BAB I
PENDAHULUAN
1
Nandang Kosasih dan Dede Sumarna, Pembelajaran Quantum Dan Optimalsasi
Kecerdasan, (Bandung: Alfabeta, 2013), hal.3.
2
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Edisi Revisi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2010), hal. 1.
3
Oemar Malik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), hal. 73.
1
2
4
Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2012) , hal. 14
5
Sobry Sutikno, belajar dan pembelajaran,(Lombok: Holistika, 2013),hal.3
3
B. Sasaran Tindakan
Agar masalah yang dikaji terfokus dan terarah maka penulis membatasi
masalah-masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IX MTs Jauharotul Huda
Jakarta.
2. Penelitian ini terfokus pada penerapan model kooperatif tipe make a
match dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran IPS di MTs Jauharotul Huda Jakarta.
6
Hasil Observasi dan Wawancara, Dengan Guru Kelas IX MTs Jauharotul Huda Jakarta
PadaTanggal 19 Agustus 2022 Pukul 09:00
4
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang di
angkat dalam penelitian adalah: “Apakah model penerapan kooperatif tipe
make a match dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pembelajaran
IPS?.”
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk memperbaiki kualitas dan
meningkatkan hasil belajar di kelas, dengan model pembelajaran kooperatif
tipe make a match.
b. Bagi siswa
Dalam penelitian ini siswa memperoleh pengalaman belajar
yang lebih bermakna sehingga siswa merasakan belajar yang efektif
dan menyenangkan melalui model penerapan kooperatif tipe make
a match.
c. Bagi sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi
berharga bagi kepala sekolah mengambil suatu kebijakan yang
paling tepat dalam kaitan dengan upaya menyajikan strategi
pembelajaran yangefektif dan efesien di sekolah.
d. Bagi peneliti
Dapat memberikan pengalaman langsung, bagi peneliti dapat
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe make a match.
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
6
7
7
Terianto, Model-Model Pembelajaran Inopatif Berorientasi Konstrutivistik (Jakarta,
Perstasi Pustaka, 27) hal.42
8
Muhamad faturrohman,model-model pembelajaran inovatif, (Jakarta: Ar-Ruzz Media,
2017), hal.49
8
9
Terianto, model-model pembelajaran inopatif berorientasi konstrutivistik,...hal. 39
10
Thomas Lickona, Mendidik Untuk Membentuk Karakter, (Jakarta:Remaja Rosdakarya,
2012) hal.276-278
9
11
Muhamad faturrohman,model-model pembelajaran inofatif,... hal.87
12
Hisyam Zainy, Seterategi Pembelajaran Aktif, (Jakrta: Bumi Aksara, 2006), hal.67
10
13
Ameliasari, Penyusunan Peteka, (Esensi, Dari Erlangga Group, 2013), hal.16
11
ataupun fisik;
2) Karna ada unsur permaianan, metode ini menyenangkan;
3) Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang di
pelajari dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa;
4) Efektif sebagai sarana untuk melatih keberanian siswa untuk
tampil presentasi dan;
5) Efektif melatih kedisiplinan siswa mengharagai waktu untuk
mengajar;
b. Kelemahan dari model pembelajaran Make a Match adalah
sebagai berikut:
1) Jika strategi ini tidak di persiapkan dengan baik, maka akan
banyak waktu yang terbuang;
2) Pada awal-awal penerapan metode, banyak siswa yang akan
malu berpasangan dengan lawan jenisnya
3) Jika guru tidak mengarahkan siswa dengan baik, akan banyak
siswa yang akan kurang memperhatikan pada saat presentasi
pasangan
4) Guru harus hati-hati dan bijaksana saat memberikan hukuan pada
siswa yang tidak mendapat pasangan, karena mereka bisa malu;
dan menggunakan metode ini secara terus menerus akan
menimbulkan kebosanan.14
14
Miftaul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran,...hal.253
12
mengkomunikasikan.
Aktivitas belajar merupakan hal yang sangat penting bagi siswa,
karena memberikan kesempatan kepada siswa untuk bersentuhan dengan
obyek yang sedang dipelajari seluas mungkin, karena dengan demikian
proses konstruksi pengetahuan yang terjadi akan lebih baik. Aktivitas
Belajar diperlukan aktivitas, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat
mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau
tidak ada aktivitas.
2. Jenis-jenis Aktivitas Belajar
Adapun jenis-jenis aktivitas dalam belajar yang digolongkan oleh
Paul B. Diedric (Sardiman, 2011: 101) adalah sebagai berikut:
(1) Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya membaca,
memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. (2)
Oral Activities, seperti menyatakan merumuskan, bertanya, memberi saran,
berpendapat, diskusi, interupsi. (3) Listening Activities, sebagai contoh
mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato. (4) Writing
Activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, menyalin. (5)
Drawing Activities, menggambar, membuat grafik, peta, diagram. (6)
Motor Activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan
percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, berkebun, beternak. (7)
Mental Activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat,
memecahkan soal, menganalisis, mengambil keputusan. (8) Emotional
Activities, seperti misalnya, merasa bosan, gugup, melamun, berani, tenang.
Berdasarkan berbagai pengertian jenis aktivitas di atas, peneliti
berpendapat bahwa dalam belajar sangat dituntut keaktifan siswa. Siswa
yang lebih banyak melakukan kegiatan sedangkan guru lebih banyak
membimbing dan mengarahkan. Tujuan pembelajaran tidak mungkin
tercapai tanpa adanya aktivitas siswa.
13
15
Muhibin Syah, Pisikologi Belajar (Jakarta, Bumi Aksara,2011).hal.132
16
Krisno Prastyo Wibowo, Marzuki “Penerapan model make a match berbantuan media
untuk Meningkatan motivasi dan hasil belajar ips”, Harmoni sosial: Jurnal Pendidikan Ips, Volume
2, No 2, September 2015, hal.159
16
17 27
Etin Solihatin, Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS, (PT Bumi
Aksara, 2011).Hal.14
18
https://massofa-wordpress> Pengertian,Ruang Lingkup Ips, Di Akses Tanggal 9-
Desember-2010
17
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action
research) kolaboratif. Menurut Kemmis (dalam Wina Sanjaya, 2009: 24)
berpendapat penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian yang reflektif
dan kolektif yang dilakukan oleh peneliti dalam situasi sosial untuk
meningkatkan penalaran praktik sosial peneliti. Sedangkan Hasley (dalam
Wina Sanjaya, 2009: 24) mengungkapkan penelitian tindakan adalah intervensi
dalam dunia nyata serta pemeriksaan terhadap pengaruh yang ditimbulkan dari
intervensi tersebut.
Burns (dalam Wina Sanjaya, 2009: 25) berpendapat penelitian tindakan
merupakan penerapan berbagai fakta yang ditemukan untuk memecahkan
masalah dalam situasi sosial untuk meningkatkan kualitas tindakan yang
dilakukan dengan melibatkan kolaborasi dan kerja sama para peneliti dan
praktisi. Suharsimi Arikunto, dkk. (2006: 3) menyatakan bahwa penelitian
tindakan kelas adalah pencermatan sebuah kegiatan pembelajaran dengan suatu
tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara
bersama.
Elliot (dalam Wina Sanjaya, 2009: 25) menjelaskan bahwa penelitian
tindakan adalah kajian tentang situasi sosial dengan maksud tujuan untuk
meningkatkan kualitas tindakan di dalam kelas melalui proses diagnosis,
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan mempelajari pengaruh yang
ditimbulkannya. Sedangkan Zainal Aqib (2006: 13) berpendapat bahwa
penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang
sengaja dimunculkan, dan terjadi di dalam sebuah kelas.
Nana Syaodih (2010: 140) mengemukakan penelitian tindakan
merupakan suatu pencarian sistematik yang dilaksanakan oleh para pelaksana
program dalam kegiatannya sendiri dalam mengumpulkan data tentang
pelaksanaan kegiatan, keberhasilan dan hambatan yang dihadapi, untuk
17
18
11 Fadliansyah Laki-laki
12 Indriani Zahra Putra Perempuan
13 Khalista Izzati Fathinia Perempuan
14 Mohammad Rizki Abdullah Laki-laki
15 Muhammad Abu Bakar Riziq Laki-laki
16 Naufal El Ghazam Laki-laki
17 Neisya Syaldira Rachman Perempuan
18 Novita Aulia Perempuan
19 Raihanum Dwi Nazifah As Perempuan
20 Riandi Akbar Laki-laki
21 Rivaldo Julendra Laki-laki
22 Shafwatun Nadhifah Perempuan
23 Sheysya Nur Maudilla Perempuan
24 Sintia Hemi Effendi Perempuan
25 Yuliyan Raditia Saputra Laki-laki
26 Kesya Agustina Perempuan
C. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan rancangan penelitian
tindakan yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart (dalam Sukardi, 2003:
215) menggunakan empat komponen penelitian tindakan dalam suatu sistem
spiral yang saling terkait seperti yang tampak pada gambar berikut ini.
Keterangan:
Siklus I:
3 3 1. Perencanaan I
2 2 2. Pelaksanaan tindakan I
3. Observasi I
4
4. Refleksi I
4
Siklus II:
1 1 1. Perencanaan II
2. Pelaksanaan tindakan II
3. Observasi II
4. Refleksi II
a. perencanaan (planning),
b. pelaksanaan/tindakan (action),
c. observasi (observing), dan
d. refleksi (reflecting). Siklus berikutnya akan dilakukan dengan tahap
yang sama apabila pada siklus sebelumnya belum mencapai indikator
keberhasilan/tujuan, begitu seterusnya.
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛
𝐾𝐼 = 𝑋1
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚
Keterangan :
KI = Ketuntasan Individu.
(b) Ketuntasan belajar dinyatakan telah tercapai jika sekurang-
kurangnya 85% dari siswa dalam kelompok yangbersangkutan
telah memenuhi kriteria ketuntasan belajar secara perorangan.
Ketuntasan belajar siswa secara klasikal dianalisis dengan rumus
sebagai berikut:
𝑃
𝐾𝐾 = 𝑋 100%
𝑁
Ket :
KK = Ketuntasan Klasikal
P = Banyaknya siswa yang memperoleh
nilai > 70N = Jumlah siswa seluruhnya.
28
b. Refleksi
Refleksi dilaksanakan diakhir siklus, Pada tahap ini peneliti
bersama guru mengkaji pelaksanaan dan hasil yang diperoleh secara
rinci dalam pemberian tindakan tiap siklus.
Hasil ini dilakukan dengan melihat data dengan melihat data hasil
evaluasi yang dicapai siswa. Hasil ini disesuaikan dengan hasil rata-
rata kelas yang dicapai memenuhi standar KKM atau diatas nilai
standar nilai KKM yaitu ≥ 70%
Hasil observasi dianalisis dengan analisis deskriptif, indikator
keberhasilan dalam penelitian ini adalah tercapainya persentasi
ketuntasan belajar secara klasikal yang dapat ditunjukkan dengan
perolehan mencapai 85% dari jumlah siswa yang mengikuti proses
pembelajaran memperoleh nilai ≥ 70%
29
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini (PTK) dilakukan untuk meningkatkan
keaktifan belajar siswa melalui model Make a Match. Sebelum pelaksanaan
penelitian dengan menggunakan model Make a Match di terapkan keaktifan
belajar siswa-siswa kelas IX di MTs. Jauharotul Huda Jakarta adalah rendah.
Dilihat dari hasil belajar mengajar antara siswa dengan siswa, maupun siswa
dengan guru yang masih pasif dan monoton ketika proses belajar mengajar
berlangsung, terkesan kaku dalam menyampaikan apa yang ingin di
samapaikan, rendahnya kemampuan siswa tersebut di atas di sebabkan karena
kurangnya pemahaman tentang tujuan pembelajaran IPS di kelas yakni
meningkatkan keaktifan belajar siswa selain itu berdasarkan hasill observasi
pada saat guru mengajar. Menunjukan bahwa pembelajaran yang terjadi
condrung bersifat mononton, satu arah kurang komunikatif. Cendrung bersifat
ceramah serta siswa kurang terlibat aktif.
Berdasarkan kajian awal tersebut, maka perlu ada suatu model
pembelajaran yang mampu meningkatkan situasi kelas yang kondusif yang
akan mendukung keterampilan siswa dalam berbicara, mengeluarkan
pendapat dan aktif dalam kelas. Adapun model yang sesuai untuk
meningkatkan keaktifan belajar siswa adalah model Make a Match.
Penelitian dengan menggunakan model Make a Match ini di laksanakan
dalam dua siklus melalui empat tahapan penelitian berupa perencanaan,
tindakan, observasi dan refleksi. Penelitian ini di laksanakan pada hari senin
tanggal 19 Agustus 2022 sampai dengan 19 September 2022. Subjek penelitian
ini adalah siswa kelas IX di MTs. Jauharotul Huda Jakarta
Data-data di peroleh dari hasil Aktivitas dan hasil observasi pada
setiap siklus yang telah di rencanakan. Data yang di peroleh berupa data
kuantitatif yang di peroleh dari hasil Aktivitas dan data kualitatif dari hasil
observasi. Data kuantitatif yang di peroleh dari hasil evaluasi yang akan
29
30
b. Hasil Observasi
Hasil observasi di peroleh dari pengamatan yang dilakukan oleh peneliti
terhadap guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung
dengan mengisi lembar observasi yang telah disiapkan, peneliti
33
2 Sekor maksimal 30
3 Persentase 66,66%
4 Katagori Baik
Dari tabel 3.4 diatas, data hasil observasi aktivitas siswa selama
proses pembelajaran dengan menggunakan Make a Match pada siklus
I tergolong aktif di lihat dari skor perolehan 20 dan skor maksimal 30
dengan prsentase mencapai 66,66%. Hal ini dapat dilihat dari
antusiasme siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Walaupun
aktivitas siswa perlu ditingkatkan lagi agar berdampak juga pada
peningkatan hasil belajar IPS.
Hasil evaluasi di laksanakan pada tiap akhir siklus. Evaluasi di
laksankan dalam bentuk soal isian. Data hasil belajar siswa dapat
dilihat pada tabel berikut :
34
Tabel 3.5
hasil evaluasi belajar siswa Siklus I
Kelas VIII
No Analisis Hasil Belajar Siswa Hasil Belajar
1 Jumlah Siswa 22
2 Nilai Tertinggi 80
3 Nilai Terendah 60
c. Tahap Refleksi
Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi pelaksanaan tindakan siklus 1
menunjukan bahwa hasil belajar yang di peroleh belum mencapai
indikator keberhasilan kinerja yang telah di tetapkan yaitu 85% siswa
35
1 Sekor perolehan 27
2 Sekor maksimal 30
3 Persentase 90%
1 Jumlah Siswa 22
2 Nilai Tertinggi 95
3 Nilai Terendah 65
Dari data tabel diatas dapat di lihat bahwa hasil nilai siswa
ada peningkatan bahwa nilai tertinggi mencapi 95 dengan nilai
sangat baikdan nilai terendah mencapai 65 dengan kualifikasi
cukup baik. Sedangkan pada jumlah nilai rata-rata siswa
mencapai 88,18 dengan ketuntasan nilai klasikal mencapai
90,90% ini menandakan bahwa ketuntasan belajar siswa
dikatagorikan sudah mencapai krekteria ketuntasan klasikal.
Siswa dikatakan tuntas apabila lebih mencapai dari 85%.
Meskipun ada bebrapa siswa yang yang belum tuntas secara
39
B. Pembahasan
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan sebagai upaya untuk
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS siswa kelas IX di MTs. Jauharotul
Huda Jakarta dengan menggunakan model Make a Match. Penelitian ini
dilaksanakan dalam 2 siklus dan pelaksanaannya dari tanggal 19 Agustus 2022.
Berdasarkan hasil pelaksanaan pada siklus I dan II dapat dinyatakan
bahwa pembelajaran IPS menggunakan model Make a Match dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IX MTs. Jauharotul Huda
Jakarta. Sebelum melaksanakan pembelajaran pada siklus I, terlebih dahulu
telah disusun perencanaan pelaksanaan pembelajaran yaitu skenario
pembelajaran yang disusun sebagai langkah-langkah yang akan dilakukan oleh
guru dalam kegiatan belajar mengajar. Di samping itu peneliti juga membuat
lembar observasi aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran
berlangsung. Untuk mengukur penguasaan siswa dalam materi “Interaksi
Antar Negara Asia dengan Negara lainnya”, peneliti menyiapkan alat berupa
soal isian sebanyak 5 soal.
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, adapun tiap siklus terdiri
dari tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Pada tahap
perencanaan guru dan peneliti membuat RPP dan menyusun lembar
observasi aktivitas siswa dan guru, pada pelaksanaan tindakan guru melakukan
proses pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun,
pada tahap observasi atau pengamatan saat proses belajar mengajar dilakukan
secara kolaboratif dengan guru mata pelajaran, sedangkan yang diamati adalah
aktivitas siswa dan guru, pada tahap refleksi guru menyusun perbaikan-
perbaikan terhadap kekurangan pada siklus sebelumnya. Sebelum guru
memulai kegiatan belajar mengajar guru terlebih dahulu menginformasikan
metode yang akan digunakan oleh siswa yaitu: siswa di bagi dalam empat
40
sudah lebih tepat dimana kelebihan dalam menggunkan medol Make a Match
dapatmeningkatkan keaktifan belajar siswa pada proses pembelajaran. Hal ini
disebabkan karena siswa terlihat cukup baik dalam kesiapan mengikuti
pelajaran. Interaksi siswa dengan guru tentang materi yang belum di mengerti,
dan pada saat berdiskusi siswa sudah memulai berintraksi dengan siswa lain.
Jadi sebenarnya peningkatan keaktifan siswa tidak terlepas dari peranan
guru sebagai mediator dan fasilitator. Berdasarkan hal tersebut pembelajaran
dengan menggunakan model atau metode Make a Match merupakan model
pembelajaran yang mendorong siswa untuk berdiskusi, kerjasama untuk
menyelesaikan suatu masalah dan tugas atau mengerjakan sesuatu untuk
mencapai tujuan bersama teman lainya.
Dari hasil observasi yang telah di peroleh pada pembelajaran siklus I dan
siklus II dapat disimpulkan bahwa penerapan model Make a Match dapat
meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, secara
keseluruhan bahwa penggunaan model Make a Match pada mata pelajaran IPS
dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini di sebabkan
karena model pembelajaran ini dapat memudahkan anak dalam memahami
materi serta membangkitkanmotivasi siswa dalam belajar.
Melalui model pembelajaran ini siswa mendapatkan pengalaman secara
langsung, membuktikan konsep secara menyenangkan, menggali kreativitas,
melatih cara berfikir tingkat tinggi, menguatkan hafalan, dapat belajar
bekerjasama dengan temannya. Selain itu model pembelajaran ini dapat
meningkatkan keterampilan kognitif, keterampilan motorik halus, melatih
kemampuan nalar, melatih kesabaran dan meningkatkan keterampilan sosial.
Jadi model Make a Match merupakan salah satu model pembelajaran yang
dapat bermanfaat untuk siswa dan dapat motivasi atau dorongan untuk belajar
siswa. Kareana dengan bermain kartu siswa akan melatih sel-sel otaknya
untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya.
Seperti yang di kutip oleh Dimayati dan Mudjiono dalam hidayati (2004)
dengan belajar secara aktif di harpkan siswa akan mengenal dan
mengembangkan kafasitas belajar dan potensi yang dimilikinya secara penuh.
42
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan penelitian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
penerapan model kooperatif tipe make a match dapat meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar siswa kelas IX MTs. Jauharotul Huda Jakarta pada mata
pelajaran IPS. Dengan menggunakan model make a match, siswa
mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan aktif dalam pembelajaran
belangsung.
Hal ini dapat dilihat pada siklus I hasil dari observasi aktivitas siswa yaitu
66,66% dengan rata-rata nilai siswa 69,32 dan ketuntasan klasikal sebesar
54,54%. Pada siklus II hasil observasi aktivitas siswa meningkat menjadi 90%
dan rata-rata nilai sebesar 88,18 dengan ketuntasan nilai klasikal yang
berjumlah 90,90%.
B. Saran
Berdasarkan hasl penelitian yang telah dilakukan di MTs. Jauharotul
Huda Jakarta dengan menggunakan model Make a Match untuk meningkatkan
keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran IPS, maka peneliti memberikan
beberapa saran kepada:
Pertama bagi guru kelas diharapkan untuk dapat menggunakan model
pembelajaran, khususnya model Make a Match dalam proses belajar mengajar
untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa tidak hanya pada mata
pelajaran IPS tapi juga pada mata pelajaran lain.
Kedua bagi siswa diharpkan agar lebih aktif dan termotivasi dalam
kegiatan pembelajaran melalui model Make a Match.
Ketiga bagi kepala sekolah diharpkan dapat mengambil kebijakan untuk
para guru agar menerapkan penggunaan model Make a Match dalam proses
belajar mengajar di sekolah guna untuk meningkatkan mutu pendidikan.
43
44
DAPTAR PUSTAKA
Di Susun Oleh :
KOMARIAH, S.Pd
NIP. 197109052007102003
DAFTAR ISI
JUDUL i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………. 1
B. Sasaran Tindakan ……………………………………………… 3
C. Rumusan Masalah ……………………………………………... 4
D. Tujuan Penelitian ……………………………………………… 4
E. Manfaat dan Hasil Penelitian ………………………………….. 4
ii
48