Anda di halaman 1dari 7

PROPOSAL

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK


MENINGKATKAN KUALITAS PROSES PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR
(Penelitian Tindakan Kelas di SDN Magetan 1)

DOSEN PENGAMPU :
Mohamad Nur Fauzi, M.Pd

Disusun Oleh :
Hidayah Mustika Rani
203190246 / PGMI G

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
2022
I. Judul Penelitian
“Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Kualitas Proses
Pembelajaran Di Sekolah Dasar”
II. Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi yang sangat pesat sangat berpengaruh dalam dunia
pendidikan yang memiliki dampak positif maupun negatif. Perkembangan teknologi ini
bermula dari negara maju, sehingga indonesia sebagai negara yang berkembang perlu
mensejajarkan diri dengan negara-negara yang sudah maju. Untuk itu diperlukan
peningkatan kualitas sumber daya manusia secara intensif. Peningkatan kualitas sumber
daya manusia dapat dilakukan melalui proses pendidikan merupakan prioritas utama
dalam dunia pendidikan. Pendidikan merupakan media yang berperan penting untuk
menompang kemajuan suatu bangsa. Keberhasilan dari program pendidikan dalam
mencetak sumber daya manusia (SDM) yang unggul akan menjadi bekal dalam
pembangunan nasional. Dalam konteks sistem pendidikan nasional pendidikan
pembentukan SDM berkualitas harus dimulai dari pendidikan yang paling dasar.
Pendidikan di sekolah dasar (SD) merupakan suatu proses pengembangan
kemampuan yang paling mendasar pada setiap siswa. Pendidikannya tidak hanya
diorientasikan pada memberi bekal kemampuan membaca, menulis, intelektual, sosial,
dan personal siswa secara optimal untuk belajar secara aktif mengembangkan dirinya
secara pribadi sebagai anggota masyarakat, sebagai warga negara, dann sebagai
makhluk Tuhan yang Maha Esa. Pada dasarnya proses belajar mengajar merupakan
suatu proses terjadinya interaksi guru dan siswa melalui kegiatan dari dua bentuk
kegiatan, yakni belajar siswa dan kegiatan mengajar guru. Proses belajar mengajar
terjadi apabila terdapat interaksi antar siswa dan lingkungan belajar yang diatur guru
untuk mencapai tujuan pengajaran.
Proses pembelajaran membutuhkan metode yang tepat. Kesalahan
menggunakan metode pembelajaran dapat menghambat tercapainya tujuan pengajaran
yang diinginkan, serta akan terjadi dampak lain yakni rendahnya kemampuan siswa
dalam pembelajaran. Hal ini bisa terjadi karena dalam proses pembelajaran siswa
kurang dilibatkan dalam situasi optimal, pembelajaran cenderun berpusat pada guru.
Pembelajaran yang dilakukan didalamm kelas hanya diarahkan kepada kemampuan
siswa untuk menghafal informasi, otak dipaksa untuk mengingat dan menimbun
berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya untuk
menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Dampaknya banyak siswa yang
ketika lulus dari sekolah, mereka pintar secara teoritis namun mereka miskin aplikasi.
Dari beberapa model pembelajaran, ada model pemebelajaran yang menarik dan
dapat memicu peningkatan aktivitas siswa dalam belajar, yaitu model pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL). Model pembelajaran ini adalah suatu sistem
pengajaran yang cocok dengan otak yang menghasilkan makna dengan
menghubungkan muatan akademik dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa.
Pembelajaran kontekstual menekankan pada keterlibatan siswa secara penuh dalam
proses pembelajaran. Belajar dalam konteks CTL, siswa bukan hanya sekedar
mendengar dan mencatat, tetapi proses pengamalan secara langsung, melalui proses
pengalaman langsung tersebut diharapkan perkembangan siswa terjadi secara utuh baik
dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik anak dapat berkembang seimbang.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul
“Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Kualitas
Proses Pembelajaran Di Sekolah Dasar”
III. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah diatas dapat disimpulkan indentifikasi masalahnyan
adalah sebagai berikut :
1. Penggunaan metode pembelajaran yang kurang tepat dapat menghampat
tercapainya tujuan pembelajaran.
2. Pola pengajaran masih berpusat pada guru (teacher centerd) dari pada
berpusat pada siswa (student centered), dimana guru lebih banyak ceramah
dari pada melibatkan siswa untuk aktif mengkontuksi pengalamannya sendiri.
3. Pembelajaran yang dilakukan didalamm kelas hanya diarahkan kepada
kemampuan siswa untuk menghafal informasi, otak dipaksa untuk mengingat
dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi.
4. Guru belum banyak mengetahui atau mencoba berbagai pendekatan maupun
metode pembelajaran baru yang lebih mengaktifkan siswa.
IV. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, peneliti mengambil rumusan masalah
yaitu:
1. Apakah melalui model pembelajaran Contextual Teaching and Learning dapat
meningkatkan hasil belajara siswa Sekolah Dasar ?
2. Bagaimana interaksi dan partisipasi siswa di dalam kelas ketika menggunakan
metode Pembelajaran Contextual Teaching and Learning di Sekolah Dasar ?
V. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan untu :
1. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa Sekolah Dasar dengan
menggunakan metode Pembelajaran Contextual Teaching and Learning.
2. Mengetahui interaksi dan partisipasi siswa di dalam kelas ketika menggunakan
metode Pembelajaran Contextual Teaching and Learning di Sekolah Dasar
VI. Analisis Persamaan dan Perbedaan
Hasil penelitian Fathul Jannah dengan judu “ Implementasi Model
Pembelajaran Kontekstual Di Sekolah Dasar” metode penelitian yang
digunakan dengan mengumpulkan informasi melalui wawancara dengan guru-
guru. CTL merupakan suatu proses yang bertujuan untuk memotivasi siswa
dalam belajar serta memahami makna materi pelajaran yang sedang dipelajari
dalam konteks kehidupan sehari-hari. Persamaannya dengan penelitian saya
ialah pembelajaran ini sama sama ingin meningkatakn dan memahamkan
kemampuan siswa dalam pola pikir bahwa pembelajaran tidak hanya berpusat
pada guru saja. Sedangkan perbedaanya dari penelitian saya metode yang
digunakan hanya dengan wawancara saja sedangkan pada penelitian saya juga
melakukan suatu pengamatan yang nyata.
Hasil penilitian Mohammad Faizal Amir dengan judul “Pengaruh Pembelajaran
Kontekstual Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa
Sekolah Dasar” metode yang digunakan mennggunakan pendekatan kuantitatif
dengan jenis eksperimen, uuntuk mengukur kemampuan siswa peneliti
menggunakan peraturan prsekoran. Adapun persamaannya ialah untuk
mengetahui hasil dari penggunaan pembelajaran dalam penelitian saya juga
mengorientasikan siswa untuk dapat memecahkan masalah yang dekat dengan
lingkungan siswa yang dilakukan dengan pembelajaran kontekstual, sedangkan
untuk perbedaannya pada penelitian saya menggunakan pendekatan kualitatif
dengan rancangan penelitian berkembang pada saat proses penelitian untuk
mengetahui suatu hasil yang nyata dan sebenar-benarnya terjadi mengenai
peningkatan hasil belajar menggunakan model pembelajaran Contextual
Teaching and Learning.
Hasil penelitian Andi Suhandi dan Dini Kurniasri dengan judul “Meningkatkan
Kemandirian Siswa Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Di Kelas IV
Sekolah Dasar” pada penelitian ini menggunakan metode penelitian tindak
kelas yang berjenis PTK Kolaboratif yaitu kerjasama antar peneliti dan guru
mitra (obsever). Adapun persamaanya peneliti menjabarkan bahwa
menggunakan model kontestual dapat meningkatkan kemandirian siswa pada
mata pelajaran IPA dalam penelitian saya juga memiliki pengkatagorian dalam
melihat hasil peningkatan belajar siswa, adapun perbedaannya hanya terletak
pada mretode penelitian yang dilakukan.’
Hasil penelitian Arsyad dkk dengan judul “Penguatan Motivasi Sholat dan
Karakter Peserta Didik Melalui pendekatan kontekstual Pada Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam” pada penelitian ini metode penelitian tidak
dicantumkan persamaannya ialah sama-sama menelitih hasil pembeljaran dari
metode pembelajaran kontekstual adapun perbedaanya tidak tidak ada bentuk
kusioner atau data secara terperinci terkait pengaruh hasil metode pembelajaran
tersebut.
KAJIAN TEORI
VII. Kajian Teori
a. Model Pembelajaran
Model pemebalajaran adalah kerangka kerja yang memberikan gambaran
sistematis untuk melaksanakan pembelajaran agar membantu belajar siswa dalam
tujuan tertentu yang ingin dicapai. Artinya, model pembelajaran merupakan
gambaran umum namun tetap mengkerucut pada tujuan khusus. Hal tersebut
membuat meodel pembelajaran berbeda dengan metode pembelajaran yang sudah
menerapkan langkah yang justru lebih luas lagi cakupannya.
Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan
lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik.
Seorang guru harus menyadari bahwa mengajar memiliki sifat yang kompleks
karena melibatkan aspek pedagogis, psikologis, dan didaktis secara kebersamaa.
Penggunaan strategi pembelajaran yang tepat akan turut menentukan efektivitas dan
efesiensi pembelajaran. Pembelajaran perlu dilakukan dengan sedikit ceramah dan
metode-metode yang berpusat pada guru, serta lebih menekankan pada interaksi
peserta didik. Penggunaan strategi yang bervariasi akan sangat membantu peserta
didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu strategi pembelajaran yang
baik adalah strategi pembelajaran kontekstual. Karena strategi pembelajaran
kontekstual dapat memadukan antara tiga aspek kecerdasan, antara lain aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa meodel pembelajaran
merupakan suatu prosedur yan dirancang oleh guru untuk mencapai tujuan ynag
diharapkan sehingga kegiatan atau proses pembelajaran berjalan dengan baik dan
tercapai sesuai yang diharapkan.
b. Pengertian Strategi Pembelajaran Kontekstual
Pengajaran dan pembelajaran kontekstual adalah merupakan model
pembelajaran yang mengkaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia
nyata yang berkembang dan terjadi di lingkuangan sekitar peserta didik sehingga dia
mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dengan
kehidupan sehari-hari mereka. Dengan demikian pembelajaran kontekstual
merupakan konsep belajar dan mengajar yang membantu guru mengkaitkan antara
materi yang diajarkanya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga Negara dan pekerja.
Menurut Johnson pembelajaran kontekstual berarti memungkinkan siswa
menghubungkan isi materi dengan konteks kehidupan sehari-hari untuk menemukan
makna. Pembelajaran kontektual dapat dikatakan sebagai sebuah pendekatan
pembelajaran yang mengakui dan menunjukkan kondisi alamiah dari pengetahuan.
Melalui hubungan di dalam dan di luar kelas, suatu pendekatan pembelajaran
kontekstual menjadikan pengalaman lebih relevan dan berarti bagi siswa dalam
membangun pengetahuan yang akan mereka terapkan dalam pembelajaran seumur
hidup. Pembelajaran menyajikan suatu konsep yang mengkaitkan materi pelajaran
yang dipelajari siswa dengan konteks di mana materi pelajaran yang dipelajari siswa
dengan konteks di mana materi tersebut digunakan, serta berhubungan dengan
bagaimana seseorang belajar atau gaya/ cara siswa belajar. Konteks memberikan arti,
relevansi dan manfaat terhadap belajar.
c. Asas-Asas Strategi Pembelajaran Kontekstual
Strategi pembelajaran kontekstual sebagai suatu pendekatan pembelajaran
memiliki asas-asas yang melandasi pelaksanaannya dengan menggunakan
pendekatan CTL. Sering kali asas ini disebut juga dengan komponen-komponen
CTL, di antaranya:
a. Konstruktivisme
Pembelajaran kontekstual mendasarkan pada filosofi konstruktivisme.
Konstruktivisme adalah salah satu filasafat pengetahuan yang menekankan
bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri. 1pendekatan
ini pada dasarnya menekankan pentingnya siswa membangun sendiri
pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif proses belajar mengajar.
Pendapat itu yang kemudian melandasi CTL. Pembelajaran melalui CTL
pada dasarnya mendorong agar siswa bisa mengkonstruksi pengetahuannya
melalui proses pengamatan dan pengalaman. Atas dasar asumsi tersebutlah,
maka penerapan asas konstruktivisme dalam pembelajaran CTL, siswa didorong
untuk mampu mengkonstruksi pengetahuan sendiri melalui pengalaman nyata.
b. Inkuiri (penyelidikan)
Inkuiri merupakan asas dalam pembelajaran CTL, dalam artian proses
pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir
secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejuta fakta hasil dari mengingat, akan
tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. Dengan demikan dalam proses
perencanaan, guru bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang harus
dihafal, akan tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat
menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya. Belajar pada dasarnya
merupakan proses mental seseorang yang tidak terjadi secara mekanis. Secara
umum proses inkuiri dapat dilakukan melalui beberapa langkah, yaitu;
a) Merumuskan masalah.
b) Mengajukan hipotesa.
c) Mengumpulkan data.
d) Menguji hipotesa berdasarkan data yang ditemukan.
e) Membuat kesimpulan.
c. Bertanya (Questioning)
Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan mejawab pertanyaan.
Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu,
sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam
berpikir. Dalam proses pembelajaran melalui CTL, guru tidak menyampaikan
informasi begitu saja, akan tetapi memancing agar siswa dapat menemukan
sendiri. Karena itu peran bertanya sangat penting, sebab melalui pertanyaan-
pertanyaan guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk menemukan
setiap materi yang dipelajarinya.
d. Hasil Belajar
1. Guru
Guru memiliki peran penting bagi proses pendidikan, guru sebagai ujung tombak
dalam pelaksanaan pendidikan merupakan pihak yang sangat berpengaruh dalam proses
pembelajaran. Kepiawaian dan kewibawaan guru sangat menentukan kelangsungan proses
belajar mengajar di kelas ataupun efeknya di luar kelas. Guru harus pandai membawa
siswanya kepada tujuan yang hendak dicapai.
Dalam pembaruan pembelajaran melalui pembelajaran kontekstual, keterlibatan
guru mulai dari perencanaan inovasi pendidikan sampai pelaksanaan dan evaluasinya
memainkan peranan yang sangat besar bagi keberhasilan inovasi pendidikan. Tanpa
melibatkan mereka, maka sangat mungkin mereka menolak inovasi yang diperkenalkan
kepada mereka.
2. Peserta didik
Sebagai subjek utama dalam pendidikan terutama dalam proses pembelajaran,
siswa memegang peran penting yang sangat dominan. Dalam proses pembelajaran, siswa
dapat menetukan keberhasilan belajar melalui pengunaan intelegensia, daya motorik,
pengalaman, kemauan dan komitmen yang timbul dalam diri mereka tanpa adanya paksaan.
Hal ini bisa terjadi apabila siswa juga dilibatkan dalam proses inovasi pembelajaran,
walaupun hanya dengan mengenalkan kepada mereka tujuan dari perubahan itu, mulai dari
perencanan sampai dengan pelaksanaan, sehingga apa yang mereka lakukan merupakan
tanggung jawab bersama yang harus dilaksanakan dengan konsekuen.

Anda mungkin juga menyukai