaan tugas

3. Manfaat tugas

4. Bentuk Pekerjaan

5. Tempat dan waktu penyelesaian tugas

6. Memberikan bimbingan dan dorongan

7. Memberikan penilaian

Adapun jenis-jenis tugas yang dapat diberikan kepada siswa yang dapat

membantu berlangsungnya proses belajar mengajar :

1. Tugas membuat rangkuman

2. Tugas membuat makalah

3. Menyelesaikan soal

4. Tugas mengadakan observasi

5. Tugas mempraktekkan sesuatu

6. Tugas mendemonstrasikan observasi

Metode pemberian tugas ini dalam pelaksanaannya memiliki beberapa

kelebihan disamping juga mempunyai beberapa kelemahan. Adapun kelebihan


22
metode pemberian tugas diantaranya adalah Metode ini merupakan aplikasi

pengajaran modern disebut juga azas aktivitas dalam mengajar yaitu guru

mengajar harus merangsang siswa agar melakukan berbagai aktivitas sehubungan

dengan apa yang dipelajari, sehingga :

1. Dapat memupuk rasa percaya diri sendiri

2. Dapat membina kebiasaan siswa untuk mencari, mengolah

menginformasikan dan dan mengkomunikasikan sendiri.

3. Dapat mendorong belajar, sehingga tidak cepat bosan

4. Dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa

5. Dapat mengembangkan kreativitas siswa

6. Dapat mengembangkan pola berfikir dan ketrampilan anak.

Adapun kelemahan metode pemberian tugas

1. Tugas tersebut sulit dikontrol guru kemungkinan tugas itu dikerjakan

oleh orang lain yang lebih ahli dari siswa.

2. Sulit untuk dapat memenuhi pemberian tugas

3. Pemberian tugas terlalu sering dan banyak, akan dapat menimbulkan

keluhan siswa,

4. Dapat menurunkan minat belajar siswa kalau tugas terlalu sulit

5. Pemberian tugas yangmonoton dapat menimbulkan kebosanan siswa

apabila terlalu sering.

6. Khusus tugas kelompok juga sulit untuk dinilai siapa yang aktif.

23
Pemberian tugas merupakan sarana yang baik untuk merangsang dan

mengarahkan kegiatan belajar, baik didalam maupun diluar kelas. Tugas

membantu para siswa mengembangkan sikap yang baik (favorable) terhadap

pekerjaan yang dilakukan. Melalui penyelesaian tugas, para siswa mendapat

kepercayaan diri karena pencapaiannya, dan setiap tugas yang diselesaikan

dipandang sebagai motivasi untuk mengerjakan lebih baik pemberian tugas dapat

merupakan sarana untuk mengembangkan kebiasaan belajar yang baik dan kerja

yang tidak tergantung. Dalam hubungan antara metode pemberian tugas dengan

kegiatan belajar. Aquino(1974:236), menyatakan bahwa meskipun perencanaan

dan penyelenggaraan penugasan merupakan pekerjaan yang sulit untuk guru–guru

tertentu, usaha ini dapat memberikan keuntungan yang besar dalam artian

perkembangan para siswanya.

Simmons (1970) melaporkan penelitian yang diselenggarakan di Tunisia

untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah. Sebagai variabel dependennya

adalah hasil belajar bahasa, pada siswa–siswa diperkotaan. Temuan penelitiannya

baik pada jenjang pendidikan dasar maupun menengah, menunjukan adanya

hubungan positif yang signifikan (p < 0,05) antara pemberian tugas dengan

peningkatan hasil belajar bahasa. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian

adalah regresi ganda.

Thorndike (1973) melaporkan hasil penelitiannya di Chile dengan populasi

penelitian murid–murid sekolah dasar. Sebagai variabel dependennya adalah hasil

belajar membaca dan science , Dalam hal ini biologi. Thorndike menggunakan

teknik analisis regresi ganda. Temuan penelitiannya adalah bahwa terdapat


24
hubungan atau pengaruh positif antara pemberian tugas (assigment) dengan hasil

belajar mata pelajaran matematika dan science, pada tingkat signifikansi (p <

0,05). Masih penelitian di Chili, di sekolah menengah Schiefelbein Farrell (1973)

melaporkan penelitiannya tentang pengaruh pemberian tugas terhadap

peningkatan hasil belajar pada mata pelajaran bahasa dan matematika. Temuan

penelitiannya adalah bahwa terdapat pengaruh yang signifikan (p < 0.05)

pemberian tugas terhadap meningkatan hasil belajar bahasa dan matematika.

Heynema dan Loxely (1983: 1162–1194) menyelenggarakan penelitian

mengenai hubungan antara tugas dan hasil belajar. Penelitiannya dilakukan di

Botswana untuk jenjang pendidikan dasar. Dua mata pelajaran yang dijadikan

penelitian adalah hasil belajar mata pelajaran sciennce dan matematika. Melalui

penelitian ini ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara pemberian tugas

dengan peningkatan hasil belajar.

Comber dan Keeves (1973) melaporkan sekaligus tiga penelitiannya di Iran,

India dan Thailand. Sebagai variabel dependennya adalah hasil belajar membaca

dan science. Ternyata tidak terdapat keajegan dalam temuan penelitian ini. Pada

kasus di Iran, di temukan hubungan positif yang signifikan (p < 0.05). Sedang

pada kasus di India dan Thailand, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara

pemberian tugas dengan peningkatan hasil belajar matematika. Penelitian yang

memerlukan ujian yang keseluruhan (comprehensive exam) sebagai variabel

dependen dilakukan di Brazilia. Penelitian itu berpopulasi siswa di pedesaan.

Temuannya menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pemberian

25
tugas dengan hasil belajar pada keseluruhan mata pelajaran pada taraf signifikan

(p < 0.05), sebagai di laporkan (Armitage et al., 1986).

Sumadji Sastrosuparno (1986) melakukan penelitian tentang pengaruh tugas

pekerjaan rumah terstruktur terhadap prestasi belajar. Perlakuan pemberian tugas

pekerjaan rumah terstruktur kepada siswa dilakukan setiap selesai kegiatan kuliah

pada mata pelajaran biologi vertebrata selama satu semester. Rancangan

penelitian ini adalah pre–post test dengan dua kelompok, yaitu kelompok R1

sebagai kelompok eksperimen dan kelompok R2 sebagai kelompok kontrol.

Penelitian ini tidak menemukan perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar

siswa yang mendapatkan tugas pekerjaan rumah tersruktur dengan siswa yang

tidak mendapatkan tugas.

Penelitan–penelitian tersebut, menunjukkan bahwa enam dari sembilan studi

menemukan frekuensi atau adanya pemberian tugas (assigment maupun

homework) berhubungan secara positif dan sinifikan dengan hasil belajar.

a. Langkah-langkah metode pemberian tugas

Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya mempertimbangkan:

a) Tujuan yang akan dicapai

b) Jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga anak mengerti apa yang

ditugaskan tersebut.

c) Sesuai dengan kemampuan siswa

d) Ada petunjuk/sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa

26
e) Sediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut.

b. Langkah pelaksanaan tugas

a) Diberikan bimbingan/pengawasan oleh guru

b) Diberikan dorongan sehingga anak mau bekerja

c) Diusahakan/dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak menyuruh orang lain

d) Dianjurkan agar siswa mencatat hasil-hasil yang ia peroleh dengan

baik.

c. Fase mempertanggungjawabkan tugas

a) Laporan siswa baik lisan/tertulis dari apa yang telah dikerjakan

b) Ada tanya jawab/diskusi kelas

c) Penilaian hasil pekerjaan siswa baik dengan tes maupun nontes

G. Kerangka Berpikir ( Menurut Peneliti)

PEMBELAJARAN
MATEMATIKA

OPERASI PERKALIAN

METODE PEMBERIAN TUGAS

PRESTASI BELAJAR

27
Keterangan:

Dalam pembelajaran, apabila guru menggunakan metode

pemberian tugas pada pembelajaran matematika tentang operasi

perkalian,maka motivasi siswa untuk belajar matematika

bertumbuh sehingga prestasi belajar siswa kelas III SDK Soa

meningkat.

H. Hipotesis Tindakan

Jika pembelajaran Matematika tentang Operasi Perkalian dengan

menggunakan Metode Pemberian Tugas maka prestasi belajar siswa kelas III

SD Katolik Soa akan meningkat.

28
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi penelitian

Yang menjadi lokasi dalam penelitian ini yakni SD Katolik Soa, Kecamatan

Soa, Kabupaten Ngada

B. Subyek penelitian

Kerlinger (1978) bahwa subyek penelitian itu adalah responden, yaitu orang

yang memberi respon atas suatu perlakuan yang diberikan kepadanya.Yang

menjadi subyek dalam penelitian ini yakni siswa kelas III SD Katolik

Soa,Kecamatan Soa, Kabupaten Ngada dengan jumlah keseluruhan 32 orang

dengan rincian 17 orang laki-laki dan 15 orang perempuan.

C. Rencana Tindakan / Kegiatan

Kegiatan penelitian direncanakan bulan Februari 2014 s/d bulan Mei 2014.

Penelitian tindakan kelas (PTK) menggunakan II siklus yang dilalui dengan 4

tahap yaitu :

SIKLUS I

1. Perencanaan

Tahap perencanaan meliputi, menyusun RPP, LKS, menyiapkan tabel

perkalian dan soal tes siklus I dan soal tes siklus II

29
2. Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode

pemberian tugas sesuai dengan langkah-langkah yang telah ditetapkan dalam

RPP.

2.1. Kegiatan Awal

2.1.1. Salam Pembuka

2.1.2. Guru berjalan ke masing-masing meja siswa seraya

berjabatan tangan dengan siswa

2.1.3. Presensi,cek kerapian

2.1.4. Guru bertanya kepada siswa “ Anak-anak, perhatikan kertas

berikut, masing-masing kerta ini berisikan enam gambar

jeruk, kalau ketiga kertas bergambar jeruk ini digabungkan,

ada berapa jeruk sekarang?

2.1.5. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

2.2. Kegiatan Inti

2.2.1. Guru menjelaskan tentang konsep perkalian

1.2.3. Guru menjelaskan cara mengoperasikan operasi hitung

perkalian dengan cara mendatar.

30
1.2.4. Guru membagi siswa menjadi 8 kelompok. Setiap kelompok

terdiri dari 4 siswa dan setiap siswa mendapatkan nomor urut

1-4

1.2.5. Guru memberikan LKS pada masing-masing kelompok

1.2.6. Guru menyuruh salah satu siswa untuk mempresentasekan

hasil kerja kelompoknya

1.2.7. Bersama siswa guru mengoreksi hasil presentase siswa dan

menjelaskan hasil yang sebenarnya jika jawaban siswa belum

benar.

1.3. Kegiatan Penutup

2.3.1. Guru bersama siswa menyimpulkan materi diakhir

pembelajaran

2.3.2. Pemberian reward / hadiah bagi kelompok belajar terbaik dan

bagi siswa yang aktif dalam proses pembelajaran.

3. Pengamatan/observasi

Melaksanakan observasi saat pembelajaran berlangsung dengan

menggunakan format observasi

4. Refleksi

Pada tahap ini guru bersama observer melakukan refleksi guna mencatat

kelebihan dan kekurangan dari guru maupun siswa dalam pembelajaran siklus

I, guna dilanjutkan ke siklus II.

31
SIKLUS II

1. Tahap perencanaan

Tahap perencanaan meliputi, Menyusun RPP ,LKS, menyiapkan tabel

perkalian dan Instrumen penilaian.Siklus I pada bagian perencanaan

menghasilkan Rencana Perbaikan Pembelajaran I.

2. Tahap Pelaksanaan

Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode

pemberian tugas sesuai langkah-langkah yang ditetapkan di RPP

2.1. Kegiatan awal

2.1.1. Apersepsi; dimana guru memberikan contoh soal yang

berkaitan dengan materi pembelajaran yang diajarkan

2.1.2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

2.2. Kegiatan inti

2.2.1. Guru menjelaskan materi pembelajaran menggunakan

metode pemberian tugas kepada siswa

2.2.2. Guru memberikan contoh soal tentang operasi perkalian

2.2.3. Siswa diminta untuk mengerjakan soal-soal yang diberikan

oleh guru

32
2.2.4. Siswa diminta untuk mengerjakan soal di depan papan

tulis

2.3. Kegiatan Penutup

2.3.1. Memberikan rangkuman

2.3.2. Mengadakan tes formatif

2.3.3. Memberikan tugas

3. Observasi

Melaksanakan pengamatan/observasi pembelajaran

4. Refleksi

Pada tahap ini guru bersama observer melakukan refleksi guna mencatat

kelebihan dan kekurangan dari guru maupun siswa dalam pembelajaran siklus

II dan dibandingkan dengan hasil temuan pada siklus I untuk ditarik

kesimpulan.

D. Teknik Observasi

Observasi atau pengamatan digunakan dalam rangka mengumpulkan data

dalam suatu penelitian, merupakan hasil perbuatan jiwa secara aktif dan

penuh perhatian untuk menyadari adanya sesuatu rangsangan tertentu yang

diinginkan, atau suatu studi yang disengaja dan sistematis tentang

keadaan/fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan mengamati

dan mencatat (Mardalis,2008:63).


33
E. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data

1. Teknik Tes

Teknik pengumpulan data dengan teknik tes untuk mendapatkan hasil

belajar siswa. Setelah pembelajaran siklus I siswa akan diberikan tes

dengan bentuk soal berbentuk isian sebanyak lima nomor.

2. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik

deskriptif kualitatif.

3. Indikator Keberhasilan

Guna menentukan keberhasilan sebuah penelitian tindakan maka

perlu dibuat kriteria atau indikator keberhasilan. Penelitian ini dianggap

berhasil jika sebanyak 75% siswa tuntas sesuai dengan kriteria

ketuntasan minimal (KKM) yang berlaku pada SD Katolik Soa yaitu

seorang siswa dikatakan tuntas jika mendapat nilai minimal 70.

34
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil penelitian

1. Pelaksanaan Pratindakan

Kondisi awal pembelajaran sebelum melakukan penelitian di SD

Katolik Soa kelas III, prestasi belajar siswa khususnya pada mata

pelajaran Matematika tentang operasi perkalian masih sangat rendah

yaitu 43% siswa yang tuntas sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal

(KKM) yang berlaku di SD Katolik Soa dimana KKM 70. Hal ini

terbukti dari hasil pretest untuk materi perkalian. Hasil pretest dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.1 Nilai Pretest Mata Pelajaran Matematika

Tuntas/Tidak
No Nama Murid Nilai
tuntas

1 AD 64 Tidak tuntas

2 RWD 60 Tidak tuntas

3 HNT 64 Tidak tuntas

4 WM 64 Tidak tuntas

5 AADB 62 Tidak tuntas

35
6 AC 44 Tidak tuntas

7 CNW 80 Tuntas

8 EC 42 Tidak tuntas

9 FAW 46 Tidak tuntas

10 FR 82 Tuntas

11 FAD 46 Tidak tuntas

12 FG 46 Tidak tuntas

13 HB 62 Tidak tuntas

14 HOD 60 Tidak tuntas

15 JBL 40 Tidak tuntas

16 MMN 64 Tidak tuntas

17 MCN 64 Tidak tuntas

18 MIB 42 Tidak tuntas

19 MAT 82 Tuntas

20 MF 46 Tidak tuntas

21 MKT 60 Tidak tuntas

22 MKD 28 Tidak tuntas

23 MHS 46 Tidak tuntas

24 MDM 64 Tidak tuntas

25 MPN 64 Tidak tuntas

26 MAD 60 Tidak tuntas

27 OL 64 Tidak tuntas

36
28 TAI 82 Tuntas

29 VPAP 64 Tidak tuntas

30 WLD 64 Tidak tuntas

31 YNW 80 Tuntas

32 YAO 46 Tidak tuntas

Rata – rata 58,81

Sumber Data : Data Olahan Lapangan

Berdasarkan hasil tes awal yang dilakukan oleh peneliti dapat dilihat bahwa dari

32 orang siswa yang mengikuti tes hanya 4 orang atau sama dengan 12,50% siswa

yang dinyatakan tuntas sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal yang berlaku.

Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam perkalian masih sangat

rendah.

2. Pelaksanaan Siklus I

Pembelajaran pada siklus I ini menggunakan 4 tahap pemecahan masalah

yakni :

2.1. Perencanaan

pada tahap ini, meliputi :

2.1.1. Menentukkan Topik bahasan yang akan diajarkan : Operasi

Perkalian.

2.1.2. Merancang Rencana Pembelajaran (RPP)


37
2.1.3. Merancang dan menyiapkan Lembar Kerja Siawa

2.1.4. Menyiapkan tebel perkalian

2.1.5. Merancang Instrumen Observasi, dan Instrumen Tes Hasil

belajar sebagai tes akhir siklus

2.2 Pelaksanaan Pembelajaran siklus I

Pada tahap ini peneliti melakukan pembelajaran sesuai dengan

langkah-langkah pada RPP, meliputi :

a. Kegiatan Awal

a) Salam pembuka

b) Guru berjalan ke masing-masing meja siswa seraya

berjabatan tangan dengan siswa

c) Presensi, cek kerapian

d) Guru bertanya kepada siswa “ Anak-anak, perhatikan kertas

berikut, masing-masing kerta ini berisikan enam gambar

jeruk, kalau ketiga kertas bergambar jeruk ini digabungkan,

ada berapa jeruk sekarang?

b. Guru menyampaikan kompetensi (tujuan) pembelajaran

c. Kegiatan inti

a) Guru menjelaskan tentang konsep perkalian

b) Guru menjelaskan cara mengoperasikan operasi hitung

perkalian dengan cara mendatar.

38
c) Guru membagi siswa menjadi 8 kelompok. Setiap kelompok

terdiri dari 4 siswa dan setiap siswa mendapatkan nomor urut

1-4

d) Guru memberikan LKS pada masing-masing kelompok

e) Guru menyuruh salah satu siswa untuk mempresentasekan

hasil kerja kelompoknya

f) Bersama siswa guru mengoreksi hasil presentase siswa dan

menjelaskan hasil yang sebenarnya jika jawaban siswa

belum benar.

d. Kegiatan Penutup

a) Guru bersama siswa menyimpulkan materi diakhir

pembelajaran

b) Pemberian reward / hadiah bagi kelompok belajar terbaik

dan bagi siswa yang aktif dalam proses pembelajaran.

2.3 Hasil Observasi

Pada Tahap ini peneliti dibantu teman sejawat selaku observer

guna mencatat setiap temuan-temuan dalam pembelajaran siklus I

sesuai dengan pedoman observasi yang telah dirancang. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

39
Tabel 4.2.Aktifitas Siswa siklus I

Frekuensi Presentase
No Aspek yang diamati
Ya Tidak Ya Tidak

1 Kehadiran siswa 32 0 100% 0%

2 Mendengarkan penjelasan
20 12 62.5% 37.5%
guru

3 Aktif dalam kelompok 12 20 37.5% 62.5%

4 Mengerjakan tugas yang


15 17 46.9% 53.1%
diberikan guru

5 Menanggapi pertanyaan yang


18 14 56.3% 43.7%
diberikan guru

RATA – RATA 19,4 12.6 60,64% 39,36%

Sumber Data : data olahan lapangan

Untuk mendapatkan nilai prosentase keaktifan siswa dihitung dengan rumus :

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑓


Keaktifan Siswa : 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑥100%

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer di mana dapat

dilihat pada tabel 4.2 di atas maka dapat diketahui bahwa :

40
1. Kehadiran siswa : Baik, yakni seluruh siswa kelas SD Katolik Soa

hadir saat pembelajaran siklus I

2. Mendengarkan penjelasan guru : Kurang, yakni dari 32 orang siswa

yang mengikuti pembelajaran, sebanyak 20 orang atau 62.50% siswa

yang mendengarkan penjelasan guru.

3. Aktif dalam kelompok : Kurang, yakni dari 32 orang siswa yang

mengikuti pembelajaran, hanya 37.50% atau sama dengan 12 orang

siswa yang aktif dalam kerja kelompok

4. Mengerjakan tugas yang diberikan guru : Kurang, yakni dari 32 orang

siswa yang mengikuti pembelajaran, hanya 15 orang atau 46,90%

siswa yang mengerjakkan tugas yang diberikan guru. Dalam

kelompoknya masing-masing siswa mengerjakan soal yang ada dalam

lembaran kerja siswa / LKS

5. Menanggapi pertanyaan yang diberikan guru : Kurang, yakni dari 32

orang siswa yang mengikuti pembelajaran, hanya 18 orang atau

56.30% siswa yang aktif dalam mengemukakan pendapat dan

menanggapi pertanyaan guru.

Hasil Tes siklus I

Tes ini dilakukan pada saat peneliti selesai memberikan pembelajaran, di

mana hasil tes dapat dilihat pada tabel berikut :

41
Tabel 4.3 Nilai Tes Siklus I

No Nama Murid Nilai Tuntas/Tidak


Tuntas
1 AD 82 Tuntas

2 RWD 80 Tuntas

3 HNT 80 Tuntas

4 WM 64 Tidak tuntas

5 AADB 80 Tuntas

6 AC 60 Tidak tuntas

7 CNW 82 Tuntas

8 EC 62 Tidak tuntas

9 FAW 64 Tidak tuntas

10 FR 82 Tuntas

11 FAD 80 Tuntas

12 FG 80 Tuntas

13 HB 64 Tidak tuntas

14 HOD 62 Tidak tuntas

15 JBL 80 Tuntas

16 MMN 82 Tuntas

17 MCN 80 Tuntas

18 MIB 80 Tuntas

42
19 MAT 82 Tuntas

20 MF 64 Tidak tuntas

21 MKT 80 Tuntas

22 MKD 64 Tidak tuntas

23 MHS 80 Tuntas

24 MDM 80 Tuntas

25 MPN 64 Tidak tuntas

26 MAD 64 Tidak tuntas

27 OL 64 Tidak tuntas

28 TAI 82 Tuntas

29 VPAP 64 Tidak tuntas

30 WLD 64 Tidak tuntas

32 YNW 82 Tuntas

32 YAO 62 Tidak tuntas

Rata – rata 73,13

Sumber Data : Data Olahan Lapangan.

Berdasarkan hasil tes pada tabel di atas maka dapat diketahui bahwa

terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari hasil tes awal (pretest) dimana

rata-rata nilai tes yakni 58,81 menjadi 73,13 pada tes siklus I dan jumlah

siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal pada tes siklus I ini

sebanyak 18 orang atau sama dengan 56,25%.

2.4 Refleksi

43
Pada tahap ini peneliti bersama observer mengumpulkan data hasil

observasi (tabel 4.2) dan data hasil tes siklus I ( tabel 4.3) guna untuk

melakukan refleksi pada pembelajaran siklus I berdasarkan data yang telah

dikumpulkan. Hasil dari refleksi siklus I sebagai berikut :

1) Pembelajaran belum sesuai dengan Rencana Pembelajaran yang

dirancang.

2) Guru belum mampu mengelolah pembelajaran yang sesuai dengan

tujuan pembelajaran yang diharapkan

3) Siswa yang aktif dalam pembelajaran masih sangat kurang. Hal ini

disebabkan oleh siswa masih kurang berani dalam bertanya dan

menanggapi pertanyaan yang diberikan guru.

4) Jumlah siswa yang tuntas sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal

(KKM) belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan yakni

75 %. Hal ini disebabkan karena siswa belum aktif dalam

pembelajaran.

3 Tindak Lanjut

Berdasarkan hasil refleksi siklus I di atas maka dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran pada siklus I belum mampu menjawab indikator keberhasilan

yang telah ditentapkan yakni 75%. Untuk itu perlu diadakan perbaikan

pembelajaran ke siklus II. Beberapa aspek yang perlu direvisi dalam

pembelajaran siklus I yaitu :


44
1) Memaksimalkan pengelolaan kelas dengan cara lebih memperhatikan

keaktifan siswa dibandingan guru. Dimana meotde yang digunakan harus

bepusat pada siswa.

2) Memberikan motivasi kepada siswa, dengan cara pemberian bonus nilai

kepada siswa yang berani bertanya dan menjawab.

3) Membimbing siswa selama melakukan diskusi kelompok

4) Memberikan pujian kepada siswa yang berani mengerjakan tugas di depan.

4. Pelaksanaan siklus II

Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II ini dilakukan sesuai dengan

langkah/tahap pemecahan masalah yaitu sebagai berikut :

4.1 Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan hal-hal yang akan digunakan

pada pembelajaran siklus II, diantaranya :

1.1.1. Menentukkan Topik bahasan yang akan diajarkan : Operasi

Perkalian.

1.1.2. Merancang Rencana Perbaikan Pembelajaran

1.1.3. Merancang dan menyiapkan Lembar Kerja Siawa

1.1.4. Menyiapkan tebel perkalian

45
1.1.5. Merancang Instrumen Observasi, dan Instrumen Tes Hasil

belajar sebagai tes akhir siklus

4.2 Pelaksanaan Pembelajaran siklus II

Pada tahap ini peneliti melakukan pembelajaran sesuai dengan

langkah-langkah pada RPP perbaikan , meliputi :

4.2.1 Kegiatan Awal

4.2.1.1 Salam pembuka

4.2.1.2 Kegiatan rutin guru : presensi, cek kerapian

4.2.1.3 Apersepsi : guru mengulas pelajaran yang lalu.

4.2.1.4 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

4.2.2 Kegiatan Inti

4.2.2.1Guru menjelaskan tentang sifat asosiatif pada perkalian.

4.2.2.2 Guru membagi siswa menjadi 8 kelompok. Setiap

kelompok terdiri dari 4 siswa dan setiap siswa mendapatkan

nomor urut 1-4

4.2.2.3 Guru membagikan LKS pada masing-masing kelompok

4.2.2.4 Guru menyuruh siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi

kelompoknya

4.2.3 Kegiatan Penutup


46
4.2.3.1 Guru bersama siswa menyimpulkan materi diakhir

pembelajaran

4.2.3.2 Pemberian reward/hadiah bagi kelompok belajar terbaik dan

bagi siswa yang aktif dalam proses pembelajaran

4.3 Hasil Observasi

Pada Tahap ini peneliti dibantu teman sejawat selaku observer

guna mencatat setiap temuan-temuan dalam pembelajaran siklus II

sesuai dengan pedoman observasi yang telah dirancang. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.4 Aktifitas Siswa siklus II

Frekuensi Presentase
No Aspek yang diamati
Ya Tidak Ya Tidak

1 Kehadiran siswa 32 0 100% 0%

2 Mendengarkan
30 2 93,73% 6,25%
penjelasan guru

3 Aktif dalam kelompok 25 7 78,13% 21,87%

4 Mengerjakan tugas
28 4 87,50% 12,50%
yang diberikan guru

5 Menanggapi 20 12 62,25% 37,50%

47
pertanyaan yang

diberikan guru

RATA – RATA 27 6 84,37% 15,63%

Sumber Data : data olahan lapangan

Untuk mendapatkan nilai prosentase keaktifan siswa dihitung dengan

rumus :

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑓


Keaktifan Siswa : 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑥100%

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer di mana

dapat dilihat pada tabel 4.4 di atas maka dapat diketahui bahwa :

1. Kehadiran siswa : Baik, yakni seluruh siswa kelas SD Katolik Soa

hadir saat pembelajaran siklus II

2. Mendengarkan penjelasan guru : Baik, yakni dari 32 orang siswa yang

mengikuti pembelajaran, sebanyak 30 orang atau 93,73% siswa yang

mendengarkan penjelasan guru.

3. Aktif dalam kelompok : Baik, yakni dari 32 orang siswa yang

mengikuti pembelajaran, sebanyak 78,13% atau sama dengan 25

orang siswa yang aktif dalam kerja kelompok

4. Mengerjakan tugas yang diberikan guru : Baik yakni dari 32 orang

siswa yang mengikuti pembelajaran, sebanyak 28 orang atau 87,50%

48
siswa yang mengerjakkan tugas yang diberikan guru. Dalam

kelompoknya masing-masing siswa mengerjakan soal yang ada dalam

lembaran kerja siswa / LKS ( terlampir)

5. Menanggapi pertanyaan yang diberikan guru : Baik, yakni dari 32

orang siswa yang mengikuti pembelajaran, sebanyak 20 orang atau

62,25% siswa yang aktif dalam mengemukakan pendapat dan

menanggapi pertanyaan yang diberikan guru.

Hasil tes siklus II

Tes ini dilakukan pada saat peneliti selesai memberikan pembelajaran, di

mana hasil tes dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.5 Tes Siklus II

No Nama Nilai Tuntas/Tidak


Murid Tuntas
1 AD 85 Tuntas

2 RWD 83 Tuntas

3 HNT 85 Tuntas

4 WM 85 Tuntas

5 AADB 83 Tuntas

6 AC 85 Tuntas

7 CNW 85 Tuntas

8 EC 68 Tidak tuntas

9 FAW 85 Tuntas

49
10 FR 85 Tuntas

11 FAD 85 Tuntas

12 FG 85 Tuntas

13 HB 85 Tuntas

14 HOD 67 Tidak tuntas

15 JBL 85 Tuntas

16 MMN 85 Tuntas

17 MCN 85 Tuntas

18 MIB 85 Tuntas

19 MAT 83 Tuntas

20 MF 83 Tuntas

21 MKT 85 Tuntas

22 MKD 83 Tuntas

23 MHS 85 Tuntas

24 MDM 85 Tuntas

25 MPN 83 Tuntas

26 MAD 85 Tuntas

27 OL 85 Tuntas

28 TAI 85 Tuntas

29 VPAP 70 Tuntas

30 WLD 85 Tuntas

32 YNW 85 Tuntas

50
32 YAO 68 Tidak tuntas

Rata – rata 82,60

Sumber Data : Data Olahan Lapangan.

Berdasarkan hasil tes pada tabel di atas maka dapat diketahui bahwa

terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari hasil tes silkus I dimana rata-

rata nilai tes yakni 73,13 menjadi 82,60 pada tes siklus II dan jumlah

siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal pada tes siklus II ini

sebanyak 29 orang atau sama dengan 90,63%. Sedangkan siswa yang tidak

tuntas pada siklus II sebanyak 3 orang diberikan remedial dan pengayaan,

sehingga tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya.

4.4 Refleksi

Pada tahap ini peneliti bersama observer mengumpulkan data hasil

observasi (tabel 4.4 ) dan data hasil tes siuklus II (tabel 4.5) guna untuk

melakukan refleksi pada pembelajaran siklus II berdasarkan data yang

telah dikumpulkan. Hasil dari refleksi siklus II sebagai berikut :

1) Pembelajaran telah sesuai dengan Rencana Pembelajaran yang

dirancang.

2) Guru telah mampu mengelolah pembelajaran yang sesuai dengan

tujuan pembelajaran yang diahapkan

51
3) Sebagian besar siswa sudah aktif dalam pembelajaran yakni 28 orang

atau 87,50%. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian motivasi kepada

siswa dapat meningkatkan keaktifan siswa.

4) Jumlah siswa yang tuntas sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal

(KKM) telah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan yakni

90,63% dari indikator keberhasilan yang ditetapkan 75%.

5 Tindak Lanjut

Berdasarkan hasil refleksi siklus II di atas maka dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran pada siklus II telah melebih indikator keberhasilan yang telah

ditentapkan yakni 75%. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran pada siklus

II telah berhasil untuk itu tidak perlu diadakan perbaikan ke siklus berikutnya

B. Pembahasan

Dalam pembelajaran pada siklus I di mana peneliti menggunakan metode

Pemberian Tugas dalam pembelajaran menunjukkan bahwa rata-rata siswa

yang aktif dalam pembelajaran yakni 60,64% dan hasil tes awal menunjukkan

bahwa kemampuan perkalian siswa masih sangat kurang yakni hanya 4 orang

siswa yang tuntas sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal yang berlaku.

Sedangkan hasil tes pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan yakni

dari 4 orang siswa yang tuntas pada tes awal menjadi 18 orang yang tuntas

sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal yang berlaku. Namun dari hasil tes

belajar pada siklus I belum mampu menjawab indikator keberhasilan karena

52
belum mencukupi 75% siswa yang tuntas sesuai dengan kriteria ketuntasan

minimal.

Sedangkan pada pembelajaran siklus II dimana peneliti telah merevisi

pembelajaran pada siklus I sehingga pada pembelajaran peneliti lebih

menekankan pada aspek keaktifan siswa dibandingan peneliti dan

memberikan motivasi dan pujian kepada siswa yang berani mengerjakan soal

di depan kelas menunjukkan bahwa pada pembelajaran siklus II ini

mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan pembelajaran pada siklus I

yakni rata-rata siswa yang aktif dalam pembelajaran 60,64% dan pada siklus

II mencapai 83,12%. Selain itu pada hasil tes akhir pada pembelajaran siklus

II sebanyak 29 orang atau 90,63% telah melebihi indikator keberhasilan yang

ditetapkan yaitu 75%.

Keberhasilan dalam pembelajaran tidak telepas dari kemampuan peneliti

menggunakan metode yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan

dicapai. Dalam pembelajaran Matematika tentang operasi perkalian di kelas

III guru sebaiknya menggunakan metode Pemberian Tugas. Dimana dalam

pembelajaran menggunakan metode penugasa siswa diberikan kesempatan

untuk mengembangkan kemampuannya sendiri sehingga dapat meningkatkan

hasil belajarnya.

Untuk jelasnya berikut ini dipaparkan perbadingan data hasil belajar

antara siklus I dan siklus II berikut ini;

53
Tabel 4.6. Perbandingan hasil tes siklus I dan siklus II

Hasil yang dicapai


No Nama Siswa Peningkatan
Siklus I Siklus II

AD
1 82 85 3

RWD
2 80 83
3

HNT
3 80 85 3

WM
4 64 85 21

AADB
5 80 83 3

AC
6 60 85 25

CNW
7 82 85 3

EC
8 62 68 6

FAW
9 64 85 21

FR
10 82 85 3

FAD
11 80 85 5

FG
12 80 85 5

HB
13 64 85 21

54
HOD
14 62 67 5

JBL
15 80 85 5

MMN
16 82 85 3

MCN
17 80 85 3

MIB
18 80 85 5

MAT
19 82 83 1

MF
20 64 83 21

MKT
21 80 85 5

MKD
22 64 83 19

MHS
23 80 85 3

MDM
24 80 85 5

MPN
25 64 83 21

MAD
26 64 85
21

OL
27 64 85 21

TAI
28 82 85 3

55
VPAP
29 64 70 6

WLD
30 64 85 21

YNW
31 82 85 3

YAO
32 62 68 6

Rata-rata 82,60 7
73,13

Sumber data : data olahan lapangan

Perbandingan persentase keaktifan siswa pada antara siklus I dan siklus II

Persentase aktifitas siswa pada siklus I (tabel 4.1)

a) Kehadiran siswa

∑ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 ℎ𝑎𝑑𝑖𝑟 32


𝑥100% = 𝑥100% = 100%
∑ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 32

b) Mendengar penjelasan guru

∑ 𝑚𝑒𝑛𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑒𝑙𝑎𝑠𝑎𝑛 𝑔𝑢𝑟𝑢 20


𝑥100% = 𝑥100% = 62,50%
∑ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 32

c) Aktif dalam kelompok

∑ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑓 𝑑𝑙𝑚 𝑘𝑒𝑙𝑜𝑚𝑝𝑜𝑘 12


𝑥100% = 𝑥100% = 37,50%
∑ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 32

d) Mengerjakan tugas yang diberikan guru


56
∑ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑒𝑟𝑗𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑡𝑢𝑔𝑎𝑠 15
𝑥100% = 𝑥100% = 46,90%
∑ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 32

e) Menanggapi pertanyaan yang diberikan guru

∑ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑝𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑛𝑦𝑎𝑎𝑛 𝑔𝑢𝑟𝑢 18


𝑥100% = 𝑥100%
∑ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 32

= 56,25%

Persentase aktifitas siswa pada siklus II (tabel 4.4)

1) Kehadiran siswa

∑ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑔 ℎ𝑎𝑑𝑖𝑟 32
𝑥100% = 𝑥100% = 100%
∑ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 32

2) Mendengarkan penjelasan guru

∑ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑒𝑙𝑎𝑠𝑎𝑛 30


𝑥100% = 𝑥100%
∑ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 32

= 93,73%

3) Aktif dalam kelompok

∑ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑓 𝑑𝑙𝑚 𝑘𝑒𝑙𝑜𝑚𝑝𝑜𝑘 25


𝑥100% = 𝑥100% = 21,87%
∑ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 32

4) Mengerjakan tugas yang diberikan

∑ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑒𝑟𝑗𝑎𝑘𝑎𝑛 28


𝑥100% = 𝑥100% = 87,50%
∑ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 32

57
5) Menanggapi pertanyaan yang diberikan guru

∑ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑚𝑒𝑛𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑝𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑛𝑦𝑎𝑎𝑛 20


𝑥100% = 𝑥100% = 62,50%
∑ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 32

Perbandingan persentase keberhasilan siswa antara hasil tes dengan siklus I

dan siklus II (Tabel 4.7)

1. Hasil tes pada siklus I

Dari jumlah siswa 32 orang yang mengikuti tes mencapai KKM yaitu 70

adalah 18 orang,sehingga persentase keberhasilan siswa adalah ;

∑ 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠 18


𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑘𝑒𝑏𝑒𝑟ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎 = 𝑥100% = 𝑥100%
∑ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 32

= 56,25%

Karena angka keberhasilan siswa pada hasil tes siklus I lebih kecil dari

angka keberhasilan penelitian tindakan (56,25% < 75%), maka hasil tes siklus

I belum mencapai keberhasilan,karena indikator keberhasilan dari penelitian

ini adalah 75 % siswa dinyatakan tuntas jika memenuhi KKM mata pelajaran

di sekolah yakni KKM matematika adalah 70

2. Hasil tes pada siklus II

Dari jumlah siswa 32 orang yang mengikuti tes mencapai KKM yaitu 70

adalah 29 orang,sehingga persentase keberhasilan siswa adalah ;

58
∑ 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠 29
𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑘𝑒𝑏𝑒𝑟ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 = 𝑥100% = 𝑥100%
∑ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 32

= 90,63%

Karena angka keberhasilan siswa pada hasil tes siklus II lebih besar atau

melebihi dari angka keberhasilan penelitian tindakan (90,63% > 75%), maka

hasil tes siklus II dinyatakan sudah berhasil karena persentase angka

keberhasilannya melebihi persentase indikator keberhasilan dari penelitian

tindakan ini, dimana pada penelitian ini di anggap berhasil jika 75 % siswa

tuntas sesuai dengan KKM mata pelajaran matematika yang berlaku di

sekolah(SDK Soa) yaitu 70.

59
BAB V

PENUTUP

A. SIMPULAN

Metode pemberian tugas bertujuan agar siswa memiliki hasil belajar yang

lebih mantap, karena siswa melaksanakan latihan-latihan selama melakukan

tugas. Banyak tugas yang harus dikerjakan siswa, hal ini diharapkan mampu

menyadarkan siswa untuk selalu memanfaatkan hal yangmenunjang

belajarnya. Selain guru, siswa atau peserta didik juga berperan penting

dalamproses interaksi pembelajaran agar berjalan dengan baik dan sesuai

tujuan pendidikan. Dalam proses pembelajaran di sekolah sering dijumpai

kenakalan atau pelanggaran yang dilakukan siswa, misalnya membolos,

terlambat, membuat keributan, tidak mengerjakan tugas dan sebagainya.

Metode pemberian tugas bertujuan agar siswa memiliki hasil belajar yang

lebih mantap, karena siswa melaksanakan latihan-latihan selama melakukan

tugas. Banyak tugas yang harus dikerjakan siswa, hal ini diharapkan mampu

menyadarkan siswa untuk selalu memanfaatkan hal yang menunjang

belajarnya. Selain guru, siswa atau peserta didik juga berperan penting

dalamproses interaksi pembelajaran agar berjalan dengan baik dan sesuai

tujuan pendidikan.

Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa :


60
1. Pembelajaran pada siklus I menunjukkan bahwa rata-rata keaktifan siswa

dalam pembelajaran yakni 60,64% dan hasil tes awal pada siklus I

menunjukkan bahwa kemampuan perkalian siswa masih sangat kurang

yakni hanya 4 orang siswa yang tuntas sesuai dengan kriteria ketuntasan

minimal yang berlaku. Sedangkan hasil tes akhir pada siklus I

menunjukkan adanya peningkatan yakni dari 4 orang siswa yang tuntas

pada tes awal menjadi 18 orang yang tuntas sesuai dengan kriteria

ketuntasan minimal yang berlaku. Namun dari hasil tes belajar pada siklus

I belum mampu menjawab indikator keberhasilan karena belum

mencukupi 75% siswa yang tuntas sesuai dengan kriteria ketuntasan

minimal.

2. pembelajaran siklus II dimana peneliti telah merevisi Rencana

pembelajaran pada siklus I sehingga pembelajaran guru lebih menekankan

pada aspek keaktifan siswa dibandingan peneliti dan memberikan

motivasi dan pujian kepada siswa yang berani mengerjakan soal di depan

kelas menunjukkan bahwa pada pembelajaran siklus II ini mengalami

peningkatan jika dibandingkan dengan pembelajaran pada siklus I yakni

rata-rata siswa yang aktif dalam pembelajaran 60,64% dan pada siklus II

mencapai 84,37%. Selain itu pada hasil tes akhir ada peningkatan yaitu

pada pembelajaran siklus I sebanyak 18 orang siswa yang tuntas atau

56,25 % sedangkan pada pembelajaran siklus II sebanyak 29 orang atau

90,63% telah melebihi indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu 75%.

61
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan

metode Pemberian Tugas dalam pembelajaran Matematika tentang operasi

perkalian di kelas III SDK Soa dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

B. SARAN

Berdasarkan pengalaman peneliti selama melakukan penelitian tidakan

kelas di kelas III SDK Soa, Kecamatan Soa,Kabupaten Ngada pada mata

pelajaran Matematika tentang operasi perkalian dengan menggunakan metode

Pemberian Tugas, maka pada kesempatan ini peneliti menyarankan kepada :

1. Siswa

Agar melatih siswa untuk dapat berpikir kritis,kreatif dan inovatif dalam

menyelesaikan masalah yang dihadapi dan menumbuhkan rasa tanggung

jawab dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru serta melatih

kemandirian siswa dalam menyelesaikan soal matematika yang diberikan

guru sehingga proses pembelajaran matematika lebih bermakna.

2. Guru

Agar memotivasi guru untuk lebih berinovasi dan kreatif dalam

pembelajaran sehingga mampu menggunakan multi metode dalam

pembelajaran di kelas dan metode pemberian tugas dapat menjadi

rujukkan bagi guru dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran

matematika di sekolah.

62
3. Sekolah

Agar penggunaan metode pemberian tugas ini dapat dijadikan referensi

guru dalam pembelajaran di kelas terutama dalam pencapaian ketuntasan

pembelajaran Matematika khususnya dan mata pelajaran lain umumnnya

sehingga kualitas pembelajaran lebih bermakna.

4. Peneliti

Untuk peneliti selanjutnya, diharapkan mampu medesain metode

pembelajaran yang lebih berinovasi yang dapat meningkatkan prestasi belajar

siswa

63
DAFTAR PUSTAKA

Alma Buchari, dkk, 2008. Guru Profesional Menguasai Belajar dan

Mengajar. Penerbit Alfa Beta. Bandung

Arikunto Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian suatu pendekatan pratik.

Penerbit Rineka Cipta. Jakarta

Bnd. Marno & M. Indris.2009. Strategi dan Metode Pendidikan. Penerbit Ar-

Ruzz Media. Yogyakarta.

Dimyanti dan Mudjiono,2009. Belajar dan Pembelajaran. Penerbit Rineke

Cipta. Jakarta

Hamzah B Uno.2008. Perencanaan Pembelajaran. Penerbit Bumi Aksara,

Jakarta

Kompasiana.com. Metode Pemberian Tugas. http://edukasi.kompasiana.com/

2009/06/12/metode-pemberian-tugas-6911.html.(12 Juni 2009)

Mardalis. 2008. Metode Penelitian suatu pendekatan proposal. Jakarta :

Bumi Aksara

Novi A. E. Sine.2009. Penelitian Tindakan Kelas. Penerbit STT, Jakarta

Nur Fajriyah & Defi Triratnawati.2008. Cerdas Menghitung Matematika 3.


Penerbit Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional tahun 2008.

Jakarta

Roestiyah.2012. Strategi Belajar Mengajar.Penerbit Rineke Cipta.Jakarta.

64
Sunarto H dan Hartono Agung, 2008. Perkembangan Siswa. Penerbit Rineke

Cipta. Jakarta

Ubaydillah Ibnu Sholihin.Kajian Teori Hakikat Belajar Matematika.

http://rujukanskripsi.blogspot.com/2013/06/kajian-teori-hakikat-
hasil-belajar.html.(29 Juni 2013)

Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.Perkalian.

http:/id.wikipedia.org/wiki/Perkalian. (20 Mei 2014)

Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas. Perkalian dan

pembagian. http://id.wikibooks.org/wiki/Subjek: Matematika/Materi:

Perkalian_dan_Pembagian.(20 Mei 2014)

________,Pengertian Prestasi Belajar Menurut Para Ahli.

http://fatekunima.blogspot.com/2013/07/pengertian-lengkap-prestasi-

belajar.html (15 Juli 2013)

www.sarjanaku.Pengertian,Definisi Hasil Belajar Siswa Menurut Para Ahli.

http://www.sarjanaku.com/2011/03/pengertian-definisi-hasil-
belajar.html (12 Maret 2011)

____http://fasya18.blogspot.com/2013/01/subjek-penelitian.html. (07
Januari 2013)

65
LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Lampiran 1 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

2. Lampiran 2 :Tabel Perkalian

3. Lampiran 3: Lembar Kerja Siswa (LKS)

4. Lampiran 4 :Soal Tes Siklus I dan Siklus II

5. Lampiran 5 :Daftar Analisis Nilai

6. Lampiran 6 :Foto-Foto Aktivitas Siswa

66
Lampiran 1: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Nama Sekolah : SDK Soa

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : III / Ganjil

Alokasi Waktu : 2 x 35 menit

Tahun Pelajaran : 2013/2014

Hari/Tanggal : Selasa, 1 April 2014

A. Standar Kompetensi : Melakukan Operasi Hitung Bilangan sampai tiga angka

B. Kompetensi Dasar (KD) : Melakukan perkalian yang hasilnya bilangan tiga angka

dan Pembagian bilangan tiga angka (perkalian)

C. Indikator Pencapaian KD :

1. Mendekripsikan pengertian perkalian

2. Melakukan operasi hitung perkalian bilangan yang hasilnya 3 angka dengan cara

mendatar

3. Melakukan operasi hitung perkalian bilangan yang hasilnya 3 angka dengan cara

bersusun panjang

4. Melakukan operasi hitung perkalian bilangan yang hasilnya 3 angka dengan cara

bersusun pendek

5. Mempersentasikan tugas diskusi kelompok di depan kelas, secara bergiliran.

(keberanian dalam menceritakan,bahasa yang disampaikan santun dan mudah di

pahami,penampilan dalam simulasi)

67
D. Materi Pembelajaran : Operasi Hitung Perkalian

E. Skenario Pembelajaran :

Tahap Uraian Kegiatan Pembelajaran Alat dan Estimasi

Media Waktu

Pendahuluan 1. Salam pembuka Kertas 10 menit

2. Guru berjalan ke masing-masing bergambar

meja siswa seraya berjabatan jeruk, Tabel

tangan dengan siswa Perkalian

3. Presensi, cek kerapian

4. Guru bertanya kepada siswa “

Anak-anak, perhatikan kertas

berikut, masing-masing kerta ini

berisikan enam gambar jeruk,

kalau ketiga kertas bergambar

jeruk ini digabungkan, ada berapa

jeruk sekarang?

5. Guru menyampaikan kompetensi

(tujuan) pembelajaran

Kegiatan Inti 1. Guru menjelaskan tentang konsep 50 menit

perkalian

2. Guru menjelaskan cara

mengoperasikan operasi hitung

perkalian dengan cara mendatar.

3. Guru membagi siswa menjadi 8

kelompok. Setiap kelompok terdiri

68
dari 4 siswa dan setiap siswa

mendapatkan nomor urut 1-4

4. Guru memberikan LKS pada

masing-masing kelompok

5. Guru menyuruh salah satu siswa

untuk mempresentasekan hasil

kerja kelompoknya

6. Bersama siswa guru mengoreksi

hasil presentase siswa dan

menjelaskan hasil yang

sebenarnya jika jawaban siswa

belum benar.

Penutup 1. Guru bersama siswa 10 menit

menyimpulkan materi diakhir

pembelajaran

2. Pemberian reward / hadiah bagi

kelompok belajar terbaik dan bagi

siswa yang aktif dalam proses

pembelajaran.

69
F. Penilaian :

a. Teknik Penilaian : Tertulis ( Lembar penilaian tentang operasi hitung

perkalian)

b. Instrumen Penilaian : Tugas Kelompok (LKS)

Contoh :

(2x3)x4 = 2 x (3x4)

6 x 4 = 2 x 24

24 = 24

1. ( 2 x 3 )x 5 = ....x (.....x........)

....... x ...... = ......x.........

.......=..........

2. ( 2x3 )x 6 = ....x (.....x........)

....... x ...... = ......x.........

.......=..........

3. ( 3x4 )x4 = ....x (.....x........)

....... x ...... = ......x.........

.......=..........

4. ( 3x4 )x5 = ....x (.....x........)

G. Sumber Pembelajaran....... x :...... = ......x.........


.......=.......... Cerdas Menghitung Matematematika
a. Nur Fajriyah & Defi Triratnawati.2008.
5. ( Perbukuan
3. Penerbit Pusat 4x5 )x3 =Departemen
....x (.....x........)
Pendidikan Nasional tahun 2008.

Jakarta. ....... x ...... = ......x.........

.......=..........

70
b. Buku Penunjang lain yang relevan

c. LKS

Soa,31 Maret 2014

Guru Pamong Mahasiswa/Praktikan

(Maria Rosa Bate) (Maria Yosefina Wolo)


NIP.196005051982022012 NIM. 1301411122

Mengetahui :

Kepala SDK Soa

Leonardus Gili Folo, S.Pd


Nip.19640619 200012 1 002

71
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Nama Sekolah : SDK Soa

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : III / Ganjil

Alokasi Waktu : 2 x 35 menit

Tahun Pelajaran : 2013/2014

Hari/Tanggal : Rabu, 9 April 2014

A. Standar Kompetensi

Melakukan perkalian dan pembagian bilangan sampai dua angka.

B. Kompetensi Dasar

Melakukan perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua angka.

C. Indikator

a) Mengenal sifat asosiatif pada perkalian.

D. Tujuan Pembelajaran

Siswa dapat :

a. Mengenal sifat asosiatif pada perkalian.

E. Materi Pokok : sifat asosiatif pada perkalian.

Mengenal sifat asosiatif (pengelompokan) pada perkalian

72
(A x B) x C = A x (B x C)

(2 x 3) x 4 = 2 x (3 x 4)

(6) x 4 = 2 X (12)

24 = 24

3 x (4 X 5) = (3 x 4) x 5

3 x (20) = (12) x 5

60 = 60

2 x (3 x 5) = (2 x 3) x 5

2 x (15) = (6) x 5

30 = 30

F. METODE PEMBELAJARAN

Metode : diskusi, tanya jawab, ceramah dan peemberian Tugas

73
G. SKENARIO PEMBELAJARAN :

Tahap Uraian Kegiatan Pembelajaran Alat dan Waktu

Media

Pendahulua Salam pembuka Tabel 10 menit

n Kegiatan rutin guru : presensi, Perkalian

cek kerapian

Apersepsi : guru mengulas

pelajaran yang lalu.

Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran

Kegiatan 1. Guru menjelaskan tentang 50 menit

Inti sifat asosiatif pada

perkalian.

2. Guru membagi siswa

menjadi 8 kelompok.

Setiap kelompok terdiri

dari 4 siswa dan setiap

siswa mendapatkan nomor

urut 1-4

3. Guru membagikan LKS

pada masing-masing

kelompok

74
4. Guru menyuruh siswa

untuk mempresentasikan

hasil diskusi kelompoknya

Penutup 1. Guru bersama siswa 10 menit

menyimpulkan materi

diakhir pembelajaran

2. Pemberian reward / hadiah

bagi kelompok belajar

terbaik dan bagi siswa yang

aktif dalam proses

pembelajaran.

H. SUMBER DAN MEDIA PEMBELAJARAN

a. Sumber Belajar :

a. Fajariyah, nur. 2008. Pandai berhitung matematika : Untuk SD


/ MI kelas III. Jakarta. Pusat perbukuan

b. Bahan ajar

c. Buku penunjang lain yang relevan

d. LKS

b. Alat / Media :

75
Tabel perkalian

I. PENILAIAN

a. Tes Tulis : Penilaian tertulis dapat dilakukan dengan Lembar

Penilaian tentang operasi hitung perkalian

b. Tes Lisan : Siswa menjawab pertanyaan yang di ajukan Guru

c. Penugasan : mengerjakan soal yang diberikan guru

Soa, 8 April 2014

Guru Pamong Mahasiswa/Praktikan

(Maria Rosa Bate) (Maria Yosefina Wolo)


NIP.196005051982022012 NIM. 1301411122

Mengetahui :

Kepala SDK Soa

Leonardus Gili Folo, S.Pd


Nip.19640619 200012 1 002

76
LAMPIRAN 2 : TABEL PERKALIAN

1 x 1 : 1 1 x 2 : 2 1 x 3 : 3 1 x 4 : 4
2 x 1 : 2 2 x 2 : 4 2 x 3 : 6 2 x 4 : 8
3 x 1 : 3 3 x 2 : 6 3 x 3 : 9 3 x 4 : 12
4 x 1 : 4 4 x 2 : 8 4 x 3 : 12 4 x 4 : 16
5 x 1 : 5 5 x 2 : 10 5 x 3 : 15 5 x 4 : 20
6 x 1 : 6 6 x 2 : 12 6 x 3 : 18 6 x 4 : 24
7 x 1 : 7 7 x 2 : 14 7 x 3 : 21 7 x 4 : 28
8 x 1 : 8 8 x 2 : 16 8 x 3 : 24 8 x 4 : 32
9 x 1 : 9 9 x 2 : 18 9 x 3 : 27 9 x 4 : 36
10 x 1 : 10 10 x 2 : 20 10 x 3 : 30 10 x 4 : 40

1 x 5 : 5 1 x 6 : 6 1 x 7 : 7 1 x 8 : 8
2 x 5 : 10 2 x 6 : 12 2 x 7 : 14 2 x 8 : 16
3 x 5 : 15 3 x 6 : 18 3 x 7 : 21 3 x 8 : 24
4 x 5 : 20 4 x 6 : 24 4 x 7 : 28 4 x 8 : 32
5 x 5 : 25 5 x 6 : 30 5 x 7 : 35 5 x 8 : 40
6 x 5 : 30 6 x 6 : 36 6 x 7 : 42 6 x 8 : 48
7 x 5 : 35 7 x 6 : 42 7 x 7 : 49 7 x 8 : 56
8 x 5 : 40 8 x 6 : 48 8 x 7 : 56 8 x 8 : 64
9 x 5 : 45 9 x 6 : 54 9 x 7 : 63 9 x 8 : 72
10 x 5 : 50 10 x 6 : 60 10 x 7 : 70 10 x 8 : 80

1 x 9 : 9 1 x 10 : 10 1 x 11 : 11 1 x 12 : 12
2 x 9 : 18 2 x 10 : 20 2 x 11 : 22 2 x 12 : 24
3 x 9 : 27 3 x 10 : 30 3 x 11 : 33 3 x 12 : 36
4 x 9 : 36 4 x 10 : 40 4 x 11 : 44 4 x 12 : 48
5 x 9 : 45 5 x 10 : 50 5 x 11 : 55 5 x 12 : 60
6 x 9 : 54 6 x 10 : 60 6 x 11 : 66 6 x 12 : 72
7 x 9 : 63 7 x 10 : 70 7 x 11 : 77 7 x 12 : 84
8 x 9 : 72 8 x 10 : 80 8 x 11 : 88 8 x 12 : 96
9 x 9 : 81 9 x 10 : 90 9 x 11 : 99 9 x 12 : 108
10 x 9 : 90 10 x 10 : 100 10 x 11 : 110 10 x 12 : 120

77
Lampiran 3 : Lembar Kerja Siswa (LKS)

LEMBAR KERJA SISWA


Nama Anggota Kelompok :

1..........................................
2..........................................
3..........................................
4..........................................

1. Perkalian adalah ....

2. Buatlah gambar yang menunjukkan penjumlahan berulang dari perkalian


berikut !

a. 5x4=

b. 4 x 5 =

c. 3 x 6 =

d. 6 x 3 =

3. Buatlah perkalian dari gambar penjumlahan berulang dibawah ini !

a.

..... + .... +... .+... .= ..... x ....

b.

....+ ....+..... = ..... x ......

4. Buatlah penjumlahan berulang dari perkalian berikut !


a. 3 x 6 = ... + ... + ..

78
b. 4 x 9 = ... + ... + ... + ....

5. Buatlah perkalian dari penjumlahan berulang berikut !


a. 7 + 7 + 7 + 7 + 7 + 7 = ... x ...
b. 6 + 6 + 6 + 6 + 6 + 6 + 6 = ... x ...

79
LEMBAR KERJA SISWA
Nama Anggota Kelompok :

1..........................................
2..........................................
3..........................................
4..........................................

Isilah titik-titik di bawah ini dan kerjakan seperti contoh !

Contoh :

(4 x 2) x 3 = 4 x (2 x 3) =

8 x 3=4 x 6 =

24 = 24

1. (5 x 6) x 1 = ... x( ... x ... ) =

( ... ) x ... = ... x (...) =

... = ...

2. 2 x(3 x 2) = ... x ... x ... =

... x ... = ... x ... =

... = ...

3. (4 x 1) x 2 = ...

4. 3 x (2 x 1) = ...

5. (3 x 3) x 6 = ...

80
Lampiran 4 : Soal Tes Siklus I dan Siklus II

SOAL TES SIKLUS I

I. Buatlah gambar yang menunjukkan penjumlahan berulang dari perkalian


berikut !

1. 4 X 7 = ....

2. 2 X 6 = ....

3. 5 X 2 = ....

II. Buatlah penjumlahan berulang dan perkaliannya dari gambar berikut !

4.

5.

81
SOAL TES SIKLUS II

Isilah titik-titik di bawah ini dan kerjakan seperti contoh !

Contoh :

(2 X 1) X 4 = 2 X (1 X 4) =

2 X4=2X 4 =

8=8

1. (3 X 1) X 4 = ... X( ... X ... ) =

( ... ) X ... = ... X (...) =

... = ...

2. 6 X(3 X 3) = ... X ... X ... =

... X ... = ... X ... =

... = ...

3. (3 X 2) X 4 = ..............

4. 2 X (1 X 9) = .............

5. (4 X 2) X 5 = ............

6. 6 X (2 X 1) =.............

82
Lampiran 5 : Analisis Nilai Tes Awal( pretest) , Tes Siklus I dan Tes

Siklus II

Analisis Nilai Tes Awal

Skor/Item Soal Nilai Tuntas/


N ∑ ∑ skor x tidak
Nama Siswa
O 1 2 3 4 5 skor 100 tuntas
10 10 10 10 10 skor total
AD tidak
1 10 1 10 1 10 32 64 tuntas
RWD tidak
2 0 0 10 10 10 30 60 tuntas
HNT tidak
3 10 10 1 10 1 32 64 tuntas
WM tidak
4 1 1 10 10 10 32 64 tuntas
AADB tidak
5 10 10 10 0 1 31 62 tuntas
AC tidak
6 0 1 10 1 10 22 44 tuntas
CNW
7 10 10 10 10 0 40 80 Tuntas
EC tidak
8 10 0 1 10 0 21 42 tuntas
FAW tidak
9 10 1 10 1 1 23 46 tuntas
FR
10 10 10 1 10 10 41 82 Tuntas
FAD tidak
11 1 1 1 10 10 23 46 tuntas
FG tidak
12 10 1 1 10 1 23 46 tuntas
HB tidak
13 10 10 10 1 0 31 62 tuntas
HOD tidak
14 10 10 0 0 10 30 60 tuntas
JBL tidak
15 10 0 0 0 10 20 40 tuntas
MMN tidak
16 1 1 10 10 10 32 64 tuntas
MCN tidak
17 1 10 1 10 10 32 64 tuntas

83
MIB tidak
18 0 0 1 10 10 21 42 tuntas
MAT
19 10 10 10 1 10 41 82 Tuntas
MF tidak
20 1 10 10 1 1 23 46 tuntas
MKT tidak
21 10 10 10 0 0 30 60 tuntas
MKD tidak
22 1 1 1 10 1 14 28 tuntas
MHS tidak
23 10 1 10 1 1 23 46 tuntas
MDM tidak
24 10 10 1 10 1 32 64 tuntas
MPN tidak
25 1 1 10 10 10 32 64 tuntas
MAD tidak
26 10 10 10 0 0 30 60 tuntas
OL tidak
27 1 1 10 10 10 32 64 tuntas
TAI
28 10 10 1 10 10 41 82 Tuntas
VPAP tidak
29 10 1 10 1 10 32 64 tuntas
WLD tidak
30 1 1 10 10 10 32 64 tuntas
YNW
31 10 10 10 10 0 40 80 Tuntas
YAO tidak
32 1 1 1 10 10 23 46 tuntas
Rata-rata 58,81

84
Analisis Nilai Siklus I

Skor/Item Soal Nilai Tuntas/


Nama ∑
NO 1 2 3 4 5 ∑ skor x 100 tidak tuntas
Siswa skor
10 10 10 10 10 skor total
AD
1 10 10 10 10 1 41 82 Tuntas
RWD
2 10 10 10 10 0 40 80 Tuntas
HNT
3 10 10 10 10 0 40 80 Tuntas
WM
4 1 1 10 10 10 32 64 tidak tuntas
AADB
5 10 10 10 10 0 40 80 Tuntas
AC
6 10 10 10 0 0 30 60 tidak tuntas
CNW
7 10 10 1 10 10 41 82 Tuntas
EC
8 10 10 1 10 0 31 62 tidak tuntas
FAW
9 10 1 10 10 1 32 64 tidak tuntas
FR
10 10 10 10 10 1 41 82 Tuntas
FAD
11 10 10 10 10 0 40 80 Tuntas
FG
12 10 10 0 10 10 40 80 Tuntas
HB
13 10 10 1 10 1 32 64 tidak tuntas
HOD
14 10 10 0 1 10 31 62 tidak tuntas
JBL
15 10 10 10 0 10 40 80 Tuntas
MMN
16 10 10 10 10 1 41 82 Tuntas
MCN
17 10 10 10 10 0 40 80 Tuntas
MIB
18 10 10 10 10 0 40 80 Tuntas
MAT
19 10 10 10 1 10 41 82 Tuntas
MF
20 10 10 10 1 1 32 64 tidak tuntas
MKT
21 10 10 10 10 0 40 80 Tuntas
MKD
22 10 10 10 1 1 32 64 tidak tuntas
85
MHS
23 10 10 10 10 0 40 80 Tuntas
MDM
24 10 10 10 10 0 40 80 Tuntas
MPN
25 1 1 10 10 10 32 64 tidak tuntas
MAD
26 10 10 10 1 1 32 64 tidak tuntas
OL
27 1 1 10 10 10 32 64 tidak tuntas
TAI
28 10 10 1 10 10 41 82 Tuntas
VPAP
29 10 10 10 1 1 32 64 tidak tuntas
WLD
30 10 10 10 1 1 32 64 tidak tuntas
YNW
31 10 10 10 10 1 41 82 Tuntas
YAO
32 10 10 1 10 0 31 62 tidak tuntas
Rata-rata 73,13

86
Analisis Nilai Siklus II

Skor/Item Soal Nilai Tuntas/


∑ skor x
Nama
NO 1 2 3 4 5 6 ∑ skor 100 tidak tuntas
Siswa
10 10 10 10 10 10 skor total
AD
1 10 10 10 10 10 1 51 85,0 Tuntas
RWD
2 10 10 10 10 10 0 50 83,3 Tuntas
HNT
3 10 10 10 10 1 10 51 85,0 Tuntas
WM
4 1 10 10 10 10 10 51 85,0 Tuntas
AADB
5 10 10 10 10 10 0 50 83,3 Tuntas
AC
6 10 10 1 10 10 10 51 85,0 Tuntas
CNW
7 10 10 10 10 1 10 51 85,0 Tuntas
EC
8 10 10 10 10 1 0 41 68,3 tidak tuntas
FAW
9 10 10 10 10 1 10 51 85,0 Tuntas
FR
10 10 10 10 10 1 10 51 85,0 Tuntas
FAD
11 10 10 10 10 10 1 51 85,0 Tuntas
FG
12 10 10 1 10 10 10 51 85,0 Tuntas
HB
13 10 10 10 10 10 1 51 85,0 Tuntas
HOD
14 10 10 0 0 10 10 40 66,7 tidak tuntas
JBL
15 10 10 10 10 1 10 51 85,0 Tuntas
MMN
16 10 10 10 10 1 10 51 85,0 Tuntas
MCN
17 10 10 10 10 10 1 51 85,0 Tuntas
MIB
18 10 10 1 10 10 10 51 85,0 Tuntas
MAT
19 10 10 10 10 10 0 50 83,3 Tuntas
MF
20 10 10 10 0 10 10 50 83,3 Tuntas
MKT
21 10 10 1 10 10 10 51 85,0 Tuntas

87
MKD
22 10 10 10 10 10 0 50 83,3 Tuntas
MHS
23 10 10 10 10 1 10 51 85,0 Tuntas
MDM
24 1 10 10 10 10 10 51 85,0 Tuntas
MPN
25 10 10 0 10 10 10 50 83,3 Tuntas
MAD
26 10 10 10 10 1 10 51 85,0 Tuntas
OL
27 10 10 10 10 10 1 51 85,0 Tuntas
TAI
28 10 10 1 10 10 10 51 85,0 Tuntas
VPAP
29 10 10 10 1 1 10 42 70,0 Tuntas
WLD
30 10 10 10 10 10 1 51 85,0 Tuntas
YNW
31 10 10 10 10 10 1 51 85,0 Tuntas
YAO
32 1 10 10 10 10 0 41 68,3 tidak tuntas
Rata-rata 82,60

88
LAMPIRAN 6 : FOTO-FOTO AKTIVITAS SISWA DAN PENELITI

Observer

FOTO AKTIVITAS SISWA DAN PENELITI SIKLUS I

89
AKTIVITAS SIKLUS II

90
AktivitasSiswa mengerjakan tes siklus I

Aktivitas siswa mengerjakan tes Siklus II

91

Anda mungkin juga menyukai