Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada hakekatnya tujuan pembangunan dalam bidang pendidikan adalah untuk

membangkitkan kualitas hidup manusia secara utuh dan menyeluruh. Di samping itu

pendidikan bertujuan mewujudkan manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa,

berkualitas dan mandiri sehingga mampu mambangun dirinya dan bertanggung

jawab pada pembangunan bangsa.

Matematika adalah salah satu ilmu pengetahuan dasar dan memberikan andil

yang sangat besar dalam kemajuan bangsa. Mengingat peranan matematika yang

sangat penting itu, maka siswa dituntut untuk menguasai pelajaran matematika secara

tuntas di setiap satuan dan jenjang pendidikan.

Untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, berbagai usaha dan upaya

yang telah dilakukan seperti penambahan jumlah buku pelajaran, penyempurnaan

kurikulum, peranan guru-guru bidang studi, penambahan sarana dan prasarana untuk

kegiatan belajar mengajar sekaligus pemantapan proses belajar mengajar.

Pemantapan proses belajar mengajar, guru mempunyai peranan yang sangat

penting, di mana hasil belajar anak didik bukan hanya dipengaruhi oleh penguasaan

guru terhadap materi pelajaran, tetapi juga metode mengajar yang digunakan oleh

guru dalam kegiatan belajar-mengajar. Guru mempunyai peranan yang sangat

1
menentukan dan mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang

diharapkan.

Melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran di dalam kelas

merupakan salah satu tugas utama guru. Namun dalam proses pembelajaran di kelas

masih sering ditemui adanya kecenderungan meminimalkan kecendrungan siswa.

Dominasi guru dalam proses pembelajaran menyebabkan kecenderungan siswa lebih

bersifat pasif, sehingga mereka lebih banyak menunggu sajian guru dari pada

mencari dan menemukan sendiri pengetahuan, keterampilan dan sikap yang mereka

butuhkan.

Berkaitan dengan hal tersebut, maka dituntut agar guru mata pelajaran

khususnya matematika selain menguasai materi pelajaran yang akan diajarkan juga

harus dapat memberikan motifasi untuk belajar dengan tenang, senang dan

bersemangat serta mempunyai rasa kemandirian.

Dalam pembelajaran matematika banyak guru yang mengeluhkan rendahnya

kemampuan siswa dalam mengajar soal matematika. Hal ini terlihat dari banyaknya

kesalahan siswa dalam mengerjakan soal dan rendahya prestasi belajar siswa (nilai)

baik dalam ulangan harian, ulangan semester, maupun Ebtanas. Padahal dalam

pelaksanaan proses pembelajaran dikelas biasanya guru memberikan tugas secara

kontinyu berupa latihan soal. Tetapi dalam pelaksanaannya latihan tidak sepenuhnya

dapat meningkatkan kemampuan siswa memecahkan masalah matematika.

Untuk mengatasi masalah tersebut, maka banyak pendekatan dan metode

pengajaran yang diterapkan dalam proses pembelajaran. Namun dalam

2
penerapannya, perlu disadari bahwa, tidak setiap metode dan pendekatan sesuai

dengan materi yang diajarkan.

Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Sullivan (Upu, 2003 : 7) yang

menyatakan bahwa pembelajaran matematika dikelas pada umumnya hanya terpusat

pada guru yang mengakibatkan siswa menjadi malas dan kurang bergairah dalam

menerima pelajaran. Ini menunjukkan bahwa salah satu penyebab kurang

berpartisipasinya siswa dalam pengajaran karena penerapan metode dan pendekatan

mengajar yang kurang tepat.

Akibat dari ketidaktepatan dalam penerapan metode dan pendekatan mengajar

dapat dilihat pada prestasi siswa yang rendah. Bukti menunjukkan bahwa banyak

siswa yang tidak mampu mengerjakan soal yang sedikit dibuat oleh guru pada saat

ulangan harian maupun ulangan semester. Bentuknya mirip (sedikit berbeda) dengan

contoh soal yang dibuat pada saat pembelajaran.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari guru matematika di SMA Negeri

11Makassar khususnya dikelas X1 IPA6 bahwa nilai rata-rata hasil belajar

matematika siswa adalah 58,30 dan berada pada kategori rendah.

Dengan melihat hasil belajar matematika siswa tersebut, maka seorang guru

dalam proses belajar, menggunakan suatu pendekatan yang mengaktifkan siswa

dalam proses belajar. Khususnya yang akan diberikan solusi dalam menelaah maksud

dari masalah yang diberikan oleh guru adalah dengan menggunakan problem posing.

Problem posing merupakan salah satu pendekatan pembelajaran nonkon-

vensional dalam proses kegiatanya dalam membangun struktur kognitif siswa. Proses

3
ini dilakukan dengan cara mengaitkan materi yang telah dimilikinya dengan

pelajaran yang akan diajarkan, bahkan beberapa hasil penelitian memberikan

gambaran bahwa problem posing merupakan salah satu bentuk kegiatan dalam

pembelajaran matematika yang dapat mengaktifkan siswa. Mengembangkan

kemampuan berfikir siswa dalam menyelesaikan masalah dan menimbulkan sikap

positif terhadap matematika.

Berdasarkan uraian diatas,maka penulis terdorong melakukan penelitian yang

berjudul ”Meningkatkan Hasil Belajar Matematika dengan Pendekatan Problem

Posing pada Siswa kelas XI IPA 6 SMA Negeri 11 Makassar”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah penelitian ini

adalah “Apakah hasil belajar matematika Siswa kelas XI IPA 6 SMA Negeri 11

Makassar dapat ditingkatkan dengan pendekatan problem posing ?.”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan

hasil belajar matematika pada siswa Kelas XI IPA 6 SMA Negeri 11 Makassar

dengan pendekatan problem posing.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Siswa

Diharapkan dengan penggunaan problem posing khususnya pada mata

pelajaran matematika dapat memperoleh hasil yang lebih baik.

4
2. Bagi Guru

Sebagai masukan bagi guru, khususnya guru mata pelajaran matematika

tentang pentingnya penggunaan problem posing dalam peningkatan hasil

belajar siswa. Sehingga bagi guru dapat meningkatkan kinerja dan

profesionalismenya.

3. Bagi Sekolah

Sebagai bahan informasi bagi pihak sekolah, untuk dapat dijadikan bahan

pertimbangan agar problem posing dapat diterapkan pada semua mata

pelajaran.

Anda mungkin juga menyukai