Anda di halaman 1dari 26

JURNAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR


EKONOMI PESERTA DIDIK DENGAN MODEL
PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DI SMA PGRI
BANTIMURUNGTAHUN PELAJARAN 2021/2022

Oleh :

NURWAHIDAH, S.Pd
Abstrak

Dalam Kegiatan pembelajaran di SMA PGRI BANTIMURUNGKab.


Maros, Guru masih berperan dominan sehingga menimbulkan
kebosanan dan kurang motivasi bagi peserta didik. Hal ini tentunya
berimbas kepada hasil belajar peserta didik itu sendiri. Di kelas 11 IPS
masih banyak siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM 75, hal ini
tentunya harus di perbaiki salah satunya dengan menerapkan model
pembelajaran yang berbeda agar motivasi belajar siswa meningkat dan
hasil belajar nya pun meningkat.

Model Pembelajaran Problem Based Learning merupakan salah satu


model pembelajaran inovatif dan aktif yang melibatkan para siswa
untuk belajar memecahkan masalah melalui tahap-tahap metode
ilmiah sehingga siswa mendapatkan pengetahuan yang berhubungan
dengan masalah, serta memiliki keterampilan untuk memecahkan
masalah.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji model pembelajaran


problem based learning dalam meningkatkan motivasi belajar dan hasil
belajar ekonomi pada kelas 11 IPS SMA PGRI Bantimurung Kab.
Maros tahun ajaran 2021/2022

Hasil analisis didapatkan terjadi peningkatan motivasi belajar dari


siklus I (54,25%) pada siklus II (71,42%) pada siklus III (88,57%), untuk
hasil belajar nya terjadi peningkatan dari siklus I (64,45%) pada siklus
II (76,66%) pada siklus III (88%).

Kata Kunci : Ekonomi, Problem Based Learning, Motivasi, Hasil Belajar


PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pendidikan bagi sebagian besar orang, berarti berusaha membimbing


anak untuk menyerupai orang dewasa, sedangkan menurut Piaget
pendidikan diartikan sebagai penghubung dua sisi, disatu sisi individu
yang tumbuh dan disisi lain nilai sosial, intelektual, dan moral yang
menjadi tanggung jawab pendidik untuk mendorong indivdu
tersebut. Selain itu Pendidikan juga merupakan suatu cara
pembentukan kemampuan manusia untuk menggunakan akal pikiran
atau rasional mereka sebagai jawaban dalam menghadapi berbagai
masalah yang timbul dimasa yang akan dating. Salah satu tujuan
pendidikan yaitu untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Dengan pendidikan yang baik kita akan mudah mengikuti
perkembangan zaman dimasa yang akan datang sesuai dengan
perkembangan situasi dan kondisi kehidupan.

Motivasi belajar merupakan suatu dorongan internal dan eksternal


yang menyebabkan seseorang (individu) untuk bertindak atau berbuat
mencapai tujuan, sehingga perubahan tingkah laku pada diri siswa
diharapkan terjadi. Dalam proses belajar motivasi dapat tumbuh
maupun hilang atau berubah dikarenakan adanya faktor – faktor yang
mempengaruhinya, faktor-faktor tersebut adalah cita-cita, kemampuan
belajar, kondisi siswa, kondisi lingkungan, unsur-unsur dalam proses
pembelajaran seperti bahan ajar, strategi, metode, teknik, model, dan
media, yang digunakan dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti pada kegiatan


pembelajaran di SMA PGRI BANTIMURUNG Kab. Maros Provinsi Banten
pada tanggal 22 Oktober 2020 di kelas XII IPS 1 diperoleh keterangan
bahwa secara umum motivasi belajar peserta didik dalam kegiatan
belajar sangat kurang, hal ini ditandai dengan gejala (1) pada saat
pembelajaran di kelas siswa sulit dikondisikan atau kelas tidak
kondusif, (2) saat guru mengajukan pertanyaan, hanya beberapa siswa
saja yang menjawab sedangkan siswa lainnya hanya terdiam, (3) saat
guru meminta siswa untuk mengajukan pertanyaan, tidak ada satu pun
siswa yang merespon, (4) cepat merasa bosan ketika diberikan tugas-
tugas, (5) rendahnya sebagian hasil belajar siswa.

Karena rendahnya Motivasi belajar tersebut, hal ini juga berdampak


pada hasil belajar siswa di SMA PGRI BANTIMURUNGKab. Maros. Dari
hasil evaluasi masih ditemukan permasalahan dengan rendahnya nilai
yang diperoleh peserta didik pada pelajaran Sejarah, hal itu dibuktian
dengan hasil rata-rata nilai ulangan peserta didik pada ulangan yang
dilaksanakan pada tanggal 22 Oktober 2020, dari 35 siswa, sebanyak
21 siswa (60%) belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
yaitu 70.00. Dari hasil pengamatan tersebut maka dilakukan upaya
untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik hingga peserta didik
dapat mmencapai hasil belajar yang makksimal dan mencapai nilai
Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah.

Dalam proses pembelajaran di Kurikulum 2013, guru seyogyanya telah


menggunakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa. Akan
tetapi hal tersebut sulit diwujudkan terutama di kelas XII karena
waktu belajar yang sangat singkat dan materi yang cukup banyak
membuat guru pada akhirnya menerapkan model ceramah. Seteah
dilakukan pembelajaran dengan model ceramah, ternyata ini belum
menampakkan hasil yang maksimal. Salah satu hal yang menyebabkan
itu adalah kurangnya kreatifitas peserta didik dalam proses berpikir
kritis dan mencari sumber serta kurangnya kerjasama antar anggota
kelompok dalam proses pembelajaran.

Peranan guru masih dikatakan seperti satu-satunya sumber belajar,


padahal dalam kurikulum 2013 peranan guru adalah sebagai fasilitator
bagi peserta didik dan juga berperan sebagai konselor, konsultan,
pemberi kritik yang bersahabat. dan guru juga harus dapat mengelola
kelas. Hal ini meyebabkan siswa juga tidak maksimal dalam
menelusuri lebih dalam mengenai materi yang sedang mereka telusuri
informasinya dan ketika peyampaian pun banyak siswa yang tidak
focus mendengarkan temannya berbicara. Pembelajaran yang
diharapkan pada saat ini adalah pembelajaran yang berpusat kepada
peserta didik dan memaksimalkan peranan guru sebagai fasilitator
dalam pembelajaran.

Dalam pembelajaran sejarah, peserta didik masih sulit menemukan


kebermaknaan dalam pembelajaran sejarah yang dapat diterapkan
dalam kehidupan saat ini karena pada hakikatnya pembelajaran
sejarah merupakan pembelajaran yang abstrakk. Untuk mendapatkan
kebermaknaan tersebut terlebih dahulu peserta didik perlu dibiasakan
untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi
dirinya, dan bergelut dengan ide-ide, yaitu siswa harus
mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri sehingga
dapat menjelaskan dengan kemampuan komunikasi yang baik dan
kreatif.

Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang


menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi atau
bentukan kita sendiri[3]. Dalam pandangan konstruktivisme,
pengetahuan dibina secara aktif oleh seseorang yang berpikir.
Seseorang tidak akan menyerap pengetahuan dengan pasif. Untuk
membangun suatu pengetahuan baru, peserta didik akan
menyesuaikan informasi atau pengetahuan yang disampaikan guru
dengan pengetahuan atau pengalaman yang telah dimilikinya melalui
berinteraksi sosial dengan peserta didik lain atau dengan gurunya.
Pembelajaran akan efektif bila guru dapat mengidentifikasi masalah
yang dihadapi dikelasnya, kemudian menganalis dan menentukan
faktor yang menjadi penyebab utama, yang selanjutnya menentukan
tindakan pemecahannya. Oleh karena itu, guru harus menyediakan
suatu kondisi belajar yang dapat membantu berlangsungnya proses
konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik dimana guru berperan
sebagai fasilitator bagi peserta didik..

Salah satu model pembelajaran yang berlandaskan dengan pendekatan


pembelajaran konstruktivisme adalah model pembelajaran Problem
Based Learning.[4] Metode Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem
Based Learning), yang selanjutnya disingkat PBL merupakan
pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berfikir tingkat
tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi
yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka
sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok
untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks.
[5] Dengan model pembelajaran Problem Based Learning guru dapat
merencanakan suatu pembelajaran yang dapat membuat siswa berani
untuk mengungkapkan pendapat atau ide-idenya tanpa rasa takut,
selain itu juga dapat meningkatkan kemampuan kognitif peserta didik
yang disesuaikan dengan pengetahuan awal yang dimiliki peserta
didik.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, maka penulis tertarik


untuk melakukan penelitian mengenai metode pembelajaran yang
efektif untuk meningkatkan hasil belajar sejarah peserta didik dengan
judul “Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Sejarah
Peserta Didik Dengan Metode Pembelajaran Problem Based Learning
di SMA PGRI BANTIMURUNGKab. Maros”.

Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka dapat dirumuskan


masalah penelitian ini, yaitu : 1. Bagaimana meningkatan motivasi
belajar sejarah peserta didik dengan model pembelajaran Probem
Based Learning di SMA PGRI BANTIMURUNGKab. Maros?” 2.
“Bagaimana meningkatan hasil belajar sejarah peserta didik dengan
model pembelajaran Probem Based Learning di SMA PGRI
BANTIMURUNGKab. Maros?”

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian


ini adalah : Untuk meningkatkan motivasi belajar sejarah Peserta didik
di SMA PGRI BANTIMURUNGKab. Maros dengan model pembelajaran
Probem Based Learning. Dan untuk meningkatkan hasil belajar sejarah
Peserta didik di SMA PGRI BANTIMURUNGKab. Maros dengan model
pembelajaran Probem Based Learning.

Manfaat Penelitian

1. Bagi Siswa
Peserta didik dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar
pada mata pelajaran sejarah.

2. Bagu Guru

Mengoptimalan peran guru sebaai fasilitator dan pembimbing peserta


didik dalam pembelajaran.

3. Bagi Sekolah

Bagi sekolah penelitian ini bermanfaat untuk memberikan input untuk


menyediakan sarana bagi guru untuk menciptakan pembelajan yang
inovatif untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik.

KAJIAN TEORITIS

Motivasi Belajar

Motivasi belajar merupakan salah satu faktor yang turut menentukan


keefektifan dalam pembelajaran. Seorang peserta didik akan belajar
dengan baik apabila ada faktor pendorongnya yaitu motivasi belajar.
Peserta didik akan belajar dengan sungguh-sungguh jika memiliki
motivasi belajar yang tinggi.

Menurut Hamzah B. Uno “motivasi belajar adalah dorongan internal


dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan
tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur-
unsur yang mendukung. Indikator-indikator tersebut, antara lain:
adanya hasrat dan keinginan berhasil, dorongan dan kebutuhan dalam
belajar, harapan dan cita-cita masa depan, penghargaan dalam belajar,
dan lingkungan belajar yang kondusif.”[6]

Sejalan dengan pendapat di atas, Sardiman A. M menjelaskan motivasi


belajar adalah seluruh daya penggerak didalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan dari
kegiatan belajar yang memberikan arah pada kegiatan belajar
sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat
dicapai.[7]

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi


belajar adalah seluruh daya penggerak psikis yang ada dalam diri
individu siswa yang dapat memberikan dorongan untuk belajar demi
mencapai tujuan dari belajar tersebut.

Hakikat Hasil Belajar Sejarah

Belajar tidak semata-mata menghafalkan fakta-fakta yang terdapat


dalam materi pelajaran atau latihan membaca dan menulis. Belajar
adalah proses seseorang memperoleh berbagai kecakapan,
keterampilan, dan sikap.[8] Menurut pengertian secara psikologis,
belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya[9]. Menurut Gagne dalam Siregar belajar adalah suatu
perubahan perilaku yang relative menetap yang dihasilkan dari
pengalaman masa lalu ataupun dari pembelajaran yang bertujuan atau
direncanakan. Mendukung pendapat Gagne, Wittig[10] seperti yang
dikutip oleh Syah mengungkapkan bahwa belajar adalah perubahan
yang relatif menetap yang terjadi dalam keseluruhan tingkah laku
suatu organisme sebagai hasil pengalaman. Jadi, seseorang yang
melakukan aktivitas belajar dan diakhir dari aktivitasnya itu telah
memperoleh perubahan dalam dirinya dengan pemilikan pengalaman
baru, maka individu itu dapat dikatakan telah belajar. Akan tetapi
perubahan yang terjadi akibat belajar adalah perubahan yang
bersentuhan dengan aspek kejiwaan dan mempengaruhi tingkah laku.

Berdasarkan uraian diatas, bahwa belajar adalah suatu proses


perubahan tingkah laku untuk memperoleh kecakapan, keterampilan,
pengetahuan, dan sikap yang diperoleh dari pengalamannya dan dari
proses pembelajaran yang telah direncanakan.

Tujuan belajar yang utama adalah untuk mendapatkan pengetahuan


ditandai dengan kemampuan berpikir. Kemampuan berpikir ini dapat
berkembang bila ada bahan pengetahuan. Sedangkan dengan
kemampuan berpikir akan memperkaya pengetahuan. Kedua adalah
untuk menanamkan konsep dan keterampilan. Ketiga adalah untuk
pembentukan sikap, meliputi: sikap mental, perilaku, dan pribadi
peserta didik. Tujuan pembelajaran akan terlaksana dengan adanya
proses pembelajaran dan salah satu keberhasilan proses pembelajaran
dapat dilihat dari hasil belajar.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta
didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Nana sudjana, 1991
dalam Penilaian hasil Proses Belajar Mengajar; 21). Menurut Gagne
seperti yang dikutip oleh Djiwandono, hasil belajar memiliki lima
kategori besar yang meliputi informasi verbal, keterampilan
intelektual, strategi kognitif, sikap, dan keterampilan motorik.[11]
Selain Gagne, Bloom telah mengklasifikasikan jenis-jenis tingkah laku
pada hasil belajar yang harus dicapai peserta didik setelah melalui
proses pembelajaran. Klasifikasi ini selanjutnya terkenal dengan nama
taksonomi Bloom yang meliputi tiga ranah pengetahuan, yaitu: ranah
kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.[12]

1. Domain Kognitif mencakup kemampuan intelektual menngenal


lingkungan yang terdiri atas enam macam kemampuan yaitu
pengetahuan, pemahaman, penerapan analysis, sintesis, dan
penilaian.
2. Domain Afektif mencakup kemampuan-kemampuan emosional
yang berkaitan dengan aspek perasaan, nilai, sikap, dan minat
perilaku peserta didik. Menrut Krathwohl, Bloom, dan Mansia
bahwa domain afektif berdasarkan lima katagori, yaitu
penerimaan, pemberian respon, penghargaan, pengorganisasian,
karakterisasi.
3. Domain Psikomotorik yaitu kemampuan– kemampuan motorik
menggiatkan dan mengkoordinasikan gerakan terdiri dari:
gerakan refleks, gerakan dasar, kemampuan perceptual,
kemampuan jasmani, gerakan-gerakan telatih, dan komunikasi
kondusif.

Hasil belajar dapat diperoleh dengan menggunakan alat evaluasi


berupa tes. Tes tersebut dapat berupa pertanyaan untuk mengukur
pengetahuan intelegensi, keterampilan, dan kemampuan bakat. Hal ini
didukung oleh pendapat Nawawi dalam Liyawati yang menyatakan
bahwa hasil belajar yaitu suatu tingkat keberhasilan peserta didik
dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam
bentuk skors hasil test pelajaran tersebut.

Berdasarkan uraian teori-teori tersebut, hasil belajar adalah tingkat


kemampuan yang dicapai peserta didik setelah mereka melewati
proses belajar yang didapat melalui serangkaian tes dan tingkat
kemampuan itu meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
Hakikat Model Pembelajaran Problem Based Learning

Ward dan Stepien dalam Ngalimun mengemukakan bahwa problem


based learning merupakan salah satu model pembelajaran inovatif dan
aktif yang melibatkan para siswa untuk belajar memecahkan masalah
melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa mendapatkan
pengetahuan yang berhubungan dengan masalah, serta memiliki
keterampilan untuk memecahkan masalah.

Pendapat lain tentang Problem Based Learnig juga diungkapkan bahwa


Problem Based Learning yang selanjutnya disebut PBL, adalah salah
satu model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dengan
cara menghadapkan para peserta didik tersebut dengan berbagai
masalah yang dihadapi dalam kehidupannya[13].

Setelah mengetahui penjelasan tentang arti problem based learning


berdasarkan uraian diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
problem based learning merupakan salah satu model pembelajaran
yang berpusat pada peserta didik dengan membangun kesadaran kritis
peserta didik akan adanya masalah yang akan dipecahkan melalui
tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa mendapatkan sebuah
pengetahuan tentang cara pemecahan masalah.

Nata mengemukakan bahwa pemecahan masalah merupakan bagian


dari agenda kehidupan dan manusia dilarang untuk melarikan diri dari
tanggung jawab dalam memecahkan masalah tersebut. Perintah ajaran
Islam mengenai tanggung jawab memecahkan masalah tersebut
dimaksudkan agar manusia mendapatkan hikmah, pelajaran, dan nilai-
nilai positif bagi dirinya.[14]

Kerangka Berfikir

Salah satu indikator keberhasilan suatu proses pembelajaran, bisa


dilihat dari hasil belajar. Hasil belajar sejarah di SMA Negeri 19 Kab.
Tangerang kurang begitu memuaskan. Dalam hal ini proses
pembelajaran merupakan komponen yang pokok dalam mencapai
sustu tujuan pembelajaran yang maksimal. Kegiatan pembelajaran
yang efektif nantinya akan menjadi suatu hal yang harus
dilakssanakan oleh guru. Tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran
akan terlihat dari hasil belajar peserta didik yang mereka dapatkan.
Faktor yang mendukung keberhasilan peserta didik dalam proses
pembelajaran salah satunya adalah cara mengajar dari para guru. Guru
kurang maksimal dalam menjalankan peranannya sebagai fasilitator
dalam pembelajaran. Hal ini meyebabkan peserta didik juga tidak
maksimal dalam menelusuri lebih dalam mengenai materi yang sedang
mereka telusuri informasinya dan kurang kreatifnya peserta didik saat
proses berpikir kritis.

Guru merupakan salah satu unsur penting dalam proses pembelajaran.


Maka, guru sejarah sudah seharusnya memaksimalkan peranannya
sebagai fasilitator dan motifator bagi peserta didik agar kegiatan
pembelajaran sejarah lebih bermakna dan tidak dianggap sebagai
pelajaran yang hanya berupa hafalan. Salah satu model pembelajaran
yang menekankan pada keaktifan peserta didik dan memaksimalkan
peranan guru sebagai fasilitator adalah model pembelajaran Problem
Based Learning. Model pembelajaran Problem Based Learning
merupakan model pembelajaran yang menekankan pada Peserta didik,
Peserta didik dituntut untuk lebih aktif dan berani mengungkapkan
pendapat dan guru yang berperan sebagai fasilitator.

Dalam penelitian ini dikemukakan kerangka berfikir mengenai


pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning terhadap
motivasi dan hasil belajar sejarah. Model Pembelajaran Problem Based
Learning adalah model pembelajaran yang diawali dengan
mengembangkan minat peserta didik terhadap materi yang diajarkan
dengan menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Kemudian
peserta didik mulai membentuk kelompok yang heterogen untuk
berdiskusi antar teman sekelompok. Setelah berdiskusi dengan teman
sekelompok, mereka diminta untuk menjelaskan konsep dengan
kalimat sendiri untuk dipersentasikan ke kelompok lain dalam forum
diskusi yang dilanjutkan dengan kegiatan tanya jawab dan kemudian
ditutup dengan evaluasi dari guru dan peserta didik sendiri tentang
pengetahuan yang mereka peroleh dengan mengajukan pertanyaan
terbuka.

Berdasarkan penjelasan tersebut, penggunaan model pembelajaran


Problem Based Learning bertujuan agar peserta didik tidak hanya
mendengar keterangan guru tetapi dapat berperan aktif untuk
menggali, menganalisis, dan mengevaluasi pemahamannya terhadap
konsep yang dipelajari sehingga pada akhirnya peserta didik dapat
memperoleh hasil yang maksimal dan memuaskan pada saat diadakan
evaluasi. Maka dari itu peneliti menduga bahwa model pembelajaran
Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar peserta
didik.

Hipotesis Tindakan

Pembelajaran sejarah dengan menggunakan model pembelajaran


Problem Based Learning dapat meningkatkan motivasi belajar sejarah
di SMA Negeri 19 Kab. Tangerang tahun ajaran 2021/2022. Dan dapat
meningkatkan hasil belajar sejarah di SMA Negeri 19 Kab. Tangerang
tahun ajaran 2021/2022.

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas


(PTK) yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar dan hasil
belajar melalui model pembelajaran problem based learning pada mata
pelajaran sejarah kelas 12 IPS 1 Semester 1 SMA PGRI
BANTIMURUNGKab. Maros Tahun ajaran 2021/2022. PTK adalah
bagaimana guru dapat mengorganisasi kondisi praktek pembelajaran
dan belajar dari pengalamannya sendiri, dapat mencobakan gagasan
perbaikan dalam praktek pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh
nyata dari upaya itu.

Subjek dan Objek Penelitian


Subyek dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 19 Kab.
Tangerang kelas XII IPS 1 Tahun Ajaran 2021/2022 yang berjumlah 35
siswa dengan rincian 19 siswa perempuan dan 16 siswa laki-laki.
Objek dalam penelitian ini adalah pelaksanaan hasil yang diperoleh
dari pembelajaran melalui model pembelajaran problem based learning
pada mata pelajaran sejarah kelas 12 IPS 1 Semester 1 SMA PGRI
BANTIMURUNGKab. Maros Tahun ajaran 2021/2022.

Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian dilaksanakan selama 3 bulan yaitu


dimulai dari bulan Oktober sampai bulan Desember tahun 2020.

Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di SMA Negeri 19 Kab. Tangerang yang beralamat


di Jalan Raya Serang KM. 1,5 Ds. Saga Kecamatan Balaraja Kabupaten
Tangerang Provinsi Banten. Alasan sekolah ini dipilih sebagai tempat
penelitian adalah karena sekolah ini belum pernah menerapkan model
pembelajaran Problem Based Learning dan tempat peneliti mengajar
pada saat ini.

Prosedur Penelitian

Sebelum mengadakan tindakan penelitian, peneliti mengadakan


observasi serta mencari data kemampuan awal penguasaan materi
Program Linier Dua Variabel dari siswa.

Model penelitian yang digunakan adalah model kemmis dan taggart,


yaitu model spiral, dimana dalam model spiral ini terdiri dari 2 siklus
dan dari setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan,
observasi dan refleksi. Walaupun pelaksanaan penelitian tindakan
kelas ini dilakukan dalam 2 siklus namun bila ternyata dari dua siklus
yang direncanakan masih terdapat masalah yang harus dipecahkan
maka dapat dilanjutkan dengan siklus berikutnya. Pelaksanaan
prosedur penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai
berikut :

Siklus I:
Perencanaan

Tindakan dan Pengamatan

Refleksi

Siklus II

Perencanaan

Tindakan dan Pengamatan

Refleksi

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian adalah


sebagai berikut:

1. Dokumentasi
2. Observasi
3. Angket
4. Tes Evaluasi

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Pra Tindakan (Pra Siklus)

Sebelum pelaksanaan penelitian, peneliti melakukan observasi


terlebih dahulu pada tanggal 22 Oktober 2020. Obsevasi dilakukan di
kelas XII IPS 1 untuk mencari informasi berdasarkam permasalahan
yang ada. Observasi juga dilakukan untuk mengetahui permasalahan
yang dihadapi oleh guru dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas,
serta membahas penentuan. Kompetensi dasar sebagai materi yang
akan dikaji dalam penerapan media pembelajaran Problem Based
Learning.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh peneliti, ditemukan


permasalahan yang dihadapi oleh guru yaitu rendahnya motivasi dan
hasil belajar siswa. Hal ini disebabkan oleh rendahnya partisipasi
belajar siswa dalam proses pembelajaran dikelas. Penggunaan metode
ceramah dalam menyajikan materi dikelas membuat siswa kurang
bersemangat untuk mengikuti proses pembelajaran sehingga
partisipasi belajar siswa rendah. Selain itu, siswa terlihat kesulitan
dalam menjawab pertanyaan guru atau mengemukakan pendapat
karena penyajian materinya hanya sebatas menggunakan ceramah
saja. Ditambah suasana pembelajaran kurang kondusif karena banyak
siswa yang kurang memperhatikan materi yang diberikan oleh guru.

Setelah pemberian materi pembelajaran selanjutnya guru mengadakan


ulangan di kelas XII IPS 1. Berdasarkan hasil ulangan di kelas XII IPS
1, guru memilih kelas XII IPS 1 sebagai objek penelitian kerena nilai
rata-rata kelas XII IPS1 yang paling rendah di antara kelas lainnya.
Oleh sebab itu peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian di
kelas XII IPS 1 agar motivasi dan hasil belajar siswa dikelas tersebut
meningkat.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa permasalahan


yang terjadi khususnya pada standar kompetensi menganalisis peran
aktif bangsa Indonesia pada masa Perang Dingin dan dampaknya
terhadap politik dan ekonomi global Permasalahan tersebut dapat
diatasi dengan penerapan model pembelajaran Problem Based
Learning untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas
XII IPS 1

Siklus I
Hasil Pengamatan

Pencapai
Jumlah
an
No Aspek yang Diamati
Siswa
(%)
1 Siap mengikuti pelajaran 33 94.28
2 Mendengarkan pelajaran guru 28 80.00
3 Mencatat 23 65.71
4 Bertanya 17 54.84
5 Menjawab pertanyaan guru 18 51.35
6 Mengembangkan pendapat 17 48,57
Mengerjakan tugas dengan
7 30 85.71
baik
Mengumpulkan tugas tepat
8 31 88.57
waktu
Rata-rata 25 71.42

Berdasarkan tabel di atas partisipasi belajar siswa yang siap


mengikuti pelajaran sebesar 94,28% artinya siswa sudah hampir
seluruhnya siap mengikuti pelajaran dengan baik. Hal tersebut
disebabkan pembelajaran dilaksanakan secara daring menggunakan
platform Microsoft 365.

Siswa yang fokus mendengarkan materi yang dijelaskan oleh guru


hanya sebesar 80 % artinya siswa sudah mulai terangsang untuk
memperhatikan materi yang disajikan dengan menggunakan model
pembelajaran problem based learning. Berarti model pembelajaran ini
sudah mampu membangkitkan perhatian peserta didik terhadap materi
pembelajaran. Masih ada 20 % siswa yang belum memperhatikan
penjelasan materi oleh guru. Hal ini disebabkan oleh tingkat kesulitan
terhadap materi yang diberikan sehingga mengakibatkan beberapa
siswa masih cenderung tidak focus. Hal tersebut terjadi apabila guru
sedang tidak menjelaskan materi atau sedang memberikan pertanyaan
kepada siswa lain.

Masih sedikitnya siswa yang mencatat dikarenakan pembelajaran


dilakukan secara daring jadi banyak yg tidak mencatat. Oleh karena
itu siswa yang mencatat hanya sebesar 65,71% sedangkan siswa yang
tidak mencatat sebesar 34,29%.
Partisipasi belajar siswa berupa bertanya sebesar 54,84% artinya
bahwa masih banyak siswa yang belum aktif untuk bertanya terhadap
materi pembelajaran. Hal tersebut disebabkan oleh banyaknya siswa
yang malu untuk bertanya dan mereka belum terbiasa dengan
menggunakan model pembelajaran ini. Beberapa siswa yang mengaku
bahwa materi GNB merupakan materi yang sulit. Hal tersebut
sebenarnya dapat memacu siswa untuk bertanya namun kenyataannya
tidak demikian sehingga masih ada 45,16% siswa yang belum aktif
untuk bertanya.

Siswa belum berani untuk menjawab pertanyaan dari guru. Mereka


masih bingung dan belum mengerti tentang GNB. Siswa hanya mampu
menjawab soal yang diberikan oleh guru berkaitan dengan GNB untuk
perorangan karena paling mudah diingat. Walaupun materi tersebut
sudah disajikan lengkap beserta masing-masing contoh. Partisipasi
belajar siswa berupa menjawab pertanyaan guru sudah ada yaitu
sebesar 51,42%. Masih ada 48,58% siswa yang masih belum berani
atau takut untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.

Partisipasi belajar siswa untuk mengemukakan pendapat hanya


sebesar 48,57% artinya masih sangat sedikit sekali siswa yang mampu
dan berani untuk mengemukakan pendapatnya tentang materi
pembelajaran. Masih ada 51,43% siswa yang pasif. Hal ini disebabkan
oleh tingkat kesulitan terhadap materi pembelajaran yang disajikan.

Hasil Tes Individu

Hasil Belajar Siklus


NO ASPEK
I
1 Nilai rata-rata 76,66
2 Nilai tertinggi 90
3 Nilai terndah 40
4 Jumlah tuntas individu 22
Persentase ketuntasan
5 62,85
belajar
6 Jumlah siswa remidi 13
7 Persentase siswa remidi 37,14
Berdasarkan tabel hasil belajar di atas rata-rata yang dicapai siswa
hanya sebesar 76,66 sudah melewati dari batas KKM yaitu 70. Nilai
terendah yang dicapai siswa sebesar 40 dan nilai teringgi sebesar 90.
Jumlah ketuntasan individu hanya diperoleh 22 orang peserta didik
atau 62,85% , sedangkan jumlah siswa yang harus mengikuti remidi 13
orang atau 37,14% .

Setelah ulangan remidi diselenggarakan ternyata hasilnya lebih dari


6,45% siswa tidak mampu mencapai kriteria kelulusan minimal yaitu
70. Hal ini menandakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran problem based learning belum berhasil
meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa. Sehingga perlu
dilakukan upaya perbaikan agar dapat mencapai tujuan tersebut.

Rata-rata nilai yang diperoleh siswa secara keseluruhan menjadi


keterangan terhadap hasil belajar siswa pada standar kompetensi
menganalisis peran aktif bangsa Indonesia pada masa Perang Dingin
dan dampaknya terhadap politik dan ekonomi global pada siklus I.
Prestasi belajar siswa ini diperoleh setelah siswa mengerjakan tes
pada siklus I.

Refleksi

Proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran problem


based learning berlangsung, guru maupun siswa telah melaksanakan
pembelajaran dengan baik. Proses pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran problem based learning ini, sudah mampu
meningkatkan motivasi dan prestasi siswa. Hal ini dibuktikan dengan
respon positif yang dilakukan siswa dalam pembalajaran.

Siklus II

Hasil Pengamatan
Pencapai
Jumlah
an
No Aspek yang Diamati
Siswa
(%)
1 Siap mengikuti pelajaran 35 100.00
Mendengarkan pelajaran
2 31 88.57
guru
3 Mencatat 28 80.00
4 Bertanya 29 82.85
5 Menjawab pertanyaan guru 30 85.71
6 Mengembangkan pendapat 29 82.85
Mengerjakan tugas dengan
7 31 88.57
baik
Mengumpulkan tugas tepat
8 32 91.42
waktu
Rata-rata 31 88.57

Tabel diatas dapat dilihat seluruh siswa yang siap mengikuti pelajaran
dengan baik sudah mencapai jumlah maksimal yaitu 100%. Kenaikan
ini disebabkan oleh pemberi motivasi yang diberikan oleh guru sudah
mampu merangsang siswa untuk lebih giat belajar dan model
pembelajaran problem based learning membuat siswa lebih merasa
ingin tahu dengan isi media tersebut.

Partisipasi belajar siswa berupa mendengarkan materi pembelajaran


meningkatkan yaitu menjadi 88,57%. Peningkatan presentase tersebut
disebabkan oleh pemberian efek tersebut mampu merangsang minat
siswa untuk fokus memperhatikan materi pembelajaran. Selain itu
cara mengajar yang baru yaitu dengan cara berdiskusi dengan materi
kontekstual membuat siswa semakin aktif dalam kegiatan
pembelajaran.

Partisipasi belajar siswa berupa bertanya maningkat menjadi sebesar


82,85% artinya siswa mulai berani untuk bertanya tentang materi. Hal
ini disebabkan oleh tampilan media pembelajaran yang sangat jelas
menggambarkan bagaimana ASEAN itu terjadi sehingga memberikan
gambaran siswa untuk bertanya. Namun masih ada 17,15% siswa yang
masih belum bertanya. Alasan mereka masih tetap sama yaitu takut
untuk bertanya kepada guru.
Siswa sudah mulai berani untuk menjawab pertanyaan dari guru
karena materi yang disajikan sangat jelas dan lengkap dan memuat
semua isi materi. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya jumlah siswa
yang mampu menjawab pertanyaan guru yaitu sebesar 85,71%.
Peningkatan ini disebabkan oleh model pembelajaran problem based
learning yang detail dan lengkap sehingga siswa mampu menjawab
pertanyaan guru dengan benar. Walaupun masih ada siswa yang masih
belum mampu menjawab pertanyaan yang diajukan karena kurang
fokus terhadap materi yang dijelaskan. Namun presentasenya tidak
besar hanya 14,29% saja.

Partisipasi belajar siswa berupa mengemukakan pendapat meningkat


menjadi 82,85% artinya bahwa siswa sudah berani mengemukakan
pendapat mereka. Hal ini disebabkan oleh model pembelajaran
problem based learning yang diberikan media video yang memuat
keseluruhan materi pembelajaran sehingga siswa dapat
mengembangkan pikirannya untuk mengemukakan pendapatnya
mengenai ASEAN. model pembelajaran problem based learning mampu
merangsang siswa untuk mengemukakan pendapat walaupun masih
ada 17,15% siswa yang masih pasif terhadap aktivitas ini.

Hasil Tes Individu

Hasil Belajar
NO ASPEK
Siklus II
1 Nilai rata-rata 88
2 Nilai tertinggi 90
3 Nilai terendah 70
4 Jumlah tuntas individu 35
Persentase ketuntasan
5 100
belajar
6 Jumlah siswa remidi 0
7 Persentase siswa remidi 0

Tabel diatas menunjukan bahwa rata-rata nilai yang dicapai siswa


pada siklus II sebesar 88. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah
90, sedangkan nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 70. Jumlah
ketuntasan individu adalah 35 orang siswa atau 100%.
Prestasi siswa mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini
dikarenakan oleh persiapan yang lebih matang yaitu belajar yang
diberikan kepada siswa lebih lama dibandingkan pada siklus I. Hasil
perhitungan nilai rata-rata yang diperoleh siswa secara keseluruhan
menjadi keterangan terhadap peningkatan prestasi belajar siswa pada
standar kompetensi ASEAN dalam siklus II.

Refleksi

Setelah selesai melakukan tindakan, hal yang kemudian dilakukan


peneliti bersama guru yaitu melakukan evaluasi dari hasil tes dan
observasi. Hasil observasi pada siklus II, dapat dikatakan bahwa
penerapan model pembelajaran problem based learning dapat
meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran problem
based learning dapat terlaksana secara optimal. Partisipasi belajar
siswa yang diharapkan peneliti dapat terwujud. Partisipasi belajar
siswa yang meningkatkan merupakan indikator yang menunjukan
bahwa siswa lebih termotivasi dalam belajar. Sedangkan hasil tes
siswa menunjukan bahwa dalam siklus II ini terjadi peningkatan rata-
rata nilai ulangan melebihi kriteria ketuntasan minimal. Siswa yang
mencapai kriteria kelulusan minimal meningkatkan menjadi 35 orang
atau 100%.

Hasil pengamatan dan refleksi pada siklus II, maka dapat dikatakan
bahwa penerapan model pembelajaran problem based learning dapat
meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Keunggulan yang ada
perlu dipertahankan untuk mendukung peningkatan strategi
pembelajaran selanjutnya. Hasil tes dan hasil observasi dari siklus I ke
siklus II telah mengalami peningkatan. Peneliti dan guru akhirnya
mengadakan kesepakatan siklus pembelajaran dapat dihentikan.

Pembahasan

Penelitian tindakan ini, peneliti menggunakan model pembelajaran


problem based learning dalam proses pembelajaran. Pembahasan
dalam penelitian tindakan kelas ini didasarkan atas hasil penelitian
yang dilanjutkan dengan hasil refleksi pada akhir siklus. Penelitian
tindakan kelas ini dilakukan selama dua siklus, di mana masing-
masing siklus dilakukan dengan prosedur Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) yaitu perencanaan, pengamatan, tindakan dan refleksi. Secara
umum proses pembelajaran dengan lancar sesuai dengan apa yang
diharapkan.

Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran problem


based learning ini sangat membantu siswa untuk meningkatkan
motivasi siswa dan menjadikan mereka saling mendukung dan
membantu satu sama lain dalam menguasai materi yang diajarkan oleh
guru.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada siswa kelas 12 IPS 1 SMA PGRI
BANTIMURUNGKab. Maros Tahun ajaran 2021/2022 dilaksanakan
dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas empat tahapan, yaitu: (1)
perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi.
Berdasarkan pembahasan dan hasil penelitian maka dapat disimpulkan
sebagai berikut: Pembelajaran materi Perang Dingin dengan
menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning pada
siswa kelas 12 IPS 1 SMA PGRI BANTIMURUNGKab. Maros dirasa
dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar peserta didik
pada mata pelajaran sejarah. Dimana dapat dilihat dari peningkatan
rata-rata perolehan nilai pengetahuan dari sebelum tindakan 72
meningkatkan pada siklus I sebesar 76,66 dan meningkat pada siklus
II menjadi 88. Untuk motivasi belajar pun ada peningkatan dari rata-
rata 82,85 % menjadi 88,57.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disarankan beberapa hal


antara laian sebagai berikut:

1. Guru sejarah, hendaknya terus berusaha untuk meningkatkan


kemampuannya dalam mengembangkan materi, menyampaikan
materi, serta dalam mengelola kelas, sehingga kualitas
pembelajaran yang dilakukannya dapat terus meningkat seiring
dengan peningkatan kemampuan yang dimilikinya. Selain itu,
guru hendaknya mau membuka diri untuk menerima berbagai
bentuk masukan, saran, dan kritikan agar dapat lebih
memperbaiki kualitas mengajarnya. Serta guru harus lebih kreatif
dan inovatif dalam menerapkan model pembelajaran yang sesuai
dengan tingkat kemauan siswa supaya pembelajaran lebih
bervariasi dan tidak monoton menggunakan paradigma lama
sehingga anak tidak bosan.
2. Bagi siswa, agar supaya selalu fokus dan termotivasi dalam
mengikuti pelajaran supaya hasilnya lebih optimal.
3. Bagi sekolah, hendaknya berusaha menyediakan fasilitas yang
dapat mendukung kelancaran kegiatan pembelajaran.
Daftar Pustaka

Abuddin, Nata. 2009. Perspektif Islam Tentang Strategi


Pembelajaran. Jakarta: Kencana

A.M, Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi dalam Belajar


Mengajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan


Praktek. Jakarta : Rineka Cipta

Hamalik, Oemar. 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi


Aksara.

Gradler, Margaret E. Bell. 1994. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta :


PT. Raja Grafindo Persada

Ngalimun. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta:


Aswaja Pressindo.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya .


Jakarta : Rineka Cipta.

Sagala, Syaiful. 2008. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung:


Alfabeta.

Siregar, Eveline. 2007. Buku Ajar Teori Belajar dan Pembelajaran.


Jakarta : Universitas Negeri Jakarta.

Suadnyana, I Nengah. 2001. Penerapan Model Siklus Belajar Untuk


Meningkatkan Keterampilan Berpikir Rasional Siswa SD Kelas V.
Aneka Widaya Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Singaraja
No. 2 Tahun XXXIV.

Uno, Hamzah B. 2011. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta :


Bumi Aksara.
Wena, Made. 2009 Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer :
Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta : Bumi Aksara.

Diakses dari http://www.ishaqmadeamin.com/2012/11/model-ptk-3-


model-spiral-dari kemmis.html , diakses pada tanggal 12 Oktober 2020
pukul 10.10

[1] Guru Sejarah SMA PGRI BANTIMURUNGKab. Maros

[2] Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung:


Alfabeta, 2008), hal: 1

[3] Paul Suparno. Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan,


(Yogyakarta : Kanisius, 1997), hal: 18.

[4] Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer : Suatu


Tinjauan Konseptual Operasional, (Jakarta : Bumi Aksara, 2009), hal.
170.

[5] Ratumanan. Teori Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta : Bumi


Aksara, 2002). hal. 123

[6] Hamzah B. Uno. Teori Motivasi dan Pengukurannya. (Jakarta :


Bumi Aksara. 2011), hal. 23.

[7] Sardiman A.M. Interaksi dan Motivasi dalam Belajar


Mengajar. (Jakarta : Raja Grafindo Persada. 2007), hal. 75

[8] Margaret E. Bell Gradler, Belajar dan Membelajarkan, (Jakarta :


PT. Raja Grafindo Persada, 1994), hal.1

[9] Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya ,


(Jakarta : Rineka Cipta, 2003), hal.2

[10] Muhibin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: PT. Raja Grafindo


Persada, 2005), hal. 65.
[11] Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Belajar (Jakarta: PT.
Grasindo, 2006), hal. 217-218

[12] Ella Yulaelawati, Kurikulum dan Pembelajaran: Filosofis, Teori


dan Aplikasi (Bandung: Pakar Raya, 2004), hal. 71.

[13] Nata Abudin. Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran.


(Jakarta: Kencana, 2009), hal : 243

[14] Ibid. hal : 252

Anda mungkin juga menyukai