Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada jenjang pendidikan formal, Sekolah Dasar merupakan lembaga
pendidikan yang menanamkan pengetahuan dasar bagi pendidikan selanjutnya.
Sekolah. Pendidikan di Sekolah Dasar dimaksudkan untuk memberikan bekal
kemajuan dasar kepada siswa berupa pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang
bermanfaat bagi dirinya sendiri sesuai dengan tingkat perkembangan belajarnya.
Hal tersebut sejalan dengan hakikat belajar, yang menyebutkan bahwa
belajar merupakan suatu proses yang kompleks dan unik. Kompleks karena
mengikat segala aspek kepribadian baik jasmani maupun rohani. Unik artinya tiap
orang mempunyai cara belajar yang berbeda dengan yang lain yang disebabkan
karena adanya perbedaan individual seperti minat, bakat, kemampuan,
kecerdasan, serta tipe belajar.
Sejauh ini pendidikan masih didominasi oleh pandangan bahwa
pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Kelas masih
berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah
menjadi pilihan utama strategi belajar. Untuk itu, diperlukan sebuah strategi
belajar ‘baru’ yang lebih memberdayakan siswa. Sebuah strategi belajar yang
tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi yang
mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri.
Peningkatan mutu pendidikan matematika ditandai dengan peningkatan
Minat belajar matematika. Mutu Minat belajar matematika ditentukan oleh mutu
proses belajar di kelas atau di sekolah. Peningkatan mutu pendidikan hanya dapat
dicapai melalui peningkatan mutu proses pembelajaran matematika yang
bermuara pada peningkatan Minat belajar matematika. Sementara itu, agar 13
proses belajar berlangsung efektif, semua faktor internal (dari dalam diri siswa)
meliputi antara lain bakat, kecerdasan (intelektual, emosional, dan spiritual),
minat, motivasi, sikap, dan faktor eksternal (dari luar diri siswa) meliputi antara
lain tujuan pembelajaran, materi pelajaran, strategi dan metode pembelajaran,
media pembelajaran/alat peraga, pengorganisasian kelas, reinforcement
(penguatan), iklim sosial kelas, waktu yang tersedia, sistem, dan teknik evaluasi
harus diperhatikan.
Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak
akan belajar lebih baik jika lingkungan belajar diciptakan alamiah. Belajar akan
lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan
mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti
berhasil dalam kompetensi jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak
memecahkan persoalan dalam jangka panjang. Namun kenyataannya guru
cenderung mengikuti isi kurikulum dan anak belajar secara verbal, keadaan
semacam ini jauh dari konsep belajar bermakna. Seharusnya, menurut Cahyo
(2013: 54) peran guru adalah sebagai fasilitator dan mediator yang tugasnya
membantu siswa untuk mau belajar sendirin dan merumuskan pengetahuannya
agar proses belajar siswa bermakna.
Dalam rangka menuju kepada pembinaan keterampilan, diharapkan dalam
pembelajaran guru dapat melakukan pembelajaran dengan metode yang dapat
mengaktifkan siswa. Penggunaan metode yang tepat akan menentukan efektifitas
dan efisiensi pembelajaran. Pembelajaran perlu menggunakan sedikit ceramah dan
metode-metode yang berpusat pada guru, serta lebih menekankan pada interaksi
peserta didik. Penggunaan metode yang bervariasi akan sangat membantu peserta
didik dalam mencapai tujuan pembelajaran (Mulyasa, 2011: 107).
Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang harus dikuasai setiap
manusia, karena Matematika tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Tak
terkecuali bagi siswa sekolah dasar, konsep-konsep Matematika harus diberikan
secara benar sejak awal siswa mengenal suatu konsep, sebab kesan yang pertama
kali ditangkap oleh siswa akan terus terekam dan akan menjadi pandangannya di
masa-masa selanjutnya.
Oleh karena itu, pembelajaran Matematika harus dilaksanakan secara
berkesinambungan dari konsep yang paling mendasar ke konsep yang lebih tinggi
(Hartini, 2010: 13). Dari perspektif di atas, menjadi ironis sekali jika ada orang
yang menganggap matematika layaknya hantu yang harus dijauhi. Tak terkeculai
bagi siswa dasar di Kelas V SDN 112279 Aek KanopanKecematan Kualuh
HuluKabupaten Labuhanbatu Utara.
Berdasarkan hasil tes yang dilakukan peneliti pada siswa SDN 112279 Aek
KanopanKecamatan Kualuh HuluKabupaten Labuhanbatu Utara, khususnya kelas
V yang jumlah siswanya 30 anak yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 18 siswa
perempuan menganggap bahwa Matematika merupakan mata pelajaran yang
sangat sulit dipahami. Masih banyak anak yang takut dan tidak menyukai
pembelajaran matematika, dan pada akhirnya banyak siswa yang mendapatkan
nilai matematika dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 65.
Dengan permasalahan tersebut, peneliti mencoba mengganti metode
pembelajarannya. Berdasarkan nilai-nilai siswa kelas V pada pokok bahasan sifat-
sifat bangu dasar dibawah KKM, dan penyebabnya yaitu pada sifat-sifat bangu
dasar dengan metode ceramah siswa mengalami kesulitan, seperti yang telah
dipaparkan di atas. Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran
dengan memperagakan dan mempertunjukan kepada siswa tentang suatu proses,
situasi, atau benda tertentu baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan (Sanjaya,
2006: 152). Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan
secara lisan oleh guru. Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa hanya
sekedar memperhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan
pelajaran yang lebih konkret.
Mengingat permasalahan di atas mendorong penulis untuk mengambil fokus
penelitian dengan judul “Meningkatkan Minat BelajarMatematika Pada
MateriSifat-Sifat Bangun Datar Dengan Menggunakan Metode Demosntrasi Dan
Media Gambar Pada Siswa Kelas V SDN 112279 Aek KanopanKecematan
Kualuh HuluKabupaten Labuhanbatu Utara”.
1. Identifikasi Masalah
Hasil observasi awal yang peneliti temukan di kelas terungkap masalah
yang terjadi dalam pembelajaran matematika yaitu: Minat belajar dan aktifitas
siswa dalam proses pembelajaran matematika tergolong rendah. Hal ini
ditunjukan dengan nilai rata-rata ulangan harian pada pelajaran matematika
khususnya pada materi pokok sifat-sifat bangun datar sebesar 59,67. Nilai tersebut
belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal sebesar 65 (KKM dari sekolah).
Maka ada beberapa masalah yang terjadi diantaranya:
a. Siswa enggan untuk bertanya dan menjawan pertanyaan dari guru
b. Siswa belum termotivasi
c. Kurangnya keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar.
2. Analisis Masalah
Dari hasil refleksi dan diskusi dengan teman sejawat dapat teridentifikasi
bahwa salah satu faktor yang diduga penyebab masalah rendahnya Minat belajar
siswa di atas adalah pembelajaran yang berlangsung di Kelas V SDN 112279 Aek
Kanopan Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhanbatu Utara bersifat
deklaratif dimana guru hanya menyampaikan materi sebanyak mungkin kepada
siswa, tanpa melibatkan siswa dalam proses pembelajaran sehingga siswa pasif
dalam proses pembelajaran. Akibatnya proses pembelajaran berlangsung monoton
dan membosankan sehingga berimplikasi pada rendahnya Minat belajar siswa.
Setelah dikumpulkan ada beberapa penyebab rendahnya hasil nilai siswa pada
mata pelajaran Matematika :
a. Materi pelajaran dijelaskan hanya dengan metode ceramah
b. Guru menjelaskan materi tidak menggunakan media pembelajaran
c. Pemberian ilustrasi oleh guru dalam menjelaskan materi kurang menarik
3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
Adapaun altenatif dan prioritas dari pemecahan masalah yaitu ;
a. Meningkatkan cara belajar dengan metode yang baru seperti metode
demonstrasi.
b. Meningkatkan penjelasan materi menggunakan media pembelajaran
seperti media gambar.
c. Meningkatkan cara belejar dengan memberikan ilustrasi yang menarik
pada saat pemberian materi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan
sebagai berikut.
1. Bagaimana gambaran Minat belajar matematika siswa Kelas V SDN
112279 Aek Kanopan Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhanbatu
Utara yang diajar dengan menggunakan metode demonstrasi pada materi
pokok sifat-sifat bangun datar?
2. Bagaimana peningkatan Minat belajar matematika siswa Kelas V SDN
112279 Aek Kanopan Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhanbatu
Utara yang diajar dengan menggunakan metode demonstrasi pada materi
pokok sifat-sifat bangun datar?
C. Tujuan Penelitian
Perbaikan Pembelajaran Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah
disebutkan di atas, maka tujuan pembelajaran ini yaitu:
1. Mendeskripsikan Minat belajar matematika siswa siswa Kelas V SDN
112279 Aek Kanopan Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhanbatu
Utara yang diajar dengan menggunakan metode demonstrasi pada materi
pokok sifat-sifat bangun datar.
2. Meningkatkan Minat belajar matematika siswa siswa Kelas V SDN
112279 Aek Kanopan Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhanbatu
Utara yang diajar dengan menggunakan metode demonstrasi pada materi
pokok sifat-sifat bangun datar.
D. Manfaat Penelitian Perbaikan
Pembelajaran Hasil dari penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang berarti
seperti berikut.
1. Bagi peneliti
Sebagai latihan dalam melakukan penelitian secara ilmiah dalam mengatasi
permasalahan-permasalahan yang dialami oleh guru dalam kegiatan pembelajaran
di kelas, serta mendapatkan wawasan dan pengalaman dalam menerapkan metode
demontrasi.
2. Bagi siswa,
Mengembangkan wawasan siswa tentang pentingnya penerapan metode
demontrasi saat belajar, mendorong siswa untuk menyenangi matematika serta
berperan aktif dalam mengkonstruksi sendiri pengetahuannya,
mengkomunikasikannya secara lisan, dan menuliskan ide dan pendapatnya secara
sistematis.
3. Bagi guru
Diharapkan dapat memahami dan berinovasi dengan menerapkan metode
demonstrasi dalam upaya meningkatkan hasil bilai siwa yang maksimal
1. Tolong diperhatikan penulisan kutipan konsisten, kutipan langsung
maupun tidak langsung
2. Jangan ada kata yang salah ketik
3. Upaya perbaikan sesuaikan dengan judul pkp yang sudah disepakati.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Alat Peraga
Alat peraga merupakan bagian dari media.Oleh karena itu, istilah media
perlu dipahami lebih dahulu sebelum dibahas mengenai pengertian alat peraga
lebih lanjut. Media pengajaran diartikan sebagai semua benda yang menjadi
perantara terjadinya proses belajar, dapat berwujud perangkat lunak, maupun
perangkat keras. Berdasarkan fungsinya media pengajaran dapat berbentuk alat
peraga dan sarana.Alat peraga matematika adalah seperangkat benda konkret yang
dirancang, dibuat, dihimpun atau disusun secara sengaja yang digunakan untuk
membantu menanamkan atau mengembangkan konsep-konsep atau prinsip-
prinsip dalam matematika (Iswadji, 2003:1).
Dengan alat peraga, hal-hal yang abstrak dapat disajikan dalam bentuk
model-model berupa benda konkret yang dapat dilihat, dipegang, diputarbalikkan
sehingga dapat lebih mudah dipahami.Fungsi utamanya adalah untuk menurunkan
keabstrakan konsep agar siswa mampu menangkap arti konsep tersebut.Sebagai
contoh, benda-benda konkret di sekitar siswa yang berkaitan dengan bangun datar
adalah permukaan meja, permukaan papan tulis, permukaan buku serta
bendabenda yang bisa dibuat manjadi alat peraga pembelajaran seperti kertas
karton, tripleks, dan kayu.Suatu hal yang perlu mendapat perhatian adalah teknik
penggunaan alat peraga dalam pembelajaran matematika secara tepat.

Tolong dikoreksi ulang sampai halaman terakhir tanda baca dan jarak antar kata,

Untuk itu perlu dipertimbangkan kapan digunakan dan jenis alat peraga
mana yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran. Agar dapat memilih dan
menggunakan alat peraga sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dalam
pembelajaran, maka perlu diketahui fungsi alat peraga. Secara umum fungsi alat
peraga adalah:
1. Sebagai media dalam menanamkan konsep-konsep matematika;
2. Sebagai media dalam memantapkan pemahaman konsep;
3. Sebagai media untuk menunjukan hubungan antara konsep matematika.
Disamping itu penggunaan alat peraga dalam pembelajaran matematika,
khususnya berkaitan dengan materi bangun datar dapat menciptakan suasana
proses belajar mengajar berlangsung lebih menarik, sehingga dapat mendorong
partisipasi dan merangsang minat siswa untuk mengikuti pelajaran dengan
antusias. Kondisi ini sangat membantu dan memudahkan siswa dalam memahami
materi yang diberikan dengan baik (Purnama, 2009 : 2).
B. Model Pembelajaran
Secara terminologi, model pembelajaran dirtiakan sebagai acuan
konseptual yang digunakan sebagai satu rencana atau pola dengan menyusun dan
mengatur bahan pelajaran di kelas (Dahlan, 1984).Selanjutnya menurut Syah
(1995), model mengajar adalah kerangka mengajar yang dimanipulasi sedemikian
rupa untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran, yang lazimnya dijadikan acuan
perencanaan dan pelaksanaan serta evaluasi belajar. Menurut Indrawati (2002),
model pembelajaran diartikan sebagai suatu rencana mengajar yang
memperlihatkan pola pengajaran tertentu dimana dalam pola tersebut dapat
terlihat kegiatan guru dan siswa didalam mewujudkan kondisi belajar atau sistem
lingkunagn yang menyebabkan terjadinya belajar pada siswa.
Di dalam pola pembelajaran yang dimaksud dalam model pembelajaran
terdapat karakteristik berupa rentetan atau tahapan kegiatan guru dan siswa dan
dikenal dengan sintaksis dalam peristiwa pembelajaran. Secara implisit dibalik
tahapan pembelajaran tersebut terdapat rasional yang membedakan model
pembelajaran yang satu dengan model pembelajaran yang lain.
Sedangkan menurut Soekamto (1993), model pembelajaran diartikan
sebagai kerangka konseptual, melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu, dan
berfungsi sebagai denah guru dalam merencanakan dan melaksanakamn kegiatan
belajar mengajar. Pembelajaran yang didesain secara sistematis akan semakain
bermakna terhadap perkembangan intelektual peserta didik. Praktisi pendidikan
menganggap bahwa model pembelajaran yang diterapkan dalam proses belajar
mengajar akan menjadi lebih efektif jika didesain dan berorientasi pada
bagaimana memberikan peluang kepada siswa untuk memperoleh kondisi belajar
yang memadai dan berkembang sesuai kemampuan dan kegiatan sendiri, tanpa
ada intervensi dan tekanan apapun. Indrawati (2000) mengatakan bahwa setiap
model pembelajaran mempunyai karakteristik masing-masing sesuai dengan
acuan yang ditempatkan pada proses belajar mengajar.
Model-model pembelajaran tersebut memiliki unsur-unsur berikut:
(a) sistematika langkah-langkah (sintak) yaitu memuat gambaran suatu
model pembelajaran yang diuraikan kedalam serangkaian kegiatan yang
kongkrit didalam menyajikan bahan pelajaran pada peserta didik,
(b) sistem sosial yang dikembangkan yakni sesuatu yang menggambarkan
fungsi atau peranan dan hubungan guru dan siswa dalam proses belajar
mengajar,
(c) prinsip-prinsip stimulant yaitu bagaimana seorang guru menghargai dan
merespon siswa dalam proses belajar mengajar, dan
(d) sistem pendukung yakni segala sarana, bahan, dan alat yang diperlukan
untuk menunjang pelaksanaan suatu model pembelajaran.
C. Minat Belajar
Shalahuddin (1990:95) menyatakan minat sebagai perhatian yang
mengandung unsur-unsur perasaan.Pernyataan Shalahuddin di atas
memberikan pengertian bahwa minat berkaitan dengan rasa senang atau tidak
senang.Oleh karena itu,minat sangat menentukan sikap yang menyebabkan
seseorang aktif dalam suatu pembelajaran.dengan kata lain minat dapat
menjadi sebab atau faktor motivasi dari suatu kegiatan.
Menurut Moh.Uzer Usman (2001:21) Kondisi belajar mengajar yang
efektif adalah adanya minat dan perhatian siswa dalam belajar.Kemudian ia
juga menyatakan bahwa minat ini besar sekali pengaruhnya terhadap
belajar.sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang
diminatinya.Sebaliknya tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan
sesuatu.
Dari pernyataan di atas,dapat dikatakan bahwa orang yang mempunyai
minat terhadap sesuatu,ia akan berusaha lebih keras untuk memperoleh sesuatu
yang diminatinya atau dengan kata lain dengan adanya minat dalam diri
seseorang ,maka ia akan termotivasi untuk mendapatkan sesuatu itu.
Minat seseorang terhadap pelajaran dan proses pembelajaran tidak
muncul dengan sendirinya akan tetapi banyak faktor yang dapat mempengaruhi
munculnya minat.Salah satu faktor yang dapat membangkitkan dan
merangsang minat adalah faktor bahan pelajaran yang akan diajarakan kepada
siswa.Bahan pembelajaran yang menarik minat siswa,akan sering dipelajari
oleh siswa yang bersangkutan.Dan sebaliknya bahan pembelajaran yang tidak
menarik minat siswa tentu akan dikesampingkan oleh siswa.Oleh karena itu
bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa,maka
siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya,karena tidak ada daya tarik
baginya.
Moh.Uzer Usman (2001:95) melihat bahwa minat siswa merupakan
faktor utama yang menentukan derajat keaktifan belajar siswa.Jadi minat
merupakan faktor yang menentukan keterlibatan siswa secara aktif dalam
belajar.Selanjutnya Kurt Singer (1987:95) mengemukakan beberapa faktor
yang dapat menimbulkan minat terhadap pelajaran adalah sebagai berikut :
1. Pelajaran akan menarik siswa jika terlihat adanya hubungan anatara
pelajaran dan kehidupan nyata.
2. Bantuan yang diberikan guru terhadap anak didiknya dalam mencapai
tujuan tertentu.
3. Adanya kesempatan yang diberikan guru terhadap siswa untuk berperan
aktif dalam proses belajar mengajar.
4. Sikap yang diperlihatkan guru dalam usaha meningkatkan minat siswa.

D. Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran merupakan diskripsi tentang perubahan prilaku
yang di inginkan atau deskripsi produk yang menunjukan bahwa belajar telah
terjadi. Gagne dan briggs dalam Nashar mengklasifikasikan hasil belajar
menjadi 5, yaitu:
1. Keterampilan intelektual (intellectual skills)
Keterampilan intelek merupakan kemampuan yang membuat individu
kompeten.Kemampuan ini bertentangan dari kemahiran bahasa sederhana
seperti menyusun kalimat sampai pada kemahiran teknis maju, seperti
teknologi rekayasa dan kegiatan ilmiah.Keterampilan itu misalnya
menemukan kekuatan jembatan atau memprediksi inflasi mata uang.
2. Strategi kognitif (cognitive strateggis)
Strategis kognitif merupakan kemampuan yang mengatur prilaku
belajar, mengingat dan berpikir seseorang.Misalnya kemampuan
mengendalikan prilaku ketika membaca yang dimaksudkan untuk belajar
dan metode internal yang digunakan untuk memperoleh inti
masalah.Kemampuan yang berada dalam strategi kognitifini digunakan
oleh pembelajar dalam memecahkan masalah secara kreatif.
3. Informasi verbal (verbac information)
Informasi verbal merupakan kemampuan yang diperoleh pembelajar
dalam bentuk informasi atau pengetahuan verbal. Pembelajaran umumnya
telah memiliki memori yang amumnya telah digunakan dalam bentuk
informasi, seperti nama bulan, hari, minggu, bilangan, huruf, kota, Negara,
dan sebagainya. Informasi verbal yang dipelajari disituasi pembelajaran
diharapkan dapat diingat kembali setelah pembelajar menyelesaikan
kegiatan pembelajar.
4. Keterampilan motorik (Motor skills)
Keterampilan motorik merupakan kemampuan yang berkaitan dengan
kelenturan syaraf dan otot, pembelajar naik sepeda, menyetir mobil,
menulis halus merupakan beberapa contoh yang menunjukan
keterampialan motorik. Dalam iv kenyataannya, pendidikan disekolah
lebih banyak menekankan pada fungsi intelektual dan seringkali
mengabaikan keterampilan motorik, kecuali untuk sekolah teknik.
5. Sikap (Attitudes)
Sikap merupakan kecenderungan pembelajaran untuk memilih
sesuatu, setiap pembelajar memiliki siakap terhadap berbagai benda, orang
dan situasi.efek sikap ini dapat diamati dari reaksi pembelajar (positif atau
negatif) terhadap benda,orang atau pun situasi yang sedang dihadapi.
E. Evaluasi hasil belajar
Secara rinci fungsi evaluasi dalam pengajaran dapat dikelompokkan
menjadi Empat yaitu:
1. Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan serta keberhasilan siswa
setelah melakukan kegiatan selama jangka waktu tertentu.
2. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan progaram pengajaran
3. Untuk keperluan bimbingan konseling
4. Untuk keperluan pengembangan dan perbaikan kurikulum sekolah
bersangkutan.
Salah satu tahap kegiatan evaluasi, baik yang berfungsi formatif maupun
sumatif adalah tahap pengumpulan informasi melalui pengukuran. Menurut
Darsono (2000,110- 111) pengumpulan informasi hasil belajar dapat-ditempuh
melalui dua yaitu:

a) Teknik Tes
Teknik tes biasanya dilakukan disekolah-sekolah dalam rangka
mengakhiri tahun ajaran atau semester.Pada akhir tahun, sekolah
mengadakan tes akhir tahun. Menurut pola jawabannya tes dapat
diklasifikasikan menjadi tiga yaitu: tes objektif,tes jawaban singkat, dan
tes uraian.
b) Teknis Non Tes
Pengumpulan informasi atau pengukuran dalam evaluasi hasil belajar
dapat juga dilakukan melalui observasi,wawancara dan angket. Teknis
non tes lebih banyak digunakan untuk mengungkap kemampuan
psikomotorik dan hasil belajar efektif.

F. Pengertian Matematika
Matematika merupakan disiplin ilmu yang meliputi fakta, konsep,
operasi atau relasi dan prinsip. Beberapa definisi tentang matematika
diungkapkan oleh Soedjadi (2000: 11) yang menyatakan sebagai berikut
”Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara
sistematik.
1. Matematika adalah pengetahun tentang bilangan dan kalkulasi
2. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan
dengan bilangan
3. Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan
masalah tentang ruang dan bentuk
4. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logis
5. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat”.
Dari definisi-definisi tersebut, terlihat adanya ciri khusus atau
karakteristik yang dapat merangkum definisi matematika secara umum.
Soedjadi (2000: 13) mengemukakan karakteristik matematika, yakni memiliki
objek kajian abstrak, bertumpu pada kesepakatan, berpola pikir deduktif,
memiliki simbol yang kosong dari arti, memperhatikan semesta pembicaraan,
konsisten dalam sistemnya” .
Pemahaman akan karekteristik-karakteristik matematika dapat membantu
siswa dalam mempelajari matematika yang sedang dipelajari. Pemahaman ini
dimaksudkan untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika yang
diharapkan.
Dalam silabus matematika (dalam Soedjadi, 2000: 41) dikemukakan
bahwa tujuan umum diberikannya matematika di jenjang pendidikan dasar dan
umum adalah mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan
keadaan di dalam kehidupan dan dunia yang selalu berkembang, melalui
latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat,
jujur, efektif, dan efisien.
Menurut Soedjaji (2000: 41) menjelaskan bahwa tujuan mata pelajaran
matematika adalah untuk mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan
matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam
mempelajari berbagai ilmu pengetahuan”.
Selanjutnya, tujuan khusus pengajaran matematika di sekolah
menengah pertama (dalam Soedjadi, 2000: 42) adalah
1. Memiliki kemampuan yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan
matematika
2. Memiliki pengetahuan matematika sebagai peningkatan matematika
sebagai bekal untuk melanjutkan ke pendidikan menengah
3. Memiliki keterampilan matematika sebagai peningkatan dan perluasan dari
matematika sekolah dasar dan untuk dapat digunakan dalam kehidupan
sehari-hari
4. Mempunyai pandangan yang cukup luas dan memiliki sikap logis, kritis,
cermat, kreatif, dan disiplin.
Dari uraian di atas, belajar matematika di sekolah dimaksudkan untuk
melatih penalaran dan logika berpikir para siswa, sehingga siswa akan terbiasa
berpikir logis, kritis, dan kreatif di dalam kehidupan sehari-hari.
G. Tujuan Pembelajaran Matematika SD
Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada seluruh peserta
didik, mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan
kemampuan berfikir logis, analisi, sistematis, kritis dan kreatif serta
kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar perserta didik
memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi
untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan
kompetitif.
Mata pelajaran Matematika bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut:
1. Memahami konsep Matematika, menjelaskan keterkaitan antara konsep
dan mengaplikasikan konsep secara luwes, akurat, efesien, dan tetap dalam
pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
Matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pertayaan Matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model Matematika, penyelesaian model dan menafsirkan solusi
yang diperoleh.
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan tabel, untuk memperjelas keadaan
atau masalah. Memiliki sikap menghargai kegunaan Matematika dalam
kehidupan, yang memiliki rasa ingn tahu, perhatian, dan minat dalam
mempelajari Matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam
pemecahan masalah.
H. Pengertian Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara
memperagakan suatu benda tertentu yang tidak terlepas dari penjelasan secara
lisan oleh guru. Menurut Sanjaya W. (2006 : 152), metode demonstrasi
merupakan metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan
mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi, atau benda
tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan. Sebagai metode penyajian,
demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru. Walaupun
dalam proses demonstrasi peran siswa hanya sekedar memperhatikan, akan
tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkret dalam
strategi pembelajaran ekspositori dan inkuiri.
Menurut Fat (www.udhiexz.wordpress.com) metode demonstrasi
adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan,
dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui
penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi
yang sedang disajikan. Sedangkan menurut Daryanto (2009: 403), metode
demonstrasi merupakan cara penyajian bahan pelajaran dengan memperagakan
atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses situasi, atau benda tertentu
yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan yang sering disertai
penjelasan lisan.
Seringkali orang mengira bahwa metode demonstrasi hanya digunakan
pada mata pelajaran ilmu pengetahuan alam saja, padahal tidak demikian
halnya.Metode ini dapat dipergunakan bagi penyajian semua jenis mata
pelajaran termasuk matematika. Dengan demonstrasi, proses penerimaan
terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam, sehingga membentuk
pengertian dengan baik dan sempurna, juga siswa dapat mengamati dan
memperhatikan pada apa yang diperagakan guru selama pelajaran berlangsung.
Dari beberapa pendapat di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa
metode demonstrasi merupakan suatu metode penyajian pelajaran dengan
memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses,
situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekadar tiruan.
Metode demonstrasi terutama dalam mengembangkan sikap-sikap, guru
perlu merencanakan pendekatan secara lebih berhati-hati dan ia melakukan
kecakapan untuk mengarahkan motivasi dan berfikir siswa. Tidak semua yang
dijelaskan oleh guru dapat diterima oleh semua siswa dengan mudah, hal ini
disebabkan antara lain:
a) Tingkat perkembangan berfikir yang berbeda-beda.
Perkembangan berfikir dimulai dari konkret menuju abstrak, apa yang
dipelajari akan lebih jelas dan mudah dipahami siswa dengan melihat
langsung atau melalui alat/benda tiruan yang ditujukan
(diperagakan/didemonstrasikan) guru.
b) Sifat bahan yang dipelajari tidak semuanya sama.
Ada bahan pelajaran yang tak menuntut diperagakan atau dipertunjukkan,
tetapi ada pula yang menuntut diperagakan atau dipertunjukkan untuk lebih
memperjelas.Untuk yang terakhir inilah, diperlukan demonstrasi seperti hal-
hal yang baru diperkenalkan kepada siswa.
c) Tipe pelajaran individu yang berbeda
Terdapat beberapa tipe belajar, antara lain tipe visual, tipe auditif, tipe
motorik, dan tipe campuran (merupakan kombinasi dari tipe-tipe belajar
tersebut). Dalam hal ini, dapat dilihat kecenderungannya, apakah siswa
memiliki tipe visual, tipe auditif, tipe motorik, atau tipe campuran
(Daryanto, 2009: 403).
I. Perencanaan dan Persiapan Metode Demonstrasi
Setiap metode pembelajaran harus direncanakan dan dipersiapkan
agar tujuan pembelajaran tercapai, begitu pula dengan metode demonstrasi.
Menurut Djamarah (2010: 403) hal-hal yang perlu mendapat perhatian pada
langkah ini antara lain
1. Penentuan tujuan demonstrasi yang akan dilakukan. Dalam hal ini,
pertimbangkanlah apakah tujuan yang akan dicapai siswa dengan belajar
melalui demonstrasi itu tepat dengan mengunakan metode demonstrasi
2. Materi yang akan didemonstrasikan terutama hal-hal yang penting ingin
disampaikan dalam pembelajaran.
3. Siapkan fasilitas penunjang demonstrasi seperti peralatan, tempat, dan
mungkin biaya yang juga dibutuhkan
4. Penataan peralatan dan kelas pada posisi yang baik
5. Pertimbangkanlah jumlah siswa dihubungkan dengan hal yang akan
didemonstrasikan agar siswa dapat melihatnya dengan jelas
6. Buatlah garis besar, langkah, dan pokok-pokok yang akan
didemonstrasikan secara berurutan dari tertulis pada papan tulis atau pada
kertas lebar, agar dapat dibacakan siswa dan guru secara keseluruhan
7. Untuk menghindarkan kegagalan dalam pelaksanaan sebaiknya
demonstrasi yang direncanakan dicoba terlebih dahulu.
Berdasarkan penjelasan di atas, pembelajaran menggunakan metode
demonstrasi harus dipersiapkan secara matang agar tidak terjadi kegagalan
dalam pelaksanaanya.Agar siswa dapat mengetahui dengan jelas semua objek
yang didemonstrasikan.

J. Pelaksanaan Metode Demonstrasi


Menurut Djamarah (2010: 91) setelah segala sesuatu direncanakan dan
disiapkan, langkah berikutnya ialah memulai melaksanakan demontrasi.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain
1. Guru sebelum memulai persiapkanlah sekali lagi kesiapan peralatan yang
akan didemonstrasikan, pengaturan tempat, keterangan tentang garis besar,
langkah, dan pokok-pokok yang akan yang didemonstrasikan, serta hal-hal
lain yang diperlukan
2. Siapkanlah siswa, barangkali ada hal-hal yang perlu mereka catat
3. Mulailah demonstrasi dengan menarik perhatian siswa
4. Ingatlah pokok-pokok materi yang didemonstrasikan, agar demonstrasi
mencapai sasaran
5. Pada waktu berjalannya demonstrasi, sekali-kali perhatikanlah keadaan
siswa, apakah semua mengikuti dengan baik
6. Untuk menghindarkan ketegangan, ciptakanlah suasana yang harmonis
7. Berikanlah kesempatan pada siswa untuk secara aktif memikirkan lebih
lanjut tentang apa yang dilihat dan apa yang didengarnya dalam bentuk
mengajukan pertanyaan, membandingkannya dengan yang lain, atau
dengan pengalaman lain, serta mencoba melakukannya sendiri dengan
bimbingan guru.
Sedangkan menurut Daryanto (2009: 403), langkah-langkah metode
demonstrasi sebagai berikut
1. Membagi dan menjelaskan sumber-sumber kegiatan demonstrasi
2. Memberikan gambaran tentang seluruh kegiatan demonstasi dan
mewujudkan hasil akhir.
3. Menghubungkan kegiatan dengan keterampilan yang dimiliki peserta dan
keterampilan yang akan disampaikan
4. Mendemonstrasikan langkah-langkah secara perlahan dan memberikan
waktu yang cukup pada peserta untuk mengamatinya
5. Menentukan hal-hal yang penting dan kritis atau hal yang berkaitan
dengan keselamatan kerja.
Jadi, dalam pelaksanaan metode demonstrasi guru dituntut membuat
siswa aktif. Ajak siswa untuk menanyakan apa yang kurang dimengerti bagian
yang dipandang penting dari sesuatu yang dipertunjukkan atau dijelaskan harus
diulang berkali-kali agar siswa mengetahui seluk beluknya.
Setelah selesai mendemonstrasikan, guru mengajukan pertanyaan
kepada siswa untuk mengecek sampai di mana siswa telah dapat memahami
atau mengikuti demonstrasi yang harus selesai dipertunjukkan.Siswa diarahkan
untuk mengamati dengan penuh perhatian kepada suatu objek yang
didemonstrasikan.Hal ini menuntut diperlukannya konsentrasi dari seluruh
pikiran, perasaan, dan kemauan seseorang terhadap objek yang dipertunjukkan.
Adapun aspek yang penting dalam menggunakan metode demonstrasi
adalah
1. Demonstrasi akan menjadi metode yang tidak wajar apabila alat yang
didemonstrasikan tidak bisa diamati dengan seksama oleh siswa. Misalnya
alatnya terlalu kecil atau penjelasannya tidak jelas
2. Demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak diikuti oleh aktivitas
dimana siswa sendiri dapat ikut memperhatikan dan menjadi aktivitas
mereka sebagai pengalaman yang berharga
3. Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di kelas karena alat-alat yang
terlalu besar atau berada di tempat lain yang tempatnya jauh dari kelas
4. Hendaknya dilakukan dalam hal-hal yang bersifat praktis
5. Sebagai pendahuluan, berilah pengertian dan landasan teori dari apa yang
akan didemonstrasikan. (www.ras-eko.blogspot.com)

K. Materi Sifat-Sifat Bangun Datar


Bangun  datar  merupakan  sebuah  bangun  berupa  bidang  datar yang
dibatasi oleh beberapa ruas garis. Jumlah dan model ruas garis yang   membatasi  
bangun   tersebut   menentukan   nama   dan   bentuk bangun datar tersebut.
Misalnya: 
- Bidang yang dibatasi oleh 3 ruas garis, disebut bangun segitiga.
- Bidang yang dibatasi oleh 4 ruas garis, disebut bangun segiempat.
- Bidang  yang  dibatasi  oleh  5  ruas  garis,  disebut  bangun  segilima dan
seterusnya.

1. Sifat-Sifat Persegi

Bangun datar persegi memiliki sifat sebagai berikut. 


a.Memiliki empat ruas garis: AB, DC,  AD dan BC. 
b.Keempat ruas garis itu sama panjang. 
o
c. Memiliki empat buah sudut sama besar (90 ).
2. Sifat-Sifat Persegi Panjang
Persegi panjang memiliki sifat-sifat sebagai berikut. 
a. Memiliki 4 ruas garis: AB , DC, AD dan BC. 
b. Dua ruas garis yang berhadapan sama panjang. 
c. Memiliki dua macam ukuran panjang dan lebar. 
d. Memiliki empat buah sudut sama besar (90o).

3. Sifat-Sifat Segitiga Sama Kaki

Bangun segitiga sama kaki memiliki sifat-sifat sebagai berikut. 


a. Memiliki 3 ruas garis: AB, AC, dan BC 
b. Dua ruas garis kaki sama panjang, AC dan BC. 
c.Memiliki dua macam ukuran alas  dan tinggi. 
d.Memiliki tiga buah sudut lancip. 
e. Semua sudutnya sama besar.

4. Sifat-Sifat Segitiga Sama Sisi

Bangun segitiga sama sisi memiliki sifat-sifat sebagai berikut. 


a. Memiliki 3 ruas garis:  AB, AC, dan BC 
b. Ketiga (semua)  ruas garis sama panjang. 
c. Memiliki dua macam ukuran alas  dan tinggi. 
d. Memiliki tiga buah sudut sama besar (60o).
5. Sifat-Sifat Segitiga Siku-siku
Bangun segitiga siku-siku memiliki sifat sebagai berikut. 
a. Memiliki 3 ruas garis:  AB, AC dan BC 
b. Memiliki garis tegak  lurus pada alas (tinggi) 
c. Memiliki  ukuran, alas,  dan tinggi. 
d. Memiliki dua buah sudut lancip 
e. Memiliki satu buah sudut siku-siku (90o)
6. Sifat-Sifat Belah Ketupat

Bangun belah ketupat memiliki sifat-sifat sebagai berikut. 


a. Memiliki 4 ruas garis AB, BC, CD dan AD 
b. Dua ruas garis yang berhadapan  sama panjang 
c. Memiliki dua macam ukuran diagonal 
d. Memiliki dua buah sudut lancip. 
e. Memiliki dua buah sudut tumpul.
7. Sifat-Sifat Trapesium

Bangun trapesium memiliki  sifat-sifat sebagai berikut. 


a. Memiliki 4 ruas garis: AB, BC, CD dan AD. 
b. Garis tinggi = garis tegak lurus pada garis alas. 
c. Memiliki dua macam ukuran  alas dan tinggi. 
d. Memiliki dua buah sudut lancip. 
e. Memiliki dua buah sudut tumpul.
8 Sifat-Sifat Jajar Genjang

Bangun jajar genjang memiliki sifat-sifat sebagai berikut. 


a. Memiliki 4 ruas garis  AB, BC, CD dan AD. 
b. Dua ruas garis yang berhadapan  sama panjang. 
c. Memiliki dua macam ukuran alas dan tinggi. 
d. Memiliki dua buah sudut lancip. 
e. Memiliki dua buah sudut tumpul.
9. Sifat-Sifat Layang-layang
Bangun layang-layang memiliki  sifat-sifat sebagai berikut. 
a.Memiliki 4 ruas garis: AB, BC, CD dan AD. 
b.Dua ruas garis yang berhadapan  sama panjang. 
c.Memiliki dua macam ukuran diagonal 
d.Memiliki dua buah sudut lancip. 
e.Memiliki dua buah sudut tumpul.

BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A. Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian serta Pihak yang Membantu
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah mata pelajaran Matematika dengan materi operasi
hitung pecahan dengan objek penelitian adalah siswa kelas V SDN 112279 Aek
Kanopan Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhanbatu Utara TP. 2020/2021,
yang berjumlah 30 orang yang terdiri dari 18 orang laki-laki dan 12 orang
perempuan.
2. Tempat Penelitian
Lokasi penelitian di SD Negeri 112279 Aek Kanopan Kecamatan Kualuh Hulu
Kabupaten Labuhanbatu Utara
3. Waktu Penelitian dan Mata Pelajaran
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan sebanyak 2 siklus, adapun hari dan tanggal
pelaksanaannya sesuai yang tertera pada tabel berikut ini :
Tabel 3.1 Waktu Pelaksanan Perbaikan Pembelajaran
Jadwal Penelitian
Mata
NO Pelajaran
Pra Siklus Siklus 1 Siklus II

Senin, 01 Senin, 05 Senin, 12


1 Matematika
November 2021 November 2021 November 2021

4. Pihak yang Membantu Penelitian


Beberapa pihak yang membantu dalam kegiatan penelitian perbaikan ini di
antaranya adalah:
1. Ibu Dameria Marpaung, M. Pd selaku Kepala Sekolah SD Negeri 112279
Aek Kanopan Kecematan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhanbatu Utara
2. Ibu Siti Irma Julhaipah Tambunan, S.Pd teman sejawat
3. Tenaga Pendidik serta peserta didik SD Negeri 112279 Aek Kanopan
Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhanbatu Utara
4. Siswa/I kelas IV SD Negeri SD Negeri 112279 Aek Kanopan Kecamatan
Kualuh Hulu Kabupaten Labuhanbatu Utara

B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran


Prosedur penelitian tindakan kelas ini direncanakan terdiri dari dua siklus dan dua
kali pertemuan. Menurut Arikunto bahwa daur ulang dalam tindakan kelas diawali
dangan perencanaan, pelaksanaan, mengobservasi, dan mengevaluasi tindakan
dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai.
Tindakan secara umum digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1. Alur Penelitian Tindakan Kelas
Langkah-langkah pada model siklus di atas adalah sebagai berikut.
1. Rencana Pelaksanaan
Tahap ini mencakup semua perencanaan tindakan seperti pembuatan
rencana pelaksanaan pembelajaran yang dialami, menyiapkan metode alat dan
sumber pembelajaran serta merencanakan pula langkah-langkah dan tindakan.
Dalam tahap ini penulis menetapkan seluruh rencana tindakan yang akan
dilakukan untuk memperbaiki pembelajaran matematika, yaitu dengan
menerapkan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga.
Adapun langkah-langkah perencanaannya yaitu :
a. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran.
b. Merumuskan langkah-langkah dan tindakan yang akan dilakukan untuk
menguji hipotesis.
c. Memilih prosedur evaluasi penelitian.
d. Melaksanakan tindakan apa yang akan dilakukan untuk menguji hipotesis
yang telah ditetapkan.
2. Pelaksanaan Tindakan
Dalam tahap ini langkah-langkah pembelajaran dan tindakan mengacu pada
perencanaan yang telah dibuat yaitu :
a. Tahap awal pembelajaran
1. Guru mengucapkan salam.
2. Guru mengkondisikan siswa kearah pembelajaran.
3. Guru mengecek kehadiran siswa.
4. Guru melakukan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan yang berkaitan
dengan materi yang akan diajarkan.
b. Tahap inti pembelajaran
1. Guru menjelaskan materi tentang sifat-sifat bangun datar.
2. Guru membagikan alat peraga sederhana kepada masing-masing siswa.
3. Guru menyuruh siswa untuk mengidentifikasi sifat-sifat bangun
segitiga,persegi,dan persegi panjang.
4. Siswa menuliskan sifat-sifat bangun datar berdasarkan ciri-ciri yang
ditemukan.
5. Siswa diberi kesempatan untuk menanyakan apa yang telah dipelajari.
c. Tahap akhir pembelajaran
1. Guru dan siswa menyimpulkan materi yang telah diajarkan.
2. Guru memberikan LKS kepada setiap siswa.
3. Setiap siswa menyelesaikan tugas yang terdapat dalam LKS.
4. Setiap siswa melaporkan hasil kerjanya masing-masing.
5. Guru memberikan penilaian dari hasil kerja siswa.
3. Observasi
Pada tahap ini terdiri dari pengumpulan data serta mencatat setiap aktivitas
siswa pada saat pelaksanaan tindakan berlangsung. Observer bertugas mengamati
aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan mengacu pada
lembar observasi. Observasi ini akan dilakukan oleh peneliti yaitu dengan
mengamati aktivitas siswa dan kinerja guru dalam pembelajaran matematika dari
awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran.
Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah aktivitas siswa dan kinerja
guru sudah sesuai dengan apa yang tercantum dalam lembar observasi atau tidak
sehingga hasil observasi dapat diperbaiki pada siklus berikutnya.

4.Refleksi
Refleksi dilakukan untuk menemukan,mengkaji dan merenungkan kembali
tindakan yang telah dilakukan. Refleksi berguna untuk memberikan makna
terhadap proses dan hasil yang telah dilakukan. Hasil refleksi yang ada dijadikan
bahan pertimbangan untuk membuat perencanaan tindakan dalam siklus
selanjutnya yang berkelanjutan sampai pembelajaran dinyatakan berhasil.
Refleksi merupakan bagian yang sangat penting untuk memahami dan
memberikan makna terhadap proses dan hasil pembelajaran yang dilakukan
dengan cara sebagai berikut :
1. Mengecek kelengkapan data pengumpulan data yang terjaring selama proses
tindakan;
2. Mendiskusikan pengumpulan data antara guru, peneliti dan kepala sekolah
(pembimbing) berupa hasil nilai siswa, hasil pengamatan, catatan lapangan
dan lain-lain;
3. Penyusunan rencana tindakan berikutnya yang dirumuskan dalam skenario
pembelajaran dengan berdasar pada analisa data dari proses dalam tindakan
sebelumnya untuk memperbaiki proses pembelajaran yang telah dilakukan
pada siklus I untuk menyusun tindakan yang akan dilakukan pada siklus II.
C. Tekhnik AnalisisData
Data yang diperoleh dari hasil tes tentang prestasi belajar siswa dianalisis dengan
menggunakan rumus :
N= 𝑋x 100 %
𝑛
Keterangan :
N = Nilai siswa
x = Jumlah jawaban yangbenar
n = Jumlahsoal
Selanjutnya hasil analisis tersebut mengacu pada kriteria ketuntasan belajar.Secara
individual siswa dikatakan tuntas belajar jika penguasaan materi minimal 65% dan
secara klasikal dikatakan tuntas belajar jika siswa telah menguasai minimal 75 %. Hasil
analisis ini sebagai pembanding dengan hasil belajar siswa selama proses pembelajaran
dengan menggunakan metode ceramah, dengan pembelajaran yang menggunakan alat
peraga.

Anda mungkin juga menyukai