Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN ACUT LIMPHOBLASTIC LEUKEMIA

A. PENGERTIAN ACUT LIMPHOBLASTIC LEUKEMIA


Acute lymphoblastic leukemia adalah suatu keganasan pada alat pembuat
sel darah berupa proliferasi patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh
adanya kegagalan sumsum tulang dalam membentuk sel darah normal dan
adanya infiltrasi ke jaringan tubuh lain. ( Kapita Selekta Kedokteran Jilid
2,2000 )

A. INSIDEN KASUS
Acute lymphoblastic leukemia ( ALL ) berkisar 2-3/100.000 penduduk.
Lebih sering ditemukan pada anak-anak ( 82% ) daripada usia dewasa ( 18% )
dan lebih sering ditemukan pada laki-laki dibanding wanita. ( Kapita Selekta
Kedokteran Jilid 1,2001 ).
Acute lymphoblastic leukemia ( ALL ) merupakan kanker yang paling
sering menyerang anak-anak di bawah umur 15 tahun, dengan puncak insiden
antara umur 3 dan 4 tahun. ( Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit,2006 )

B. PENYEBAB ACUT LIMPHOBLASTIC LEUKEMIA


Penyebab acut lymphoblastic leukemia sampai saat ini belum jelas, diduga
kemungkinan karena virus (virus onkogenik) dan faktor lain yang mungkin
berperan, yaitu:
1. Faktor eksogen
a. Sinar x, sinar radioaktif.
b. Hormon.
c. Bahan kimia seperti: bensol, arsen, preparat sulfat, chloramphinecol,
anti neoplastic agent).
2. Faktor endogen
a. Ras (orang Yahudi lebih mudah terkena dibanding orang kulit hitam)

1
b. Kongenital (kelainan kromosom, terutama pada anak dengan Sindrom
Down).
c. Herediter (kakak beradik atau kembar satu telur).

C. PATOFISIOLOGI ACUT LIMPHOBLASTIC LEUKEMIA


Sel kanker menghasilkan leukosit yang imatur / abnormal dalam jumlah
yang berlebihan. Leukosit imatur ini menyusup ke berbagai organ, termasuk
sumsum tulang dan menggantikan unsur-unsur sel yang normal. Limfosit
imatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer sehingga
mengganggu perkembangan sel normal. Hal ini menyebabkan haemopoesis
normal terhambat, akibatnya terjadi penurunan jumlah leucosit, sel darah
merah dan trombosit. Infiltrasi sel kanker ke berbagai organ menyebabkan
pembersaran hati, limpa, limfodenopati, sakit kepala, muntah, dan nyeri tulang
serta persendian. Penurunan jumlah eritrosit menimbulkan anemia, penurunan
jumlah trombosit mempermudah terjadinya perdarahan (echimosis,
perdarahan gusi, epistaksis dll.). Adanya sel kanker juga mempengaruhi sistem
retikuloendotelial yang dapat menyebabkan gangguan sistem pertahanan
tubuh, sehingga mudah mengalami infeksi. Adanya sel kaker juga
mengganggu metabolisme sehingga sel kekurangan makanan. (Smeltzer &
Bare, 2002; Suriadi dan Rita Yuliani, 2001, Betz & Sowden, 2002).

2
D. TANDA DAN GEJALA ACUT LIMPHOBLASTIC LEUKEMIA
Manifestasi klinik dari acut limphoblastic leukemia antara lain:
1. Pilek tak sembuh-sembuh
2. Pucat, lesu, mudah terstimulasi
3. Demam, anoreksia, mual, muntah
4. Berat badan menurun
5. Ptechiae, epistaksis, perdarahan gusi, memar tanpa sebab
6. Nyeri tulang dan persendian
7. Nyeri abdomen
8. Hepatosplenomegali, limfadenopati
9. Abnormalitas WBC
10. Nyeri kepala

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PADA ACUT LIMPHOBLASTIC


LEUKEMIA
Pemeriksaan diagnostik yang lazim dilakukan pada anak dengan acut
limphoblastic leukemia adalah:
1. Pemeriksaan sumsum tulang (BMP / Bone Marrow Punction):
a. Ditemukan sel blast yang berlebihan
b. Peningkatan protein
2. Pemeriksaan darah tepi
a. Pansitopenia (anemia, lekopenia, trombositopneia)
b. Peningkatan asam urat serum
c. Peningkatan tembaga (Cu) serum
d. Penurunan kadar Zink (Zn)
e. Peningkatan leukosit dapat terjadi (20.000 200.000 / l) tetapi
dalam bentuk sel blast / sel primitif
3. Biopsi hati, limpa, ginjal, tulang untuk mengkaji keterlibatan / infiltrasi sel
kanker ke organ tersebut
4. Fotothorax untuk mengkaji keterlibatan mediastinum
5. Sitogenik:

3
50-60% dari pasien ALL dan AML mempunyai kelainan berupa:
a. Kelainan jumlah kromosom, seperti diploid (2n), haploid (2n-a),
hiperploid (2n+a)
b. Bertambah atau hilangnya bagian kromosom (partial delection)
c. Terdapat marker kromosom, yaitu elemen yang secara morfologis
bukan komponen kromosom normal dari bentuk yang sangat besar
sampai yang sangat kecil
B. PROGNOSIS
Prognosis ALL pada anak-anak; lebih dari 95% terjadi remisi sempurna.
Kira-kira 70-80% dari pasien bebas gejala selama 5 tahun. Apabila terjadi
relaps, remisi sempurna kedua dapat terjadi pada sebagian besar kasus.
Para pasien ini merupakan kandidat untuk transplantasi sumsum tulang,
dengan 35-65% kemungkinan hidup lebih lama.

F. PENATALAKSANAAN
Tujuan pengobatan adalah memberantas/eradikasi sel-sel leukemia dengan
obat anti leukemia. Prinsip pengobatan adalah melakukan
induksi,konsolidasi,rumatan, dan reinduksi,
1. Tranfusi darah diberi bila kadar Hb<6g%. Trobosit diberi bila terjadi
trombositopenia berat dan perdarahan masif.
2. Kortikosteroid
3. Sitostatik
4. Hindari infeksi sekunder,penderita diisolasi
5. Imunoterapi
( Kapital Selekta Kedokteran Jilid 2, 2000 )

4
G. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Acute lymphoblastic leukemia sering terdapat pada anak-anak usia di
bawah 15 tahun (85%) , puncaknya berada pada usia 3 4 tahun. Rasio lebih
sering terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama : Pada anak keluhan yang sering muncul tiba-tiba adalah
demam, lesudan malas makan atau nafsu makan berkurang, pucat (anemia)
dan kecenderungan terjadi perdarahan.
2) Riwayat kesehatan masa lalu : Pada penderita ALL sering ditemukan
riwayat keluarga yang erpapar oleh chemical toxins (benzene dan arsen),
infeksi virus (epstein barr, HTLV-1), kelainan kromosom dan penggunaan
obat-obatann seperti phenylbutazone dan khloramphenicol, terapi radiasi
maupun kemoterapi.
3) Pola Persepsi - mempertahankan kesehatan : Tidak spesifik dan
berhubungan dengan kebiasaan buruk dalam mempertahankan kondisi
kesehatan dan kebersihan diri. Kadang ditemukan laporan tentang riwayat
terpapar bahan-bahan kimia dari orangtua.
4) Pola Nutrisi : Anak sering mengalami penurunan nafsu makan, anorexia,
muntah, perubahan sensasi rasa, penurunan berat badan dan gangguan
menelan, serta pharingitis. Dari pemerksaan fisik ditemukan adanya
distensi abdomen, penurunan bowel sounds, pembesaran limfa,
pembesaran hepar akibat invasi sel-sel darah putih yang berproliferasi
secara abnormal, ikterus, stomatitis, ulserasi oal, dan adanya pmbesaran
gusi (bisa menjadi indikasi terhadap acute monolytic leukemia)
5) Pola Eliminasi : Anak kadang mengalami diare, penegangan pada perianal,
nyeri abdomen, dan ditemukan darah segar dan faeces berwarna ter, darah
dalam urin, serta penurunan urin output. Pada inspeksi didapatkan adanya
abses perianal, serta adanya hematuria.
6) Pola Tidur dan Istrahat : Anak memperlihatkan penurunan aktifitas dan
lebih banyak waktu yang dihabiskan untuk tidur /istrahat karena mudah
mengalami kelelahan.

5
7) Pola Kognitif dan Persepsi : Anak penderita ALL sering ditemukan
mengalami penurunan kesadaran (somnolence) , iritabilits otot dan
seizure activity, adanya keluhan sakit kepala, disorientasi, karena sel
darah putih yang abnormal berinfiltrasi ke susunan saraf pusat.
8) Pola Mekanisme Koping dan Stress : Anak berada dalam kondisi yang
lemah dengan pertahan tubuh yang sangat jelek. Dalam pengkajian dapt
ditemukan adanya depresi, withdrawal, cemas, takut, marah, dan
iritabilitas. Juga ditemukan peerubahan suasana hati, dan bingung.
9) Pola Seksual : Pada pasien anak-anak pola seksual belum dapat dikaji
10) Pola Hubungan Peran : Pasien anak-anak biasanya merasa kehilangan
kesempatan bermain dan berkumpul bersama teman-teman serta belajar.
11) Pola Keyakinan dan Nilai : Anak pra sekolah mengalami kelemahan
umum dan ketidakberdayaan melakukan ibadah.
12) Pengkajian tumbuh kembang anak.
13) Pemeriksaan Diagnostik
1. Count Blood Cells : indikasi normocytic, normochromic anemia
2. Hemoglobin : bisa kurang dari 10 gr%
3. Retikulosit : menurun/rendah
4. Platelet count : sangat rendah (<50.000/mm)
5. White Blood cells : > 50.000/cm dengan peningkatan immatur
WBC (kiri ke kanan)
6. Serum/urin uric acid : meningkat
7. Serum zinc : menurun
8. Bone marrow biopsy : indikasi 60 90 % adalah blast sel
dengan erythroid
9. prekursor, sel matur dan penurunan megakaryosit
10. Rongent dada dan biopsi kelenjar limfa : menunjukkan tingkat
kesulitan tertentu
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh b.d
ketidakmampuan untuk mengabsorpsi nutrien.
b. Nyeri akut b.d agen fisikal, mis., pembesaran organ/nodus limfe,
sumsum tulang yang dikemas dengan sel leukemik.

6
c. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan berlebihan., muntah,
perdarahan, diare.
d. Ansietas b.d status kesehatan
e. Resiko tinggi terhadap infeksi b.d tak adekuat pertahanan sekunder

3. Intervensi
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1. Ketidak seimbangan Setelah dilakukan 1. Kaji kemampuan untuk 1. lesi mulut, tenggorok
nutrisi kurang dari tindakan keperawatan mengunyah, merasakan dan esophagus dapat

7
kebutuhan tubuh selama 3x24 jam dan menelan. menyebabkan disfagia,
diharapkan pasien penurunan kemampuan
dapat : pasien mengolah
mempertahanka makanan dan
n berat badan antar mengurangi keinginan
0,9-1,35 kg dari berat untuk makan.
sebelum sakit. 2. Berikan perawatan 2. Mengurangi
Menunjukkan mulut yang terus ketidaknyamanan yang
nilai laboratorium menerus, awasi berhubungan dengan
dalam batas normal tindakan pencegahan mual/muntah, lesi oral,
(Hb meningkat) sekresi. Hindari obat pengeringan mukosa
Melaporkan kumur yang dan halitosis. Mulut
perbaikan tingkat mengandung alcohol. yang bersih
energy meningkatkan nafsu
Melaporkan makan.
kebersihan mulut dan 3. Jadwalkan obat-obatan 3. lambung yang penuh
timbulnya nafsu makan di antara makan (jika akan akan mengurangi
memungkinkan) dan napsu makan dan
batasi pemasukan cairan pemasukan makanan
dengan makanan,
kecuali jika cairan
memiliki nilai gizi.
4. Dorong aktivitas fisik
sebanyak mungkin. 4. dapat meningkatkan
5. Berikan fase istirahat napsu makan dan
sebelum makan. perasaan sehat.
Hindari prosedur yang 5. mengurangi rasa lelah;
melelahkan saat meningkatkan
mendekati waktu ketersediaan energi
makan. untuk aktivitas makan.
6. Dorong pasien untuk
duduk pada waktu 6. mempermudah proses
makan. menelan dan
mengurangi resiko
aspirasi.
7. Catat pemasukan kalori
7. mengidentifikasi
kebutuhan terhadap
suplemen atau

8
alternative metode
pemberian makanan.

2. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan 1. Selidiki keluhan1. Membantu mengkaji
fisikal, mis., tindakan keperawatan nyeri.Perhatikan kebutuhan untuk
pembesaran organ selama 3x24 jam perubahan pada derajat intervensi ; dapat
/nodus limfe, sumsum diharapkan pasien dan sisi ( gunakan skala mengindikasikan
tulang yang dikemas dapat : 0-10 ) terjadinya komplikasi
dengan sel leukemik melaporkan nyeri 2. Awasi tanda2. Dapat membantu
hilang/terkontrol. vital,perhatikan mengevaluasi pernyataan
menunjukkan petunjuk non-verbal, verbal dan keefektifan
perilaku penanganan mis., tegangan intervensi
nyeri. otot,gelisah
Tampak rileks dan 3. Berikan lingkungan3. Meningkatkan istirahat
mampu. tidur/istirahat tenang dan kurangi dan meningkatkan
dengan tepat. rangsangan penuh stres. kemampuan koping.
4. Berikan tindakan4. Meminimalkan
kenyamanan ( mis., kebutuhan atau
pijitan,kompres dingin ) meningkatkan efek obat.
dan dukungan
psikologis ( mis.,
dorongan, keberadaan ).
5. Dorong menggunakan5. Memudahkan
teknik manajemen relaksasi,terapi
nyeri. farmakologis tambahan,
dan meningkatkan
kemampuan koping
6. Membantu manajemen
6. Bantu/berikan aktivitas nyeri dengan perhatian
terapeutik,teknik langsung
relaksasi

3. Kekurangan volumeSetelah dilakukan 1. awasi masukan/1. penurunan sirkulasi


cairan b.d kehilangantindakan keperawatan haluaran. hitung sekunder terhadap

9
berlebihan., muntah,selama 3x24 jam kehilangan tak kasat destruksi sekunder SDM
perdarahan, diare. diharapkan pasien mata dan keseimbangan dan pencetusnya pada
dapat : cairan. perhatikan tubulus ginjal dan/ atau
menunjukan penurunan urine pada terjadinya batu ginjal
volume cairan adanya pemasukkan ade ( sehubungan dengan
adekuat, kuat. ukur berat jenis peningkatan kadar asam
dibuktikan oleh dan pH urine urat ) dapat menimbulkan
tanda vital stabil ; retensi urine atau gagal
nadi teraba ginjal
haluaran urine, 2. timbang berat badan2. mengukur keadekuatan
berat jenis dan pH tiap hari penggantian cairan sesuai
dalam batas fungsi ginnjal
normal 3. awasi TD dan frekuensi3. perubahan dapat
mengidentifikasi jantung menunjukan efek
faktor resiko hipovolemia ( pendarahan
individual dan atau dehidrasi
interversi yang 4. indikator langsung status
tepat 4. evaluasi turgor kulit cairan/ hidrasi
melakukan pengisian kapiler dan
perubahan pola kondisi umum membran
hidup atau prilaku mukosa 5. mempengaruhi
unruk mencegah 5. perhatikan adanya mual pemasukkan, kebutuhan
terjadinya defisit dan demam cairan, dan rute
volume cairan penggantian
4. Ansietas b.dSetelah dilakukan 1. kaji ulang patologi1. pengobatan dapat
perubahan dalamtindakan keperawatan bentuk kasus dan termasuk berbagai obat
status kesehatan selama 3x24 jam berbagai bentuk antioneplastik,radiasi
diharapkan pasien pengbatan seluruh tubuh atau
dapat : hati/limpa,tranfusi,dan/at
menyatakan au transplantasi sumsum
pemahaman tulang
kondisi/ proses
penyakit dan
pengobatan
melakukan
perubahan pola
hidup yang perlu
berpartisipasi

10
dalam program
pengobatan

5. Resiko tinggi terhadapSetelah dilakukan 1. tempatkan pada ruangan1. melindungi dari sumber
infeksi b.d tak adekuattindakan keperawatan khusus. batasi potensial patogen /
pertahanan sekunder selama 3x24 jam pengunjung sesuai infeksi
diharapkan pasien indikasi
dapat : 2. berikan protokol untuk2. mencegah kontaminasi
mengidentifikasi mencuci tangan yang silang atau menurunkan
tindakan untuk baik resiko infeksi
mencegah atau 3. hipertermia lanjut terjadi
menjalankan 3. perhatikan hubungan pada tipe infeksi, dan
resiko infeksi antara peningkatan suhu demam
menunjukan dan pengobatan
teknik, perubahan kemoterapi 4.membantu menurunkan
pola hidup untuk 4. cegah menggigil : demam, yang menambah
menngkatkan tingkatkan cairan. ketidakseimbangan
keamanan berikan mandi kompres cairan, ketidaknyamann,
lingkungan, dan komplikasi ssp
meningkatkan 5. menghambat energi untuk
penyembuhan penyembuhan, regenerasi
5. beikan periode istirahat seluler
tanpa gangguan

DAFTAR PUSTAKA

11
1. Suriadi, Yuliani R. (2001). Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi I.
Jakarta, CV Sagung Seto.
2. Reeeves, Lockart. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Cetakan I. Jakarta,
Salemba Raya.
3. E.Doengoes, Marilynn. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta :
EGC
4. Nanda Internasional. (2012-2014). Diagnosa Keperawatan, Penerbit Buku
Kedokteran.EGC
5. Sylvia A. Price, Lorraine M. Wilson. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit. Penerbit Buku Kedokteran.EGC
6. Media Aesculapius. ( 2001 ) Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
7. Media Aesculapius. ( 2000 ) Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia

12

Anda mungkin juga menyukai