Anda di halaman 1dari 67

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dan peserta

didik, untuk mencapai tujuan pendidikan. Pendidikan merupakan proses dasar dari

perkembangan hidup manusia. Karena dengan belajar, manusia melakukan

perubahan kualitas hidup sehingga tingkah lakunya berkembang. Belajar itu

bukan hanya sekedar pengalaman, namun juga belajar merupakan suatu proses

dan bukan suatu hasil. Karena semua aktivitas dan prestasi hidup manusia tidak

lain adalah hasil dari belajar. Oleh karena itu belajar harus berlangsung secara

aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk

mencapai suatu tujuan (azmi, 2014).

Pendidikan diartikan sebagai proses perubahan sikap dan tata laku seseorang

atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

pengajaran dan pelatihan. Keberhasilan pendidikan dipengaruhi oleh perubahan

dan pembaruan segala kompenen Pendidikan (Saidah, 2016). Salah satunya

adalah perubahan Kurikulum. Kurikulum 2013 (K-13) adalah kurikulum yang

berlaku saat ini dalam sistem pendidikan di Indonesia yang merupakan

penyempurnaan dari kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Tujuan

kurikulum 2013 yaitu untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki

kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif,

kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Pada kurikulum 2013


2

yang baru, guru dituntut untuk menerapkan teori yang terdapat didalam

pembelajaran, guru tidak hanya sekedar memberikan teori saja, namun mampu

mempraktekannya. Didalam kurikulum 2013 terdapat jenjang teori yang meliputi

Mengingat, Memahami, menerapkan, menganalisis, dan mencipta (Kurniasih,

Imas dan Berlin, 2016).

Kegiatan pembelajaran adalah inti dari kegiatan dalam pendidikan. Segala

sesuatu yang telah direncanakan akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran.

Dalam kegiatan pembelajaran siswa diarahkan untuk mengembangkan potensi

yang dimiliki menjadi kompetensi yang diharapkan. Tidak terlepas dari itu, ada

beberapa komponen yang terlibat dalam proses pembelajaran yaitu, anak didik,

guru, lingkungan belajar, materi pelajaran, pendekatan dan metode, model, media

serta evaluasi pembelajaran. Komponen-kompenen yang ada di sekolah perlu

bekerjasama secara ideal, agar tercapainya tujuan dalam mata pelajaran.

Berdasrakan informasi pada observasi awal yang dilakukan dengan guru mata

pelajaran IPA kelas VIII A di SMP Negeri 1 Poso Pesisir, menunjukkan bahwa

selama pembelajaran daring model pembelajaran yang sering digunakan adalah

pendekatan yang berpusat pada guru. Guru belum maksimal menerapkan model-

model pembelajaran yang bervariasi guru hanya menggunakan model yang hanya

berpusat pada guru yaitu dengan menggunakan model ceramah, tanya jawab,

membahas soal-soal serta melakukan diskusi. hal ini menyebabkan siswa kurang

aktifdalam pembelajaran, suasana kelas menjadi monoton dan membosankan,

sehingga menimbulkan aktivitas dan motivasi belajar siswa berkurang dan

menurun. Hal ini terlihat dari hasil rata-rata nilai ulangan harian IPA yang belum
3

memenuhi standar KKM yang sudah di tetapkan sekolah yaitu 75. Adapun rerata

ulangan harian mata pelajaran IPA kelas VIII A sebesar 64,00 dengan jumlah

siswa sebanyak 2 siswa dari 23 siswa. Sehingga rendahnya persentase ketuntasan

belajar siswa secara keseluruhan 18,18%. Artinya masih belum ada yang

memenuhi KKM yang di tentukan oleh pihak sekolah. Sehingga pembelajaran

belum mampu dikatakan berhasil karena pada proses pembelajaran antusias siswa

untuk belajar masih rendah, siswa lebih sering aktif dengan kegiatannya sendiri

dan kurangnya berkembang ide-ide baru. Metode ceramah dan tanya jawab ini

kurang cocok dengan tingkah laku siswa yang masih kecil sehingga siswa merasa

bosan dengan pelajaran tersebut dan guru juga sulit untuk mengetahui apakah

seluruh siswa sudah menegrti tentang apa yang sudah di jelaskan. Model

pembelajaran merupakan salah satu komponen utama dalam menciptakan suasana

yang aktif, inovatif dan menyenangkan. Model pembelajaran yang menarik dan

variatif akan berimplikasi pada minat maupun motivasi peserta didik dalam

mengikuti proses belajar mengajar di kelas.

Metode ceramah dan tanya jawab ini kurang cocok dengan tingkah laku siswa

yang masih kecil sehingga siswa merasa bosan dengan pelajaran tersebut dan guru

juga sulit untuk mengetahui apakah seluruh siswa sudah menegrti tentang apa

yang sudah di jelaskan. Model pembelajaran merupakan salah satu komponen

utama dalam menciptakan suasana yang aktif, inovatif dan menyenangkan. Model

pembelajaran yang menarik dan variatif akan berimplikasi pada minat maupun

motivasi peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar di kelas.


4

Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa

adalah model pembelajaran Inside Outside Circle adalah suatu model yang

menyenangkan sehingga dapat menumbuhkan situasi dan kondisi yang kondusif

dan aktif didalam proses pembelajaran. (Huda, 2013) menyatakan, “Inside

Outside Circle dapat diterapkan untuk beberapa mata pelajaran, seperti IPS (Ilmu

Pengetahuan Sosial), IPA (Ilmu Pengetahuan Alam), Agama, Matematika, dan

Bahasa”. Sedangkan (Shoimin, 2014) menyatakan, “Inside Outside Circle adalah

model pembelajaran dengan sistem lingkaran kecil dan lingkaran besar yang

diawali dengan pembentukan kelompok besar dalam kelas yang terdiri dari

kelompok lingkaran dalam dan kelompok lingkaran luar”. Selain itu model Inside

Outside Circle ini memungkinkan siswa untuk saling berbagi informasi pada

waktu yang bersamaan dan memiliki banyak kesempatan untuk mengolah

informasi dan meningkatkan keaktifan siswa.

Hal ini terbukti pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Sugiarti (2015)

tentang peningkatan hasil belajar IPA materi Hubungan Makanan Dengan

Kesehatan melalui Model Pembelajaran Inside Outside Circle pada siswa kelas V

SD Negeri Ringin Sari kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Tahun 2015. Model

pembelajaran Inside Outside Circle dikembangkan oleh Spencer Kagan untuk

memberikan kesempatan pada siswa agar saling berdiskusi dan berbagi informasi

pada saat yang bersamaan. Model pembelajaran ini diberi nama Inside Outside

Circle, karena siswa membentuk dua lingkaran, siswa yang berada dilingkaran

pertama menghadap keluar dan siswa yang berada diluar lingkaran pertama

menghadap kedalam sehingga siswa tersebut saling berhadapan. Lingkaran yang


5

berada di dalam disebut lingkaran kecil sedangkan lingkaran luar disebut dengan

lingkaran besar. Pemilihan model pembelajaran tipe Inside Outside Circle

diharapkan dapat memberi suasana baru yang menarik dan menyenangkan dalam

pembelajaran. Siswa dapat berdiskusi dan bekerja sama dengan siswa lain dalam

kelompok. Dengan anggota kelompok yang dibentuk secara heterogen,

diharapakan diskusi dalam kelompok dapat berlangsung secara efektif.

Berdasarkan uraian diatas akan dilakukan penelitian tentang Penerapan Model

Pembelajaran Inside Outside Circle untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas

VIII A SMP Negeri 1 Poso Pesisir Pada materi Sistem Ekskresi Manusia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah apakah penerapan model pembelajaran Inside Outside Circle dapat

meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Poso Pesisir pada

Materi Ekskresi Manusia?

C. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan

menggunakan model pembelajaran Inside Outside Circle pada mata pelajaran IPA

materi Sistem Ekskresi Manusia kelas VIII A di SMP Negeri 1 Poso pesisir.

D. Manfaat penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Bagi Siswa

a. Memberikan suasana belajar lebih kondusif dan menyenangkan sehingga siswa

tidak jenuh saat belajar.


6

b. Melatih kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu permasalahan.

c. Melatih siswa lebih aktif dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan

pemahaman mereka pada materi pelajaran. Selain itu juga lebih meningkatkan

kemampuan siswa dalam bekerja sama dengan siswa lain karena siswa

diajarkan untuk belajar mandiri dan dapat menyelesaikan masalah bersama.

2. Bagi Guru

Hasil penelitian ini dapat digunakan guru untuk menggunakan model yang

bervariasi dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa serta dapat

menumbuhkan kreatifitas guru dalam pembelajaran IPA.

3. Bagi Sekolah

Sebagai bahan masukkan bagi pimpinan sekolah atau kepala sekolah, maupun

staf pengajar SMP 1 Poso Pesisir terhadap model pembelajaran yang

digunakan oleh guru.

E. Ruang Lingkup penelitian

Berdasarkan permasalahan diatas, agar permasalahan yang dikaji dapat terarah

dan mendalam maka dalam penelitian ini masalah-masalah tersebut dibatasi pada

model pembelajaran Inside Outside Circle ditujukan kepada siswa kelas VIII A

SMP Negeri 1 Poso Pesisir. Penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun

pelajaran 2022/2023 dan dibatasi pada materi Sistem Ekskresi Manusia.


7

F. Definisi operasional

1. Model Pembelajaran

Model pembelajaran menurut azmi, (2014) menyebutkan bahwa model

pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai

pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial.

2. Model Pembelajaran Inside Outside Circle

Model adalah cara yang ditempuh oleh guru untuk menciptakan situasi

pembelajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran

proses belajar dan tercapainya prestasi belajar anak yang memuaskan. Model

merupakan wujud interprestasi terhadap hasil observasi dan pengukuran yang

diperoleh dari beberapa sistem. Model pembelajaran pada dasarnya merupakan

bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara

khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau

bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode dan teknik pembelajaran

(Komalasari, 2017).

Inside Outside Circle adalah model pembelajaran dengan sistem lingkaran

kecil dan lingkaran besar di mana siswa saling membagi informasi pada saat yang

bersamaan dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur. Sintaksnya

adalah separuh dari jumlah siswa membentuk lingkaran kecil menghadap keluar,

separuhnya lagi membentuk lingkaran besar menghadap ke dalam, siswa yang

berhadapan berbagi informasi secara bersamaan, siswa yang berada di lingkaran

luar berputar kemudian berbagi informasi kepada teman (baru) di depannya, dan

seterusnya (Ngalimun, 2012).


8

3. Hasil Belajar

Setelah melalui proses pembelajaran, maka seseorang akan menerima hasil

belajar. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah

mengalami proses pembelajaran dan dapat diukur melalui pengetahuan,

pemahaman, aplikasi, analisis, dan sintesis, yang diraih oleh siswa dan merupakan

tingkat penguasaan setelah menerima pengalaman belajar ini berarti berhasil

tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana

proses belajar yang dialami oleh murid sebagai anak didik. Hasil belajar adalah

pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertianpengertian, sikap-sikap, apresiais, dan

keterampilan (Thobroni, 2016).

4. Sistem Eksresi Manusia

Proses pengeluaran zat-zat sisa metabolisme yang tidak diperlukan tubuh

disebut ekskresi. Sistem ekskresi pada manusia melibatkan beberapa organ

ekskresi yaitu; ginjal, kulit, paru-paru, dan hati (Kemendikbud, 2017).


9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Model Pembelajaran

a. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai

pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial

(azmi, 2014). Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil

penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan

analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat

operasional di kelas. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan

digunakan termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam

kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas

(Suprijono, 2014).

Model pembelajaran adalah rencana atau pola yang digunakan dalam

menyusun kurikulum, mengatur materi pengajaran dan memberi petunjuk pada

pengajar di kelas dalam setting pengajaran atau setting lainnya. Tiap model

mengajar yang dipilih haruslah mengungkapkan berbagai realitas yang sesuai

dengan situasi kelas dan macam pandangan hidup, yang dihasilkan dari kerjasama

guru dan murid.

b. Fungsi Model Pembelajaran

Fungsi Model Pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi pengajar dan para

guru dalam melaksanakan pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa setiap


10

model yang akan digunakan dalam pembelajaran menentukan perangkat yang

dipakai dalam pembelajaran tersebut. Selain itu, model pembelajaran juga

berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar

dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar sehingga

tujuan pembelajaran dapat tercapai

2. Model Pembelajaran Inside Outside Circle

a. Pengertian Model Pembelajaran Inside Outside Circle

Inside Outside Circle adalah model pembelajaran dengan sistem lingkaran

kecil dan lingkaran besar di mana siswa saling membagi informasi pada saat yang

bersamaan dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur. Sintaksnya

adalah separuh dari jumlah siswa membentuk lingkaran kecil menghadap keluar,

separuhnya lagi membentuk lingkaran besar menghadap ke dalam, siswa yang

berhadapan berbagi informasi secara bersamaan, siswa yang berada di lingkaran

luar berputar kemudian berbagi informasi kepada teman (baru) di depannya, dan

seterusnya (Ngalimun, 2012).

b. Langkah-langkah Model Pembelajaran Inside Outside Circle

Implementasi dari model pembelajaran Inside-Outside Circle ini yaitu diawali

dengan pembentukan kelompok yang dilakukan oleh guru. Jika kelas termasuk

kelas gemuk, maka bagilah menjadi 2 kelompok besar. Tiap-tiap kelompok besar

terdiri dari 2 kelompok lingkaran dalam dan kelompok lingkaran luar yang jumlah

anggotanya sama. Untuk lebih jelasnya berikut adalah langkah-langkah penerapan

model pembelajaran Inside Outside Circle dalam pelaksanaan pembelajaran di

kelas.
11

a. Separuh kelas berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap ke luar.

b. Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran pertama

menghadap ke dalam.

c. Guru berada di dalam lingkaran dan menjelaskan informasi.

d. Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi informasi.

e. Pertukaran informasi bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang

bersamaan.

f. Kemudian siswa yang di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa

yang di lingkaran besar bergeser, satu atau dua langkah searah jarum jam

(Kurniasih, Imas dan Berlin, 2016).

g. Kelebihan Model Pembelajaran Inside Outside Circle

Menurut Shoimin, (2014) model pembelajaran Inside Outside Circle ada

beberapa keunggulan diantaranya:

a) Mendapatkan informasi yang berbeda pada waktu yang bersamaan.

b) Adanya struktur yang jelas dalam pembelajaran model Inside Outside Circle

yang memungkinkan peserta didik untuk bertukar pikiran dengan pasangan

Tidak ada bahan yang dibutuhkan untuk strategi sehingga dapat dengan mudah

dimasukkan ke dalam pelajaran.

c) Dapat membangun sifat kerjasama antar peserta didik dan peserta didik lainnya

yang berbeda dengan singkat dan teratur.

d) Model ini juga dapat digunakan untuk semua jenjang pendidikan.

e) Menjadikan peserta didik aktif dalam proses pembelajaran.

f) Meningkatkan keterampilan komunikasi.


12

h. Kekurangan Model Pembelajaran Inside Outside Circle

Menurut Shoimin, (2014) model pembelajaran Inside Outside Circle ada

beberapa kelemahan diantaranya:

a) Proses pembelajaran membutuhkan ruang kelas yang besar.

b) Kegiatan pembelajaran berlangsung terlalu lama sehingga peserta didik tidak

berkonsentrasi dan disalahgunakan untuk bencanda gurau.

c) Model pembelaran Inside Outside Circle rumit untuk digunakan karena peserta

didik yang tidak mudah untuk diatur dalam memberi informasi sesama peseta

didik.

d) Model pembelajaran ini membutuhkan waktu yang lama ketika peserta didik

mengkomunikasikan nya kepada peserta didik lainnya.

3. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Setelah melalui proses pembelajaran, maka seseorang akan menerima hasil

belajar. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah

mengalami proses pembelajaran dan dapat diukur melalui pengetahuan,

pemahaman, aplikasi, analisis, dan sintesis, yang diraih oleh siswa dan merupakan

tingkat penguasaan setelah menerima pengalaman belajar ini berarti berhasil

tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana

proses belajar yang dialami oleh murid sebagai anak didik. Hasil belajar adalah

pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertianpengertian, sikap-sikap, apresiais, dan

keterampilan (Thobroni, 2016).


13

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses

pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi

kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan

belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjtnya dari informasi tersebut guru dapat

menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk

keseluruhan kelas maupun individu (Rusman., 2013).

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar meliputi faktor internal dan

eksternal, yaitu:

a) Faktor Internal

1) Faktor Fisiologis

Secara umum kondisi fisiologis, seperti kondisi kesehatan yang prima, tidak

dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani, dan

sebagainya. Hal-hal tersebut dapat mempengaruhi siswa dalam menerima materi

pelajaran.

2) Faktor Psikologis

Setiap individu dalam hal ini siswa pada dasarnya memiliki kondisi psikologis

yang berbeda-beda, tentunya hal ini turut mempengaruhi hasil belajarnya.

Beberapa faktor psikologis meliputi intelegensi (IQ), perhatian, minat, bakat,

motif, motivasi, kognitif, dan daya nalar siswa (Rusman., 2013).


14

b) Faktor Eksternal

1) Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan dapat mempengaruhi hasil belajar. Faktor lingkungan ini

meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan alam misalnya suhu,

kelembapan, dan lain-lain. Belajar pada tengah hari di ruang yang memiliki

ventilasi udara yang kurang tentunya akan berbeda suasana belajarnya dengan

yang belajar di pagi hari yang udaranya masih segar dan di ruang yang cukup

mendukung untuk bernafas lega.

c) Faktor Instrumental

Faktor-faktor instrumental adalah factor yang keberadaan dan penggunaanya

dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini

diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar

yang telah direncanakan. Faktor-faktor instrumental ini berupa kurikulum, sarana,

dan guru (Rusman., 2013)

4. Sistem Eksresi Manusia

a. Pengertian Sistem Eksresi Manusia

Proses pengeluaran zat-zat sisa metabolisme yang tidak diperlukan tubuh

disebut ekskresi. Ekskresi diperlukan tubuh agar zat sisa tersebut tidak meracuni

tubuh karena dapat merusak berbagai organ dalam tubuh bahkan dapat

menyebabkan kematian. Sistem ekskresi pada manusia melibatkan beberapa organ

ekskresi yaitu; ginjal, kulit, paru-paru, dan hati (Kemendikbud, 2017).


15

b. Struktur dan Fungsi Sistem Eksresi Manusia

a) Ginjal

Ginjal berfungsi untuk menyaring darah yang mengandung zat sisa

metabolisme dari sel di seluruh tubuh.

1) Ginjal terletak di kanan dan kiri tulang pinggang, yaitu di dalam rongga perut

pada dinding tubuh bagian belakang (dorsal).

2) Ginjal sebelah kiri letaknya lebih tinggi dari dari pada ginjal sebelah kanan.

Ginjal memiliki bentuk seperti biji kacang merah.

3) Ginjal berwarna merah karena banyak darah yang masuk kedalam ginjal.darah

akan masuk kedalam ginjal melalui pembuluh arteribesar dan akan keluar dari

ginjal melalui pembuluh vena besar. Apabila dipotong melintang, maka akan

tampak tiga lapisan.

4) Bagian luar disebut korteks renalis atau kulit ginjal, di bawahnya terdapat

medula renalis, dan di bagian dalam terdapat rongga yang disebut rongga ginjal

atau pelvis renalis. Ginjal tersusun atas lebih kurang 1 juta alat penyaring yang

disebut dengan nefron (Kemendikbud, 2017).

Gambar 1. Ginjal dan struktur penyusunnya (Reece et al, 2012)


16

Nefron merupakan satuan struktural dan fungsional ginjal karena nefron

merupakan unit penyusun utama ginjal dan unit yang berperan penting dalam

proses penyaringan darah. Pada gambar 2 dijelaskan bahwa sebuah nefron terdiri

atas sebuah komponen penyaring atau badan Malpighi yang dilanjutkan oleh

saluran-saluran (tubulus). Setiap badan Malpighi mengandung gulungan kapiler

darah yang disebut glomerulus yang berada dalam kapsula Bowman. Pada bagian

inilah proses penyaringan darah dimulai (Kemendikbud, 2017).

Gambar 2. Struktur Badan Malpighi (Longenbaker, 2011).

Medula renalis (bagian tengah ginjal) tersusun atas saluransaluran yang

merupakan kelanjutan dari badan Malpighi dan saluran yang ada di bagian korteks

renalis. Saluran-saluran itu adalah tubulus proksimal, lengkung Henle, tubulus

distal, dan tubulus kolektivus (pengumpul) yang terdapat pada medula. Lengkung

Henle adalah saluran ginjal yang melengkung pada daerah medulla yang

menghubungkan tubulus proksimal dengan tubulus distal. Pelvis renalis atau

rongga ginjal berfungsi sebagai penampung urine sementara sebelum dikeluarkan

melalui ureter (Kemendikbud, 2017).


17

Proses pembentukan urine di dalam ginjal melalui tiga tahapan. Ketiga tahapan

tersebut adalah tahap filtrasi, tahap reabsorpsi, dan tahap augmentasi.

1) Tahap Fitrasi

Pada gambar 3 dijelaskan proses pembentukan urine dimulai dari darah

mengalir melalui arteri aferen ginjal masuk ke dalam glomerulus yang tersusun

atas kapilerkapiler darah. Ketika darah masuk ke glomerulus, tekanan darah

menjadi tinggi sehingga mendorong air dan zat-zat yang memiliki ukuran kecil

keluar melalui pori-pori kapiler, dan menghasilkan filtrat. Cairan hasil penyaringan

tersebut (filtrat), tersusun atas urobilin, urea, glukosa, air, asam amino, dan ion-ion

seperti natrium, kalium, kalsium, dan klor. Filtrat selanjutnya disimpan sementara

di dalam kapsula Bowman. Darah dan protein tetap tinggal di dalam kapiler darah

karena tidak dapat menembus pori-pori glomerulus. Filtrat yang tertampung di

kapsula Bowman disebut urine primer. Tahapan pembentukan urine primer ini

disebut tahap filtrasi (Kemendikbud, 2017).

Gambar 3. Struktur Badan Malpighi dan Proses Filtrasi (Shier et al, 2012).
18

2) Tahap Reabsorpsi

Urine primer yang terbentuk pada tahap filtrasi masuk ke tubulus proksimal. Di

dalam tubulus proksimal terjadi proses penyerapan kembali zat-zat yang masih

diperlukan oleh tubuh yang disebut dengan tahap reabsorpsi. Glukosa, asam

amino, ion kalium, dan zat-zat yang masih diperlukan oleh tubuh juga diangkut ke

dalam sel dan kemudian ke dalam kapiler darah di dalam ginjal. Sedangkan urea

hanya sedikit yang diserap kembali seperti yang dijelaskan pada gambar 4

(Kemendikbud, 2017).

Gambar 4. Proses Reabsorpsi (Longenbaker, 2011).

Cairan yang dihasilkan dari proses reabsorpsi disebut urine sekunder. Urine

sekunder mengandung air, garam, urea, dan urobilin. Urobilin inilah yang

memberikan warna kuning pada urine, sedangkan urea yang menimbulkan bau

pada urine. Urine sekunder yang terbentuk dari proses reabsorpsi selanjutnya

mengalir ke lengkung Henle kemudian menuju tubulus distal. Selama mengalir

dalam lengkung Henle air dalam urine sekunder juga terus direabsorpsi

(Kemendikbud, 2017).
19

3) Tahap Augmentasi

Setelah melalui lengkung Henle, urine sekunder sampai pada tubulus distal.

Pada bagian tubulus distal masih ada proses penyerapan air, ion natrium, klor, dan

urea. Pada tubulus distal terjadi proses augmentasi, yaitu pengeluaran zat-zat yang

tidak diperlukan tubuh ke dalam urine sekunder. Urine sekunder yang telah

bercampur dengan zat-zat sisa yang tidak diperlukan tubuh inilah yang merupakan

urine sesungguhnya. Urine tersebut kemudian disalurkan ke pelvis renalis (rongga

ginjal). Urine yang terbentuk selanjutnya keluar dari ginjal melalui ureter,

kemudian menuju kandung kemih yang merupakan tempat menyimpan urine

sementara dapat dilihat pada gambar 5. Kandung kemih memiliki dinding yang

elastis. Kandung kemih mampu meregang untuk dapat menampung sekitar 0,5 L

urine. Proses pengeluaran urine dari dalam kandung kemih disebabkan oleh

adanya tekanan di dalam kandung kemih. Tekanan pada kandung kemih

disebabkan oleh adanya sinyal yang menunjukkan bahwa kandung kemih sudah

penuh. Sinyal penuhnya kandung kemih memicu adanya kontraksi otot perut dan

otot-otot kandung kemih. Akibat kontraksi ini urine dapat keluar dari tubuh

melalui uretra (Kemendikbud, 2017).

Gambar 5. Sistem dalam Pembentukan Urine (Marieb et al, 2013).


20

b) Kulit

Ketika berolahraga tubuh kita akan mengeluarkan keringat seperti yang di

jelaskan pada gambar 6. Selain menjaga suhu tubuh, berkeringat ternyata juga

berfungsi untuk mengeluarkan zat sisa metabolisme. Organ tubuh manakah yang

memiliki peran dalam pembentukan keringat dan bagaimana tubuh membuat

keringat Sebagai organ ekskresi, kulit berperan dalam pembentukan dan

pengeluaran keringat (Kemendikbud, 2017).

Selain fungsi tersebut, kulit juga berfungsi untuk melindungi jaringan di

bawahnya dari kerusakan-kerusakan fisik karena gesekan, penyinaran, berbagai

jenis kuman, dan zat kimia berbahaya. Selain itu, kulit juga berfungsi untuk

mengurangi kehilangan air dalam tubuh, mengatur suhu tubuh, dan menerima

rangsangan dari luar. Seperti yang dijelaskan pada gambar 7 Kulit terdiri atas dua

lapisan utama yaitu lapisan epidermis (kulit ari) dan lapisan dermis (kulit jangat)

(Kemendikbud, 2017).

Gambar 7. Struktur Anatomi kulit (Campbell et al, 2008).


21

1) Lapisan Epidermis (Kulit Ari)

Epidermis merupakan lapisan kulit paling luar yang tersusun atas sel-sel epitel

yang mengalami keratinisasi. Pada lapisan epidermis tidak terdapat pembuluh

darah maupun serabut saraf. Pada lapisan epidermis, masih terdapat beberapa

lapisan kulit, antara lain stratum korneum yang merupakan lapisan kulit mati dan

selalu mengelupas dan lapisan stratum granulosum yang mengandung pigmen

melanin.

Di bawah stratum granulosum terdapat lapisan stratum germinativum yang

terus menerus membentuk sel-sel baru ke arah luar menggantikan sel-sel kulit

yang terkelupas (Kemendikbud, 2017).

2) Lapisan Dermis (Kulit Jangat)

Lapisan dermis terdapat dibawah lapisan epidermis. Pada lapisan dermis

terdapat otot penggerak rambut, pembuluh darah, pembuluh limfa, saraf, kelenjar

minyak (glandula sebasea), dan kelenjar keringat (glandula sudorifera). Kelenjar

keringat berbentuk seperti pembuluh panjang. Pangkal kelenjar keringat

menggulung dan berhubungan dengan kapiler darah dan serabut saraf. Serabut

saraf akan meningkatkan kerja kelenjar keringat, sehingga merangsang produksi

keringat. Kelenjar keringat akan menyerap air, ion-ion, NaCl, dan urea dari dalam

darah yang kemudian dikeluarkan melalui pori-pori kulit.

Di bawah lapisan dermis, terdapat lapisan hipodermis atau lapisan subkutan.

Lapisan hipodermis bukan merupakan bagian dari kulit, namun merupakan

kumpulan jaringan ikat yang berfungsi melekatkan kulit pada otot. Lapisan
22

hipodermis banyak tersusun atas jaringan lemak sehingga juga berfungsi menjaga

suhu tubuh (Kemendikbud, 2017).

c) Paru-paru

Selain berfungsi sebagai alat pernapasan, paru-paru juga berfungsi sebagai alat

ekskresi. Proses pertukaran gas yang terjadi di dalam alveolus seperti yang

dijelakan pada gambar 8.

Gambar 8. Struktur Paru-paru pada Manusia (Reece et al. 2012).

Oksigen yang memasuki alveolus akan berdifusi dengan cepat memasuki

kapiler darah yang mengelilingi alveolus, sedangkan karbon dioksida akan

berdifusi dengan arah yang sebaliknya. Darah pada alveolus akan mengikat

oksigen dan mengangkutnya ke jaringan tubuh. Di dalam pembuluh kapiler

jaringan tubuh, darah mengikat karbon dioksida (CO2) untuk dikeluarkan bersama

uap air (Kemendikbud, 2017).

d) Hati

Selain berperan dalam sistem pencernaan, hati juga berperan dalam sistem

ekskresi, yaitu mengekskresikan zat warna empedu yang disebut dengan bilirubin.

Bilirubin dihasilkan dari pemecahan hemoglobin yang terdapat pada sel darah
23

merah. Sel darah merah hanya memiliki rentang waktu hidup antara 100 - 120 hari

karena sel darah merah tidak memiliki inti sel dan membran selnya selalu

bergesekan dengan pembuluh kapiler darah. Karena tidak memiliki inti sel, sel

darah merah tidak dapat membentuk komponen baru untuk menggantikan

komponen sel yang rusak seperti yang sudah dijelaskan pada gambar 9

(Kemendikbud, 2017).

Gambar 9. Struktur Anatomi Hati (Dok. Kemendikbud)

Sel darah merah yang rusak akan dihancurkan oleh makrofag di dalam hati dan

limpa. Hemoglobin yang terkandung dalam sel darah merah dipecah menjadi zat

besi, globin, dan hemin. Zat besi selanjutnya dibawa menuju sumsum merah

tulang untuk digunakan membentuk hemoglobin baru. Globin dipecah menjadi

asam amino untuk digunakan dalam pembentukan`protein lain. Sedangkan hemin

diubah menjadi zat warna hijau yang disebut biliverdin. Biliverdin kemudian

diubah menjadi bilirubin yang merupakan zat warna kuning oranye. Bilirubin

selanjutnya dikeluarkan bersama getah empedu. Getah empedu dikeluarkan ke

usus dua belas jari, kemudian menuju usus besar. Di dalam usus besar bilirubin

diubah menjadi urobilinogen. Urobilinogen diubah menjadi urobilin sebagai


24

pewarna kuning pada urine dan sterkobilin sebagai pigmen cokelat pada feses.

Perhatikan gambar 10 di jelaskan tentang proses pemecahan sel darah merah

(Kemendikbud, 2017).

Gambar 10. Bagan Proses Pemecahan Sel Darah Merah (Dok. Kemendikbud)

Organ hati juga berfungsi mengubah amonia (NH3) yang berbahaya jika

berada dalam tubuh, menjadi zat yang lebih aman, yaitu urea. Amonia tersebut

dihasilkan dari proses metabolisme asam amino. Urea dari dalam hati akan

dikeluarkan dan diangkut oleh darah menuju ginjal untuk dikeluarkan bersama

urine (Kemendikbud, 2017).

c. Gangguan pada Sistem Eksresi Manusia dan Upaya untuk Mencegah atau

Menanggulanginya

a) Nefritis

Nefritis adalah penyakit rusaknya nefron, terutama pada bagian-bagian

glomerulus ginjal. Nefritis disebabkan oleh infeksi bakteri Streptococcus. Nefritis

mengakibatkan masuknya kembali asam urat dan urea ke pembuluh darah

(uremia) serta adanya penimbunan air di kaki karena reabsorpsi air yang

terganggu (edema) seperti yang di jelaskan dalam gambar 11. Upaya penanganan
25

nefritis adalah dengan proses cuci darah atau pencangkokan ginjal (Kemendikbud,

2017).

Gambar 11. Ginjal Penderita Nefritis ( vet.uga.edu)

b) Batu Ginjal

Batu ginjal adalah gangguan yang terjadi akibat terbentuknya endapan garam

kalsium di dalam rongga ginjal (pelvis renalis), saluran ginjal, atau kandung

kemih. Batu ginjal berbentuk kristal yang tidak dapat larut. Kandungan batu ginjal

adalah kalsium oksalat, asam urat, dan kristal kalsium fosfat. Endapan ini

terbentuk jika seseorang terlalu banyak mengonsumsi garam mineral dan

kekurangan minum air serta sering menahan kencing. Upaya mencegah

terbentuknya batu ginjal adalah dengan meminum cukup air putih setiap hari,

membatasi konsumsi garam karena kandungan natrium yang tinggi pada garam

dapat memicu terbentuknya batu ginjal, serta tidak sering menahaan kencing. Batu

ginjal yang kecil dapat saja keluar melalui urine, tetapi seringkali menyebabkan

rasa sakit. Batu ginjal berukuran besar memerlukan operasi untuk

mengeluarkannya. Gambar 12 dijelaskan tentang kristal (batu) dalam ginjal

(Kemendikbud, 2017).
26

Gambar 12. Kristal (Batu) dalam Ginjal ( vet.uga.edu)

c) Albuminuria

Albuminuria merupakan penyakit yang terjadi akibat adanya kerusakan pada

glomerulus yang berperan dalam proses filtrasi, sehingga pada urine ditemukan

adanya protein. Albuminuria dapat terjadi akibat kurangnya asupan air ke dalam

tubuh sehingga memperberat kerja ginjal, mengonsumsi terlalu banyak protein,

kalsium, dan vitamin C dapat membuat glomerulus harus bekerja lebih keras

sehingga meningkatkan risiko kerusakannya. Upaya yang dapat dilakukan untuk

mencegah albuminuria adalah dengan mengatur jumlah garam dan protein yang

dikonsumsi, serta pola hidup sehat untuk mengatur keseimbangan gizi

(Kemendikbud, 2017).

d) Hematuria

Hematuria merupakan penyakit yang ditandai dengan adanya selsel darah

merah pada urine. Hal ini disebabkan penyakit pada saluran kemih akibat gesekan

dengan batu ginjal. Hematuria juga dapat disebabkan oleh adanya infeksi bakteri

pada saluran kemih. Upaya pencegahan hematuria dapat dilakukan dengan segera

buang air kecil ketika ingin buang air kecil, membersihkan tempat keluarnya urine
27

dari arah depan ke belakang untuk menghindari masuknya bakteri dari dubur,

serta banyak minum air putih. Ketika seseorang sakit hematuria, maka

penanganan yang diberikan adalah dengan memberi antibiotik untuk

membersihkan infeksi bakteri pada saluran kemih (Kemendikbud, 2017).

e) Diabetes Insipidus

Penyakit ini disebabkan karena seseorang kekurangan hormon ADH atau

hormon antidiuretik. Kondisi tersebut menyebabkan tubuh tidak dapat menyerap

air yang masuk ke dalam tubuh, sehingga penderita akan sering buang air kecil

secara terus menerus. Upaya penanganan penderita diabetes insipidus adalah

dengan memberikan suntikan hormon antidiuretik sehingga dapat

mempertahankan pengeluaran urine secara normal (Kemendikbud, 2017).

f) Kanker Ginjal

Merupakan penyakit yang timbul akibat pertumbuhan sel pada ginjal yang

tidak terkontrol di sepanjang tubulus dalam ginjal. Hal ini dapat menyebabkan

adanya darah pada urine, kerusakan ginjal, dan juga dapat memengaruhi kerja

organ lainnya jika kanker ini menyebar, sehingga dapat menyebabkan kematian.

Upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan menghindari penggunaan

bahanbahan kimia yang memicu kanker (Kemendikbud, 2017).

g) Jerawat

Jerawat atau acne vulgaris pada gambar 13 merupakan suatu kondisi kulit yang

ditandai dengan terjadinya penyumbatan dan peradangan pada kelenjar sebasea


28

(kelenjar minyak). Jerawat dapat timbul karena kurangnya menjaga kebersihan

kulit sehingga berpotensi terjadi penumpukan kotoran dan kulit mati. Faktor

hormonal yang merangsang kelenjar minyak pada kulit, penggunaan kosmetik

yang berlebihan dan mengandung minyak dapat berpotensi menyumbat pori-

pori. Konsumsi makanan berlemak secara berlebihan juga dapat menimbulkan

jerawat. Jerawat pada umumnya dapat muncul pada wajah, leher, atau punggung.

Upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan membersihkan wajah

secara rutin, menghindari makanan berlemak, dan lebih banyak mengonsumsi

buah-buahan, serta menjaga aktivitas tubuh (Kemendikbud, 2017).

Gambar 13. Jerawat ( vet.uga.edu)

h) Biang Keringat

Biang keringat terjadi karena kelenjar keringat tersumbat oleh selsel kulit mati

yang tidak dapat terbuang secara sempurna. Pada gambar 14 keringat yang

terperangkap tersebut menyebabkan timbulnya bintik-bintik kemerahan yang

disertai gatal. Sel-sel kulit mati, debu, dan kosmetik juga dapat menyebabkan

terjadinya biang keringat. Orang yang tinggal di daerah tropis dan lembap, akan

lebih mudah terkena biang keringat. Biasanya, anggota badan yang terkena biang
29

keringat adalah leher, punggung, dan dada. Biang keringat dapat mengenai siapa

saja, baik anak-anak, remaja, ataupun orang tua.

Upaya pencegahan yang dilakukan adalah dengan menjaga kebersihan kulit,

menggunakan pakaian yang menyerap keringat dan longgar, atau apabila kulit

berkeringat segera keringkan dengan tisu atau handuk. Apabila terkena biang

keringat maka dapat diobati dengan memberi bedak atau salep yang dapat

mengurangi rasa gatal. Sekarang kamu sudah mengetahui bagaimana pengaturan

yang terjadi di dalam tubuh kita untuk mengeluarkan zat-zat sisa yang beracun

bagi tubuh.

Proses pembuangan zat-zat sisa metabolisme ini dibantu oleh organ hati, ginjal,

paru-paru, dan kulit. Menjaga kesehatan organ pada sistem ekskresi sangat

penting agar tubuh tetap dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Oleh karena

itu, pola hidup yang sehat harus mulai kamu terapkan sedini mungkin. Beberapa

upaya yang dapat dilakukan antara lain dengan mengatur pola makan yang

seimbang, banyak minum air putih minimal 2 liter sehari, olahraga teratur, serta

tidak menunda untuk buang air kecil. Berdasarkan beberapa upaya tersebut, kamu

harus tahu mengapa hal tersebut dapat mencegah terjadinya gangguan pada sistem

ekskresi (Kemendikbud, 2017).

Gambar 15. Biang Keringat (surabayanews.co.id)


30

B. Temuan Hasil yang Relevan

Adapun temuan hasil penelitian yang relevan dengan model Inside Outside

Circle adalah penelitian yang dilakukan oleh:

1) Sugiarti (2015) tentang peningkatan hasil belajar IPA Materi Hubungan

Makanan Dengan Kesehatan Melalui Model Pembelajaran Inside Outside

Circle pada siswa kelas V SD Negeri Ringin Sari Kecamatan Ampel

Kabupaten Boyolali Tahun 2015. Hal ini terbukti setelah tes akhir memperoleh

nilai ≥ 70 dari 32 siswa. Ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas

guru dan siswa serta hasil belajar dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I

diperoleh persentase nilai rata-rata aktivitas guru sebesar 73,07% menjadi

86,53% pada siklus II dan siklus I diperoleh aktivitas siswa sebesar 64,28%

menjadi 89,28% pada siklus II,sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan

model pembelajaran Inside Outside Circle mampu meningkatkan hasil belajar

siswa.

2) Penelitian yang dilakukan oleh Makmur Nurdin (Skripsi, 2017) yang berjudul

Penerapan Model Pembelajaran Inside outside Circle Dalam Meningkatkan

Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Inpres 7/83 Pacing Kecamatan

Awangpone Kabupaten Bone. Hasil penelitiannya bahwa ada 8 komponen

model pembelajaran Inside Outside Circle sudah berjalan dengan baik dan

dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Inpres 7/83 Pacing

Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone.

Berdasarkan penelitian terdahulu yang telah dilakukan di atas, dapat

disimpulkan bahwa model pembelajaran Inside-Outside Circle dapat


31

meningkatkan hasil belajar siswa baik pada mata pelajaran IPA maupun pelajaran

yang lainnya. Perbedaan dengan penelitian yang sebelumnya terletak pada mata

pelajaran yang digunakan dari penelitian yang sebelumnya serta tempat dan

subjek penelitiannya. Peneliti menerapkan model Inside Outside Circle pada

pelajaran IPA di kelas VIII SMP Negeri 1 Poso Pesisir agar menciptakan suasana

belajar yang aktif dan menyenangkan bagi siswa sehingga dapat meningkatkan

hasil belajar yang lebih baik dari sebelumnya.

C. Kerangka Penelitian

Proses pembelajaran belum maksimal guru belum maksimal menerapkan

model-model pembelajaran yang bervariasi guru hanya menggunakan model yang

hanya berpusat pada guru yaitu dengan menggunakan model ceramah, tanya

jawab, membahas soal-soal serta melakukan diskusi. hal ini menyebabkan siswa

kurang aktif dalam pembelajaran, suasana kelas menjadi monoton dan

membosankan, sehingga menimbulkan aktivitas dan motivasi dalam diri siswa

untuk belajar masih kurang. Metode ceramah dan tanya jawab ini kurang cocok

dengan tingkah laku siswa yang masih kecil sehingga siswa merasa bosan dengan

pelajaran tersebut dan guru juga sulit untuk mengetahui apakah seluruh siswa

sudah menegrti tentang apa yang sudah di jelaskan. Model pembelajaran

merupakan salah satu komponen utama dalam menciptakan suasana yang aktif,

inovatif dan menyenangkan. Salah satu model pembelajaran yang dapat

meningkatkan hasil belajar siswa adalah model pembelajaran Inside Outside

Circle. Inside Outside Circle adalah model pembelajaran dengan sistem lingkaran

kecil dan lingkaran besar di mana siswa saling membagi informasi pada saat yang
32

bersamaan dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur. Sintaksnya

adalah separuh dari jumlah siswa membentuk lingkaran kecil menghadap keluar,

separuhnya lagi membentuk lingkaran besar menghadap ke dalam, siswa yang

berhadapan berbagi informasi secara bersamaan, siswa yang berada di lingkaran

luar berputar kemudian berbagi informasi kepada teman (baru) di depannya, dan

seterusnya (Ngalimun, 2012).


Guru: belum
Kondisi menggunakan Siswa: hasil
model pembelajaran belajar rendah
awal
Inside Outside
Circle
Siklus I: guru
menggunakan
model
Guru menggunakan pembelajaran
model pembelajaran Inside Outside
Tindakan Inside Outside Circle Circle

Siklus I: guru
menggunakan
model
pembelajaran
Inside Outside
Circle

Penerapan Model
Kondisi Pembelajaran Inside Outside
akhir Circle Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Kelas VIII
A SMP Negeri 1 Poso Pesisir
pada konsep Sistem Ekskresi
Manusia

Gambar 16. Bagan Kerangka Pemikiran


33

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori yang telah dikemukakan dalam tinjauan pustaka dan

kerangka penelitian, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini dapat

dirumuskan: “Dengan menerapkan model pembelajaran Inside Outside Circle

pada materi Sistem Eksresi Manusia dapat meningkatkan hasil belajar siswa”.
34

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Poso Pesisir. Sedangkan waktu

penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juni.

B. Subyek Penelitian

Subyek pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Poso

Pesisir yang berjumlah 23 orang selaku kelas yang perlu diberikan tindakan dalam

upaya meningkatkan hasil belajar.

C. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang akan dilakukan sesuai dengan prosedur Tindakan

kelas. Skema prosedur penelitian tindakan kelas. Penelitian ini direncanakan akan

dilakukan dalam dua siklus, pada masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan

yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi yang akan di uraikan

sebagai berikut:
35

PELAKSANAAN

PERENCANAAN OBSERVASI

SIKLUS 1

REFLEKSI

PELAKSANAAN

SIKLUS 2
PERENCANAAN OBSERVASI

REFLEKSI

Gambar 17. Desain Tindakan Kelas Model Kemmis dan Mc.Taggart

(Muslihuddin., 2009)

Adapun dalam pelaksanaannya melalui tahap-tahap yang membentuk suatu

siklus tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Siklus I

a. Perencanaan

Perencanaan tindakan penelitian dilakukan berdasarkan identifikasi masalah

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Inside Outside Circle.

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah :

a) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), atau scenario

pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Inside-Outside Circle.


36

b) Menyiapkan instrumen observasi keterampilan proses dasar siswa.

c) Mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan pada proses pembelajaran dan

peneliti beserta guru kelas melakukan diskusi tentang penggunaan model

Inside Outside Circle dalam pembelajaran IPA (Rosma Hartiny Syam, 2010).

b. Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan ini kegiatan model pembelajaran Inside Outside Circle

dalam pembelajaran IPA disusun dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1) Pendahuluan

a) Guru mengucapkan salam

b) Guru memberikan motivasi dan menuliskan tujuan dan kompetensi dasar yang

harus dicapai siswa

2) Kegiatan Inti

a) Guru menjelaskan rencana kegiatan dan menggunakan model pembelajaran

Inside Outside Circle

b) Guru menyusun langkah-langkah pembelajaran Inside Outside Circle yang

akan dipraktekkan.

3) Kegiatan penutup

a) Guru dan siswa menarik kesimpulan

b) Guru memberikan evaluasi (Rosma Hartiny Syam, 2010).

c. Observasi

Observasi dilaksanakan bersamaan dengan proses pembelajaran, kemudian

diamati oleh dua orang pengamat yaitu satu orang guru bidang studi dan satu lagi

teman sejawat. Observasi yang dilakukan adalah mengamati setiap tindakan yang
37

meliputi: aktivitas guru, interaksi siswa dengan guru, interaksi siswa dengan

siswa, keaktifan siswa atau semua fakta yang ada selama proses pembelajaran

berlangsung dengan menggunakan model Inside Outside Circle. Sementara

kegiatan berlangsung, guru (peneliti) mengamati perilaku dan perubahan yang

terjadi pada siswa dan mencatatnya pada lembar observasi yang telah disediakan

(Rosma Hartiny Syam, 2010).

d. Refleksi

Refleksi adalah kegiatan menganalisis, memahami dan membuat kesimpulan

berdasarkan hasil kerja peserta didik. Hasil refleksi dijadikan sebagai bahan untuk

menentukan apakah siklus I dapat diakhiri atau masih perlu dilakukan siklus

selanjutnya (Rosma Hartiny Syam, 2010).

2. Siklus II

Pada siklus ke II merupakan tindak lanjut dari kegiatan pada pembelajaran

siklus I, penjelasan kegiatan sebagai berikut :

a. Perencanaan

Pada tahap ini kegiatan yang akan dilaksanakan adalah merencanakan

pembelajaran yang berdasarkan hasil dari kegiatan siklus I, adalah :

a) Pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pembelajaran IPA

dengan model Inside Outside Circle yang digunakan sebagai patokan

pelaksanaan pembelajaran.

b) Mempersiapkan alat evaluasi (tes) dan peneliti beserta guru kelas melakukan

diskusi tentang penggunaan model Inside Outside Circle dalam pembelajaran

IPA.
38

c) Membuat lembar observasi aktifitas siswa dan guru beserta kriteria penilaian

aktifitas siswa dan guru.

d) Lembar tes hasil belajar siswa yang digunakan untuk melihat hasil belajar

peserta didik pada siklus II (Rosma Hartiny Syam, 2010).

b. Pelaksanaan

Pada tahap ini berdasarkan hasil dari siklus I urutannya sebagai berikut :

1) Tahap Apersepsi

a) Guru memberikan penjelasan kepada siswa

b) Guru memberikan motivasi kepada siswa

2) Kegiatan inti

a) Guru menjelaskan rencana kegiatan dan menggunakan model pembelajaran

Inside Outside Circle

b) Guru menyusun langkah-langkah pembelajaran Inside Outside Circle yang

akan dipraktekkan

3) Penutup

a) Guru dan siswa menarik kesimpulan

b) Guru memberikan evaluasi berupa post-test (Rosma Hartiny Syam, 2010).

c. Observasi

Peneliti mengamati kegiatan guru dan siswa pada saat pembelajaran

berlangsung. Observasi ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui sejauh mana

keberhasilan kegiatan guru dan siswa dalam proses belajar mengajar (Rosma

Hartiny Syam, 2010).


39

d. Refleksi

Menganalisis kembali untuk mendapatkan kesimpulan apakah hipotesis

tindakan dapat tercapai atau tidak. Apabila hipotesis tindakan belum tercapai maka

dapat dilakukan siklus selanjutnya, demikian juga sebaliknya apabila sudah

tercapai maka siklus ini dapat diakhiri (Rosma Hartiny Syam, 2010).

D. Indikator Penelitian

1. Analisis Data Kualitatif

Analisis kualitatif yaitu untuk menganalisis data yang menunjukkan aktivitas

peserta didik yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung yang diperoleh

dari lembar observasi aktivitas peserta didik. Penelitian kualitatif sebagai suatu

gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden

dan melakukan studi pada situasi yang alami. Data yang sudah terkumpul tidak

berarti apa-apa bila tidak diolah dan perlu dianalisi data tersebut yang dibuat sejak

penelitian awal sehingga akhir pengumpulan data penelitian ini meggunakan

analisis deskriptif kualitatif (Noor, 2011).

a. Penilaian hasil belajar rata-rata

Jumlah skor
Persentase nilai rata-rata (NR) = X 100 %
skor maksimal

90% < NR ≤ 100% = Sangat Baik

80% < NR ≤ 89% = Baik

70% < NR ≤ 79% = Cukup

60% < NR ≤ 69% = Kurang


40

10% < NR ≤ 59% = Kurang sekali

2. Analisis Data Kuantitatif

Penelitian kuantitatif merupakan metode untuk menguji teori-teori tertentu

dengan cara meneliti hubungan antarvariabel. Pada penelitian kuantitatif,

penelitian berangkat dari teori menuju data dan berakhir pada penerimaan dan

penolakan terhadap teori yang digunakan (Sugiyono., 2011). Data kuantitaif

berupa hasil kognitif, dianalisis dengan menggunakan teknis analisis deskriptif

dengan menggunakan mean dan rerata untuk setiap siklus. Pada analisis data

kuantitatif dilakukan melalui penggunaan statistika sederhana berupa nilai-nilai

yang diperoleh dari aktivitas setiap siswa dan guru persiklus menggunakan

rumusan berikut:

a. Daya Serap Individual (DSI)

Analisis data untuk mengetahui daya serap masing-masing siswa digunakan

rumus sebagai berikut:

Jumlah Skor Yang Diperoleh Siswa


DSI = X 100 %
Jumlah Skor Maksimal Soal

b. Ketuntasan Belajar Klasikal (KBK)

Analisis data untuk mengetahui ketuntasan belajar seluruh siswa yang

menjadi sampel penelitian digunakan rumus sebagai berikut:

Jumlah Siswa YangTuntas Belajar


KBK = X 100 %
Jumlah Siswa Seluruhnya

c. Daya Serap Klasikal (DSK)

Analisis data untuk mengetahui daya serap klasikal digunakan rumus sebagai

berikut:
41

Skor Total Presentase


DSK = X 100 %
Skor Ideal Seluruh Siswa

Indikator yang menunjukkan keberhasilan dari analisis data kuantitatif diatas

adalah jika daya serap klasikal 68% dan tuntas klasikal rata-rata ≥85%

(Depdiknas, 2006).

3. Indikator Keberhasilan

Kriteria keberhasilan dalam penelitian ini terdiri dari dua hal, yaitu

keberhasilan proses dan keberhasilan produk. Keberhasilan proses dapat dilihat

dari perubahan peningkatan proses hasil belajar IPA siswa menggunakan model

pembelajaran inside Outside Circle. Perubahan peningkatan proses tersebut

meliputi siswa aktif berpartisipasi dan antusias dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran IPA.

Kriteria keberhasilan produk dalam pembelajaran IPA didasarkan pada

peningkatan skor rata-rata hasil belajar dan peningkatan jumlah siswa mencapai

indikator yang ditentukan. Dalam penelitian ini dikatakan berhasil jika terdapat

peningkatan skor rata-rata hasil belajar siswa jumlah siswa yang mengikuti proses

pembelajaran memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan indikator yang

ditentukan, yaitu 70.

E. Instrument Penelitian

Instrument penelitian merupakan alat yang digunakan dalam penelitian untuk

memperoleh data. Dalam pengumpulan data peneliti perlu menggunakan metode

yang tepat, teknik dan alat pengumpulan data yang relevan, penggunaan teknik

dan alat pengumpulan data yang tepat memungkinkan diperolehnya data yang
42

objektif (Wina Sanjaya, 2016) . Adapun instrument yang digunakan dalam

penelitian dan pengumpulan data adalah sebagai berikut:

a. Metode Observasi

Observasi merupakan teknik mengumpulkan data dengan cara mengamati

setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi

tentang hal-hal yang akan diamati atau diteliti. Lembar observasi terdiri dari

lembar observasi guru dan lembar observasi siswa digunakan untuk melihat

aktivitas siswa dan guru dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar IPA dengan

menggunakan model pembelajaran Inside Outside circle saat proses belajar

mengajar berlangsung (Kunandar, 2008)

b. Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat yang lain yang

digunakan untuk mengukur keterampilan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang

dimiliki oleh individu atau kelompok. Model tes digunakan untuk mengukur hasil

belajar peserta didik dalam pelajaran IPA adalah tes tertulis yang berupa tes soal

pilihan ganda dan esay (Haris, 2012).


43

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilakasanakan di SMP Negeri 1 Poso Pesisir

pada siswa kelas VIII A. tindakan yang diberikan adalah menggunakan model

pembelajaran Inside Outside Circle yang di ajarkan pada mata pelajaran IPA

konsep sistem ekskresi manusia. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus, setiap

siklus terdiri dari 4 tahap. Tahap yang dimaksud adalah perencanaan, pelaksanaan,

observasi dan refleksi. Peneliti mempersiapkan Langkah-langkah proses

pembelajaran mulai dari menyiapkan RPP, lembar kerja siswa, lembar observasi

guru, lembar observasi siswa dan soal-soal tes untuk siklus I dan siklus II. Berikut

akan dipaparkan penelitian siklus I dan siklus II peneliti melakukan proses

pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab dengan

materi sistem eksresi manusia dan diakhiri dengan memberikan soal tes. Hasil tes

tersebut hasil yang dicapai pada masing-masing siklus.

Sebelum melakukan digunakan sebagai acuan atau sebagai skor awal pada

penelitian ini. Hasil tes dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Hasil Tes Belajar Siswa Pada Prasiklus


No Kode Siswa Skor Awal Kategori
1. KDB 70 Tidak Tuntas
2. MSR 55 Tidak Tuntas
3. AD 50 Tidak Tuntas
4. AF 65 Tidak Tuntas
5. MR 55 Tidak Tuntas
44

6. CL 50 Tidak Tuntas
7. KFS 55 Tidak Tuntas
8. OSM 60 Tidak Tuntas
9. A 65 Tidak Tuntas
No Kode Siswa Skor Awal Kategori
10. MD 55 Tidak Tuntas
11. GP 55 Tidak Tuntas
12. CS 50 Tidak Tuntas
13. MCR 70 Tidak Tuntas
14. SFSA 60 Tidak Tuntas
15. MK 65 Tidak Tuntas
16. RG 65 Tidak Tuntas
17. ATB 60 Tidak Tuntas
18. NS 55 Tidak Tuntas
19. CAK 65 Tidak Tuntas
20. TK 55 Tidak Tuntas
21. BAL 55 Tidak Tuntas
22. CCT 70 Tidak Tuntas
23. AI 65 Tidak Tuntas
Jumlah 1370
Tertinggi 70
Terendah 50
Rata-rata 60
Tidak Tuntas 22
Tuntas -

1. Siklus I

a. Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan pada siklus I melakukan penetapan materi yang akan di

ajarkan bersama dengan guru pengampuh mata pelajaran IPA tentang materi ajar

yaitu sistem eksresi manusia, membuat tes evaluasi yang akan dikerjakan oleh

siswa di akhir pembelajaran. Berdasarkan materi ajar tersebut di buat Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan model pembelajaran

Inside Outside Circle serta menyiapkan lembar pengamatan baik untuk guru

maupun untuk siswa.

b. Tahap Pelaksanaan
45

Tahap perencanaan yang telah direncanakan, pelaksanaan penelitian dalam satu

siklus dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan setiap akhir dari 2 kali pertemuan

tersebut dilaksanakan tes hasil belajar. Kegiatan pembelajaran dilakukan menjadi

tiga tahap, yaitu kegiatan awal (pendahuluan), kegiatan inti dan kegiatan akhir

(penutup). Tahapan tersebut sesuai dengan RPP I.

Kegiatan awal yang dilakukan guru adalah membuka pembelajaran dengan

salam dan berdoa sebelum pembelajaran, mengkondisikan kelas dan guru

melakukan apersepsi dan memotivasi siswa yaitu menyampaikan tujuan

pembelajaran dan hasil belajar yang diharapkan dan menghubungkan materi yang

dipelajari dengan materi sebelumnya, serta sebagai bahan penghubung dalam

kehidupan sehari-hari. Selanjutnya menggali pemahaman awal siswa dengan

mengajukan pertanyaan, dan diakhiri dengan menjelaskan model pembelajaran

yang akan dilakukan yaitu model pembelajaran Inside Outside Circle.

Tahap selanjutnya adalah kegiatan inti. Pada tahap ini siswa dibagi menjadi

dua kelompok yaitu kelompok linkaran besar dan kelompok lingkaran kecil atau

bisa dikatakan dengan kelompok lingkaran dalam dan kelompok lingkaran luar.

Guru menjelaskan materi tentang sistem eksresi kemudian setelah itu siswa saling

berbagi informasi tentang materi sistem eksresi pada manusia. Selanjutnya guru

membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan guru menjelaskan prosedur

pengerjaan LKS. Siswa bersama-sama mengerjakan LKS dan saling berbagi

informasi antara kelompok luar dan kelompok dalam. Selama proses

pembelajaran berlangsung guru berperan sebagai fasililator, yaitu membantu

siswa jika mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran. Guru tetap berada di
46

dalam lingkaran siswa selama proses pembelajaran berlangsung, guru

mengevaluasi proses pembelajaran jika ada siswa yang ribut atau melakukan

kegiatan yang tidak relevan dengan pembelajaran, guru langsung membimbing

dan mengajak siswa untuk belajar dengan baik.

Kegiatan selanjutnya adalah kegitan akhir (penutupan). Pada tahap ini guru

bertanya kepada siswa apakah ada yang belum mengerti dan meminta siswa untuk

bertanya jika ada yang belum memahami materi yang telah dipelajari.

Selanjutnya, guru mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan dari

pembelajaran siklus I dan memperkuat kesimpulan tersebut. Kemudian guru

mengevaluasi siswa dan mengakhiri pelajaran dengan salam.

c. Tahap Observasi

Hasil observasi aktivitas guru dan siswa pada siklus I dapat di peroleh

berdasarkan dari hasil pengamatan dan ketuntasan hasil belajar yang dilakukan

oleh pengamat.

1. Observasi Aktivitas Guru Siklus I

Tahap ini peneliti melakukan pengisian lembar observasi untuk kegiatan guru

dan siswa yang telah disiapkan. Data observasi kegiatan guru dapat dilihat pada

Tabel 2 dibawah ini.


47

Tabel 2. Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Siklus I

No Aspek yang Diobservasi Penilaian


1 2 3 4
1. Guru memberikan apresesi. √
2. Guru menjelaskan tentang pembelajaran √
inside outside circle.
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. √
4. Guru membagi siswa menjadi dua √
kelompok yaitu kelompok lingkaran luar
dan lingkaran dalam.
5. Guru memerintah siswa untuk mencari √
informasi berdasarkan pembagian tugas.
6. Guru meminta siswa untuk belajar mandiri √
mencari informasi berdasarkan tugas yang
diberikan.
7. Guru memerintahkan siswa untuk √
berkumpul dan saling membaur (tidak
berdasarkan kelompok).
8. Guru meminta sebagian siswa berdiri √
membentuk lingkaran kecil dan menghadap
keluar.
9. Guru meminta sebagian siswa lainnya √
untuk membentuk lingkaran diluar
lingkaran pertama menghadap kedalam.
10. Guru memerintah dua siswa yang √
berpasangan dari lingkaran kecil dan
besaruntuk berbagi informasi.
11. Guru memerintahkan siswa yang berada √
dilingkaran kecil untuk diam. Sementara
siswa yang berada dilingkaran besar
bergeser satu langkah searah jarum jam.
12. Guru bersama siswa membuat kesimpulan √
dari materi yang telah didiskusikan.
13. Guru memberikan evaluasi. √
14. Memberikan pekerjaan rumah kepada siswa. √

Jumlah Skor 36
Rata-rata 69,23
Kategori Kurang
48

Tabel 2. Observasi Aktivitas Guru (Safitri, 2020)

Hasil observasi aktivitas guru pada Tabel 2 pada siklus I diperoleh jumlah skor

36 dari skor maksimal 56 dengan nilai rata-rata yaitu 69,23 yang tergolong masih

dalam kategori kurang. Data di atas juga menjelaskan bahwa masih ada beberapa

kemampuan guru yang masih rendah dan perlu ditingkatkan antara lain adalah

guru masih kurang mengetahui tentang model-model pembelajaran salah satunya

adalah model pembelajaran Inside Outside Circle dan guru belum mampu

memerintahkan kepada seluruh siswa untuk menjadi mandiri dalam membentuk

kelompok.

2. Observasi Aktivitas Siswa Siklus I

Tahap ini merupakan kegiatan mengamati aktivitas siswa ketika pembelajaran

berlangsung, dari awal sampai akhir untuk setiap pertemuan. Hasil Pengamatan

aktivitas siswa pada siklus I dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini:

Tabel 3. Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus I

No Aspek yang Diobservasi Penilaian


1 2 3 4
1. Siswa memperhatikan penjelasan guru. √
2. Siswa mencatat tujuan pembelajaran. √
3. Siswa membentuk kelompok yang terdiri √
dari kelompok luar dan kelompok dalam.
4. Siswa mencari informasi berdasarkan √
tugas dari guru.
5. Siswa berkumpul saling membaur (tidak √
berdasarkan kelompok).
6. Sebagian siswa berdiri membentuk lingkaran √
kecil dan menghadap keluar.
7. Sebagian siswa membentuk lingkaran besar √
menghadap kedalam.
8. Dua siswa berpasangan dari lingkaran kecil √
dan besar berbagi informasi. Pertukaran
informasi ini bisa dilakukan oleh semua
49

pasangan dalam waktu yang bersamaan.

No Aspek Yang Di Observasi Penilaian


1 2 3 4
9. Siswa berada dilingkaran kecil diam √
ditempat sementara siswa yang berada
dilingkaran besar bergeser satu atau dua
langkah searah jarum jam.
10. Siswa berada dilingkaran besar yang √
membagikan informasi. Demikian
seterusnya, sampai seluruh siswa selesai
berbagi informasi.
11. Siswa membuat kesimpulan. √
12. Siswa mengerjakan latihan dari guru. √
13. Siswa diberi pekerjaan rumah (PR). √
Jumlah 32
Rata-rata 62
Kategori Kurang
Tabel 3. Observasi Aktivitas Siswa (Safitri, 2020)

Berdasarkan Tabel 3 yaitu hasil observasi siswa pada siklus I diperoleh skor

61 dari skor maksimal 52 dan nilai rata-ratanya yaitu 62 yang digolongkan dalam

kategori kurang. Data diatas juga menjelaskan bahwa aktivitas siswa selama

proses pembelajaran melalui model Inside Outside Circle pada siklus I diperoleh

hasil yang kurang antara lain adalah siswa masih banyak mengharap dari guru,

masih kurang mencari informasi-informasi tentang pelajaran, masih kurang dan

masih belum mampu membagi informasi antara dua kelompok tentang mata

pelajaran. Pada akhir siklus I proses pembelajaran, untuk mengetahui mengetahui

keberhasilan siswa serta mengukur sejauh mana pemahaman pada materi sistem

eksresi manusia maka siswa di berikan evaluasi tes, dan hasilnya dapat dilihat

pada Tabel 4 berikut ini:


50

Tabel 4. Hasil Tes Evaluasi siswa pada Siklus I

No Aspek yang dinilai Pencapaian


1 Daya Serap Klasikal (DSK) 67%
2 Ketuntasan Belajar Klasikal (KBK) 39,13%
3 Nilai Ketuntasan Minimal 75
4 Jumlah Siswa Yang Tuntas 9
5 Jumlah Siswa Yang Tidak Tuntas 14
Jumlah Siswa Peserta Tes 23
Tabel 4 diatas tentang hasil tes evaluasi pada siklus I dapat terlihat bahwa daya

serap klasikal 67%, ketuntasan belajar klasikal 39,13%. Dapat kita lihat juga

jumlah siswa yang tuntas pada siklus I adalah 9 siswa dan jumlah siswa yang

tidak tuntas 14 siswa, Hal ini menunjukkan bahwa siklus belum mencapai

ketuntasan yang telah ditetapkan yaitu minimal 75, maka akan dilakukan remedial

ulang Kembali.

d. Tahap Refleksi

Refleksi adalah kegiatan mengingat dan melihat kembali segala sesuatu

kegiatan dalam siklus belajar kegiatan yang telah dilakukan, untuk menyelesaikan

siklus berikutnya. Aktivitas guru pada siklus I masih memiliki kekurangan yaitu

kemampuan guru yang masih rendah dan perlu ditingkatkan antara lain adalah

guru masih kurang mengetahui tentang model-model pembelajaran salah satunya

adalah model pembelajaran Inside Outside Circle dan guru belum mampu

memerintahkan kepada seluruh siswa untuk menjadi mandiri dalam membentuk

kelompok.
51

Aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran pada siklus I juga masih

memiliki kekurangan yaitu selama proses pembelajaran melalui model Inside

Outside Circle pada siklus I diperoleh hasil yang kurang antara lain adalah siswa

masih banyak mengharap dari guru, masih kurang mencari informasi-informasi

tentang pelajaran, masih kurang dan masih belum mampu membagi informasi

antara dua kelompok tentang mata pelajaran.

Berdasarkan hasil tes pada siklus I dapat diketahui bahwa masih terdapat siswa

yang belum mencapai KKM dan belum mencapai nilai ketuntasan klasikal. Oleh

karena itu, peneliti harus melanjutkan pembelajaran pada siklus II untuk

memperbaiki kekurangan pada siklus I.

2. Siklus II

a. Tahap Perencanaan Siklus II

Tahap perencanaan siklus II ini materi yang diajarkan sama dengan materi

yang diajarkan pada siklus I sebelumnya yaitu materi tentang sistem eksresi

manusia. Kemudian menyusun RPP dengan menggunakan model pembelajaran

Inside Outside Circle dan membuat LKS. Pada siklus II ini dilakukan pada

tanggal 20 Juni 2022 di SMP Negeri 1 Poso Pesisir. Selanjutnya dipersiapkan

lembar observasi aktivitas guru dan siswa, serta tes evaluasi.

b. Tahap Pelaksanaan Siklus II

Sesuai dengan perencanaan yang telah direncanakan, pelaksanaan penelitian

dalam satu siklus dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan. 2 kali pertemuan

diadakan proses pembelajaran dan di akhir pembelajaran diadakan tes hasil belajar

siswa. Pada tahap ini dilaksanakan pada tanggal 20 Juni 2022. Kegiatan
52

pembelajaran dilakukan menjadi tiga tahap, yaitu kegiatan awal (pendahuluan),

kegiatan inti dan kegiatan akhir (penutup). Tahapan tersebut sesuai dengan RPP I.

Kegiatan awal yang dilakukan guru adalah membuka pembelajaran dengan

salam dan berdoa sebelum pembelajaran, mengkondisikan kelas dan guru

melakukan apersepsi dan memotivasi siswa yaitu menyampaikan tujuan

pembelajaran dan hasil belajar yang diharapkan dan menghubungkan materi yang

dipelajari dengan materi sebelumnya, serta sebagai bahan penghubung dalam

kehidupan sehari-hari. Selanjutnya menggali pemahaman awal siswa dengan

mengajukan pertanyaan, dan diakhiri dengan menjelaskan model pembelajaran

yang akan dilakukan yaitu model pembelajaran Inside Outside Circle.

Tahap selanjutnya adalah kegiatan inti. Pada tahap ini siswa dibagi menjadi

dua kelompok yaitu kelompok linkaran besar dan kelompok lingkaran kecil atau

bisa dikatakan dengan kelompok lingkaran dalam dan kelompok lingkaran luar.

Guru menjelaskan materi tentang sistem eksresi kemudian setelah itu siswa saling

berbagi informasi tentang materi sistem eksresi pada manusia. Selanjutnya guru

membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan guru menjelaskan prosedur

pengerjaan LKS. Siswa bersama-sama mengerjakan LKS dan saling berbagi

informasi antara kelompok luardan kelompok dalam. Selama proses pembelajaran

berlangsung guru berperan sebagai fasililator, yaitu membantu siswa jika

mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran. Guru tetap berada di dalam

lingkaran siswa selama proses pembelajaran berlangsung, guru mengevaluasi

proses pembelajaran jika ada siswa yang ribut atau melakukan kegiatan yang tidak
53

relevan dengan pembelajaran, guru langsung membimbing dan mengajak siswa

untuk belajar dengan baik.

Kegiatan selanjutnya adalah kegitan akhir (penutupan). Pada tahap ini guru

bertanya kepada siswa apakah ada yang belum mengerti dan meminta siswa untuk

bertanya jika ada yang belum memahami materi yang telah dipelajari.

Selanjutnya, guru mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan dari

pembelajaran siklus I dan memperkuat kesimpulan tersebut. Kemudian guru

mengevaluasi siswa dan mengakhiri pelajaran dengan salam.

c. Tahap Observasi Siklus II

Tahap observasi siklus II dilakukan juga observasi aktivitas guru dan siswa

serta tentang peningkatan hasil belajar siswa. Hasil observasi aktivitas guru siklus

II dapat dilihat pada tabel 5, aktivitas siswa pada siklus II dapat dilihat pada tabel

6, serta hasil tes siswa pada siklus II dapat dilihat pada tabel 7.

1. Observasi Guru Siklus II

Tahap ini peneliti melakukan pengamatan terhadap kemampuan guru dengan

menggunakan instrumen berupa lembar observasi aktivitas guru. Data observasi

Kegiatan guru dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini:

Tabel 5. Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II

No Aspek yang Diobservasi Penilaian


1 2 3 4

1. Guru memberikan apresesi. √


2. Guru menjelaskan tentang pembelajaran √
inside outside circle.
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. √
4. Guru membagi siswa menjadi dua √
kelompok yaitu kelompok lingkaran luar
dan lingkaran dalam.
54

5. Guru memerintah siswa untuk mencari √


informasi berdasarkan pembagian tugas.
6. Guru meminta siswa untuk belajar mandiri √
mencari informasi berdasarkan tugas yang
diberikan.
7. Guru memerintahkan siswa untuk √
berkumpul dan saling membaur (tidak
berdasarkan kelompok).
8. Guru meminta sebagian siswa berdiri √
membentuk lingkaran kecil dan menghadap
keluar.
9. Guru meminta sebagian siswa lainnya √
untuk membentuk lingkaran diluar
lingkaran pertama menghadap kedalam.
10. Guru memerintah dua siswa yang √
berpasangan dari lingkaran kecil dan
besaruntuk berbagi informasi.
11. Guru memerintahkan siswa yang berada √
dilingkaran kecil untuk diam. Sementara
siswa yang berada dilingkaran besar
bergeser satu langkah searah jarum jam.
12. Guru bersama siswa membuat kesimpulan √
dari materi yang telah didiskusikan.
13. Guru memberikan evaluasi. √
14. Memberikan pekerjaan rumah kepada √
siswa.
Jumlah Skor 50
Rata-rata 89,28
Kategori Baik
Tabel 5. Observasi Aktivitas Guru (Safitri, 2020)

Hasil observasi aktivitas guru pada Tabel 5 di siklus II dapat diketahui bahwa

kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran materi sistem eksresi manusia

melalui model pembelajaran Inside Outside Circle memperoleh jumlah skor 50

dari skor maksimal 56 dengan nilai rata-rata yaitu 89,28 yang tergolong dalam

kategori baik.
55

2. Observasi Siswa Siklus II

Tahap ini merupakan kegiatan mengamati aktivitas siswa ketika pembelajaran

berlangsung, dari awal sampai akhir untuk setiap pertemuan. Hasil Pengamatan

aktivitas siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel 6 berikut:

Tabel 6. Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus II

No Aspek yang Diobservasi Penilaian

1 2 3 4
1. Siswa memperhatikan penjelasan guru. √
2. Siswa mencatat tujuan pembelajaran. √
3. Siswa membentuk kelompok yang terdiri √
dari kelompok luar dan kelompok dalam.
4. Siswa mencari informasi berdasarkan √
tugas dari guru.
5. Siswa berkumpul saling membaur (tidak √
berdasarkan kelompok).
6. Sebagian siswa berdiri membentuk lingkaran √
kecil dan menghadap keluar.
7. Sebagian siswa membentuk lingkaran besar √
menghadap kedalam.
8. Dua siswa berpasangan dari lingkaran kecil √
dan besar berbagi informasi. Pertukaran
informasi ini bisa dilakukan oleh semua
pasangan dalam waktu yang bersamaan.
9. Siswa berada dilingkaran kecil diam √
ditempat sementara siswa yang berada
dilingkaran besar bergeser satu atau dua
langkah searah jarum jam.
10. Siswa berada dilingkaran besar yang √
membagikan informasi. Demikian
seterusnya, sampai seluruh siswa selesai
berbagi informasi.
11. Siswa membuat kesimpulan. √
12. Siswa mengerjakan latihan dari guru. √
13. Siswa diberi pekerjaan rumah (PR). √
Jumlah 43
Rata-rata 83
Kategori Baik
Tabel 6. Observasi Aktivitas Siswa (Safitri, 2020)
56

Dari tabel 6 terlihat bahwa aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran Inside Outside Circle pada siklus II

mendapatkan persentase skor 83. Berdasarkan kategori penelitian, persentase 83

berada pada kategori baik, dari tabel tersebut dapat dikatakan bahwa pada siklus II

aktivitas siswa terjadi peningkatan. Hasil tes evaluasi siklus II ditampilkan pada

tabel 7.

Tabel 7. Hasil Tes Evaluasi siswa pada Siklus II

No Aspek yag dinilai Pencapaian


1 Daya Serap Klasikal (DSK) 81%
2 Ketuntasan Belajar Klasikal (KBK) 100%
3 Nilai Ketuntasan Minimal 75
4 Jumlah Siswa Yang Tuntas 23 Siswa
5 Jumlah Siswa Yang Tidak Tuntas -
Jumlah Siswa Peserta Tes 23
Dari tabel 7 diatas tentang hasil tes evaluasi pada siklus II dapat terlihat

bahwa daya serap klasikal 81%, ketuntasan belajar klasikal 100%.

d. Tahap Refleksi Siklus II

Hasil yang capai pada siklus II dilakukan refleksi atas hasil yang telah peroleh.

Secara umum, pembelajaran pada siklus II ini sudah semakin baik jika

dibandingkan dengan pembelajaran pada siklus I. Pada siklus II ini sudah terjadi

peningkatan dalam pembelajaran dimana guru telah mampu menggunakan model

pembelajaran Inside Outside Circle. Begitu pula dengan siswa yang sudah

melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran Inside Outside Circle

dengan baik. Hal ini dikarenakan aktivitas yang baik juga mempengaruhi

indikator tercapaianya keberhasilan dalam proses pembelajaran.


57

Berikut dijelaskan dalam grafik dibawah ini tentang aktivitas guru dan siswa

pada siklus I dan siklus II:

Gambar 18. Grafik presentase aktivitas guru dan siswa siklus I dan II

Berdasarkan grafik diatas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan dalam

aktivitas guru pada siklus I yaitu memperoleh nilai rata-rata sebesar 69,23%. Dan

pada siklus II memperoleh nilai rata-rata sebesar 89,28%. Begitu juga dengan

aktivitas siswa yang mengalami peningkatan dari siklus I memperoleh nilai rata-

rata sebesar 62%. Dan pada siklus II memperoleh nilai rata-rata sebesar 83%.
58

Berikut dijelaskan dalam grafik dibawah ini tentang hasil belajar siswa pada

siklus I dan siklus II:

Grafik Hasil Belajar Siswa


120%

100%

80%

60%

40%

20%

0%
Siklus I Siklus II

Siklus I Siklus II

Gambar 19. Grafik presentase hasil belajar siswa siklus I dan siklus II

Grafik diatas dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan

pada siklus I dan siklus II. Pada siklus I daya serap klasikal memperoleh nilai

sebesar 67%. Sedangkan pada siklus II memperoleh nilai sebesar 81%. Begitu

juga dengan ketuntasan belajar klasikal pada siklus I memperoleh nilai sebesar

39,13%. Sedangkan pada siklus II memperoleh nilai sebesar 100%.

B. Pembahasan

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2022 tepatnya di kelas VII A SMP

Negeri Poso Pesisir yang berjumlah 22 orang. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2

siklus, setiap siklus dilaksanakan 2 kali pertemuan. setiap pertemuan memiliki

alokasi waktu yang sama yaitu 2 x 45 menit.


59

Siklus I pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 6 Juni 2022. Pertemuan

kedua dilaksanakan pada tanggal 13 Juni 2022. Sedangkan pada siklus II

pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 20 Juni 2022. Pertemuan kedua

dilaksanakan dilaksanakan pada 27 Juni 2022. Untuk pertemuan pertama

dilakukan proses pembelajaran dan pada akhir pertemuan kedua dilakukan tes

atau refleksi.

Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Inside Outside Circle

terhadap hasil belajar siswa dalam mempelajari materi sistem eksresi manusia,

dari siklus I ke siklus II terjadi perubahan proses belajar menjadi lebih baik. Hasil

observasi terhadap aktivitas guru, siswa dalam mengelola proses pembelajaran

yang telah dilakukan pada siklus I masih sangat kurang, sedangkan pada siklus II

meningkat. Peningkatan ini diukur berdasarkan nilai data yang diperoleh dari

masing-masing siklus. Berikut ini akan diuraikan pembahasan dari semua hasil

analisis penelitian adalah sebagai berikut:

1. Aktivitas Guru

Penelitian tentang aktivitas guru dalam mengajar dengan menggunakan model

pembelajaran Inside Outside Circle untuk meningkatkan kreativitas siswa dalam

belajar IPA kelas VIII A di SMP Negeri 1 Poso Pesisir. Dalam penelitian ini,

pengamat pada aktivitas guru adalah Ibu Rahmanita, S.Pd sebagai guru mata

pelajaran IPA. Berdasarkan data yang disimpulkan, menunjukkan bahwa aktivitas

guru mengalami peningkatan. Sesuai dengan data aktivitas guru yang diperoleh

dari pengamat dengan nilai rata-rata siklus I yaitu 69,23 (kurang) pada siklus ini

guru belum terbiasa menggunakan model pembelajaran Inside Outside Circle


60

karena guru hanya terbiasa menggunakan model pembelajaran ceramah serta guru

belum mampu mengatur siswa dalam pembagian kelompok, sedangkan pada

siklus II sudah terjadi peningkatan guru sudah mampu menerapkan model

pembelajaran Inside Outside Circle guru sudah mampu mengatasi siswa yang

kurang disiplin dalam pembentukkan kelompok maupun dalam menerima materi

pada tahap observasi siklus II ini guru sudah mampu memperoleh nilai rata-rata

sebanyak 89,28 serta termasuk dalam kategori (baik). Hal ini membuktikan bahwa

guru sudah dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi dengan menggunakan

model pembelajaran Inside Outside Circle.

Meningkatnya kegiatan guru dikarenakan dalam tahapan ini guru sudah

mengalokasikan waktu dengan baik, sehingga seluruh tahap-tahap pembelajaran

dengan menggunakan model pembelajaran Inside Outside Circle sudah

terlaksana. Meningkatnya kegiatan guru berperan serta dalam meningkatkan

kegiatan siswa didalam belajar. Dengan demikian guru dikatakan mampu

mengelola pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Inside

Outside Circle dengan efektif dan sangat baik.

2. Aktivitas Siswa

Penelitian tentang aktivitas siswa dalam belajar dengan menggunakan model

pembelajaran Inside Outside Circle untuk meningkatkan hasil belajar siswa

dalam Mata Pelajaran IPA Kelas VIII A di SMP Negeri 1 Poso Pesisir. Dalam

penelitian ini, pengamat aktivitas siswa adalah peneliti itu sendiri. Berdasarkan

data yang disimpulkan, menunjukkan bahwa aktivitas siswa mengalami

peningkatan. Sesuai dengan data aktivitas siswa yang diperoleh dari pengamat
61

dengan nilai rata-rata siklus I adalah 62% termasuk dalam kategori kurang dan

siklus II mendapatkan nilai rasa-rata sebesar 83% dan sudah tergolong dalam

kategori baik.

Penelitian yang dilakukan pada siklus I belum memperlihatkan adanya

aktivitas siswa dalam proses pembelajaran siswa masih suka bermain-main di

dalam kelas dan masih ada juga yang kurang disiplin pada proses pembelajaran

bahkan ada beberapa siswa yang hanya keluar kelas untuk bermain, dan pada saat

pembagian kelompok siswa juga masih suka memilih-milih teman dan tidak mau

saling berbaur bersama dengan teman-teman yang lain sehingga proses

pembelajaran kurang efesien dan perlu dilakukan penelitian ulang atau penelitian

siklus II. Pada penelitian siklus II sudah mulai terlihat perubahan siswa sudah

tidak bermain dalam proses pembelajaran dan sudah mulai disiplin dalam proses

pembelajaran serta siswa sudah mau berbaur dan sudah bisa menerapkan model

pembelajaran Inside Outside Circle dan siswa sudah bisa saling bertukar

informasi tentang apa yang telah di jelaskan oleh guru dan apa yang mereka

pahami tentang materi sistem eksresi pada manusia dan siswa sudah

mendapatkan nilai rata-rata sebesar 83% dan sudah termasuk dalam kategori

baik.

3. Hasil Belajar Siswa

Untuk melihat hasil belajar siswa secara keseluruhan pada materi sistem

eksresi manusia, peneliti melakukan evaluasi pembelajaran. Berdasarkan hasil tes

tersebut untuk setiap siklus terjadi peningkatan antara siklus I dan siklus II. Pada

siklus I daya serap klasikal memperoleh nilai persentase sebesar 67% dan nilai
62

ketuntasan belajar klasikal memperoleh nilai persentase sebesar 39,13% pada

siklus I ini dapat terlihat bahwa hasil belajar belum mencapai ketuntasan karena

siswa masih monoton berharap pada guru dan belum mampu mencari informasi

secara mandiri dan pada siklus ini juga siswa masih menyesuaikan dengan model

pembelajaran Inside Outside Circle yang berpusat pada siswa sedangkan model

yang biasa dipakai hanya lah model ceramah yang hanya berpusat pada guru dan

perlu melakukan penelitian kedua atau siklus II untuk menagatasi permasalahan

pada hasil belajar yang masih kurang di mata pelajaran IPA pada materi sistem

ekskresi manusia.

Pada siklus II terjadi peningkatan yang sangat signifikan karena pada siklus ini

siswa sudah mampu menyesuaikan diri dengan model pembelajaran yang di

terapakan siswa sudah mampu mencari dan berbagi informasi secara mandiri,

serta siswa sudah mau membaur dan membuat kelompok siswa sudah mampu

menyelesaikan masalah secara bersama-sama dan tugas yang diberikan juga sudah

mampu terselesaikan dengan baik, dengan demikian nilai yang di peroleh untuk

daya serap klasikalnya sebesar 81% untuk nilai ketuntasan belajar klasikal

memperoleh nilai sebesar 100%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

penerapan model pembelajatan Inside Outside Circle pada materi sistem eksresi

manusia dapat meningkatkan hasil belajar siswa.


63

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan

Berdasarkan data hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa

penggunaan model pembelajaran Inside Outside Circle dapat meningkatkan hasil

belajar IPA siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Poso Pesisir pada konsep sistem

ekskresi manusia sebagai berikut:

1. Pada siklus I aktivitas guru belum terjadi peningkata karena guru lebih

monoton menggunakan model pembelajaran ceramah serta guru belum

mampu mengatasi siswa yang belum disiplin dalam proses pemebelajaran

serta dalam pmebagian kelompok dan belum mampu mengatasi siswa yang

belum membaur dalam kelompok sehingga pada saat observasi guru hanya

mendapatkan rata-rata nilai sebesar 69,23% dan masih dalam kategori kurang,

akan tetapi pada siklus II aktivitas guru sudah mampu mengatasi masalah-

masalah tersebut seperti membuat siswa sudah mau berbaur antara satu sama

lain dan mampu menggunakan model pembelajaran Inside Outside Circle

serta guru sudah berperan aktif dalam kegiatan belajar siswa pada hasil

pengamatan pengamatpada siklus II guru mendapatkan nilai rata-rata sebesar

89,28% dan sudah termasuk dalam kategori baik.

2. Pada sisklus I aktivitas siswa belum terlihat karena siswa masih kurang focus

dan banyak bermain pada saat proses pembelajaran dan siswa juga masih

memilih-milih teman serta belum mampu berbaur antara satu dengan yang

lainnya, sehingga pada saat melakukan observasi aktivitas siswa siklus I

siswa mendapatkan nilai rata-rata sebesar 62% masih termasuk dalam


64

kategori kurang, sedangkan pada siklus II sudah mulai terlihat perubahan

siswa sudah tidak bermain dalam proses pembelajaran dan sudah mulai

disiplin dalam proses pembelajaran serta siswa sudah mau berbaur dan sudah

bisa menerapkan model pembelajaran Inside Outside Circle siswa sudah bisa

saling bertukar informasi tentang apa yang telah di jelaskan oleh guru dan apa

yang mereka pahami tentang materi sistem eksresi pada manusia serta sudah

mendapatkan nilai rata-rata sebesar 83% serta sudah trmasuk dalam kategori

baik.

3. Pada hasil belajar siswa terjadi peningkatan yang sangat signifikan. Pada

siklus I daya serap klasikal memperoleh nilai persentase sebesar 67% dan

nilai ketuntasan belajar klasikal memperoleh nilai persentase sebesar 39,13%

karena pada siklus ini siswa belum terbiasa menggunakan model

pembelajaran Inside Outside Circle dan masih menggunaka model

pembelajaran ceramah yang hanya mengharapkan dari guru saja. Pada siklus

II ini sudah terjadi peningkatan yang sangat signifikan dari siswa yang malas

dan hanya bermain-main saat proses pembelajaran pada siklus ini siswa sudah

menjadi raji dalam mencari informasi serta berbagi kepada sesame teman-

temannya, dengan demikian nilai yang di peroleh untuk daya serap

klasikalnya sebesar 81% untuk nilai ketuntasan belajar klasikal memperoleh

nilai sebesar 100%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan

model pembelajatan Inside Outside Circle pada materi sistem eksresi manusia

dapat meningkatkan hasil belajar siswa.


65

B. Saran

Terkait hasil penelitian dan pembahasan serta simpulan yang telah disajikan,

peneliti memberikan beberapa saran untuk mencapai tujuan pembelajaran

khususnya pada materi sistem eksresi manusia diantaranya sebagai berikut :

1. Diharapkan kepada guru mata pelajaran IPA di SMP Negeri 1 Poso Pesisir

Agar pembelajaran lebih menarik dan aktif, seorang guru dapat memperbaiki

metode dan strategi pengajarannya di kelas salah satunya adalah dengan

menerapkan model pembelajaran Inside Outside Circle untuk meningkatkan

mutu proses dan hasil belajar siswa serta guru mampu bertindak sebagai

fasilitator yang lebih banyak memberikan motivasi kepada siswa untuk aktif

mencari dan mengelola informasi.

2. Disarankan kepada pihak lain atau peneliti yang lain yang ingin melakukan

penelitian yang sama pada materi yang lain atau mata pelajaran yang lain dapat

menjadi sebagai bahan perbandingan dengan hasil penelitian.


66

DAFTAR PUSTAKA

AZMI, N. (2014). MODEL PEMBELAJARAN INSIDE OUTSIDE CIRCLE


(IOC)) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM
PROSES PEMBELAJARAN. Dosen Jurusan Tadris Biologi FITK IAIN
Syekh Nurjati Cirebon.
Haris, A. J. dan A. (2012). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta:Multi Persindo.
Huda, M. (2013). Model-Model Pengajaran Dan Pembelajaran. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Kemendikbud. (2017). Buku siswa Ilmu Pengetahuan Alam kelas VIII SMP/MTs
semester 2. In Jakarta.
Komalasari, K. (2017). Pembelajaran Konstektual konsep dan aplikasi. Bandung
Kunandar. (2008). Langkah Muda Penelitian Tindakan Kelas Sebagai
Pengembangan Profesi Guru. Jakarta:PT Raja Graffindo Persada.
Kurniasih, Imas dan Berlin, S. (2016). Revisi Kurikulum 2013 Implementasi
Konsep Dan Penerapan. Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja,
Indonesia, 17,
Muslihuddin. (2009). Kiat Sukses Melakukan Penelitian Tindakan Kelas &
Sekolah. Bandung: Rizqi Press.
Ngalimun. (2012). Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja
Pressindo,.
Noor, J. (2011). Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis, disertai Karya Ilmiah.
Jakarta :Prenadamedia Group.
Rosma Hartiny Syam. (2010). Model Penelitian Tindakan Kelas.
(Yogyakarta:Teras,.
Rusman. (2013). Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer Mengembangkan
Profesionalisme Guru abad 21. Bandung: Alfabeta.
Safitri, S. (2020). Penerapan metode pembelajaran inside outside circle (ioc)
untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran bahasa indonesia
kelas v madrasah ibtidaiyah nahdlatul ulama ii tembilahan. Tembilahan Riau.
Saidah, H. (2016). Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
67

Shoimin, A. (2014). Model Pembelajaran Inovtaif Dalam Kurikulum 2013.


Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
kualitatif, dan R & D,. Bandung: Alfabeta.
Suprijono, A. (2014). Cooperative Learning Teori & Aplikasi Paikem.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Thobroni. (2016). Belajar dan Pembelajaran Teori dan Praktik. Yogyakarta:Ar-
Ruzz Media,2016.
Wina Sanjaya. (2016). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:Prenadamedia Group.

Anda mungkin juga menyukai