Anda di halaman 1dari 22

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERTATIVE LEARNING

TIPE MIND MAPPING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR


PAI DI SMP NEGERI 13 TARAKAN TAHUN PELAJARAN 2022/2023

PROPOSAL

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas PPG

Di susun oleh

Muh.Shalihin, S.Pd.I

UIN SULTAN AJI MUHAMMAD IDRIS SAMARINDA


SAMARINDA
TAHUN 2022
Penelitian Tindakan Kelas
PROPASAL

A. Judul
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERTATIVE
LEARNING TIPE MIND MAPPING DALAM MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR PAI DI SMP NEGERI 13 TARAKAN TAHUN
PELAJARAN 2022- 2023
B. Peneliti
Muh.Shalihin,S.Pd.I, Guru Pendidikan Agama Islam SMP Negeri 13
Tarakan Kota Tarakan, Peserta Program Peningkatan Kompetensi dan
Wawasan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ditjen Pendidikan Agama
Islam, yang diselenggarakan UIN Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda
kerjasama dengan Kementrian Agama RI
C. Latar Belakang Masalah
Keberhasilan proses pembelajaran sebagai proses pendidikan
di suatu sekolah dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang
dimaksud misalnya guru, siswa, kurikulum, lingkungan sosial, dan
lain-lain. Namun dari faktor-faktor itu, guru dan siswa faktor
terpenting. Pentingnya faktor guru dan siswa tersebut dapat diruntut
melalui pemahaman hakikat pembelajaran, yakni sebagai usaha
sadar guru untuk membantu siswa agar dapat belajar dengan
kebutuhan minatnya. Firman Alloh swt :
Artinya :
”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik ”. (Q. S An-Nahl, 16 : 125).

Guru sebagai unsur pokok penanggung-jawab terhadap


pelaksanaan dan pengembangan proses belajar mengajar, diharapkan
dapat meningkatkan kualitas proses belajar mengajar, proses belajar
mengajar merupakan inti dari kegiatan transformasi ilmu
pengetahuan dari guru kepada siswa. Untuk mencapai efektifitas dan
efisiensi tersebut, maka diperlukan adanya strategi yang tepat dalam
mencapai tujuan belajar mengajar yang diharapkan. Berdasarkan
keterangan di atas dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran di
suatu sekolah pada hakikatnya adalah upaya yang dilakukan oleh
guru untuk membuat siswa belajar.
Berdasarkan refleksi penulis penulis ditemukan kondisi siswa
SMP Negeri 13 Tarakan terlihat tidak aktif, bahkan untuk
menemukan informasi atau data baru, siswa terlihat tidak serius
sehingga penulis kesulitan dalam menemukan informasi atau data
yang diinginkan. Begitu juga ketika melaporkan hasil kerja
kelompok, kepercayaan diri siswa sangat kurang, itu dilihat dari
salah satu siswa yang mendapat tugas untuk melaporkan hasil kerja
kelompoknya gugup sehingga mempergunakan bahasa yang mudah
dan jelas dipahami oleh kawan-kawannya. Berdasarkan pada kondisi
ini, penulis ingin mencari solusinya mengingat SMP Negeri 13
Tarakan adalah salah satu sekolah rujukan di kota Tarakan dan hal
ini sejalan dengan tuntutan profesionalitas seorang guru.
Karena SMP Negeri 13 Tarakan ini adalah salah satu sekolah
rujukan tentunya semua pembaca akan memiliki ekspektasi seberapa
bagus mutu SMP Negeri 13 Tarakan. Salah satu guru di SMP Negeri
13 Tarakan adalah penulis, maka penulis juga mempunyai kewajiban
untuk menunjukan kepada masyarakat bahwa SMP Negeri 13
Tarakan mempunyai mutu yang bagus.
Merujuk pada permasalahan di atas teori belajar kognitif
Penelitian Tindakan Kelas
PROPASAL
menyebutkan, bahawa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu
saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Artinya, bahwa siswa harus
aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya
berdasarkan kematangan kognitif yang dimiliki.
Tujuan pendidikan menurut teori belajar kognitif adalah
menghasilkan anak yang memiliki kemampuan berfikir untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi.
1. Kurikulum dirancang sedemikian rupa agar dapat diterima anak
dengan mudah.
2. Peserta didik diharapkan selalu aktif dan menemukan cara
belajar yang sesuai dengan dirinya sendiri.
3. Kurikulum dirancang sedemikian rupa agar dapat diterima anak
dengan mudah.
Fakta dilapangan sering ditemukan bahwa pembelajaran PAI
dianggap membosankan. Kebiasaan selama ini belajar PAI adalah
kita mendengarkan ceramah dari guru. Akibatnya anak-anak didik
merasa bosan dikelas dan tidak aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Selama ini anak-anak bisa aktif kalau ditanya oleh guru. Mereka
tidak terbiasa menyampaikan pendapatnya sendiri.
Begitu juga dengan guru PAI nya, tidak pernah memberikan
kesempatan kepada siswa nya untuk tampil menyampaikan pendapat
atau unjuk kebolehan di depan teman-teman kelasnya sesuai dengan
kemampuan mereka. Kebiasaan guru hanya menyampaikan materi,
supaya target KKM yang ingin dicapai tuntas.
Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa.
Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang
sesuai dengan cara berfikir anak.
a. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi
lingkungan dengan baik
b. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan
lingkungan sebaik-baiknya.
c. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi
tidak asing
d. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap
perkembangannya.
e. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling
berbicara dan diskusi dengan teman-temannya.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, perlu kiranya suatu
tindakan guru untuk mencari dan menerapkan suatu model
pembelajaran alternatif yang mampu meningkatkan pemahaman
siswa terhadap konsep-konsep PAI melalui penelitian berjudul: "
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERTATIVE
LEARNING TIPE MIND MAPPING DALAM MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR PAI DI SMP NEGERI 13 TARAKAN
TAHUN PELAJARAN 2022- 2023”
D. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis dan teman sejawat
mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi sebagai berikut:
1. Kemampuan siswa dalam memahami materi pembelajaran
masih lemah.
2. Hasil belajar siswa masih rendah.
3. Pendekatan pembelajaran teacher’s centered yang digunakan
guru kurang efektif.
4.
Penelitian Tindakan Kelas
PROPASAL
E. Perumusan Masalah & Pemecahan Masalah
Banyak sekali model pembelajaran yang berkembang saat
ini. Terutama model pembelajaran yang berpusat pada siswa.
Beberapa model pembelajaran ini dikembangkan untuk
memudahkan proses pembelajaran di kelas, dan meningkatkan
kualitas peserta didika dalam memahami materi yang disampaikan
oleh guru. Diantara model-model pembelajaran tersebut antara lain:
discovery learning, inquiry, problem based learning, project based
learning, dan cooperative learning dan masih banyak lagi model-
model pembelajaran yang lain. Dari model-model pembelajaran di
atas penulis memilih model cooperative learning tipe Mind Mapping
sebagai cara memecahkan masalah
Menurut Petrus Pati, selaku pemateri PTK (penelitian
Tindakan Kelas), yang disampaikan pada saat memaparkan materi
PTK pada tanggal 10 Oktober 2018 sebuah model pembelajaran
dapat dimodifikasi untuk kepentingan pencapaian tujuan tertentu.
Jadi model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Mind Mapping
adalah model pembelajaran cooperative learning sudah dimodifikasi
sedemikian rupa sesuai dengan kondisi yang diharapkan oleh guru.
Dengan demikian perumusan masalah tindakan ini menjadi :
1. Bagaimanakah langkah-langkah model pembelajaran
Cooperative Learning Tipe Mind Mapping yang efektif untuk
meningkatkan kemampuan siswa SMP Negeri 13 Tarakan dalam
memahami, menyebutkan, dan menjelaskan materi menghindari
minuman khamar.
2. Apakah dengan mempergunakan langkah-langkah model
pembelajaran Cooperative Learning Tipe Mind Mapping yang
efektif dapat meningkatkan kemampuan siswa SMP Negeri 13
Tarakan kelas VIII dalam memahami, menyebutkan, dan
menjelaskan materi menghindari minuman khamar.
F. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan Umum Penelitian Tindakan Kelas ini adalah untuk:
a. Memecahkan permasalahan dalam proses pembelajaran yang
terjadi di dalam kelas penulis.
b. Mencari jawaban ilmiah apakah permasalahan yang terjadi
dapat dipecahkan melalui cara yang penulis lakukan.
c. Meningkatkan dan menggali potensi penulis untuk dalam
rangka pengembangan profesi.
2. Tujuan Khusus
Tujuan Khusus PTK ini adalah untuk:
a. Meningkatkan ketrampilan memahami, menyebutkan dan
menjelaskan pada siswa dalam proses pembelajaran.
b. Meningkatkan kualitas hasil belajar peserta didik.
c. Meningkatkan sikap professional tenaga pendidik.
d. Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan
sekolah.
e. Menumbuhkembangkan budaya kolaborasi antar pendidik di
lingkungan sekolah.
G. Kajian Teori
A. Pembelajaran Kooperative
A.1. Pengertian Pembelajaran Kooperative
Cooperatif Learning atau dalam bahasa Indonesia sering
diartikan sebagai pembelajaran kooperatif berasal dari kata
Penelitian Tindakan Kelas
PROPASAL
cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-
sama, saling membantu satu sama lain sebagai satu kelompok atau
satu tim (Sjoni, 2007:15).
Pembelajaran kooperatif adalah filosofi (seni hidup)
sekaligus pedagogi. Ia bukan hanya sekedar metode dan
teknikpembelajaran. Pembelajaran kooperatif diinspirasi oleh
seni hidup yang terdapat dalam kelompok/ komunitas yang baik.
Dalam komunitas semacam itu, setiap anggota umumnya
memiliki sikap tanggap serta kesediaan untuk menyumbangkan
kemampuan terbaik yang mereka miliki untuk mencapai tujuan-
tujuan mereka sendiri maupun tujuan-tujuan kelompok (Saptono,
2011: 68).
Karena itu, hal yang sangat diutamakan dalam
pembelajaran kooperatif adalah roses membangun kesepakatan
melalui kerjasama positif diantara anggota kelompok. Lembih
lanjut para praktisi pembelajaran kooperatif berupaya
menerapkan filosofi itu dalam setting kelas dan sekolah serta
dimasyarakat pada umumnya sebagai cara hidup bersama (a way
of living together) dan cara memperlakukan orang lain ( a way of
dealing with other) Saptono 2011: 68).
Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah
berbagai bentuk kegiatan pembelajaran dalam kelompok. Disini
siswa saling bekerja sama, baik didalam maupun di luar kelas,
untuk menyelesaikan tugas belajar mereka. Idealnya
pembelajaran kooperatif harus menghargai keberagaman,
mengajui perbedaan individual, keterlibatan bersama dalam
proses pembelajaran, pertukaran gagasan.
A.2. Karakteristik Pembelajaran Kooperative
Tidak semua kegiatan dalam kelompok bersifat kerja sama.
Ada banyak kemungkinan dalam kelompok itu tidak berlangsung
sesuai dengan yang diharapkan. Sebab pembelajaran dalam
kelompok sering kali diwarnai oleh gejala free rider. Maksudnya
anggota kelompok itu hanya membonceng saja pada hasil kerja
yang disusun oleh salah seorang atau beberapa anggota kelompok
yang berkemampuan secara akademis lebih tinggi.
Menurut Johnson & Jonhson, ada lima karaktersitik atau
komponen esensial dalam pembelajaran kooperatif. Lima
komponen itu antara lain:
1. Kesalingtergantungan positif antar individu (positive
interdependence).
2. Interaksi tatap muka secara langsung ( face to face
interaction).
3. Tanggung jawab perseorangan ( individual accountability).
4. Keterampilan antar pribadi dan kelompok kecil (social
skills).
5. Evaluasi proses kelompok ( group processing). Saptono
2011: 75).
Dari uraian diatas jelas bahwa pembelajaran kooperatif
harus ada tujuan kelompok, tanggung jawab individual, kesamaan
kesempatan siswa untuk berhasil, kompetisi dalam tim,
spesialisasi tugas, dan adaptasi terhadap tiap individu. Kalau
kesemuanya itu terpenuhi pasti akan didapatkan keberhasilan,
tidak hanya untuk kelompok tapi juga keberhasilan individu yang
ada dalam kelompok tersebut.
Penelitian Tindakan Kelas
PROPASAL
A.3. Tujuan Pembelajaran Kooperative

Tujuan Pembelajaran Kooperatif

● Hasil belajar akademik , yaitu untuk meningkatkan kinerja


siswa dalm tugas-tugas akademik. Pembelajaran model ini
dianggap unggul dalam membantu siswa dalam memahami
konsep-konsep yang sulit.
● Penerimaan terhadap keragaman, yaitu agar siswa menerima
teman-temannya yang mempunyai berbagai macam latar
belakang.
● Pengembangan keterampilan social, yaitu untuk
mengembangkan keterampilan social siswa diantaranya:
berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang
lain, memancing teman untuk bertanya, mau mengungkapkan
ide, dan bekerja dalam kelompok.

Fase Indikator Aktivitas Guru


1 Menyampaikan tujuan Guru menyampaikan semua tujuan
dan memotivasi siswa pelajaran yang ingin dicapai pada
pelajaran tersebut dan memotivasi siswa
2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada
siswa dengan jalan demonstrasi atau
lewat bahan bacaan
3 Mengorganisasikan Guru menjelaskan kepada siswa
siswa ke dalam bagaimana caranya membentuk
kelompok-kelompok kelompok belajar dan membantu setiap
belajar kelompok agar melakukan transisi
efisien
4 Membimbing Guru membimbing kelompok-kelompok
kelompok bekerja dan belajar pada saat mengerjakan tugas
belajar
5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang telah dipelajari atau masing-
masing kelompok mempresentasikan
hasil kerjanya
6 Memberikan Guru mencari cara untuk menghargai
penghargaan upaya atau hasil belajar siswa baik
individu maupun kelompok.

Fase-fase Model Pembelajaran Kooperatif :

B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mind Mapping


B.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mind
Mapping
Model pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping pada
hakikatnya adalah salah satu pengembangan model pembelajaran
kooperatif yang memanfaatkan otak sebagai pusat pemerolehan
informasi oleh siswa dengan cara memetakan pemikirannya
terhadap informasi yang terdapat pada materi yang sedang
dipelajari dan yang telah dipelajari/diingat sebelumnya sehingga
siswa dapat dengan mudah memahami materi yang sedang
dibahas. Sejalan dengan itu, Johan (Mahmuddin, 2009: 3)
mengemukakan bahwa :
Model pembelajaran kooperatif tipe Mind
Mapping merupakan suatu teknik grafik yang sangat ampuh dan
Penelitian Tindakan Kelas
PROPASAL
menjadi kunci yang universal untuk membuka potensi dari
seluruh otak, karena menggunakan seluruh keterampilan yang
terdapat pada bagian neo-korteks dari otak atau yang lebih
dikenal sebagai otak kiri dan otak kanan.
Selain itu, model pembelajaran kooperatif tipe Mind
Mapping juga memungkinkan terjadinya asosiasi yang lebih
lengkap pada informasi yang ingin dipelajari, baik asosiasi antar
sesama informasi yang ingin dipelajari ataupun dengan informasi
yang telah tersimpan sebelumnya di ingatan Yovan (Mahmuddin,
2009: 3).
Mind Mapping merupakan suatu teknik grafik yang
sangat ampuh dan menjadi kunci yang universal untuk membuka
potensi dari seluruh otak, karena menggunakan seluruh
keterampilan yang terdapat pada bagian neo-korteks dari otak
atau yang lebih dikenal sebagai otak kiri dan otak kanan.
Ditinjau dari segi waktu, Mind Mapping juga dapat
mengefisienkan penggunaan waktu dalam mempelajari suatu
informasi. Hal ini utamanya disebabkan karena Mind
Mapping dapat menyajikan gambaran menyeluruh atas suatu hal,
dalam waktu yang lebih singkat. Dengan kata lain, Mind
Mapping mampu memangkas waktu belajar dengan mengubah
pola pencatatan linear yang memakan waktu menjadi pencatatan
yang efektif yang sekaligus langsung dapat dipahami oleh
individu.
B.2. Tujuan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Mind Mapping dan Perbedaannya dengan Catatan Biasa
Mahmuddin (2009: 5) mengemukakan ”penerapan model
pembelajaran kooperatif Mind Mapping bertujuan untuk
membuat materi pelajaran terpola secara visual dan grafis yang
akhirnya dapat membantu merekam, memperkuat, dan mengingat
kembali informasi yang telah dipelajari”. Berikut ini disajikan
perbedaan antara catatan yang menggunakan metode
konvensional (catatan biasa) dengan catatan pemetaan
pikiran (Mind Mapping).

Tabel 2. Perbedaan Catatan Biasa dan Mind Mapping


Catatan Biasa Mind Mapping
hanya berupa tulisan- berupa tulisan, simbol dan gambar
tulisan saja
hanya dalam satu warna berwarna-warni
untuk mereview ulang untuk mereview ulang diperlukan
memerlukan waktu yang waktu yang pendek
lama
waktu yang diperlukan waktu yang diperlukan untuk
untuk belajar lebih lama belajar lebih cepat dan efektif
Statis membuat individu menjadi lebih
kreatif.

B.3 Langkah - Langkah Model Pembelajaran Kooperatif


Tipe Mind Mapping
Menurut Johan (Mahmuddin, 2009: 4), bahwa langkah-
langkah pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping yaitu :
1) Menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai;
2) Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan
Penelitian Tindakan Kelas
PROPASAL
ditanggapi oleh siswa dan sebaiknya permasalahan yang
mempunyai alternatif jawaban;
3) Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3
orang;
4) Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif
jawaban hasil diskusi;
5) Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca
hasil diskusinya dan guru mencatat di papan dan
mengelompokkan sesuai kebutuhan guru; dan
6) Dari data-data di papan siswa diminta membuat
kesimpulan atau guru
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat ditarik kesimpulan
bahwa pelaksanaan Mind Mapping secara step by step, akan
memudahkan seseorang/peserta didik untuk memahami dan
mengingat materi pembelajaran yang tersaji dalam bentuk Mind
Mapping karena dibuat dengan sangat menarik.
Dalam membuat Mind Mapping, (Buzan, 2011: 27) telah
menyusun sejumlah aturan yang harus diikuti agar Mind
Mapping yang dibuat dapat memberikan manfaat yang optimal.
Berikut adalah ringkasan dari Law of Mind Mapping:
1) Kertas: polos dengan ukuran minimal A4 dan paling baik
adalah ukuran A3 dengan orientasi horizontal
(Landscape). Central Topic diletakkan ditengah-tengah
kertas dan sedapat mungkin berupa Image dengan minimal 3
warna,
2) Garis: lebih tebal untuk bold dan selanjutnya semakin jauh
dari pusat garis akansemakin tipis. Garis harus melengkung
(tidak boleh garis lurus) dengan panjang yang sama dengan
panjang kata atau image yang ada di atasnya. Seluruh garis
harus tersambung ke pusat,
3) Kata: menggunakan kata kunci saja dan hanya satu kata
untuk satu garis. Harus selalu menggunakan huruf cetak
supaya lebih jelas dengan besar huruf yang semakin mengecil
untuk cabang yang semakin jauh dari pusat,
4) Image: gunakan sebanyak mungkin gambar, kode, simbol,
grafik, tabel dan ritme karena lebih menarik serta mudah
untuk diingat dan dipahami. Kalau memungkinkan
gunakan imageyang 3 dimensi agar lebih menarik lagi,
5) Warna: gunakan minimal 3 warna dan lebih baik 5 – 6 warna.
Warna berbeda untuk setiap bold dan warna cabang harus
mengikuti warna bold,
6) Struktur: menggunakan struktur radian dengan sentral topik
terletak di tengah-tengah kertas dan selanjutnya cabang-
cabangnya menyebar ke segala arah. Bold umumnya terdiri
dari 2-7 buah yang disusun sesuai dengan arah jarum jam
dimulai dari arah jam 1.
Dari pendapat di atas, dapat kita asumsikan bahwa
pembuatan Mind Mapping yang mengikuti aturan-aturan
tertentu, dapat memberikan manfaat yang optimal bagi peserta
didik.
C. Pendidikan Agama Islam
Pengertian Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan usaha
dasar dan berencana untuk menyiapkan siswa dalam menyakini,
memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam melalaui
Penelitian Tindakan Kelas
PROPASAL
kegiatan bimbingan pengajaran dan/atau latihan. Materi PAI di
kembangkan dari tiga kerangka dasar ajaran Islam, yaitu akidah,
syari’ah dan akhlak.
Akidah merupakan penjabaran dari konsep Iman, syari’ah
merupakan penjabaran dari konsep Islam, dan akhlak merupakan
konsep Ihhsan. Dari ketiga konsep dasar tersebut berkembang
berbagai kajian ke-Islaman, termasuk kajian-kajian yang terkait
dengan ilmu, teknologi, seni dan budaya. Pembelajaran PAI tidak
hanya menekankan penguasaan kompetensi kognitif saja, tapi
juga afektif dan psikomotoriknya.
Tujuan Pendidikan Agama Islam adalah terbentuknya peserta
didik yang beriman dan bertaqwa kepada Allah swt berbudi
pekerti yang luhur (berakhlak mulia), memiliki pengetahuan
tentang ajaran pokok Agama Islam dan menga-malkannya dalam
kehidupan sehari-hari, serta memiliki pengetahuan yang luas dan
mendalam tentang Islam sehingga memadai baik untuk
kehidupan bermasyarakat maupun untuk melanjutkan pendidikan
ke jenjang yang lebih tinggi.
H. Hipotesis Tindakan
Hipotesis dalam penelitian ini adalah: Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Mind Mapping dapat meningkatkan prestasi
belajar Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 13 Tarakan Kota
Tarakan.

I. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action
research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan
masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk
penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu
teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang
diinginkan dapat dicapai.
1. Subyek Penelitian
Subyek yang digunakan untuk penelitian tindakan kelas ini
adalah siswa kelas VIII.1. Jumlah siswa kelas VIII.1 sebanyak 32
orang, dengan perincian 13 putra dan 17 putri. Keseluruhan siswa
kelas VIII.1 beragama Islam.
2. Sumber Data.
Sumber data dalam penelitian ini adalah 32 peserta didik
kelas VIII.1 SMP Negeri 13 Tarakan Tahun 2022/2023 sebagai
responden. Sumber data lain dari obeserver yang melakukan
pengamatan terhadap sikap siswa, kondisi pembelajaran dan guru
mata pelajaran PAI ketika tindakan kelas berlangsung.
3. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi Partisipatif.
b. Kuesioner (Angket )
c. Tes.
d. Dokumentasi.
Alat Pengumpulan Data
a. Lembar Observasi
b. Angket
c. Soal tes
d. Dokumentasi
Penelitian Tindakan Kelas
PROPASAL
4. Validitas Data
Untuk kepentingan keabsahan data, penelitian ini
menggunakan teknik trianggulasi. Dalam hal ini peneliti
membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil pre-test
dan post-test serta angket yang diberikan kepada siswa.
5. Analisis Data
Dalam PTK ini peneliti menggunakan Teknik analisis data
kualitatif deskriptif. Penelitian deskriptif kualitatif merupakan
penelitian yang termasuk dalam jenis penelitian kualitatif. Tujuan
dari penelitian ini adalah mengungkap fakta, keadaan, fenomena,
variabel dan keadaan yang terjadi saat penelitian berjalan dan
menyuguhkan apa adanya. Penelitian deskriptif kualitatif
menafsirkan dan menuturkan data yang bersangkutan dengan
situasi yang sedang terjadi, sikap serta pandangan yang terjadi di
dalam masyarakat, pertentangan 2 keadaan / lebih, hubungan
antarvariabel, perbedaan antar fakta, pengaruh terhadap suatu
kondisi, dan lain-lain. masalah yang diteliti dan diselidiki oleh
penelitian deskriptif kualitatif mengacu pada studi kuantitatif,
studi komparatif, serta dapat juga menjadi sebuah studi
korelasional 1 unsur bersama unsur lainnya. Biasanya kegiatan
penelitian ini meliputi pengumpulan data, menganalisis data,
meginterprestasi data, dan diakhiri dengan sebuah kesimpulan
yang mengacu pada penganalisisan data tersebut.
J. Prosedur penelitian
Gambaran Umum Tindakan
Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari
Kemmis dan Taggart, berbentuk spiral dari siklus yang satu ke
siklus yang berikutnya sebagai berikut :

Permasalahan Perencanaan Pelaksanaan


Tindakan I Tindakan I

Refelksi dan Pengamatan dan


SIKLUS I Evaluasi Sikklus I pengumpulan
data 1

Permasalahan
Baru, Hasil Perencanaan Pelaksanaan
Evaluasi dan Tindakan II Tindakan II
Refleksi Siklus I

Refleksi dan Pengamatan dan


Evaluasi Siklus II pengumupulan
SIKLUS II data 2

Permasalahan
Baru, Hasil Perencanaan Pelaksanaan
Evaluasi dan
Tindakan III Tindakan III
Refleksi Siklus II

SIKLUS III Analisis Data dan Pengamatan dan


Evaluasi pengumpulan
Keberhasilan data 3
Tindakan
Penyusunan dan
penyajian laporan
PTK
Penelitian Tindakan Kelas
PROPASAL
Gambar 1.1 Alur PTK
Penjelasan alur di atas adalah :
Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian
peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan, membuat rencana
tindakan, dan perangkat pembelajaran.
Tindakan dan observasi, meliputi tindakan yang dilakukan
oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep
siswa serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya
Model Pembelajaran Kooperatif Learning Tipe Mind Mapping.
Refleksi, Beberapa data yang peneliti amati pada tahapan
PTK siklus I, antara lain:
a. Sikap siswa dalam berdoa.
b. Nilai rata-rata pre test dan post test.
c. Tingkat kebenaran yang diperoleh dalam kerja kelompok.
d. Keaktifan siswa dalam kerja kelompok.
e. Kemampuan siswa dalam melaporkan hasil kerja kelompok.
f. Keseriusan siswa dan perhatian siswa dalam mencari
informasi baru atau mendengar informasi tambahan dari guru.
g. Ketepatan guru dalam melaksanakan langkah-langkah
pembelajaran sesuai dengan perencanaan yang telah disusun.
h. Ketepatan guru dalam melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan time management yang telah direncanaka.
i. Terpenuhinya butir-butir kegiatan pembelajaran yang
mendidik.
Dari hasil data yang tersebut diatas, maka langkah
selanjutnya adalah menganalisisnya untuk mengetahui
ketercapaian siklus I. Apabila belum tercapai di siklus I, maka
siklus I dijadikan dasar untuk melanjutkan ke siklus II. Demikian
juga siklus 2. Sedangkan pada siklus 3, data-data yang dianalisis,
seperti data-data pada siklus 1 dan 2 diatas, dan ditambah lagi
dengan data nilai rata-rata ulangan harian.
Penelitian Tindakan Kelas

DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah. 2007. Kiat Jitu Meningkatkan presentasi dengan Mind
Mapping.
Huda, Miftahul. 2014. Cooperative Learning Metode, Teknik,
Struktur, dan Model Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Helmawati.2019. Pembelajaran dan Penilaian Berbasis HOTS
(Higher Order Thinking Skills). Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Maolani Rukaesih & Ucu Cahyana. 2015. Metodologi Penelitian
Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Patta Bundu. 2016. Asesmen Pembelajaran Untuk Guru dan calon
Guru Sekolah Dasar.
Shoimin, A. 2014. Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum
2013 Yogyakarta: Ar-ruzz Media.
Sumantri, Syarif. 2015. Strategi Pembelajaran teori dan Praktik di
tingkat pendidikan dasar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Ismail, “Strategi Pembelajaran Agama Islam berbasis PAIKEM”,
Semarang, RaSAIL Media Group, 2011.
MGMP PAI, “Workshop Model-model Pembelajaran dan
Pembelajaran berbasis ICT”, Banjarnegara, 8-15 Februari
2011.
Sugiyanto, ”Model-model Pembelajaran Inovatif”, Surakarta, Mata
Padi Presindo, 2011.

Anda mungkin juga menyukai