PENDAHULUAN
diantaranya peserta didik, pendidik, administrator, masyarakat dan orang tua peserta didik. Oleh
karena itu, agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif maka harus memahami perilaku
individu dan dapat menunjukkan perilakunya secara efektif. Berbagai upaya telah dilakukan oleh
Rendahnya prestasi siswa khusus bidang agama Hindu dapat juga penulis kemukakan
berdasarkan nilai tes ulangan harian untuk kelas IIIA. Khusus materi agama Hindu, menunjukkan
bahwa baru sekitar 50% siswa yang mencapai kreteria ketuntasan minimal (KKM) dari 73 KKM yang
di tetapkan. Hal ini menyebabkan sekitar 50% siswa perlu meningkatkan pelaksanaan pembelajaran.
Kenyataan ini menunjukkan bahwa sebenarnya masih perlu ada upaya-upaya yang harus
Dengan upaya tersebut, semestinya hasil pembelajaran dapat mencapai KKM, yaitu 73 pada
skala 100. namun, hasil-hasil pembelajaran (hasil-hasil ulangan sehari-hari) yang diperoleh pada
tahun 2012 untuk kelas IIIA, tampak belum mampu mencapai KKM tersebut. Pada skala 100, nilai
rata-rata hasil ulangan pertama adalah 65 (nilai terendah 40 dan tertinggi 90) dan nilai rata-rata
ulangan kedua adalah 78 (nilai terendah 50 dan tertinggi 100) (Leger nilai mata pelajaran Agama
Hindu tahun 2011). Walaupun terjadi peningkatan namun angka tersebut masih berada di bawah
KKM
Kurang tercapainya target yang diperoleh siswa dalam pembelajaran Agama Hindu pada
tahun 2012 tersebut memberikan inspirasi untuk melakukan refleksi terhadap metode maupun
model pembelajaran dan penilaian pembelajaran yang dilakukan selama ini. Hasil refleksi tersebut
adalah sebagai berikut Pertama, pembelajaran Agama Hindu yang diterapkan selama ini tampaknya
yang diterapkan selama ini cendrung tidak memberdayakan potensi siswa. Siswa cendrung
menunggu penjelasan guru dan tidak memberdayakan ketrampilan berpikirnya dalam mengambil
tanggung jawab belajar. Kedua, siswa kelas IIIA sebagian besar masih cenderung pasif dalam kegiatan
belajar mengajar Agama Hindu sehingga ingatan siswa pada pembelajaran hanya sekejap. Selama
kegiatan belajar mengajar, siswa jarang sekali yang mengajukan pertanyaan, gagasan atau
menanggapi pertanyaan serta memberikan respon dalam proses pembelajaran. Interaksi antara
siswa dengan guru, siswa dengan siswa dan siswa dengan lingkungannya sangat kurang. Ketiga, Guru
mengajar dengan menggunakan metode yang monoton yaitu metode ceramah, sehingga siswa
cenderung bosan dalam pembelajaran. Keempat, Lemahnya pemahaman konsep terhadap pelajaran
agama Hindu sehingga kesadaran siswa sangat kurang dalam memahami dan menghayati inti
pelajaran yang telah diberikan oleh guru, Kenyataan ini menunjukkan bahwa sebenarnya masih perlu
ada upaya-upaya yang harus dilaksanakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Hindu yang dilakukan selama ini, maka pada semester I tahun pelajaran 2012/2013 ini, digagas suatu
mengaplikasikan sebuah metode , dengan judul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar dan Motivasi
Belajar Pendidikan Agama Hindu Melalui Penerapan Metode Demonstrasi pada Siswa Kelas IIIA SD
NO. 6 Dalung Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung Tahun Pelajaran 2012/2013..
1.2 Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang diatas maka penulis merumuskan permasalahnnya
sebagai berikut:
diterapkannya metode demonstrasi pada siswa Kelas IIIa SD No. 6 Dalung, Kec. Kuta Utara
Pendidikan Agama Hindu pada siswa Kelas IIIA SD No. 6 Dalung Kec. Kuta Utara tahun
pelajaran 2012/2013?
1. Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa Kelas IIIA SD No. 6 Dalung, Kec. Kuta Utara tahun
pelajaran 2012/2013.
2. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September dan Oktober semester Ganjil tahun
palajaran 2012/2013.
Berdasarkan rumusan masalah tersebut diatas, maka dapat disusun hipotesis tindakan
sebagai berikut: Dengan menggunakan Metode Demonstrasi pada pelajaran agama Hindu pada
pokok bahasan Mengenal sarana sembahyang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IIIA
1. Untuk meningkatan prestasi belajar Pendidikan Agama Hindu setelah diterapkannya metode
demonstrasi pada siswa Kelas IIIA SD No. 6 Dalung, Kecamatan Kuta Utara, tahun pelajaran
2012/2013.
demonstrasi pada siswa Kelas IIIa SD No. 6 Dalung, Kecamatan Kuta Utara, tahun pelajaran
2012/2013.
prestasi belajar pada siswa Kelas IIIA SD No. 6 Dalung, Kecamatan Kuta Utara, tahun
pelajaran 2012/2013.
Dari hasil yang diperoleh dalam penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat berupa
sumbangan informasi ilmiah yang dapat dijadikan sebagai salah satu referensi bahan perbandingan
bagi peneliti yang lain atau guru yang melanjutkan mengajar, serta dalam pengembangan teknologi
pembelajaran pada umumnya, dan secara khusus diharapkan memberikan manfaat/kontribusi bagi :
1) Siswa : diharapkan dapat terbantu dalam menguasai materi pelajaran dengan menggunakan
Metode Demonstrasi
2) Guru : agar lebih memperhatikan faktor-faktor yang dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa.
3) Pihak sekolah atau lembaga, hasil penelitian ini dapat dijadikan alternatif bimbingan dan
pembinaan professional guru dalam meningkatkan kemampuan merancang dan
melaksanakan pembelajaran guna meningkatkan motivasi belajar siswa.
4) Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan bagi peneliti untuk
meningkatkan profesionalisme peneliti sebagai seorang guru.
BAB II
Piaget berpendapat bahwa pada dasarnya setiap individu, sejak kecil telah memiliki
kemampuan untuk mengkontruksi pengetahuan, dan pengetahuan yang dikontruksi oleh anak
merupakan subjek untuk menjadi pengetahuan bermakna. Oleh karena itu mengkontruksi
pengetahuan dapat dilakukan melalui proses ekplorasi, pengenalan konsep, dan aplikasi
Menurut cara pandang teori kontruktivistik bahwa belajar adalah proses untuk
membangun pengetahuan melalui pengalaman nyata dari lapangan. Artinya siswa akan cepat
memiliki pengetahuan jika pengetahuan itu dibangun atas dasar realitas yang ada di dalam
masyarakat. Teori ini dipakai untuk melihat upaya yang dikembangkan dalam penerapan
metode pembelajaran agama Hindu di Sekolah Dasar. Pengetahuan yang dikontruksi tersebut
merupakan pengetahuan yang bermakna bagi perkembangan peserta didik dalam proses
pembelajaran. Hal itu disebabkan oleh mengkontruksi pengetahuan sejak dini merupakan
proses asimilasi dan akomodasi terhadap gejala-gejala yang ada yaitu gejala-gejala yang
pendidikan agama Hindu sejak dini dapat memberi pengetahuan bermakna kepada setiap peserta
didik. Pengetahuan bermakna yang muncul sebagai akibat dari proses belajar perlu ditanamkan
kepada peserta didik sejak anak tersebut berada di Sekolah Dasar. Hal itu disebabkan oleh pemilihan
metode pembelajaran yang tepat memungkinkan untuk tumbuhnya sikap kritis, kreatif, inovatif dan
dinamis pada peserta didik dengan menerapkan metode demonstrasi yakni pemahaman proses
pembelajaran dengan menyeimbangkan aspek pengetahuan dan aspek sikap keberagamaan peserta
memberdayakan seluruh potensi siswa agar siswa mampu melaksanakan proses pembelajaran dan
berusaha memberdayakan seluruh potensi dan sarana yang dapat membantu siswa untuk
yang dilakukan oleh peserta didik. Teori pembelajaran ini terkait untuk menjawab permasalahan di
depan yaitu Upaya Meningkatkan Motivasi Pendidikan Agama Hindu dengan Mengaplikasikan
Metode Demonstrasi pada Siswa Kelas IIIA SD NO. 6 Dalung, Kecamatan Kuta Utara, Tahun Pelajaran
2012/2013.
2.2 Konsep
Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat
dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat (Hamzah,2008:3).
Motif tidak dapat diamati secara langsung tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya,
berupa rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu.
Motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas
Sedangkan menurut Djamarah (2002: 114) motivasi adalah suatu pendorong yang mengubah
energi dalam diri seseorang kedalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam
proses belajar, motivasi sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam
belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh
Nur (2001: 3) bahwa siswa yang termotivasi dalam belajar sesuatu akan menggunakan proses
kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan menyerap dan
mengendapkan materi itu dengan lebih baik. Jadi motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong
a. Motivasi Intrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam individu, apakah karena adanya
ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian
Menurut Winata (dalam Erriniati, 1994: 105) ada beberapa strategi dalam mengajar
3) Memberikan banyak waktu ekstra bagi siswa untuk mengerjakan tugas dan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi instrinsik adalah motivasi
yang timbul dari dalam individu yang berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar.
Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya maka secara sadar akan
melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya.
b. Motivasi Ekstrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah
karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi
yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar. Misalnya seseorang mau
belajar karena ia disuruh oleh orang tuanya agar mendapat peringkat pertama dikelasnya
2) Pace Making (membuat tujuan sementara atau dekat): Pada awal kegiatan belajar
mengajar guru, hendaknya terlebih dahulu menyampaikan kepada siswa TIK yang
akan dicapai sehingga dengan demikian siswa berusaha untuk mencapai TIK
tersebut.
3) Tujuan yang jelas: Motif mendorong individu untuk mencapai tujuan. Makin jelas
tujuan, makin besar nilai tujuan bagi individu yang bersangkutan dan makin besar
dan kepercayaan terhadap diri sendiri, sedangkan kegagalan akan membawa efek
kesempatan kepada anak untuk meraih sukses dengan usaha mandiri, tentu saja
5) Minat yang besar: Motif akan timbul jika individu memiliki minat yang besar.
6) Mengadakan penilaian atau tes. Pada umumnya semua siswa mau belajar dengan
tujuan memperoleh nilai yang baik. Hal ini terbukti dalam kenyataan bahwa banyak
siswa yang tidak belajar bila tidak ada ulangan. Akan tetapi, bila guru mengatakan
bahwa lusa akan diadakan ulangan lisan, barulah siswa giat belajar dengan
menghafal agar ia mendapat nilai yang baik. Jadi, angka atau nilai itu merupakan
Dari uraian di atas diketahui bahwa motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul
dari luar individu yang berfungsi karena adanya perangsang dari luar, misalnya adanya
kegiatan mengajar adalah suatu aktivitas yang sangat kompleks, karena itu sangat sukar
bagaimana caranya mengajar dengan baik agar dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar
Pendidikan Agama Hindu. Untuk merealisasikan keinginan tersebut, maka ada beberapa prinsip
umum yang harus dipegang oleh guru Pendidikan Agama Hindu dalam menjalankan tugasnya.
Menurut Prof. DR. S. Nasution, prinsip-prinsip umum yang harus dipegang oleh guru Pendidikan
3. Guru hendaknya menyesuaikan bahan pelajaran yang diberikan dengan kemampuan siswa.
6. Guru yang baik memberikan pengertian, bukan hanya dengan kata-kata belaka. Hal ini untuk
9. Guru yang baik tidak hanya mengajar dalam arti menyampaikan pengetahuan, melainkan
harus diperhatikan oleh guru sebagaimana yang dikemukakan oleh Thomas F. Saton sebagai
berikut:
1. Menyelidiki dengan jelas dan tegas apa yang diharapkan dari pelajaran untuk dipelajari dan
2. Menciptakan kesadaran yang tinggi pada pelajaran akan pentingnya memiliki skill dan
Dari prinsip-prinsip umum di atas, menunjukkan bahwa peranan guru Pendidikan Agama
Hindu dalam mengajar Agama Hindu dapat dikatakan sangat dominan, begitu pula dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa tampaknya guru yang mengetahui akan kemampuan siswa-
siswanya baik secara individual maupun secara kelompok, guru mengetahui persoalan-persoalan
belajar dan mengajar, guru pula yang mengetahui kesulitan-kesuliatan siswa terhadap pelajaran
Istilah demonstrasi dalam pengajaran dipakai untuk menggambarkan suatu cara mengajar
yang pada umumnya penjelasan verbal dengan suatu kerja fisik atau pengoperasioan peralatan
barang atau benda. Kerja fisik itu telah dilakukan atau peralatan itu telah dicoba lebih dahulu
sebelum didemonstrasikan. Orang yang mendemonstrasikan (guru, peserta didik, atau orang luar)
244:2004).
Menurut Fat Hurrahman (1989) yang di maksud dengan Metode Demonstrasi ialah metode
mengajar dengan menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk
memperlihatkan bagaimana berjalannya suatu proses pembentukan tertentu pada siswa. Untuk
memperjelas pengertian tersebut dalam prakteknya dapat di lakukan oleh guru atau anak didik itu
sendiri. Adapun aspek yang penting dalam menggunakan Metode Demonstrasi adalah:
1. Demonstrasi akan menjadi metode yang tidak wajar apabila alat yang di demonstrasikan
tidak bisa di amati dengan seksama oleh siswa. Misalnya alatnya terlalu kecil atau
penjelasannya tidak jelas.
2. Demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak di ikuti oleh aktivitas di mana siswa sendiri
dapat ikut memperhatikan dan menjadi aktivitas mereka sebagai pengalaman yang berharga.
3. Tidak semua hal dapat di demonstrasikan di kelas karena alat-alat yang terlalu besar atau
yang berada di tempat lain yang tempatnya jauh dari kelas.
4. Hendaknya dilakukan dalam hal-hal yang bersifat praktis. Sebagai pendahuluan, berilah
pengertian dan landasan teori dari apa yang akan di demonstrasikan.
Adapun dalam metode demonstrasi ini memiliki kelebihan dan ada juga kekurangannya
sebagaimana yang akan di paparkan di bawah ini.
o Perhatian anak didik dapat di pusatkan, dan titik berat yang di anggap penting oleh guru
dapat di amati
o Perhatian anak didik akan lebih terpusat pada apa yang di demonstrasikan, jadi proses anak
didik akan lebih terarah dan akan mengurangi perhatian anak didik kepada masalah lain
o Dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses belajar
o Bisa membantu siswa ingat lebih lama tentang materi yang di sampaikan
o Dapat mengurangi kesalah pahaman karena pengajaran lebih jelas dan kongkrit
o Dapat menjawab semua masalah yang timbul di dalam pikiran setiap siswa karena ikut serta
berperan secara langsung.
Setelah melihat beberapa keuntungan dari metode demonstransi tersebut, maka dalam bidang
studi agama Hindu, banyak hal-hal yang dapat di demonstrasikan terutama dalam praktek cara
sembahyang, sikap tangan, dengan bantuan alat peraga sarana persembahyangan.
Apabila siswa tidak aktif maka metode demonstrasi menjadi tidak efektif.
Hasil belajar merupakan salah satu bentuk penilaian dalam pelaksanaan kurikulum. Bahar
(1996) menggambarkan bahwa hasil belajar siswa dan daya capai kurikulum tiap akhir semester ada
dua hal yang sangat penting untuk dijadikan sasaran evaluasi dalam pelaksanaan kurikulum yaitu
hasil belajar siswa tiap semester dan daya capai kurikulum di tiap sekolah. Data hasil belajar siswa
sangat diperlukan oleh guru untuk mengetahui keterbatasan belajar siswa di kelas yang menjadi
tanggung jawabnya.
Hasil belajar adalah keseluruhan hasil proses pembelajaran yang dilakukan dalam kurun waktu
tertentu yang ditandai dengan adanya kemampuan penguasaan konsep, perubahan sikap dan
perilaku siswa serta mampu dan terampil memperaktekan/menerapkan baik secara individu maupun
secara bersama-sama dalam kehidupan bermasyarakat, dan bernegara.
Hasil belajar dalam peningkatan kemampuan membaca merupakan suatu gambaran dari
penguasaan kemampuan sebagaimana telah ditetapkan untuk mencapai tujuan pembelajaran
tertentu. Untuk menentukan tingkat dan penguasaan hasil belajar dilakukan tindakan penilaian
secara menyeluruh dan berkesinambungan sesuai karakteristik mata pelajaran latihan membaca.
Dengan demikian aspek yang dinilai sebagai hasil belajar berupa aspek pemahaman dan penerapan
yang diukur dengan menggunakan hasil tes yang memuat konsep hukum-hukum dasar kimia sebagai
aspek kognitif sedangkan aspek afektif ditentukan berdasarkan hasil obervasi berupa aktivitas dan
motivasi siswa dalam proses pembelajaran.
BAB III
METODE PENELITIAN
didasarkan pada usaha yang dilakukan peneliti untuk meningkatkan motivasi dan pemahaman
konsep siswa. Pemilihan lokasi ini karena peneliti bertugas sebagai guru di SD No. 6 Dalung sehingga
sekaligus dapat mempraktekan metode yang sesuai dengan permasalahan yang dihadapi sebagai
Penelitian tindakan Kelas ini dilaksanakan 2 siklus, selama 2 bulan yaitu bulan September,
siklus I dilakukan pada minggu ke keempat tanggal 2 4 September 2012 dan, siklus ke II bulan
Oktober minggu ke kedua tanggal 8 Oktober 2012 . Penelitian ini merupakan penelitian tindakan
(action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas.
Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik
Dalam penelitian ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, dimana guru sangat
berperan sekali dalam proses penelitian tindakan kelas. Tujuan utama penelitian tindakan kelas ialah
untuk meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas sehingga guru terlibat langsung secara
penuh dalam proses perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Kehadiran pihak lain dalam
Taggart (1988:14) menyatakan bahwa model penelitian tindakan adalah berbentuk spiral. Tahapan
penelitian tindakan pada suatu siklus meliputi perencanaan atau pelaksanaan observasi dan refleksi.
Siklus ini berlanjut dan akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan harapan serta di dirasa
sudah cukup
Subjek penelitiannya adalah siswa kelas IIIA SD No. 6 Dalung dengan jumlah siswa yang
beragama Hindu 40 orang dan tiga orang beragama Islam total jumlah kelas IIIA 43 orang.
Dipilihnya kelas ini, karena ditemukan permasalahan rendahnya motivasi siswa pada mata pelajaran
agama Hindu. Di samping hal tersebut, siswa kelas IIIA sebagian besar masih cenderung pasif dalam
kegiatan belajar. Selama kegiatan belajar mengajar, siswa jarang sekali yang mengajukan pertanyaan,
gagasan atau menanggapi pertanyaan serta memberikan respons dalam proses pembelajaran.
Interaksi siswa dengan guru, siswa dengan siswa dan siswa dengan lingkungannya sangat kurang.
Obyek penelitian ini adalah motivasi siswa dan pemahaman konsep siswa tentang materi mengenal
sarana sembahyang.
Data dalam penelitian ini tergolong data primer yang diperoleh langsung dari siswa.
Dengan demikian yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas IIIA SD NO. 6
Teknik atau metode yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian sesuai dengan
instrumen penelitian. Bila metode pengumpulan data yang dipilih metode wawancara maka
instrumen penilaiannya adalah pedoman wawancara, bila metode pengumpulan data yang dipilih
metode observasi maka instrumen penilaiannya adalah lembar observasi, bila metode pengumpulan
data yang dipilih metode angket maka instrumen penilaiannya adalah angket, bila metode
pengumpulan data yang dipilih metode dokumentasi maka instrumen penilaiannya adalah pedoman
dokumentasi, bila metode pengumpulan data yang dipilih metode tes maka instrumen penilaiannya
adalah tes. Suharsimi Arikunto, 2004: 82)
Dari beberapa pendapat tersebut diatas maka dalam penelitian ini digunakan metode
pengumpulan data yaitu sebagai berikut:
3.4.1. Tes
Tehnik pengukuran adalah cara untuk mengumpulkan data penelitian yang bersifat kuantitatif
atau menghasilkan angka-angka. Alat pengukuran yang digunakan berupa tes, baik tes lisan maupun
tes tertulis dengan berbagai macam bentuk dan skala pengukurannya. (Dwi Agus Sudjimat, 2004: 69).
Tes sebagai instrumen pengumpulan data adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang
digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang
dimiliki oleh individu atau kelompok.
Untuk mengetahui hasil belajar siswa, pada akhir siklus setiap siswa diberikan tes hasil
belajar atau tes prestasi belajar. Tes prestasi (achievement test) adalah tes yang digunakan untuk
mengukur pencapaian siswa setelah mengikuti pembelajaran. Bentuk tes yang digunakan adalah
dalam bentuk tes obyektif pilihan ganda dan tes uraian singkat. Materi tes memuat tentang
kompetensi dasar mengenal sarana sembahyang. Hasil tes digunakan sebagai data primer, diolah
dan dianalisis untuk mendapatkan suatu kesimpulan hasil belajar siswa.
3.4.2. Observasi
Metode observasi merupakan cara yang sangat baik untuk mengamati tingkah laku manusia
yang dapat dilihat dengan mata, yaitu tingkah laku manusia dalam ruang, waktu, dan keadaan
tertentu (Suharsimi Arikunto, 2004: 88). Untuk mengamati prilaku siswa dalam mengikuti pelajaran
peneliti menggunakan metode observasi untuk mendapatkan data-data yang berkenaan dengan
aktivitas dan motivasi belajar siswa selama proses belajar berlangsung. Alat yang digunakan adalah
berupa lembar observasi. Hasil observasi dalam penelitian ini hanya digunakan sebagai data
Penelitian ini dinyatakan berhasil apabila data yang diperoleh dari hasil tes tentang motivasi
dan penerapan konsep mencapai rata-rata 73 dan daya serap mencapai 73 %, dan apabila belum
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK), yaitu penelitian tindakan yang bertujuan
untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan, metode atau pendekatan baru untuk
memecahkan masalah dengan penerapan langsung melalui tindakan terentensi. Menurut Suharjono
(2008:58), Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian Tindakan (action research) yang
dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktek pembelajaran di kelasnya. PTK berfokus pada
kelas atau pada proses belajar mengajar, bukan pada input kelas (silabus, materi, dll.) ataupun
output (hasil belajar). Sedangkan menurut Hopkin (1993: 1), Penelitian tindakan kelas yaitu tindakan
yang dilakukan oleh Guru untuk meningkatkan dirinya atau teman sejawatnya untuk menguji asumsi
teori pendidikan di dalam praktek, atau mempunyai makna sebagai evalusi dan implementasi
keseluruhan prioritas sekolah.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini menggunakan dua siklus. Prosedur penelitian ini tampak
seperti berikut :
Gambar 3.6 : Prosudur Penelitian Tindakan Kelas ( PTK )
2. Menyusun Rencana pembelajaran yang berfungsi sebagai acuan guru melaksanakan kegiatan
belajar mengajar.
3. Lembar Observasi
4. Menentukan media untuk didemonstrasikan sesuai materi yang akan di ajarkan dengan
mendemonstrasikan sarana-sarana persembahyangan.
5. Membuat format kisi kisi soal
6. Menyusun alat evaluasi pembelajaran
3.6.2 Pelaksanaan Tindakan
Setelah rencana awal disusun dan ditetapkan, maka dilakukan praktek pembelajaran di kelas
dengan mendemonstrasikan tentang sarana-sarana persembahyangan. Sedangkan metode yang
digunakan bersifat absolut, artinya akan dilakukan perubahan- perubahan sesuai dengan
perkembangan yang terjadi dalam kelas, hal ini peneliti lakukan guna memperbaiki dan
menyempurnakan pelaksanaan pembelajaran.
3.6.3 Refleksi
Pada tahap ini peneliti merenungkan / meninjau kembali tentang rencana pelaksanaan
tindakan yang telah dilakukan berdasarkan hasil analisis terhadap data, proses dan hasil dari
tindakan yang telah dilakukan dengan melakukan:
1. Refleksi awal, yaitu yang dilakukan pada masa orientasi terhadap permasalahan
permasalahan dan faktor faktor pendukung dan penghambat dalam meningkatkan hasil
belajar siswa.
2. Refleksi proses, yaitu repleksi yang dilaksanakan pada saat melakukan tindakan yang
dimaksudkan untuk mengkaji proses dan hasil tindakan serta implikasi dari program tindakan
yang dilakukan terhadap perolehan hasil belajar. Hal ini dilakukan untuk melakukan revisi
terhadap rencana yang telah disusun dan sebagai dasar dalam merancang rencana tindakan
selanjutnya dalam hubungan penggunaan metode demonstrasi dalam meningkatkan hasil
belajar siswa.
3. Refleksi hasil, yaitu refleksi yang dilaksanakan pada akhir proses tindakan sesuai dengan
rancangan yang telah ditetapkan dan fokus permasalahan serta tujuan pelaksanaan program.
Artinya bahwa program pelaksanaan telah dipandang berhasil dan mendukung ketercapaian
tujuan dan program tindakan yaitu terjadinya peningkatan hasil belajar.
BAB IV
Berdasarkan hasil observasi awal yang penulis lakukan sebelum penelitian , diperoleh
beberapa hal diantaranya: (1) Siswa kelas IIIA sebagian besar masih cenderung pasif dalam kegiatan
belajar mengajar Agama. Selain kegiatan belajar mengajar, siswa jarang sekali yang mengajukan
pertanyaan, gagasan atau menanggapi petanyaan serta memberikan respons dalam proses
pembelajaran. Interaksi antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa dengan lingkungannya sangat
kurang. Siswa cenderung kompetitif dalam belajar, artinya yang memiliki kemampuan akademis lebih
tinggi jarang bekerjasama dengan siswa yang kemampuan akademisnya rendah. Proses
pembentukan pengetahuan siswa jarang melalui proses menemukan sendiri. 2). Siswa hanya dijejali
materi dan ceramah seolah-olah tanpa makna dan abstrak anak SD sangat memerlukan contoh-
contoh yang nyata dalam kehidupan sehari-hari. Materi yang cendrung abstrak akan mengakibatkan
Dengan kondisi seperti yang telah dipaparkan di atas, berimplikasi terhadap rendahnya hasil
belajar Agama. Rendahnya hasil belajar siswa khususnya dalam bidang agama dapat di kemukakan
berdasarkan nilai tes ulangan harian untuk kelas IIIA. Khusus materi agama menunjukkan bahwa
baru sekitar 50% siswa yang mencapai kreteria ketuntasan minimal (KKM) dari 73 yang ditetapkan.
Hal ini menyebabkan sekitar 50% siswa perlu mengikuti remedial pada ulangan harian. Kenyataan ini
menunjukkan bahwa sebenarnya masih perlu ada upaya-upaya yang harus dilaksanakan untuk
meningkatkan hasil belajar siswa. Upaya pemecahan masalah-masalah pembelajaran tersebut dalam
upaya meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dilakukan dengan mengimplementasikan
metode demonstrasi.
Penelitian dilaksanakan pada kelas IIIA SD No. 6 Dalung. Adapun kondisi kelas IIIA SD No. 6
Dalung saat ini memiliki siswa 41 orang beragama Hindu, dan 3 orang beragama Islam. Berdasarkan
data hasil refleksi awal setelah dilaksanakan ulangan harian pertama mata pelajaran Agama
khususnya di kelas IIIA SD No. 6 Dalung, nilai hasil belajar siswa hanya mencapai rata-rata 65 masih
relatif rendah bila dibandingkan dengan kreteria ketuntasan minimum (KKM) yaitu 73. Hal ini sangat
diperlukan adanya upaya meningkatkan sehingga siswa mampu mencapai standar idial atau standar
ketuntasan minimum. Kesenjangan nilai dari hasil ulangan harian terhadap kreteria ketuntasan
minimum 73. Untuk itu peneliti berupaya merubah strategi pembelajaran dengan menggunakan
4.2.1. Perencanaan.
Pada tahap ini disusun rancangan tindakan sebagai acuan dalam pelaksanaan tindakan.
digunakan langkah persiapan perencanaan siklus I hal-hal yang dipersiapkan adalah (1) menganalisa
kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa ( Menyebutkan
sarana-sarana persembaahyangan, Menyebutkan arti dan fungsi sarana persembahyangan) (2).
menyusun program Rencana pelaksanaan pembelajaran ( RPP ), (3). Menentukan media yang tepat
sesuai pokok bahasan, ( 4 ). Membuat format kisi- kisi soal, (5) Menyusun alat evaluasi pembelajaran
serta (6) menganalis hasil evaluasi.
4.2.2. Pelaksanaan
Penelitian dilaksanakan tanggal 24 september 2012 di kelas IIIA SD No. 6 Dalung. Pada
tahap ini dilaksanakan proses pembelajaran dan sekaligus pelaksanaan penelitian. Setelah
perencanaan disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta waktu yang tersedia, maka dilakukan
tindakan dengan materi pembelajaran yaitu: Mengenal sarana persembahyangan, dengan pokok
bahasan Menyebutkan sarana-sarana persembaahyangan, Menyebutkan arti dan fungsi sarana
persembahyangan) . Pada tahap ini dilakukan beberapa langkah : (1). mengucapkan salam Panganjali
umat (2). Mengecek kehadiran siswa, (3). Memberikan apersepsi (4) menyampaikan tema
pembelajaran (4). menyampaikan tujuan pembelajaran, (5). membentuk kelompok kelompok
belajar yang saling tergantung, kegiatan ini merupakan bentuk kerjasama yang diperlukan agar siswa
berperan aktif dalam pembelajaran, (6). Guru mendemonstrasikan sarana-sarana persembahyangan (
7). guru memberikan pertanyaan tentang materi yang di sampaikan. Pada intinya bertanya dalam
pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai
kemampuan berpikir siswa, (8). Guru mendorong siswa agar hasil belajarnya meningkat, (9). Untuk
mengukur hasil belajar siswa dilakukan evaluasi dengan mengadakan tes pada akhir tindakan.
Pada tahap ini dilakukan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan, Tujuan dilaksanakan
pengamatan adalah untuk mengetahui langkah-langkah pembelajaran yang mana patut
dipertahankan dan diperbaiki. Pada tahap ini dilakukan observasi dan evaluasi hal-hal sebagai berikut
yang nantinya hasil observasi dan evaluasi digunakan untuk melihat tingkat kreteria keaktifan,
motivasi belajar dan tingkat pencapaian hasil belajar para siswa kelas IIIA SD No. 3 Kerobokan.
yang telah direncanakan. Pelaksanaan observasi dilakukan oleh observer dalam penelitian ini
sebagai observer adalah I Wayan Wantara, S.Ag dengan menggunakan lembar pedoman observasi
Aspek
Motivasi Antusias/
No Nama L/P Belajar Perhatian Aktivitas
B C K B C K B C K
AA Pt Ishika Wira
P
5 Lestari
I Pt Aditya Riana
L
7 Diaksa
AA Md Bgs Kusuma
L
8 Aryasa
Ni Nym Alit
P
14 Saptaningsih
Ni Pt Astrid
P
15 Pradnyandari
16 AA Istri Indraswari P
17 I Pt Bimandana Putra L
18 Ni Pt Chandika Apryka P
Dewa Km Alit
L
20 Swandana
22 Km Dinda Widya L
23 Ni Km Gayatri P
25 Ni Kdk Juniantari P
26 Ni Kt Meliasari P
27 I Pt Priana L
29 Ni Rai Melani P
30 Ni Pt Ristha Indrayani P
33 I Kdk Sukranata L
Ni Wyn Wibudi
P
40 Febriandini
41 I Gd Wahyu Sudiatmika L
44
Jumlah 10 19 11 15 11 14 13 18 9
Berdasarkan pada Tabel di atas, tampak bahwa 10 orang siswa memiliki motivasi belajar baik,
19 orang cukup dan 11 orang tergolong kurang. Dari aspek perhatian dalam belajar, tampak bahwa
15 orang tergolong baik, 11 orang tergolong cukup, dan 14 orang tergolong kurang. Pada aspek
aktivitas dalam pembelajaran, tampak bahwa 13 orang tergolong baik, 18 orang tergolong cukup,
dan 9 orang tergolong kurang. Berdasarkan hal ini tampaknya tindakan yang dilakukan pada siklus
pertama belum optimal karena masih ada belajar siswa tergolong kurang. Oleh karena itu perlu
adanya penyempurnaan-penyempurnaan sehingga tidak ada siswa tergolong kurang dalam tindakan
Adapun data yang diperoleh dalam tes berdasarkan tahapan siklus pada Tabel 02 distribusi data
tentang hasil tes belajar pada siklus I, siswa kelas IIIa SD No 6 Dalung, Kecamatan Kuta Utara,
Kabupaten Badung, sebagai berikut:
No Hasil Belajar
26 Ni Kt Meliasari Islam -
27 I Pt Priana 80 Baik
44
Jumlah 2,705
Dari data yang diperoleh dari hasil tes belajar siswa untuk mengetahui peningkatan hasil
belajar siswa dengan penggunaan metode demonstrasi pada pelaksanaan siklus 1, berdasarkan rata
rata ( Mean ), daya serap
Rata (M) hasil belajar siswa yang belajar dengan metode demonstrasi dapat disajikan dengan
rumus sebagai berikut :
X
X
N
Keterangan :
(Nurkancana, 1992:43)
X = 2,705
40
X = 68
Untuk mengetahui Daya Serap ( DS ) dan Ketuntasan Belajar siswa di hitung dengan rumus :
Ds = M x 1 %
Ds = 68 x 1 % = 68%
Dari hasil analisis yang telah peneliti lakukan, maka daya serap ( DS ) diperoleh
Ket :
KB = Ketuntasan Belajar
DS = Daya Serap
( Depdikbud, 1994 : 54 )
KB = 18 x 100 %
40
= 45 %
Interpretasi tentang prestasi hasil belajar siswa menurut Depdikbud ( 1994 ) adalah tercapainya
dengan ketuntasan penilaian prosentase ketercapaian 75 % persen dianggap tuntas.
Berdasarkan analisis yang peneliti lakukan di atas untuk mengetahui hasil belajar siswa,
dapat peneliti paparkan sebagai berikut :
Kelemahan yang ditemui dalam siklus I antara lain; (1) siswa belum mampu bekerja sama
dengan temannya dalam praktek pembuatan kwangen dan memecahkan masalah, (2) peneliti terlalu
tergesa- gesa memulai pelajaran dalam mendemonstrasikan cara pembuatan kwangen ( 3 ) ada
sebagian siswa yang belum terfokus perhatianya pada materi serta pada saat mendemonstrasikan
( 4 ) pengkondisian siswa yang belum optimal sehingga ada siswa yang memilih hanya duduk dengan
temen temanya yang pintar.
Dari masalah tersebut, diputuskan untuk memperbaiki beberapa langkah dalam siklus I,
yakni: Adanya pengkondisian siswa agar benar benar siap untuk mengikuti pelajaran, guru jangan
tergesa gesa dalam menyampaikan materi pelajaran, sebelum dimulai ditanamkan konsep yang
harus dipahami siswa, penggunaan metode demonstrasi yang lebih menarik agar siswa lebih
antusias , dan memotivasi minat belajar siswa dengan memberikan reward bagi mereka yang
berhasil, guru mengajak siswa bernyanyi tentang materi pembelajaran agar siswa senang belajar.
Langkah-langkah ini dijalankan pada siklus II (dua).
a. Adanya pengkondisian kelas agar siswa benar-benar siap untuk mengikuti pelajaran.
b. Guru jangan tergesa-gesa dalam menyampaikan materi pelajaran dan saat demonstrasi.
c. Sebelum dimulai hendaknya menyampaikan tujuan pembelajaran dan ditanamkan konsep yang
harus dipahami siswa
d. Penggunaan metode demonstrasi yang lebih menarik agar siswa lebih antusias
e. Memotivasi minat belajar siswa dengan memberikan reward bagi mereka yang berhasil.
a. Mengevaluasi hasil pembelajaran di akhir siklus II untuk membandingkan hasil belajar siklus I
b. Hasil observasi dan hasil evaluasi dianalisis untuk mendapatkan kesimpulan dalam penelitian.
Tabel 03 Hasil Observasi peserta didik dalam Mengikuti Pembelajaran Agama Hindu pada siswa
kelas IIIA SD No 3 Kerobokan pada Siklus II (Kedua)
Aspek
Motivasi Antusias/
No Nama L/P Belajar Perhatian Aktivitas
B C K B C K B C K
15 Ni Pt Astrid Pradnyandari P
16 AA Istri Indraswari P
17 I Pt Bimandana Putra L
18 Ni Pt Chandika Apryka P
22 Km Dinda Widya L
23 Ni Km Gayatri P
25 Ni Kdk Juniantari P
26 Ni Kt Meliasari P
27 I Pt Priana L
29 Ni Rai Melani P
30 Ni Pt Ristha Indrayani P
33 I Kdk Sukranata L
41 I Gd Wahyu Sudiatmika L
Berdasarkan pada Tabel di atas, tampak bahwa 37 orang siswa memiliki motivasi belajar baik,
3 siswa tergolong cukup, dan tidak ada siswa yang tergolong kurang. Dari aspek antusias dalam
belajar, tampak bahwa 38 orang tergolong baik, 2 siswa tergolong cukup dan tidak ada yang
tergolong kurang. Pada aspek aktivitas dalam pembelajaran, tampak bahwa 36 orang tergolong baik,
4 siswa tergolong cukup dan tidak ada siswa yang tergolong kurang. Berdasarkan tabel tampaknya
tindakan yang dilakukan pada siklus kedua sudah optimal dari segi proses. Hal ini tampak bahwa
tidak ada siswa tergolong kurang dalam setiap aspek.
Adapun data yang diperoleh dalam tes berdasarkan tahapan siklus pada Tabel 04 distribusi
data tentang hasil tes belajar pada siklus II, siswa kelas IIIA SD No. 6 Dalung Kecamatan Kuta Utara
Kabupaten Badung sebagai berikut :
Hasil Belajar
Siklus II
Dari data yang diperoleh dari hasil tes belajar siswa untuk mengetahui peningkatan hasil
belajar siswa dengan metode demonstrasi pada pelaksanaan siklus II, berdasarkan rata rata
( Mean ), daya serap ( DS ), dan Ketuntasan Balajar ( KB ).
Rata (M) hasil belajar siswa yang belajar dengan metode demonstrasi dapat disajikan dengan
rumus sebagai berikut :
X
X
N
Keterangan :
(Nurkancana, 1992:43)
X = 3,605
40
X = 90
Untuk mengetahui Daya Serap ( DS ) dan Ketuntasan Belajar siswa di hitung dengan rumus :
Ds = M x 1 %
Ds = 90 x 1 % = 90%
Dari hasil analisis yang telah peneliti lakukan, maka daya serap ( DS ) diperoleh
90 % ini menunjukkan proses pembelajaran dengan metode demonstrasi sangat baik. Perhitungan
Ketuntasan Belajar ( KB) dicari dengan rumus :
Ket :
KB = Ketuntasan Belajar
DS = Daya Serap
( Depdikbud, 1994 : 54 )
KB = 39 x 100 %
40
= 98%
Interpretasi tentang prestasi hasil belajar siswa menurut Depdikbud ( 1994 ) adalah tercapainya
dengan ketuntasan penilaian prosentase ketercapaian 75 % persen dianggap tuntas. Dari analisis
data yang dilakukan di peroleh ketuntasan belajar pendidikan agama Hindu dengan metode
demonstrasi pada siswa kelas IIIA SD No 6 Dalung adalah 98% hal ini menunjukkan tingkat
ketercapaian lebih besar dari pada 75% sehingga penggunaan metode demonstrasi di kategorikan
tuntas.
Berdasarkan analisis yang peneliti lakukan di atas untuk mengetahui hasil belajar siswa,
dengan metode demonstrasi pada siswa kelas IIIa SD No. 6 Dalung Kuta utara adalah :
Rata rata hasil belajar siswa adalah 90 dengan kategori sangat baik
Dari hasil yang diperoleh menunjukkan hasil belajar siswa dengan metode demonstrasi pada
siklus II sudah menunjukkan hasil sesuai dengan indikator kinerja, yakni semua siswa tuntas. Setelah
diadakan refleksi terhadap hasil yang diperoleh, diputuskan untuk tidak melaksanakan tindakan pada
siklus berikutnya, atau dengan kata lain pada siklus II telah terjadi peningkatan hasil belajar pada
siswa kelas IIIa SD No 6 Dalung, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung. Dengan demikian
tindakan yang diberikan dianggap sudah berhasil meningkatkan hasil belajar.
BAB V
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan selama dua siklus, hasil seluruh
pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Metode demonstrasi memiliki dampak positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa yang
ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I rata-
rata (68), siklus II (90), daya serap pada siklus I 68%, Siklus II 90%, Ketuntasan belajar pada
B. Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar
Pendidikan Agama Hindu lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka
sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa
diterapkan dengan metode demonstrasi dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh
2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih
siswa dengan berbagai metode pengajaran, walau dalam taraf yang sederhana, dimana
dihadapinya.
3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di SD
4. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar diperoleh hasil
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa
Cipta.
Azhar, Lalu Muhammad. 1993. Proses Belajar Mengajar Pendidikan. Jakarta: Usaha Nasional
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.
Hamzah B. Uno, 2008. Teori Motivasi & Pengukurannya. Jakrta: Bumi Aksara.
Kemmis,S&MC Taggart R.1989. The Action Research Planner. Victoria : Deakin University Press
Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
1 Hasil Pengamatan
Untuk memperoleh data tentang kreativitas siswa maka dilakukan pengamatan secara
langsung pada saat proses pembelajaran dan demontrasi. Pengamatan dilakukan oleh peneliti
sendiri. Pada akhir Pelaksanaan siklus guru mengadakan penilaian terhadap prodak. Adapun hasil
pengamatan dan hasil prodak pada akhir siklus I, dapat kami sajikan sebagai berikut:
Tabel: 2
Nilai Ulangan
No Nama Ulangan Ulangan Ulangan Jumlah Ket
harian I Harian II Harian III
10 Kd Dwijayanti 64 63 63 63.3 BT
12 Ni Luh Eva 64 64 64 64 BT
Pradnyaningsih
13 I Kadek Febrianto - - - 0
26 Putri Kartikasari - - - 0
Ketuntasan : 70
Kreteria Penilaian
Rubrik Penilaian
Aspek penilaian
No Nama Jumlah Ket
Keantusiasan keaktifan Kedisiplinan
9 Duniarta 65 70 70 68.3 BT
10 Dwi Mahendra 64 63 63 63.3 BT
13 Indra Hernawan - - - 0
16 Kevin Saputra - - - 0
20 Rochmadi 65 63 63 63.6 BT
22 Surya Nugraha 62 65 65 64 BT
26 Yori Baraka - - - 0
27 Yuliani 63 63 63 63 BT
Ketuntasan :70
Kreteria penilaian
Misal : 80+80+80
3
: 80
4.2.2 Refleksi.
Pada tahap ini dilakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan, meliputi evaluasi mutu,
jumlah dan waktu dari setiap jenis tindakan. Refleksi siklus bertujuan untuk memperoleh
kesepakatan tindakan pada siklus berikutnya sehingga pelaksanaan tindakan berikutnya menjadi
lebih baik. Berdasarkan data hasil evaluasi dan observasi kegiatan di kelas selama proses
pembelajaran berlangsung, dimana hasil yang dicapai dalam siklus I baru mencapai rata-rata 63,25
dan untuk mencapai kreteria ketuntasan minimal masih perlu ditingkatkan. Dari hasil pengamatan
selama siklus I berlangsung dan berdasarkan hasil analisis, ada beberapa hal yang perlu mendapat
1. 33% siswa masih belum mampu menunjukan kreativitas secara maksimal, terbukti
masih sebagian siswa yang hanya mengandalkan salah seorang teman dalam
kelompok untuk memecahkan permasalahan yang yang didiskusikan.
2. Tiga kelompok belum mampu membuat suatu kesimpulan hasil diskusinya, terbukti
dari presentasi hasil diskusi masih banyak kesimpulannya perlu disempurnakan.
3. Kesiapan siswa untuk memahami konsep masih kurang, terbukti dari hasil tes yang
diberikan masih 67% yang kurang tepat/ belum sempurna.
4. Kurang keberaniannya dalam mengemukakan pendapat dan menanggapi pertanyaan
dari kelompok lain.
5. Rata-rata hasil belajar siswa 63,50 belum mencapai kreteria ketuntasan minimal
yaitu 70
Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka perlu dirancang dan dilaksanakan siklus II sehingga
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari
Silabus. RPP , Lembasr Penilaian, Strategi rencana pelajaran 1, instrument observasi 1 dan
alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi
pengelolaan metode demonstrasi, dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa.
September 2011 di Kelas IIIA dengan jumlah siswa 27 siswa. Adapun proses belajar
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan.
siswa antusias. Keempat aspek yang mendapat penilaian kurang baik di atas, merupakan
suatu kelemahan yang terjadi pada siklus I. Dan akan dijadikan bahan kajian untuk refleksi
Hasil observasi berikutnya adalah aktivitas guru dan siswa seperti pada tabel
berikut.
Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa aktivitas guru yang paling dominan
pada siklus I adalah membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep yaitu
21,7%. Aktivitas lain yang persentasenya cukup besar adalah memberi umpan
sebesar 18,3% dan 13,3%. Sedangkan aktivitas siswa yang paling dominan adalah
persentasenya cukup besar adalah Bekerja dengan sesama teman sebangku, diskusi
antar siswa/antara siswa dengan guru, dan membaca buku yaitu masing-masing 18,7%
Pada siklus I, secara garis besar kegiatan belajar mengajar dengan metode
demonstrasi sudah dilaksanakan dengan baik, walaupun peran guru masih cukup
dominan untuk memberikan penjelasan dan arahan karena model tersebut masih
Berikutnya adalah rekapitulasi hasil tes formatif siswa seperti terlihat pada tabel
berikut.
demonstrasi diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 69,68 dan ketuntasan
belajar mencapai 64,52% atau ada 20 siswa dari 31 siswa sudah tuntas belajar. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas
belajar, karena siswa yang memperoleh nilai 65 hanya sebesar 64,52% lebih kecil dari
persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena
siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan
c. Refleksi
1) Guru kurang maksimal dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan tujuan
pembelajaran
d. Refleksii
kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya.
1) Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam
3) Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa sehingga siswa
2. Siklus II
a. Tahap perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari
rencana pelajaran 2, soal tes formatif 2 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain
itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolaan metode demonstrasi dan lembar
18 Februari 2010 di Kelas VA dengan jumlah siswa 31 siswa. Dalam hal ini peneliti
bertindak sebagai pengajar, sedangkan yang bertindak sebagai pengamat adalah Kepala
Sekolah SD No. 6 Dalung dan Wali Kelas VA. Adapun proses belajar mengajar mengacu
pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan
atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi)
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan
untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah
dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian
Penilaian Rata
No Aspek yang diamati -rata
P1 P2
I Pengamatan KBM
A. Pendahuluan
1. Memotivasi siswa
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran 3 3 3
3 4 3,5
B. Kegiatan Inti
1. Mendiskusikan langkah-langkah kegiatan
bersama siswa 3 4 3,5
2. Membimbing siswa melakukan kegiatan
3. Membimbing siswa mendiskusikan hasil 4 4 4
kegiatan dalam kelompok
4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk
mempresentasikan hasil peneyelidikan
5. Membimbing siswa merumuskan 4 4 4
kesimpulan/menemukan konsep
4 4 4
3 3 3
C. Penutup
1. Membimbing siswa membuat rangkuman
2. Memberikan evaluasi 3 4 3,5
4 4 4
II Pengelolaan Waktu 3 3 2
Antusiasme Kelas
Jumlah 41 43 42
1 : Tidak Baik
2 : Kurang Baik
3 : Cukup Baik
4 : Baik
Dari tabel diatas, tampak aspek-aspek yang diamati pada kegiatan belajar
mengajar (siklus II) yang dilaksanakan oleh guru dengan menerapkan metode
demonstrasi mendapatkan penilaian yang cukup baik dari pengamat. Maksudnya dari
seluruh penilaian tidak terdapat nilai kurang. Namum demikian penilaian tersebut
belum merupakan hasil yang optimal, untuk itu ada beberapa aspek yang perlu
demonstrasi diharapkan siswa dapat menyimpulkan apa yang telah mereka pelajari dan
mengemukakan pendapatnya sehingga mereka akan lebih memahami tentang apa yang
Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa aktivitas guru yang paling dominan
pada siklus II adalah membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep
yaitu 25%. Jika dibandingkan dengan siklus I, aktivitas ini mengalami peningkatan.
jawab (16,6%), menjelaskan materi yang sulit (11,7). Meminta siswa mendiskusikan dan
menyajikan hasil kegiatan (8,2%), dan membimbing siswa merangkum pelajaran (6,7%).
Sedangkan untuk aktivitas siswa yang paling dominan pada siklus II adalah
Bekerja dengan sesama teman sebangku yaitu (21%). Jika dibandingkan dengan siklus I,
aktivitas ini mengalami peningkatan. Aktivitas siswa yang mengalami penurunan adalah
siswa dengan guru (13,8%), menulis yang relevan dengan KBM (7,7%) dan merangkum
Berikutnya adalah rekapitulasi hasil tes formatif siswa terlihat pada tabel
berikut.
Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 75,48
dan ketuntasan belajar mencapai 80,65% atau ada 25 siswa dari 31 siswa sudah tuntas
belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal
telah mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil
belajar siswa ini karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran
akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi
untuk belajar. Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan
c. Refleksi
sebagai berikut:
1) Memotivasi siswa
3) Pengelolaan waktu
d. Refisi Rancangan
kekurangan. Maka perlu adanya revisi untuk dilaksanakan pada siklus II antara lain:
1) Guru dalam memotivasi siswa hendaknya dapat membuat siswa lebih termotivasi
kesimpulan/menemukan konsep.
5) Guru sebaiknya menambah lebih banyak contoh soal dan memberi soal-soal latihan
3. Siklus III
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari
rencana pelajaran 3, soal tes formatif 3 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain
itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolaan metode demonstrasi dan lembar
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III dilaksanakan pada tanggal
25 Februari 2010 di Kelas V dengan jumlah siswa 31 siswa. Dalam hal ini peneliti
bertindak sebagai pengajar, sedangkan yang bertindak sebagai pengamat adalah Kepala
Sekolah SD No. 6 Dalung dan teman sejawat. Adapun proses belajar mengajar mengacu
pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan
atau kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Pengamatan (observasi)
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III dengan tujuan
untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah
dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif III. Adapun data hasil
Penilaian Rata
No Aspek yang diamati
P1 P2 -rata
Pengamatan KBM
A. Pendahuluan
1. Memotivasi siswa
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran 3 3 3
4 4 4
B. Kegiatan Inti
1. Mendiskusikan langkah-langkah kegiatan bersama
siswa 4 4 4
2. Membimbing siswa melakukan kegiatan
3. Membimbing siswa mendiskusikan hasil kegiatan 4 4 4
dalam kelompok
4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk
I mempresentasikan hasil peneyelidikan
5. Membimbing siswa merumuskan 4 4 4
kesimpulan/menemukan konsep
4 3 3,5
3 3 3
C. Penutup
1. Membimbing siswa membuat rangkuman
2. Memberikan evaluasi 4 4 4
4 4 4
II Pengelolaan Waktu 3 3 3
Antusiasme Kelas
Jumlah 45 44 44,5
2 : Kurang Baik
3 : Cukup Baik
4 : Baik
Dari tabel di atas, dapat dilihat aspek-aspek yang diamati pada kegiatan belajar
mengajar (siklus III) yang dilaksanakan oleh guru dengan menerapkan metode
pengelolaan waktu.
Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa aktivitas guru yang paling dominan
pada siklus III adalah membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep
yaitu 22,6%, sedangkan aktivitas menjelaskan materi yang sulit dan memberi umpan
siswa memikirkan untuk lebih memahami materi pelajaran (10%), dan membimbing
siswa merangkum pelajaran (10%). Adapun aktivitas yang tidak mengalami perubaan
Sedangkan untuk aktivitas siswa yang paling dominan pada siklus III adalah
peningkatan adalah membaca buku siswa (13,1%) dan diskusi antar siswa/antara siswa
tabel berikut.
Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 84,52 dan
telah tuntas sebanyak 31 siswa Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah
tercapai sebesar 100 % (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami
peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini
demonstrasi sehingga siswa menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini
sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan.
c. Refleksi
Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang
masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan metode
demonstrasi. Dari data-data yang telah diperoleh dapat duraikan sebagai berikut:
dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi
2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses
belajar berlangsung.
3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan
d. Revisi Pelaksanaan
Pada siklus III guru telah menerapkan metode demonstrasi dengan baik dan
dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar
sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi , tetapi yang perlu diperhatikan
telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses beikijar mengajar selanjutnya
berikutnya.
B. Pembahasan
dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin
mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar
meningkat dari siklus I, II, dan III) yaitu masing-masing 64,52%, 80,65%, dan 100%. Pada
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar
dengan menerapkan metode demonstrasi dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal
ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan
meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.
Pendidikan Agama Hindu pada pada pokok bahasan mengenal sikap-sikap sembahyang
dengan metode demonstrasi yang paling dominan adalah bekerja dengan teman sebangku,
dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif.
langkah kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan metode demonstrasi dengan baik.
Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan
mengamati siswa dalam menemukan konsep, menjelaskan materi yang sulit, memberi
umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar.
BAB V
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan selama tiga siklus, hasil seluruh
pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Metode demonstrasi memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa
yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I
b. Metode demonstrasi dapat menjadikan siswa merasa dirinya mendapat perhatian dan
B. Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar
Pendidikan Agama Hindu lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka
sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa
diterapkan dengan metode demonstrasi dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh
b. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih
siswa dengan berbagai metode pengajaran, walau dalam taraf yang sederhana, dimana
dihadapinya.
c. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di SD
d. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar diperoleh hasil
Ahmadi, Abu dan Uhbiyanti, 2001. Ilmu Pendidikan. Jakarta, Rineka Cipta
Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindon.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa
Cipta.
Azhar, Lalu Muhammad. 1993. Proses Belajar Mengajar Pendidikan. Jakarta: Usaha Nasional
Daroeso, Bambang. 1989. Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila. Semarang: Aneka
Ilmu.
Hadi, Sutrisno. 1982. Metodologi Research, Jilid 1. Yogyakarta: YP. Fak. Psikologi UGM.
Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Hasibuan. J.J. dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Masnur Muslich, 2007. Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual.Jakarta: Bumi Akasa
Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya. University Press. Universitas Negeri
Surabaya.
Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Sobry Sutikno, 2007. Menggagas Pembelajaran Efektif dan Bermakna. Mataram. NTP Pres.
Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model Pembelajaran. Jakarta: PAU-PPAI, Universitas
Terbuka.
Sukidin, dkk. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Insan Cendekia.
Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineksa Cipta.
Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Lampiran 4
Stand.Kom :Meng.
Pukul : 07.30-09.15
Petunjuk
Berikan penilan anda dengan memberikan tanda cek () pada kolom yang sesuai.
Penilaian
No Aspek yang diamati
Ya Tidak 1 2 3 4
I Pelaksanaan
A. Pendahuluan
1. Memotivasi Siswa
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran
B. Kegiatan Inti
1. Mendiskusikan langkah kegiatan
bersama siswa.
2. Membimbing siswa yang mengalami
kesulitan.
3. Membimbing siswa untuk menanggapi
kegiatan belajar mengajar
4. Memberikan kesempatan pada siswa
untuk mengungkapkandengan gaya
bahasa mereka.
5. Membimbing siswa merumuskan
kesimpulan/menemukan konsep.
C. Penutup
1. Membimbing siswa membuat
rangkuman.
2. Memberikan evaluasi.
II Pengelolaan waktu
1. Siswa antusias
2. Guru Antusias.
Keterangan Kerobokan, 11 Pebruari 2010
Kelas/semester : Waktu :
Petunjuk Pengisian
Amatilah aktivitas gurudan siswa dalam kelompok sampel selama kegiatan belajar berlangsung kemudian isilah lembar
observasi dengan prosedur sebagai berikut:
1. Pengamat dalam melakukan pengamatan duduk di tempat yang memungkinkan dapat melihat semua aktivitas siswa
yang diamati.
2. Setiap 2 menit pengamat melakukan pengamatan aktivitas guru dan siswa yang dominan, kemudian 1 menit pengamat
menuliskan kode kategori pengamatan.
3. Pengamatan ditujukan untuk kedua kelompok yang melakukan secara bergantian setiap periode waktu tiga menit.
4. Kode-kode kategori dituliskan secara berurutan sesuai dengan kejadian pada baris dan kolom yang tersedia.
5. Pengamatan dilakukan sejak guru memulai pelajaran dan dilakukan secara serempak.
Aktivitas guru Aktivitas siswa
Nama Guru:
Dalung, 2010
Keterangan
No. Nama Nilai
T TT
16 I GD. SUDIARSA 50
18 NI PT. WULANDARI 70
27 I KDK. ARYANTA 80
Jumlah 2160 20 11
Keterangan:
T : Tuntas
TT : Tidak tuntas
Keterangan
No. Nama Nilai
T TT
16 I GD. SUDIARSA 60
17 KMG. SONIA VERONIKA 60
18 NI PT. WULANDARI 90
27 I KDK. ARYANTA 80
Jumlah 2340 25 6
Keterangan:
T : Tuntas
TT : Tidak tuntas
Prosentase Ketuntasan :
Keterangan
No. Nama Nilai
T TT
1 I GST NGR YOGI ARI PUTRA 100
16 I GD. SUDIARSA 70
Jumlah 2620 31
Keterangan:
T : Tuntas
TT : Tidak tuntas
Lampiran 6
Nama (Guru-
No. RP I (90 menit) Jumlah
Siswa) P
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nama Guru P1 2 3 3 2 6 5 3 4 2 30
P2 2 3 2 1 5 7 3 5 2 30
P1 4 4 6 4 1 2 3 2 4 30
1 Nama Siswa
P2 8 2 5 5 0 2 4 2 2 30
P1 6 4 6 4 1 2 2 2 3 30
2 Nama Siswa
P2 8 2 7 5 0 1 3 2 2 30
P1 5 3 7 5 0 2 2 2 4 30
3 Nama Siswa
P2 10 4 4 4 0 1 3 2 2 30
P1 4 4 7 5 1 2 2 3 2 30
4 Nama Siswa
P2 10 4 4 3 0 1 4 2 2 30
P1 6 2 8 4 2 0 2 2 4 30
5 Nama Siswa
P2 8 3 4 5 2 2 2 2 2 30
P1 6 4 6 4 0 2 2 2 4 30
6 Nama Siswa
P2 8 4 3 5 0 2 4 2 2 30
P1 5 4 6 3 2 3 2 2 3 30
7 Nama Siswa
P2 5 4 4 5 3 2 3 2 2 30
P1 6 3 8 4 2 0 2 2 3 30
8 Nama Siswa
P2 9 4 5 4 0 1 3 2 2 30
P1
9
P1 42 28 54 33 9 13 17 17 27 240
Jumlah
P2 66 27 36 36 5 12 26 16 16 240
Prosentase rata-rata % 22,5 11,5 18,7 14,4 2,9 5,2 8,9 6,9 8,9 100
Keterangan:
rata rata
Prosentase rata-rata (%) x100%
jumlah rata rata
Lampiran 7
Nama (Guru-
No. RP I (90 menit) Jumlah
Siswa) P
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nama Guru P1 2 2 2 4 4 7 2 5 2 30
P2 2 2 2 3 3 8 3 5 2 30
Prosentase % 6,7 6,7 6,7 11,7 11,7 25 8,2 16,6 6,7 100
P1 4 4 6 4 2 2 2 2 4 30
1 Nama Siswa
P2 6 3 5 5 1 3 2 2 3 30
P1 4 4 7 5 1 2 2 2 3 30
2 Nama Siswa
P2 7 3 5 4 2 2 2 2 3 30
P1 4 4 6 4 2 2 2 2 4 30
3 Nama Siswa
P2 5 4 7 4 1 1 3 2 3 30
P1 6 6 6 2 2 2 2 2 2 30
4 Nama Siswa
P2 5 4 7 4 1 1 3 2 3 30
P1 5 4 6 4 2 2 2 2 3 30
5 Nama Siswa
P2 8 2 6 4 1 2 2 2 3 30
P1 5 2 7 6 0 1 3 2 1 30
6 Nama Siswa
P2 6 3 7 6 0 1 2 2 3 30
P1 6 4 6 2 2 2 2 2 4 30
7 Nama Siswa
P2 4 3 9 4 1 0 4 2 3 30
P1 4 4 6 4 2 2 2 2 4 30
8 Nama Siswa
P2 7 4 5 4 2 1 2 2 3 30
P1 38 32 50 31 13 15 17 16 28 240
Jumlah
P2 48 26 51 35 9 11 20 16 24 240
Rata-rata X 43 29 50,5 33 11 13 18,5 16 26 240
Prosentase rata-rata % 17,9 12,1 21 13,8 4,6 5,4 7,7 6,7 10,8 100
Keterangan:
rata rata
Prosentase rata-rata (%) x100%
jumlah rata rata
Lampiran 8
Data Pengamatan Aktivitas Guru dan Siswa Putaran III
Nama (Guru-
No. RP I (90 menit) Jumlah
Siswa) P
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nama Guru P1 2 2 4 4 2 7 2 4 3 30
P2 2 2 2 4 4 6 4 3 3 30
P1 5 2 7 5 2 2 2 2 3 30
1 Nama Siswa
P2 6 3 6 5 1 1 3 2 3 30
P1 6 5 6 4 2 1 2 2 2 30
2 Nama Siswa
P2 6 5 4 7 1 0 2 3 2 30
P1 5 4 10 2 0 3 1 2 3 30
3 Nama Siswa
P2 5 3 6 6 1 3 1 3 2 30
P1 6 4 6 5 1 2 1 2 2 30
4 Nama Siswa
P2 8 5 4 6 0 2 1 2 2 30
P1 7 4 7 4 1 0 2 2 3 30
5 Nama Siswa
P2 9 5 7 4 0 1 0 2 2 30
P1 6 4 8 4 1 1 2 2 2 30
6 Nama Siswa
P2 8 3 7 4 0 0 3 2 3 30
P1 4 5 7 3 2 2 2 2 3 30
7 Nama Siswa
P2 7 3 6 6 0 0 3 3 2 30
P1 5 5 7 2 1 2 2 2 4 30
8 Nama Siswa
P2 7 4 8 4 1 0 2 2 2 30
P1 44 33 58 29 10 13 14 16 23 240
Jumlah
P2 56 30 48 43 4 7 15 19 18 240
Prosentase rata-rata % 20,8 13,1 22,1 15 2,9 4,2 6,1 7,3 8,5 100
Keterangan:
rata rata
Prosentase rata-rata (%) x100%
jumlah rata rata
OLEH
NI MADE Astiti,S.Ag,
TAHUN 2010
ABSTRAK
Titik sentral yang harus dicapai oleh setiap kegiatan belajar mengajar adalah tercapainya
tujuan pengajaran. Apa pun yang termasuk perangkat program pengajaran dituntut secara mutlak
untuk menunjang tercapainya tujuan. Guru tidak dibenarkan mengajar dengan kemalasan. Anak didik
pun diwajibkan mempunyai kreativitas yang tinggi dalam belajar, bukan selalu menanti perintah
guru. Kedua unsur manusiawi ini juga beraktivitas tidak lain karena ingin mencapai tujuan secara
efektif dan efisien.
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul .............................................................................................. i
Abstrak ............................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
B. Pembahasan ....................................................................... 49
A. Simpulan ............................................................................ 51
B. Saran................................................................................... 51