PENDAHULUAN
Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga Negara
yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkonstribusi
sekitar secara ilmiah. Pendidikan Sains diarahkan untuk “mencari tahu” dan
lebih mendalam tentang alam sekitar. Carl Sagan dalam Koes (2003:5)
kumpulan pengetahuan.
pembelajaran fisika, proses dan produk sama pentingnya serta tidak dapat
yang berbasis laboratorium dan penyelidikan. Untuk kepentingan ini salah satu
luas dari guru. Hal inilah yang disebut dengan inkuiri terbimbing.
waktu tatap muka di kelas, kesulitan untuk menyusun bahan pelajaran yang
Sebuku diperoleh data bahwa kelas VII belum mencapai kriteria ketuntasan belajar
secara klasikal. Kelas VII yang terdiri dari 22 peserta didik, hanya 17 peserta didik
yang tuntas belajarnya dengan persentase 62,96%. Hasil Ulangan Tengah Semester
dikatakan berhasil dalam belajarnya jika memperoleh nilai ≥ 70 dan secara klasikal
suatu kelas dikatakan berhasil jika 75 % dari jumlah peserta didik yang mengikuti
penyebabnya ada beberapa faktor yaitu faktor peserta didik dan faktor guru. Faktor
peserta didik yaitu berupa rendahnya motivasi belajar pada diri peserta didik,
nampaknya menjadi hal yang paling utama dalam mempengaruhi hasil belajar
peserta didik sedangkan faktor guru diantaranya metode yang selama ini dijalankan
mungkin kurang memotivasi peserta didik untuk lebih aktif dan kreatif dalam
peserta didik tidak secara aktif dilibatkan dalam proses belajar mengajar.
yang melibatkan peserta didik secara lebih aktif sehingga hasil belajar peserta
didik pun meningkat. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan
melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan
berjudul “Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Topik Klasifikasi Materi dan
Perubahannya Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Siswa Kelas VII SMP
Negeri 1 Pulau Sebuku Tahun Pelajran 2021/2022” dengan menggunakan salah satu
pendekatan pembelajaran yang telah dikenal oleh peneliti, dengan harapan peserta didik
sehingga bukanlah sistem kompetisi yang menonjol diantara mereka. Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) yang akan dilaksanakan nantinya diharapkan mampu untuk meningkatkan
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini:
meningkatkan prestasi belajar IPA peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Pulau Sebuku
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan permasalahan dalam penelitian ini perlu dibatasi agar tidak meluas,
D. Tujuan Penelitian
1. Peningkatan aktivitas belajar IPA topik klasifikasi materi dan perubahannya melalui
pembelajaran inkuiri terbimbing pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Pulau Sebuku
pembelajaran inkuiri terbimbing pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Pulau Sebuku
1.4 Manfaat
1.4.3 Bagi siswa dapat meningkatkan minat belajar Sains melalui aktivitas
pembelajaran berlangsung.
istilah. Batasan pengertian dari judul penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.5.3 Sains-Fisika
1.5.4 Pembelajaran
metode mengajar.
yang dibentuk oleh cermin datar, sifat bayangan yang dibentuk oleh
persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan
daftar lampiran.
pemantulan cahaya.
BAB III. Metodologi penelitian, bab ini berisi tentang setting dan
keberhasilan.
surat penelitian.
BAB II
LANDASAN TEORI
perumusan dan penafsiran itu berbeda satu sama lain. Adapun beberapa
suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar
c. Sejalan dengan perumusan diatas, ada pula tafsiran lain tentang belajar
pengalaman-pengalaman belajar.
dengan lingkungan.
Gagne dan Berliner menyatakan bahwa belajar merupakan proses
bahwa guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir dan
menggunakan akalnya.
adalah :
4. Aktivitas diri.
sebagai berikut.
(Under going).
6. Proses belajar dan hasil usaha belajar secara materiil dipengaruhi oleh
kematangan murid.
kemajuan.
10. Hasil-hasil belajar secara fungsional bertalian satu sama lain, tetapi dapat
13. Hasil-hasil belajar diterima oleh murid apabila memberi kepuasan pada
yang baik.
lain ialah teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau
mencakup tiga hal yaitu pretest, proses belajar mengajar, dan postest.
dimulai. Proses
sebagai kegiatan dari pelaksanan proses pembelajaran yakni bagaimana
hasil pretest.
adalah suatu organisme yang berkembang dari dalam. Prinsip utama yang
dan berbuat”. Begitu juga dalam belajar sudah tentu tidak mungkin
rohani maupun teknis. Oleh sebab itu, orang yang belajar harus aktif
sendiri, tanpa ada aktivitas, maka proses belajar tidak mungkin terjadi.
aktivitas adalah siswa. Agar anak didik berpikir sendiri, maka harus diberi
anak itu berpikir sepanjang ia berbuat. Tanpa perbuatan berarti anak itu tidak
jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah. Aktivitas siswa
tidak cukup hanya mendengar dan mencatat seperti yang lazim terdapat
membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang
diskusi, interupsi.
menyalin.
diagram.
melukis jalannya
sinar. Penilaian afektif (minat) meliputi kehadiran di kelas, bertanya dan
secara integral.
demokratis.
menghindarkan verbalitis.
kehidupan di masyarakat.
saja, melainkan mengubah perilaku. Bukti yang nyata jika seseorang telah
misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti.
sejumlah aspek. Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada
1) Pengetahuan
2) Pengertian
3) Kebiasaan
4) Keterampilan
5) Apresiasi
6) Emosional
7) Hubungan sosial
8) Jasmani
10) Sikap
Jika seseorang telah melakukan perbuatan belajar, maka akan
terlihat terjadinya salah satu atau beberapa aspek tingkah laku diatas.
a. Informasi verbal
b. Keterampilan intelektual
c. Strategi kognitif
d. Sikap
e. Keterampilan motoris.
tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
Sains adalah ilmu pengetahuan yang sangat dinamis dan selalu mengalami
tentang alam yang terdiri dari ilmu fisika, kimia, dan biologi.
untuk “mencari tahu” dan “berbuat” sehingga dapat membantu siswa untuk
pembelajaran.
pemahaman produk Sains dalam bentuk pengalaman langsung. Hal ini juga
sesuai dengan tingkat perkembangan mental siswa SMP yang masih berada
lapangan.
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Sains. Sagan dalam Koes
sebagai berikut.
mempelajari alam.
2. Sains adalah bagian dari kemajuan dan kreativitas manusia (Sains itu
berkembang).
sebuah proses).
ialah
berikut.
gairah berpikir.
di dalam kelas.
kelas.
1. Merumuskan masalah.
2. Membuat hipotesa.
3. Merencanakan kegiatan.
4. Melaksanakan kegiatan.
5. Mengumpulkan data.
6. Mengambil kesimpulan.
siswa.
dengan kemampuan.
untuk belajar.
belajar ini.
menyatakan bahwa :
Garis normal
Cermin datar
Gambar 2. hukum Pemantulan
Garis normal ialah garis yang dibuat tegak lurus pada permukaan
benda.
Sudut datang ialah sudut antara sinar datang dengan garis normal.
Sudut pantul ialah sudut antara sinar pantul dengan garis normal.
cermin datar.
tegaknya benda.
Benda Bayangan
F (sinar 1)
(Sinar 2).
diperbesar. Bayangan
Benda
Jika benda terletak di M
bendanya.
Benda
Jika benda terletak di titik
fokus F, bayangan M F O
(Sinar 2).
kelengkungan M akan
- F M
Tegak
Diperkecil
Benda
Bayangan
F M
METODE PENELITIAN
Semarang 50236. Dengan jumlah siswa adalah 45 orang yang terdiri dari 24
siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan. Peneliti memilih kelas VIII A karena
dari enam kelas yang ada, melalui observasi awal didapatkan nilai hasil belajar
belajar siswa pada mata pelajaran fisika melalui pembelajaran Sains untuk
inkuiri terbimbing.
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dan aktivitas guru selama
proses pembelajaran .
3.3 Rencana Tindakan penelitian
1. Perencanaan ( Planning )
dan postest), alat atau bahan yang digunakan dalam percobaan, dan
2. Pelaksanaan ( Action )
3. Pengamatan ( Observation )
4. Refleksi ( reflection )
3.4.1 Persiapan
dalam pembelajaran).
nilai
skor yang dicapai siswa
100%
skor maksimal
sebagai berikut.
Keterangan :
Skor batas bawah kategori sangat minat adalah 0,8x16=12,8 dan
batas atasnya 16.
Skor batas bawah kategori minat adalah 0,6x16=9,6 dan skor batas
atasnya 12,8
Skor batas bawah kategori kurang berminat adalah 0,4x16=6,4 dan
batas atasnya 9,7
Skor batas bawah kategori tidak minat adalah kurang dari 6,4
(Tim Peneliti Program Pascasarjana UNY, 2004:22).
sebagai berikut.
Soal tes yang disusun dalam penelitian ini berupa soal pilihan ganda.
mempunyai taraf kesukaran dan daya pembeda yang baik. Tes yang
2007.
h. Menganalisis hasil uji coba instrumen
Mp Mt p
rpbus (Suherman, 1990:163 )
St q
Keterangan :
dimaksud.
dimaksud (q=1-p)
Arikunto, 2001:21 )
⎛ K ⎞⎛⎜ K M ⎟⎞
r11 ⎜ ⎟ 1 (Suherman, 1990:189 )
⎝ K 1 ⎠⎝ KVt ⎠
Keterangan :
Vt Varian total
rendah.
Keterangan :
Interval DP Kriteria
DP 0 Sangat jelek
0,00 DP 0,20 Jelek
0,20 DP 0,40 Cukup
0,40 DP 0,70 Baik
0,70 DP 1,00 Sangat baik
(Suherman, 1990: 202 )
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau
Interval IK Kriteria
IK 0,00 Terlalu sukar
0,00 IK 0,30 Sukar
0,30 IK 0,70 Sedang
0,70 IK 1,00 Mudah
IK 1,00 Terlalu mudah
(Suherman,1990:113)
3.4.2 Langkah-langkah Penelitian
Perencanaan Tindakan :
Semarang.
Pelaksanaan tindakan :
siswa.
orang siswa.
berikutnya.
g. Memberikan tes diakhir tahap (postest).
Pengamatan :
postest.
Refleksi :
berhasil.
2. Siklus II
Perencanaan Tindakan :
siswa.
orang siswa.
Pengamatan :
Refleksi :
terjadi
peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan baik melalui
sebagai berikut.
PRE PENELITIAN :
Menentukan permasalahan
Mengumpulkan data awal tentang hasil
belajar kognitif dan psikomotorik siswa
sebagai studi awal
PERENCANAAN
TINDAKAN PELAKSANAAN
SIKLUS I
(Materi : Cermin datar
dan hukum pemantulan)
REFLEKSI
PENGAMATAN
PERENCANAAN
TINDAKAN PELAKSANAAN
SIKLUS II
(Materi : Cermin cekung
dan cembung)
REFLEKSI
PENGAMATAN
Indikator Indikator
tercapai belum tercapai
Dilanjutkan ke siklus
Selesai berikutnya dengan
memperbaiki skenario
pembelajaran
1. Sumber data
2. Jenis data
hasil wawancara dengan guru kelas, nilai laporan ulangan harian siswa
X (Sudjana, 1989:109)
X
Keterangan ; N
X rata-rata kelas
N banyaknya subjek.
2). Ketuntasan belajar secara individu
Untuk menghitung ketuntasan belajar secara individu digunakan
rumus :
jumlah jawaban soal yang benar
ketuntasan individu 100%
jumlah soal seluruhnya
(Usman, 1993:138)
3). Ketuntasan belajar secara klasikal
Nilai postest diperoleh setelah dilakukan tindakan kelas, kemudian
dianalisis untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar.
Ketuntasan secara klasikal dihitung dengan menggunakan rumus :
jumlah siswa yang mendapat nilai 65
ketuntasan klasikal 100%
jumlah siswa yang mengikuti
(Mulyasa, 2003:102)
3.7 Indikator Keberhasilan
2003:101).
(siklus selanjutnya).
BAB IV
observasi, yaitu :
Nilai Psikomotorik
No Keterangan
Siklus I Siklus II
1. Nilai tertinggi 81 81
2. Nilai terendah 56 63
3. Nilai Rata-rata 66 71
4. Ketuntasan (%) 56 % 78%
ketuntasan 56%, karena kurang dari 75% maka belum dikatakan tuntas
ratanya
jumlah siswa yang minat sebesar 82% , persentase jumlah siswa yang
persentase jumlah siswa yang minat sebesar 93% dan pertemuan ke-
jumlah siswa yang kurang minat sebesar 11%, maka hasil belajar
Hasil belajar angket (sikap) selanjutnya dapat dilihat pada lampiran 33.
sebagai berikut.
terbimbing sebesar 66 dengan nilai 72%. Pada siklus II, pertemuan ke-
meningkat. Hasil
kegiatan guru dalam pembelajaran inkuiri, selanjutnya dapat dilihat
diperoleh nilai rata-rata pretest dan postest serta jumlah siswa yang tuntas
tabel 4.4 dan 4.5, dapat dilihat bahwa pada siklus I nilai rata-rata
diberikan
pembelajaran inkuiri terbimbing mengalami peningkatan yaitu berupa
4.2 Pembahasan
1. Siklus I
9 kelompok-kelompok kecil
yang terdiri dari 5 orang siswa kemudian guru membagikan peralatan
terhadap hasilnya.
siswa yang satu dengan siswa yang lain dan antara guru dengan siswa.
siswa.
siswa
belum dikatakan tuntas karena kurang dari 75% dari jumlah yang
tuntas karena, (1) masih ada siswa yang kurang terbiasa untuk
untuk siswa yang sangat minat belum ada, siswa yang minat 82%,
kurang minat 16%, dan tidak minat 2%. Karena rata-rata kelas yang minat
terhadap pembelajaran ini yang besar, maka hasil belajar afektif siswa
cenderung tinggi.
bahwa 4 siswa yang hanya memperoleh nilai 65 atau lebih. Dari nilai rata-
siswa yang memperoleh nilai 65 atau lebih . Sehingga pada siklus I untuk
hasil belajar kognitif siswa dapat dikatakan tuntas karena lebih dari 85%
dari keaktifan siswa yang kurang optimal, selain itu guru kurang
siswa/LKS yang akan dilakukan, saat diskusi jika ada siswa yang
tidak baik. Sesuai dengan pendapat John Dewey dalam Dimyati (1994)
pendapat. Selain itu guru harus membimbing siswa dalam pengamatan dan
diskusi sehingga siswa bisa terarah dengan baik. Guru juga harus berusaha
2. Siklus II
tersebut berarti ada 35 siswa yang memperoleh nilai 65 atau lebih dapat
dikatakan tuntas dan 10 siswa yang tidak tuntas. Sebagai tolak ukur
peningkatan dan dapat dikatakan telah tuntas 75% dari jumlah seluruh
siswa yang mengikuti tes. Hal ini bila dibanding dengan siklus I, hasil
56%.
Dari hasil aktivitas afektif pada pertemuan ke-2 diperoleh siswa yang
sangat minat sebesar 7%, minat sebesar 93%. Pada pertemuan ke-3 terjadi
peningkatan pada siswa yang sangat minat menjadi 16%, sedangkan yang
minat terjadi penurunan dari 93% menjadi 73%, dan kurang minat dari 0%
minat tetapi masih diatas rata-rata ideal, maka dapat dikatakan tuntas.
berarti bahwa 25 siswa yang memperoleh nilai 65 atau lebih. Dari nilai
rata-rata
untuk hasil belajar kognitif siswa dapat dikatakan tuntas karena lebih dari
target yang telah ditetapkan untuk indikator jika dibanding dengan hasil
juga sudah melakukan pengamatan dengan tertib dan baik dengan tepat
tidak lepas dari peran guru dalam proses pembelajaran. Karena guru
terhadap pembelajaran inkuiri terbimbing. Hal ini dapat kita lihat pada
5.1 Simpulan
Nilai afektif (minat) siswa diakhir siklus I tidak ada siswa yang
dari nilai rata-rata yang diperoleh siswa diakhir siklus I sebesar 73 menjadi
5.2 Saran
kontrol yang baik oleh guru pada saat siswa melakukan pengamatan dan
Kanginan, Marthen. 2004. Sains Fisika SMP untuk kelas VIII semester 2.
Jakarta:Erlangga.
Usman, Uzer. 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung : Rosda
Karya