Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam Lingkup mikro pendidikan diwujudkan melalui proses belajar mengajar di
dalam kelas maupun di luar kelas. Proses ini berlangsung edukatif. Melalui proses
belajar mengajar inilah peserta didik akan mengalami proses perkembangan kearah
yang lebih baik dan bermakna agar hal tersebut dapat terwujud maka diperlukan
suasana proses belajar mengajar yang kondusif bagi peserta didik dalam melampaui
tahapan-tahapan belajar secara bermakna dan efektif sehingga menjadi pribadi yang
percaya diri, inovatif dan kreatif (Surya, 1992: 179).
Untuk meningkatkan mutu pendidikan, pemerintah memperbaiki dan mengubah
kurikulum yang digunakan di sekolah. Saat ini diluncurkan Kurikulum 2006 yang
menggantikan Kurikulum 2004, padahal belum semua sekolah dapat melaksanakan
Kurikulum 2004. Akan tetapi apapun jenis dan nama kurikulum yang digunakan,
keberhasilan pembelajaran di sekolah bergantung pada implementasinya dalam
pembelajaran oleh guru. Guru merupakan faktor yang berpengaruh sangat besar dalam
proses belajar mengajar, bahkan sangat menentukan keberhasilan siswa dalam belajar.
Pendidikan adalah proses memproduksi sistem nilai dan budaya kearah yang lebih baik,
antara lain dalam pembentukan kepribadian, keterampilan dan perkembangan
intelektual siswa. Dalam lembaga formal proses reproduksi nilai dan budaya ini
dilakukan terutama dengan mediasi proses belajar mengajar sejumlah mata pelajaran di
kelas. Salah satu mata pelajaran yang turut berperan penting dalam pendidikan
wawasan, keterampilan dan sikap ilmiah sejak dini bagi anak adalah mata pelajaran IPA.
Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam
semesta dan segala isinya.
sains merupakan cara mencari tahu tentang alam sekitar secara sistematis untuk
mengusai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep,

1
prinsip-prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah. Pendidikan sains
bermanfaat bermanfaat bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar.
Pendidikan sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung dan kegiatan
praktis untuk mengembangkan kompetensi agar siswa memahami alam sekitar secara
ilmiah. Pendidikan sains diarahakan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat
membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam
sekitar. Idealnya, pembelajaran sains digunakan sebagai wahana bagi siswa untuk
menjadi ilmuwan, terutama siswa Sekolah Dasar. Melalui pembelajaran sains di sekolah
siswa dilatih berpikir, membuat konsep ataupun dalil melalui pengamatan, dan
percobaan.
Berdasarkan hal tersebut, tergambar jelas tugas yang harus diemban guru-guru
di sekolah dasar. Untuk mewujudkan keinginan pembelajaran di Sekolah Dasar yang
tertuang di dalam kurikulum, para guru mengemban amanat yang sangat besar. Untuk
mencapai pembelajaran yang diinginkan kurikulum, guru harus mampu menjadi
fasilitator dalam pembelajaran Sains, dan mampu menciptakan pembelajaran yang
disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan siswanya. Dalam pembelajaran, guru
harus sebnyak mungkin melibatkan peserta didik secara aktif agar siswa mampu
bereksplorasi untuk membentuk kompetensi dengan menggali berbagai potensi, dan
kebenaran ilmiah.
Belajar bukan hanya bergantung pada lingkungan atau kondisi belajar melainkan
juga pengetahuan awal siswa. Pengetahuan ini tidak dapat dipindahkan secara utuh dari
pikiran guru ke siswa, namun secara aktif dibangun oleh siswa sendiri melalui
pengalaman nyata. Hal ini sejalan dengan pendapat Piaget yang mengatakan bahwa
belajar merupakan proses adaptasi terhadap lingkungan yang melibatkan asimilasi,
yaitu proses bergabungnya stimulus ke dalam struktur kognitif. Bila stimulus baru
tersebut masuk ke dalam struktur kognitif diasimilasikan, maka akan terjadi proses
adaptasi yang disebut kesinambungan dan struktur kognitif menjadi bertambah.
Guru sebagai ujung tombak yang menentukan keberhasilan pendidikan dan pengajaran
di sekolah, sepertinya belum dapat mengantisipasi keadaan dan keperluan siswa.
Sebagian guru SD masih menggunakan pembelajaran pola lama, yaitu proses
pembelajaran satu arah yang didominansi oleh guru melalui metode ceramah dan masih
kurang melibatkan siswa untuk aktif dalam proses belajar mengajar. Dalam
pembelajaran, guru hanya bersikap sebagai pelaksana tugas dalam pembelajaran, bukan
memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada siswanya. Guru pun jarang
menciptakan model pembelajaran sains dengan pengamatan langsung, percobaan,
ataupun simulasi. Akibatnya, sains dianggap sebagai pelajaran hafalan. Padahal,
pembelajaran sains dapat menjadi wahana bagi siswa untuk berlatih menjadi ilmuwan,
mengembangkan menumbuhkan motivasi, inovasi, dan kreativitas sehingga siswa
mampu menghadapi masa depan yang penuh tantangan melalui penguasaan sains.
Untuk mencapai tujuan tersebut, guru tidak boleh mendominasi pembelajaran di dalam
kelas, dengan menganggap siswa tidak memiliki pengetahuan awal. Siswa tidak boleh
dicekoki dengan hafalan, melalui transfer hal-hal yang tercantum dalam buku teks. Akan
tetapi, siswa harus dilatih berpikir dan membuat konsep berdasarkan pengamatan dan
percobaan. Jika siswa memberi infut, guru harus mau menerimanya dan jangan
memutus proses eksplorasi berfikir siswa hanya karena tidak sesuai dengan buku
pegangan. Untuk menjadi ilmuwan ataupun untuk belajar diperlukan independensi
berfikir. Oleh karena itu, guru seharusnya kreatif dan inovatif dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran sehingga mampu memenuhi keperluan pembelajaran untuk
setiap siswanya.
Dengan demikian jelas bahwa tahap berpikir anak usia SD harus dikaitkan
dengan hal-hal nyata dan pengetahuan awal siswa yang telah dibangun mereka dengan
sendirinya. Sehubungan dengan hal tersebut metode mengajar yang digunakan oleh
guru hendaknya bervariasi sesuai dengan tujuan dan materi yang diajarkan. Dengan
metode yang bervariasi inilah siswa akan begairah dalam belajar secara inovatif dan
kreatif. Metode yang digunakan dalam interaksi belajar mengajar merupakan salah satu
faktor yang menentukan keberhasilan dan kelancaran proses pembelajaran.
Usaha untuk meningkatkan pemahaman siswa memerlukan metode yang efektif dan
efisien. Selain itu, diperlukan pula media pembelajaran yang tepat sehingga siswa dapat
menguasai kompetensi yang diharapkan. Dalam proses belajar mengajar, media
memiliki peran yang sangat penting menunjang tercapainya tujuan pembelajaran.
Penerapan metode demonstrasi dengan menggunakan media audio visual dalam
pembelajaran mengenai sistem tata surya diharapkan membangkitkan rasa ingin tahu
dan minat siswa serta motivasi untuk belajar, juga dapat mempermudah siswa dalam
memahami materi dan informasi yang disampaikan. Dengan demikian, penerapan
metode demonstrasi dengan menggunakan media audio visual diharapkan dapat
meningkatkan pemahaman mengenai tata surya pada siswa kelas VI.
Pada pelaksanaan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tentang Tata Surya
menunjukkan hasil belajar yang kurang memuaskan. Sebagian besar siswa memperoleh
nilai di bawah standar ketuntasan belajar minimal yang sudah ditentukan.

B. Identifikasi Masalah
Selama proses pembelajaran berlangsung , sebagian besar siswa kurang bersemangat
mengikutinya, dan ketika diberikan soal-soal latihan mereka mengalami kesulitan dalam
mengerjakannya, hal ini terjadi karena para siswa belum memahami materi pelajaran
yang telah dikelaskan oleh guru.
Hasil tes yang diperoleh dari jumlah siswa sebanyak 43, hanya 17 siswa yang
mendapatkan nilai di atas 6 atau sekitar 42 %. Siswa yang mendapat nilai di bawah 6
sebanyak 25 siswa atau sekitar 58 %. Hasil tes ini tidak sesuai dengan apa yang
diharapkan karena masih di bawah standar ketuntasan minimal, hal ini mengisyaratkan
bahwa tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran masih rendah.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis mencoba untuk mengidentifikasi faktor
penyebab kurang berhasilnya proses pembelajaran yang sudah dilaksanakan sehingga
hasil belajar siswa rendah. Ada beberapa masalah yang terjadi dalam proses
pembelajaran, yaitu :
1. Rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran hal ini dapat
dilihat dari hasil tes yang masih di bawah standar KKM;
2. Teknik pembelajaran mengenai sistem tata surya kurang bervariasi;
3. Siswa kurang termotivasi untuk mengikuti pelajaran.

C. Analisis Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan, penulis mencoba
menganalisis penyebab rendahnya hasil belajar siswa, diantaranya :
1. Mengapa hasil belajar siswa rendah ?
2. Mengapa penguasaan materi pelajaran siswa dalam proses pembelajaran rendah
?
3. Mengapa siswa kurang termotivasi dalam mengikuti pelajaran?
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan analisis masalah di atas, maka yang akan menjadi fokus perbaikan
pembelajaran adalah :
1. Apakah penerapan metode demonstrasi dengan menggunakan media audio visual
dapat meningkatkan pemahaman mengenai sistem tata surya pada siswa kelas 6 ?

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pertanyaan penelitian tindakan kelas yang terdapat pada rumusan
masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan :
1. Untuk meningkatkan pemahaman mengenai sistem tata surya pada siswa kelas 6
melalui penerapan metode demonstrasi dengan menggunakan media audio visual.

F. Manfaat perbaikan
1. Manfaat bagi siswa, untuk meningkatkan pemahaman siswa mengenai sistem
tata surya.
2. Manfaat bagi guru, untuk mengembangkan potensi guru dalam pembelajaran IPA
dengan menerapkan metode demonstrasi dengan menggunakan media audio
visual.
3. Manfaat bagi sekolah, untuk meningkatkan kwalitas pendidikan dasar.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Metode Demonstrasi
Menurut Drs. Lukmanul Hakim, M.Pd.,dalam bukunya Perencanaan Pembelajaran
(2007) mengungkapkan bahwa strategi dan metode dalam proses pembelajaan. Strategi
adalah siasat melakukan kegiatan. Kegiatan dalam pembelajaran yang mencakup
metode dan teknik pembelajaran.
Yang dimaksud dengan Metode Demonstrasi ialah metode mengajar dengan
menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk
memperlihatkan bagaimana berjalannya atau bekerjanya suatu proses atau langkah-
langkah kerja dari suatu alat atau instrumen tertentu kepada siswa.
Untuk memperjelas pengertian tersebut dalam prakteknya dapat dilakukan oleh guru
atau anak didik itu sendiri. Metode Demonstrasi cukup baik apabila digunakan dalam
penyampaian bahan pelajaran sains dan teknologi, misalnya : bagaimana cara kerja
suatu mesin cuci atau apa yang terjadi jika suatu balon berisi air bakar dengan api dsb.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam metode demonstrasi :
1. Demonstrasi akan menjadi metode yang tidak wajar apabila alat yang di
Demonstrasikan tidak bisa di amati dengan seksama oleh siswa. misalnya alatnya
terlalu kecil atau penjelasannya tidak jelas.
2. Demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak diikuti oleh aktivitas di mana siswa
sendiri dapat ikut memperhatikan dan menjadi aktivitas mereka sebagai
pengalaman yang berharga.
3. Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di kelas karena alat-alat yang terlalu
besar atau yang berada di tempat lain yang tempatnya jauh dari kelas.
4. Hendaknya dilakukan dalam hal-hal yang bersifat praktis tetapi dapat
membangkitkan minat siswa.
5. Guru harus dapat memperagakan demonstrasi dengan sebaik-baiknya, karena itu
guru perlu mengulang-ulang peragaan di rumah dan memeriksa semua alat yang
akan dipakai sebelumnya sehingga sewaktu mendemonstrasikan di depan kelas
semuanya berjalan dengan baik.

Kelebihan metode demonstrasi adalah :


1. Perhatian anak didik dapat dipusatkan, dan titik berat yang di anggap penting
oleh guru dapat di amati.
2. Perhatian anak didik akan lebih terpusat pada apa yang didemonstrasikan, jadi
proses anak didik akan lebih terarah dan akan mengurangi perhatian anak didik
kepada masalah lain.
3. Dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses belajar.
4. Dapat menambah pengalaman anak didik.
5. Bisa membantu siswa ingat lebih lama tentang materi yang di sampaikan.
6. Dapat mengurangi kesalah pahaman karena pengajaran lebih jelas dan kongkrit.
7. Dapat menjawab semua masalah yang timbul di dalam pikiran setiap siswa karna
ikut serta berperan secara langsung.

Kekurangan metode demonstrasi adalah :


1. Memerlukan waktu yang cukup banyak.
2. Apabila terjadi kekurangan media, metode demonstrasi menjadi kurang efesien.
3. Memerlukan biaya yang cukup mahal, terutama untuk membeli bahan-bahannya.
4. Memerlukan tenaga yang tidak sedikit.
5. Apabila siswa tidak aktif maka metode demonstran menjadi tidak efektif.

Langkah-langkah dalam penerapan metode demonstrasi adalah:


a. Perencanaan
Dalam perencanaan hal-hal yang dilakukan ialah :
1) Merumuskan tujuan yang baik dari sudut kecakapan atau kegiatan yang
diharapkan dapat tercapai setelah metode demontrasi berakhir.
2) Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan di
laksanakan.
3) Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan

8
4). Selama demonstrasi berlangsung guru harus instrospeksi diri apakah :
a. Keterangan-keterangan dapat di dengar dengan jelas oleh siswa
b. Apakah semua media yang di gunaka telah di tempatkan pada posisi yang
baik, hingga semua siswa dapat melihat semuanya dengan jelas
c. Siswa membuat catatan-catatan yang dianggap perlu
5). Menetapkan rencana penilaian terhadap kemampuan anak didik

b. Pelaksanaannya:
Hal-hal yang di lakukan adalah :
1. Memeriksa hal-hal tersebut di atas untuk kesekian kalinya
2. Melakukan demonstrasi dengan menarik perhatian siswa
3. Mengingat pokok materi yang akan didemonstrasikan agar mencapai sasaran
4. Memperhatikan keadaan siswa, apakah semuanya mengikuti demonstrasi
dengan baik
5. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif
6. Menghindari ketegangan
7. Evaluasi; dapat berupa pemberian tugas, seperti membuat laporan, menjawab
pertanyaan, mengadakan latihan lebih lanjut baik di sekolah maupun di rumah.

B. Media Audio Visual


Perkembangan dan kemajuan dalam bidang ilmu dan teknologi telah membawa
pengaruh yang besar dalam dunia pendidikan. Pendidikan pada dasarnya memiliki
fungsi dan tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut dilaksanakan pembelajaran yang
mendapat dukungan media pendidikan yang tepat dan efektif.
Media adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar.
Penggunaan media pembelajaran disesuaikan dengan kurikulum dan kemampuan siswa.
Sebelum menggunakan media sebagai sarana penunjang pembelajaran, guru memiliki
pengetahuan dan pemakaian media tersebut.
Media berarti wadah atau sarana. Dalam bidang komunikasi, istilah media yang
sering kita sebut sebenarnya adalah penyebutan singkat dari media komunikasi.
Menurut Gagne (1970) media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan
siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Sementara itu Briggs (1970)
berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta

9
merangsang siswa untuk belajar, seperti ; buku, film, kaset, film bingkai dan lain-lain.
Menurut Kosasih Djahiri (1999) berpendapat bahwa media adalah sesuatu yang bersifat
materiel – inmaterial atau behavioral atau personal yang dijadikan wahana kemudahan,
kelancaran serta keberhasilan proses hasil belajar.
Menurut Dr. Arief S. Sadiman, MSc.dkk, dalam bukunya “ Media Pendidikan (
pengertian, pengembangan dan pemanfaatannya ) “ menjelaskan bahwa kata media
berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara
harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar dari
pengirim ke penerima pesan.
Aristo (2004:13) menjelaskan secara umum dalam proses pembelajaran media
memiliki fungsi yang sangat penting yaitu memperlancar interaksi antara siswa dan
guru sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih efektif dan efisien. Kamp, Dkk (1985)
dalam Aristo (2004:13-15) mengidentifikasi beberapa manfaat dalam pembelajaran,
yaitu :
1. Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan.
2. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik.
3. Proses pembelajaran menjadi lebih intensif.
4. Efisiensi dalam waktu dan tenaga.
5. Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa.
6. Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja.
7. Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses
belajar.
8. Mengubah pesan guru kea rah yang lebih positif dan peroduktif.

Banyak batasan yang diberikan para ahli mengenai media. Asosiasi Teknologi
dan Komunikasi Pendidikan ( Association of Education and Communication
Technology/AECT ), membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang
digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi. Sementara Gagne ( 1970 )
berpendapat bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa
yang dapat merangsang siswa tersebut untuk belajar. Briggs (1970) menyatakan bahwa
media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa
untuk belajar.

10
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa media
adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke
penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta
perhatian siswa sedemikian rupa sehingga protes belajar terjadi.
Media komunikasi sangat berperan dalam mempengaruhi perubahan
masyarakat. Televisi dan radio adalah contoh media yang paling sukses menjadi
pendorong perubahan. Audio-visual juga dapat menjadi media komunikasi. Penyebutan
audio-visual sebenarnya mengacu pada indra yang menjadi sasaran dari media tersebut.
Media audiovisual mengandalkan pendengaran dan penglihatan dari khalayak sasaran
(penonton). Produk audio-visual dapat menjadi media dokumentasi dan dapat juga
menjadi media komunikasi. Sebagai media dokumentasi tujuan yang lebih utama adalah
mendapatkan fakta dari suatu peristiwa. Sedangkan sebagai media komunikasi, sebuah
produk audio-visual melibatkan lebih banyak elemen media dan lebih membutuhkan
perencanaan agar dapat mengkomunikasikan sesuatu. Film cerita, iklan, media
pembelajaran adalah contoh media audio-visual yang lebih menonjolkan fungsi
komunikasi. Media dokumentasi sering menjadi salah satu elemen dari media
komunikasi. Karena melibatkan banyak elemen media, maka produk audio-visual yang
diperuntukkan sebagai media komunikasi kini sering disebut sebagai multimedia.
Media audio visual merupakan salah satu media yang digunakan dalam
pembelajaran menyimak. Media ini dapat menambah minat siswa dalam belajar karena
siswa dapat menyimak sekaligus melihat gambar. Aristo (2004:56) menjelaskan bahwa
fungsi media pembelajaran, khususnya media audio visual bukan saja berfungsi
menyalurkan pesan, melainkan membantu menyederhanakan proses penyampaian
pesan yang sulit sehingga komunikasi dapat menjadi lancar. Dengan uraian di atas
media audio visual sangat berguna dan membantu pencapaian tujuan pembelajaran.
Asnawir (2002:57-58) menjelaskan bahwa media audio visual memiliki
kesanggupan untuk; pertama menembus ruang dan waktu, kedua menerjemahkan
pesan menjadi satuan esensial, ketiga memberikan pengalaman sosial dan emosional,
keempat memberikan motivasi, kelima memperjelas pemahaman.

c. Sistem Tata Surya


Tata surya adalah matahari dan keluarga benda antariksa yang mengedarinya.
Tata Surya terdiri dari sebuah bintang yang disebut Matahari (dalam sistem tatasurya

11
kita) dan semua objek yang mengelilinginya. Dalam tata surya kita, objek yang
mengelilingi matahari sebagai pusat tata surya itu adalah planet bersama satelitnya
yang mengorbit secara elips, meteor, komet, asteroid, dan planet-planet kecil.
Tata Surya terbagi menjadi Matahari, empat planet bagian dalam, sabuk asteroid,
empat planet bagian luar, dan di bagian terluar adalah Sabuk Kuiper dan piringan
tersebar. Awan Oort diperkirakan terletak di daerah terjauh yang berjarak sekitar seribu
kali di luar bagian yang terluar.
Menurut sumber lain tata surya adalah Sebuah tata surya terdiri dari satu
Matahari dan semua benda angkasa yang beredar mengelilinginya. Matahari adalah
bintang yang menghasilkan cahayanya sendiri. Benda yang mengedari bintang
dinamakan planet. Sebagian besar planet memiliki satelit (bulan) yang berjalan
mengelilinginya. Dalam tata surya kita semuanya terdapat sembilan planet yang
mengedari matahari.
Sebuah planet dapat dibagi menjadi dua kelompok: planet besar serta planet
kecil. Merkurius, Venus, Bumi dan mars membentuk kelompok empat planet yang
kecildan sejenis bumi. Keempat planet ini terdiri dari materi yang kerapatan rata-
ratanya empat atau lima kali kerapatan air. Yupiter, Saturnus dan Neptunus jauh lebih
besar daripada planet-planet sejenis Bumi. Jari-jari Yupiter lebih dari sebelas kali jari-
jari Bumi, dan volumenya kira-kira 1320 kali lebih besar. Saturnus mempunyai jari-jari
60400 km; ini hampir 10 kali jari-jari Bumi.Yupiter serta Saturnus mempunyai banyak
satelit. Uranus mempunyai jari-jari yang panjangnya 23700 km, sedangkan Neptunus
mempunyai jati-jari 22300 km. Pluto mempunyai jari-jari 3200 km; ini berarti bahwa
Pluto lebih kecil dari Mars.

Anggota tata surya terdiri dari :


1. Matahari.
Matahari merupakan bintang yang terdekat dengan bumi dan menjadi pusat dari
tata surya dengan jarak rata-rata dengan bumi sekitar 150 juta km. Lain halnya dengan
bumi, zat penyusun utama dari matahari adalah gas yang memiliki suhu permukaan
sekitar 6.000 ºC, sedangkan pada bagian inti matahari mempunyai suhu 15.000.000 ºC.
Kala rotasi matahari adalah 25,04 hari dan gravitasinya sangatlah besar, sekitar 27,9
kali gravitasi bumi dengan massa 333.000 kali massa bumi.

12
2. Planet.
Planet adalah suatu benda gelap yang mengorbit sebuah bintang yaitu matahari.
Dalam tata surya kita, didasarkan pada bumi sebagai pembatas, planet dibedakan
menjadi 2, yaitu :
a. Planet Inferor: yaitu planet yang orbitnya berada didalam orbit bumi mengelilingi
matahari yaitu : Merkurius dan Venus
b. Superior: yaitu planet yang orbitnya berada diluar orbit bumi mengelilingi
matahari yaitu : Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, dan Pluto

3. Asteroid.
Asteroid adalah benda langit kecil dan padat yang terdapat dalam sistem tata surya.
Asteroid adalah contoh dari sebuah planet kecil akan tetapi masih jauh lebih kecil dari
sebuah planet. Asteroid ini berada dalam sebuah sabuk antara planet Mars dan Jupiter
dan disebut sebagai sabuk Asteroid. Selama 200 tahun, Ceres masih merupakan asteroid
terbesar sebelum ditemukannya asteroid yang lebih besar pada 23 Agustus 2001dan
terlihat atau diamati oleh manusia berada didekat orbit Pluto. Nama dari asteroid ini
adalah KX 76

4. Komet.
Komet adalah benda luar angkasa dalam tata surya yang mirip dengan asteroid, akan
tetapi hampir seluruhnya terbentuk dari gas dan debu yang membeku. Komet memiliki
orbit terhadap matahari dengan lintasan elips, namun lebih lonjong dari orbit planet.
Ketika Lintasan komet ini mendekati bagian dalam tata surya, ia memiliki ciri khusus
yang dapat dilihat dengan kasat mata apa bila jarak komet ini dengan bumi cukup dekat
dalam lintasannya, yaitu ekor komet. Ekor komet terbentuk dari menguapnya lapisan es
dan debu terluar dari komet tersebut karena radiasi dari matahari. Arus debu dan gas
yang dihasilkan dari radiasi ini membentuk suatu lapisan atmosfer tipis disekeliling
komet tersebut (Coma) dan akibat tekana radiasi dan angin matahari pada coma ini,
maka terbentuklah ekor raksasa yang selalu menjauhi matahari. Komet bergerak
mengelilingi matahari berkali-kali, tetapi peredarannya memakan waktu yang sangat
lama. Komet yang terkenal dan dapat dilihat secara kasat mata ketika orbitnya
mendekati matahari adalah komet Halley, yang mengorbit matahari setiap 76 tahun
sekali.

13
5. Meteor
Meteorid, dan Meteoroid. Meteor adalah Asteroid yang masuk kedalam atmosfer bumi
dan menjadi panas dan berpijar karena gesekan dengan atmosfer bumi. Orang biasa
menyebut benda ini sebagai bintang jatuh. Meteorid adalah sisa-sisa meteor yang dapat
mencapai permukaan bumi. Sedangkan Meteoroid adalah batuan dalam ruang antar
planet yang berukuran kecil hingga sedang ( sebesar gerbong kereta api )

14
BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. SUBYEK PENELITIAN

1. Tempat Penelitian
Tempat pelaksanaan perbaikan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) mengenai
sistem tata surya yaitu di SDN , yang berada di wilayah Kelurahan Kuripa Kecamatan
Kotaagung Kabupaten Tanggamus

2. Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan perbaikan terdiri dari 3 siklus, yang dilaksanakan selama bulan
Januari 2023 Jadwal perbaikan sebagai berikut :

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Pembelajaran

Siklus Tanggal Mata Pelajaran Materi

Matahari sebagai pusat Tata


I 06-01-2023 IPA
Surya

II 13-01-2023 IPA Planet-planet dalam tata surya

Profil dari 8 planet dalam tata


III 20-01-2023 IPA
surya

3. Karakteristik Siswa
Usia siswa di sekolah dasar yaitu sekitar 6 – 12 tahun. Masa ini merupakan masa sekolah
dan siap untuk belajar. Pada masa ini anak telah mampu mengembangkan psikologi
kognitif yang harus dikembangkan secara kongkret.
B. Deskripsi Per Siklus
Selama perbaikan pembelajaran dilaksanakan penulis selaku peneliti yang bertindak
sebagai observer mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung
dan mencatat hal – hal yang penting untuk perbaikan pembelajaran. Data–data selama 3
siklus pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) mengenai sistem tata
surya.
Prosedur perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan mengacu kepada tahap Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Pelaksanaan perbaikan pembelajaran dilaksanakan di kelas 6
SDN 4 Kuripan.
Dalam melaksanakan proses perbaikan pembelajaran, penulis melakukan berbagai
persiapan mencari jalan untuk mengatasi dan memperbaiki masalah tersebut dengan
melakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Menyusun skenario pembelajaran atau Rencana Pembelajaran (RP).
2. Merumuskan tujuan pembelajaran.
3. Menetapkan metode dan media pembelajaran.
4. Menyiapkan instrumen evaluasi.

1. Langkah-langkah yang ditempuh pada perbaikan pembelajaran


a. Siklus I
1). Rencana Perbaikan
Adapaun rencana perbaikan yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut :
a) Mengamati proses belajar mengajar di kelas
b) Penulis mengumpulkan data berupa peristiwa dan hasil belajar yang dicapai
oleh siswa
c) Melakukan wawancara dengan siswa untuk mengetahui keinginan mereka
untuk belajar.
d) Melakukan pemeriksaan kembali dokumen yang ada seperti rencana
persiapan mengajar dan soal evaluasi.

2). Pelaksanaan Perbaikan


a) Guru memberikan materi pokok tentang matahari sebagai pusat tata surya.
b) Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang matahari sebagai pusat tata
surya.
c) Siswa dan guru melakukan tanya jawab dan guru memberikan soal-soal
latihan.
d) Siswa mengerjakan soal latihan.
e) Membahas soal latihan bersama-sama.
f) Diakhir pembelajaran guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran
dan memberikan tindak lanjut berupa PR.

3). Pengamatan/Pengumpulan Data/Instrumen


a) Dalam proses belajar mengajar siswa kurang aktif dan masih ada yang
bermain dengan temannya.
b) Anak masih ada yang tidak dapat menyelesaikan tugas tepat waktu.
c) Guru kurang memantau siswa saat mengerjakan latihan atau tugas yang
diberikan.

4). Refleksi
a) Hasil evaluasi pada siklus ini dengan rata-rata masih kurang dari Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 59 yang seharusnya 60.
b) Siswa yang banyak bermain di kelas dan mengganggu temannya diberi
teguran oleh guru.
c) Masih adanya siswa yang tidak dapat menyelesaikan tugas karena belum
tepatnya penggunaan metode pembelajaran.

b. Siklus II
Pada siklus II penulis menyampaikan materi tentang palnet-planet dalam tata surya.
1). Rencana Perbaikan
a) Pengkondisian siswa.
b) Menyiapkan alat peraga berupa gambar
c) Menggunakan metode tanya jawab dan latihan.
d) Membuat soal evaluasi.

2). Pelaksanaan Perbaikan


a) Guru memberikan motivasi kepada siswa yang belum memahami materi
pelajaran.
b) Memberikan penjelasan materi pelajaran tentang anggota tata surya.
c) Siswa diajak mengamati gambar anggota tata surya.
d) Siswa diminta menyebutkan anggota dari tata surya.
e) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya pada guru.
f) Diakhir pembelajaran guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran,
memberikan tindak lanjut, memberikan tuga berupa PR serta menutup
pelajaran.

3). Pengamatan/Pengumpulan Data/Instrumen


a) Memberikan penguatan kepada siswa yang dapat menyelesaikan tugas dan
memberikan semangat bagi siswa yang belum menguasai materi pelajaran.
b) Menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas.

4). Refleksi
a) Awal pembelajaran yang baik dapat meningkatkan semangat belajar.
b) Penggunaan media yang tepat dapat memudahkan pemahaman materi.
c) Mengadakan penelitian hasil sebagai perbandingan dari hasil sebelumnya
dan sebagai bahan untuk penentu hasil berikutnya.

c. Siklus III
1). Rencana perbaikan
Pada siklus ini penulis menekankan rencana perbaikan pembelajaran dengan
metode demonstrasi dengan menggunakan media audio visual.
a) Pengkondisian siswa
b) Menyampaikan tujuan pembelajaran
c) Guru menyiapkan media audio visual berupa tayangan gambar tentang sifat
dan keadaan 8 planet dalam tata surya
d) Mengadakan tanya jawab seputar materi yang akan di bahas.
e) Mengoreksi kembali dokumen yang ada seperti persiapan mengajar dan
lembar evaluasi.
2). Pelaksanaan Perbaikan
a) Guru memberikan motivasi kepada siswa yang belum memahami materi
pelajaran.
b) Memberikan penjelasan materi pelajaran tentang profil dari 8 planet dalam
tata surya.
c) Siswa diajak mengamati tayangan gambar melalui media LCD yang
menunjukkan sifat dan keadaan 8 planet dalam tata surya.
d) Siswa diberi pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan isi tayangan gambar
dengan tujuan agar siswa lebih mengerti tentang materi yang dipelajari.
e) Siswa diberi tes yang sudah dipersiapkan dengan tujuan untuk mengetahui
sejauh mana penguasannya terhadap materi yang sudah dipelajari.
f) Diakhir pembelajaran guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran,
memberikan tindak lanjut, serta menutup pelajaran.

3). Pengamatan/Pengumpulan Data/Instrumen


a) Penggunaan media audio visual sesuai dengan rencana pembelajaran.
b) Menggunakan metode demonstrasi sehingga membuat siswa belajar lebih
menyenangkan.

4). Refleksi
a) Awal pembelajaran yang baik dapat meningkatkan semangat belajar.
b) Penggunaan media yang tepat dapat membuat siswa lebih antusias dalam
belajar.
c) Dengan penggunaan metode demonstrasi melalui media audio visual dapat
meningkatkan prestasi dan penguasaan siswa terhadap materi yang
dipelajari.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Per Siklus


1. Hasil Pengolahan Data dan Pengamatan.
Penelitian dilaksanakan di kelas 6 SDN 4 Kuripan. Peneltian ini yang dilakukan pada 3
siklus pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA ) tentang Sistem Tata Surya. Waktu
yang digunakan untuk setiap kali pertemuan adalah 70 menit.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dari pembelajaran siklus pertama hingga
yang ke-tiga menunjukkan adanya perubahan baik pada diri siswa, hasil belajar maupun
kemampuan profesionalisme gurunya.
Perolehan hasil belajar yang dicapai siswa sebanyak 3 siklus untuk materi tentang
sistem tata surya dengan KKM 65.

Tabel 2. Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus I – III

Siklus
No Nama Siswa L/P Ket
I II III
1 Almiah P 50 70 70
2 Agung Setiawan L 50 70 70
3 Ananda Apriyanti Kartini P 60 60 70
4 Arif Fadhila Rokhim L 80 90 100
5 Berliansyah L 60 60 70
6 Dewi Rahayu P 60 60 70
7 Diana Laelasari P 50 60 60
8 Elen P 30 40 50
9 Elvira Viriya Hakim P 70 80 90
10 Eveline Viriya Hakim P 70 80 80
11 Exsan Hidayat L 40 50 60
12 Fahlul Muhajir L 80 80 100
13 Faozi Latif L 60 70 80
14 Febriansyah L 70 70 80
Lanjutan Tabel 2. Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus I – III

Siklus
No Nama Siswa L/P Ket
I II III
15 Fatimah Azzahra P 70 80 90
16 Fika Wahidatunnisa P 80 80 100
17 Gilang Livaldi L 40 50 60
18 Huswatun Fadilah P 50 50 60
19 Indah P 70 70 80
20 Isa Sampurna L 30 40 50
21 Junisai Daud L 70 70 70
22 Kelvin Gunawan L 70 70 80
23 Khoirunisah P 80 80 90
24 Khusnul Khotimah P 50 60 70
25 Kristin P 60 60 70
26 Kus Sundari P 50 60 60
27 Laela Alfiah Nur Hakim P 60 70 80
28 Lely Herviani P 80 80 90
29 Meliyanti P 70 70 80
30 Moch. Nasir L 70 70 80
31 Noni Yuli Anggraini P 50 50 80
32 Nopita Sari P 50 50 60
33 Nur Amalia P 50 50 50
34 Nurmalasari. H P 50 50 40
35 Nurul Herviani P 80 80 80
36 Oktaviani Wahyuni P 70 70 90
37 Rahmadanti Nur Safitri P 60 60 70
38 Rifqi Pangestu L 40 50 50
39 Siti Amelia P 50 70 80
40 Siti Aminah Islamiyah P 50 70 70
41 Syapta Pradifta L 70 80 80
42 Teby Pratama L 60 60 70
43 Yohanda Halim L 60 60 70
Jumlah 2570 2800 3160
Rata-rata Kelas 60 65 74
Tabel 3. Nilai Rata-Rata Hasil Belajar pada Siklus I

Prosentase
Jumlah Jumlah
No Nilai Tidak Ket
Siswa Nilai Tuntas
Tuntas
1 100 - -

2 90 - -

3 80 6 480 18,67 % -

4 70 11 770 29,96 % -

5 60 9 540 21 %
Nilai rata-rata kelas
6 50 12 600 23,34 %
2570 : 43 = 60
7 40 3 120 4,67 %

8 30 2 60 2,33 %

9 20 -

10 10 -

Jumlah 43 2570 49 % 51 %

Dari data pada siklus I menunjukkan bahwa walaupun hasil rata-rata kelas mencapai
nilai 60 ternyata masih ada siswa yang belum tuntas karena mendapatkan nilai di
bawah KKM. Siswa yang mendapat nilai 100 dan 90 tidak ada, siswa yang mendapat
nilai 80 hanya 6 orang (18,67%), siswa yang mendapat nilai 70 sebanyak 11 orang
(29,96%), siswa yang mendapatkan nilai 60 sebanyak 9 orang (21%), siswa yang
mendapatkan nilai 50 sebanyak 12 orang (23,34%), siswa yang mendapatkan nilai 40
sebanyak 3 orang (4,67%), siswa yang mendapatkan nilai 30 sebanyak 2 orang (2,33%),.
Berdasarkan hasil yang dicapai tersebut maka siswa yang mencapai ketuntasan belajar
sebanyak 17 orang yaitu sekitar 49%. Sedangkan yang tidak mencapai ketuntasan
belajar sebanyak 26 orang yaitu sekitar 51%.

24
Tabel 4. Nilai Rata-Rata Hasil Belajar pada Siklus II

Prosentase
Jumlah Jumlah
No Nilai Tidak Ket
Siswa Nilai Tuntas
Tuntas

1 100 - -

2 90 1 90 3,21 %

3 80 9 720 25,71 %

4 70 13 910 32,50 %

5 60 10 600 21,43
Nilai rata-rata Kelas
6 50 8 400 14,29
2800 : 43 = 65
7 40 2 80 2,86

8 30 - -

9 20 - -

10 10 - -

Jumlah 43 2800 61 % 39 %

Dari data pada siklus II menunjukkan adanya peningkatan yang semula rata-rata
kelas mencapai nilai 60 tetapi pada siklus II rata-ratanya mencapai 65. Hasil tes pada
siklus II siswa yang mendapat nilai 100 tidak ada, siswa yang mendapat nilai 90
berjumlah 1 orang (3,21%), siswa yang mendapat nilai 80 sebanyak 9 orang (25,71%),
siswa yang mendapatkan nilai 70 sebanyak 13 orang (32,50%), siswa yang
mendapatkan nilai 60 sebanyak 10 orang (21,43%), siswa yang mendapatkan nilai 50
sebanyak 8 orang (14,29%), siswa yang mendapatkan nilai 40 sebanyak 2 orang
(2,86%). Berdasarkan hasil yang dicapai tersebut maka siswa yang mencapai ketuntasan
sebanyak 23 orang yaitu sekitar 61%. Sedangkan yang tidak mencapai ketuntasan
belajar sebanyak 20 orang yaitu sekitar 39%.

25
Tabel 5. Nilai Rata-Rata Hasil Belajar pada Siklus III

Prosentase
Jumlah Jumlah
No Nilai Tidak Ket
Siswa Nilai Tuntas
Tuntas
1 100 3 300 9,49 %

2 90 5 450 14,24 %

3 80 12 960 30,38 %

4 70 12 840 26,58 %

5 60 6 360 11,40 %
Nilai rata-rata
6 50 5 250 7,91 % Kelas 3150 : 43 =

7 40 74

8 30

9 20

10 10

Jumlah 43 3160 81 % 19 %

Dari data pada siklus III menunjukkan kenaikan yang cukup siginifikan yaitu hasil rata-
rata kelas mencapai nilai 73 % dimana Siswa yang mendapat nilai 100 sebanyak 3 orang
(9,29%), siswa yang mendapat nilai 90 sebanyak 5 orang (14,24%), siswa yang
mendapat nilai 80 sebanyak 12 orang (30,38%), siswa yang mendapatkan nilai 70
sebanyak 12 orang (26,58%), siswa yang mendapatkan nilai 60 sebanyak 6 orang
(11,40%), siswa yang mendapatkan nilai 50 sebanyak 5 orang (7,91%). Dari data nilai
siklus III dapat ditarik kesimpulan bahwa proses perbaikan pelajaran IPA dengan
materi tentang sistem tata surya ini sudah dapat dikatakan berhasil dan mencapai
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 32 orang (81%). Jadi proses pembelajaran ini
sudah tidak perlu diadakan perbaikan lagi.

26
Grafik Peningkatan Hasil Nilai dari Siklus I, II dan III Digambarkan di bawah ini :

GRAFIK 1. NILAI PENCAPAIAN KKM SIKLUS I - III

90%
80%
70%
60% Tuntas

50% Tidak Tuntas

40%
30%
20%
10%
0%
Siklus I Siklus II Siklus III

B. Deskripsi Temuan dan Refleksi Pembelajaran IPA


Berdasarkan observasi dan hasil diskusi dengan teman sejawat, diperoleh hasil bahwa
perlu diadakannya perbaikan pembelajaran di setiap siklus. Setelah melaksanakan
proses pembelajaran tiga siklus untuk materi tentang sistem tata surya maka terdapat
temuan sebagai berikut :
Selama pelajaran pada siklus 1 peneliti tidak menggunakan hanya menggunakan metode
ceramah dan tanya jawab. Dengan cara belajar tersebut siswa didik menjadi lebih cepat
bosan dan hasil yang diperoleh juga tidak begitu baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil nilai
ulangan siklus 1, dimana nilai rata – ratanya 60 dengan 26 dari 43 siswa mendapat nilai
dibawah 65.
Sedangkan pada siklus II dimana peneliti menggunakan media peraga, para siswa
menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran dan juga memahami materi pelajaran
yang diajarkan. Hal ini mempengaruhi hasil nilai ulangan pada siklus II ini, dimana nilai

27
rata – rata siswa lebih meningkat menjadi 65 dan terdapat 20 dari 43 siswa yang
mendapat nilai dibawah 65.
Apabila diperhatikan perubahan yang terjadi pada nilai siswa pada siklus I dan II
menunjukan hal yang positif. Namun hasil yang diperoleh peneliti dinilai masih kurang
memuaskan. Oleh karena itu peneliti mengadakan siklus III dengan memperbaiki
strategi dalam proses pembelajaran. Pada siklus III ini peneliti menerapkan metode
demonstrasi dengan menggunakan media audio visual dalam proses pembelajaran.
Dengan menggunakan strategi pembelajaran yang baik dan metode pmebelajaran
yang bervariatif serta media audio visual siswa menjadi lebih aktif dan menguasai
materi pembelajaran lebih bagus bila dibandingkan dengan siklus sebelumnya. Hal ini
terlihat dari hasil nilai ulangan yang diperoleh siswa pada siklus III ini, dimana rata –
rata yang didapat dalah 74 dan hanya 11 orang siswa yang mendapat nilai kurang dari
64.

C. Pembahasan Dari setiap Siklus

i. Pembahasan Hasil Temuan


Berdasarkan hasil obervasi dan refleksi selama proses pembelajaran tentang sistem tata
surya menggambarkan bawah dengan menerapkan metode demonstrasi dengan
menggunakan media audio visual siswa menjadi lebih aktif dalam mengikuti proses
pemebalajaran dan siswa lebih menguasai materi pembelajaran yang disampaikan.
Perkembangan hasil yang diperoleh dari tiap siklus adalah sebagai berikut :

a. Siklus I
Selama proses pembelajarn, aktifitas guru kurang menarik minat dan perhatian
siswa. Dengan metode ceramah guru terlalu banyak memberikan penjelasan tanpa
memberikan menggunakan media peraga apapun, guru kurang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk terlibat dalam proses pembelajaran akibatnya proses
pembelajaran kurang berhasil. Siswa hanya diam mendengarkan penjelasan guru.
Aktifitas dan kreatifitas siswa kurang terpacu, siswa kurang terlibat dalam proses
pembelajaran dan kurang diberi latihan.

28
Hasil belajar siswa pada siklus I mata pelajaran IPA rendah, yaitu 60, hal ini karena guru
hanya memberikan metode ceramah tanpa menggunakan media yang dapat menarik
perhatian siswa.

b. Siklus II
Hasil pembelajaran pada siklus II ditunjukkan sebagai berikut :
Proses kegiatan belajar mulai menarik perhatian siswa serta terlihat semangat dan aktif
dalam mendemonstrasikan alat peraga yang disiapkan oleh guru. Penggunaan media
penunjang berupa gambar ternyata mulai menarik perhatian siswa. Siswa mulai aktif
menjawab pertanyaaan-pertanyaan yang diajukan guru.
Hasil belajar yang dicapai siswa pada siklus II mengalami peningkatan dibandingkan
pada siklus I yakni mencapai rata-rata 65.

c. Siklus III
Hasil pembelajaran pada siklus III ditunjukkan sebagai berikut :
Proses kegiatan belajar mengajar berbeda dengan siklus I dan II. Guru tidak hanya
menerangkan dengan menggunakan metode ceramah, tetapi juga dengan menerapkan
metode demonstrasi dengan menggunakan media audio visual. Siswa diberi latihan-
latihan dan dalam mendemonstrasikan alat peraga difokuskan pada anak yang daya
serapnya rendah, tujuannya agar meningkatkan daya ingatnya.
Metode dan Media yang digunakan lebih konkrit sehingga siswa menjadi terlihat lebih
aktif. Guru hanya memancing siswa dengan beragam pertanyaan sesuai gambar yang
disajikan dengan menggunakan media audio visual, sehingga siswa termotivasi untuk
mengutarakan pendapatnya dan memudahkan bagi siswa untuk memahami materi
tentang sistem tata surya. Hal ini berpengarauh pada hasil yang diperoleh untuk rata-
rata kelas lebih meningkat dari siklus sebelumnya yaitu mencapai 74. Dengan demikian
kegiatan perbaikan ini sesuai dengan rencana. Hal ini menunjukkan bahwa
pembelajaran sudah dapat dikatakan berhasil.

29
BAB V
KESIMPULAN, SARAN DAN TINDAK LANJUT

A. Kesimpulan
Setelah melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu tiga siklus untuk materi
tentang sistem tata surya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
a. Penggunaan metode dan media pembelajaran secara tepat mampu memicu
keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses pembelajaran sehingga dapat
memotivasi siswa dalam meningkatkan hasil belajarnya.
b. Sebagai motivator dan fasilitator, guru harus dapat menciptakan kondisi agar
siswa tertarik untuk belajar, kondisi ini dapat diciptakan jika guru mampu
menggunakan metode dan media belajar yang efektif pada pembelajaran tentang
sistem tata surya secara tepat.

B. Saran dan Tindak Lanjut


1. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, terdapat beberapa hal yang sebaiknya dilaksanakan
oleh guru dalam melaksanakan proses pembelajaran diantaranya adalah :
Penggunaan metode demonstrasi serta media audio visual yang disesuaikan dengan
materi ajar dapat membantu siswa untuk lebih mudah memahami materi pembelajaran
yang disampaikan di banding hanya menggunakan metode ceramah saja.
2. Tindak lanjut
Berdasarkan kesimpulan tersebut, hal yang penting dan perlu diperhatikan untuk
menindak lanjuti hasil penelitian tindakan kelas oleh guru dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran yaitu :
a. Sebelum pembelajaran dimulai guru harus menyiapkan suatu strategi
pembelajaran yang tepat, lengkap dan terencana.
b. Dalam menyampaikan materi pembelajaran agar lebih sistematis dan mudah
dimengerti siswa guru harus mengunakan metode dan media pembelajaran yang
sesuai dengan materi pelejaran.

31
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,Suharsimi,Dr.(1990). Manajemen Pengajaran secara manusiawi. Jakarta : PT.

Rineka Cipta.

Arikuntoro, Suharsini. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Asnawir. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Pers.

Ensiklopedi IPTEK/Ensiklopedi Sains untuk Pelajar dan Umum. 2004. Bumi-Ruang dan

Waktu. Jakarta: PT. Lentera Abadi.

Djam’an, Satori. (2007). Profesi Keguruan. Jakarta : Universitas Terbuka.

Hamalik, Oemar, Drs. (1995). Metode Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar. Bandung :

Tarsito.

Hera, Lestari, Mikarsa, dkk.(2007). Pendidikan Anak di SD. Jakarta : Universitas Terbuka.

Meleong, J.Lexy. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Rahadi, Aristo. 2004. Media Pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rhineka Cipta.

Rositawaty. S. 2008. Senang Belajar Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Pusat Perbukuan

Departemen Nasional.

Sadiman, Arief. S, Dr., M.Sc., dkk. (1986). Media Pendidikan (Pengertian, Pengembangan,

dan Pemanfaatannya). Jakarta : Pustekkom Dikbud dan CV. Rajawali.

Setiawan, Denny, M.Ed., dkk. (2007). Komputer dan Media Pembelajaran. Jakarta :

Universitas Terbuka.

Sudjana, Nana. (1990). Media Pembelajaran. Bandung : CV. Sinar

32

Anda mungkin juga menyukai