Anda di halaman 1dari 35

Leukimia

By : Duti Yuriszkah,S.Kep.Ns,M.Kes
Definisi
 Leukimia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan pembentuk
darah (Prof. Dr. Iman, 1997).
 Leukimia adalah suatu keganasan sel darah berupa proliferasio patologis sel hemopoetik muda
yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang dalam membentuk sel darah normal
dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain (Mansjoer, 2002).
 Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam sumsum
tulang dan limfa nadi (Reeves, 2001).
 Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas maka penulis berpendapat bahwa leukimia
adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh proliferasi abnormal dari sel-sel leukosit yang
menyebabkan terjadinya kanker pada alat pembentuk darah.
 Sel darah normal, sel darah terbentuk di sumsum tulang. Tulang sumsum adalah bahan yang
lembut di tengah sebagian besar tulang. Sebagian besar sel darah matang di sumsum tulang
dan kemudian pindah ke pembuluh darah. Darah mengalir melalui pembuluh darah dan
jantung disebut darah perifer. Sumsum tulang membuat berbagai jenis darah sel. Setiap jenis
memiliki fungsi khusus:
a) Sel darah putih membantu melawan infeksi
b) Sel darah merah membawa oksigen ke jaringan seluruh tubuh
c) Trombosit membantu gumpalan darah terbentuk bahwa kontrol perdarahan
 Etiologi
 Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang
menyebabkan terjadinya leukemia yaitu :
 1. Faktor genetik : virus tertentu meyebabkan terjadinya perubahan struktur gen ( T cell
leukemia-lymphoma virus/HTLV).
 2. Radiasi ionisasi : lingkungan kerja, pranatal, pengobatan kanker sebelumnya.
 3. Terpapar zat-zat kimiawi seperti benzen, arsen, kloramfenikol, fenilbutazon, dan agen
anti neoplastik.
 4. Obat-obat imunosupresif, obat karsinogenik seperti diethylstilbestrol
 5. Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot
 6. Kelainan kromosom : Sindrom Bloom’s, trisomi 21 (Sindrom Down’s), TrisomiG (Sindrom
Klinefelter’s), Sindrom fanconi’s, Kromosom Philadelphia positif, Telangiektasis ataksia
 1.4 Klasifikasi
 Berdasarkan morfologi sel terdapat 5 golongan besar leukemia sesuai
dengan lima macam sistem dalam sumsum tulang yaitu :
 1. Leukemia sistem eritropoitik : mielosis, eritremika.
 2. Leukemia sistem granulopoitik : leukemia granulosit.
 3. Leukemia sistem trombopoitik : leukemia megakarlosit.
 4. Leukemia sistem limfopoitik : leukemia megakarlosit.
 5. Leukemia RES : retikulo endoteliosis / retikolosis.
 Pemeriksaan lain
 4.1 Biopsi limpa
 4.2 Kimia darah
 4.3 Cairan cerebrospinal
 4.4 Sitogenik
 5. Pengobatan
 5.1 Transfusi darah bila Hb kurang dari 6 g/dl
 5.2 Kortikosteroid
 5.3 Sistostatika
 5.4 Imunoterapi
 5.5 Infeksi sekunder dihindarkan (isolasi)
 LEUKEMIA LIMFOSITIK KRONIK (LLK)
 1. Insiden
 Lebih sering pada laki-laki dan ditemukan pada umur kurang dari 40 tahun. Pada usia 60 tahun
ke atas insiden tinggi.
 2. Gejala klinis
 Limfodenopati, splenomegali, hepatomegali, anemia hemolitik, trombositopenia.
 3. Pemeriksaan Lab
 3.1 Darah tepi : limfositosis 50.000/mm.
 3.2 Sum-sum tulang : adanya infiltrasi merata.
 4. Pengobatan
 Clorambucil dan kortikosteroid.

 1.4.3 LEUKEMIA MIELOBLASTIK AKUT (LMA)


 1. Insiden
 Lebih sering ditemukan pada usia dewasa (85 persen) daripada anak-anak (15 per sen) dan lebih sering
pada laki-laki.
 2. Gejala klinis
 Rasa lelah, pucat, nafsu makan menuurn, nyeri tulang, pembesaran kelenjar getah bening,
pembesaran kelenjar mediastrium, anemia ptekie, perdarahan, infeksi.
 LEUKEMIA GRANULOSITIK KRONIK (LGK)
 1. Pengertian
 Suatu penyakit mielopoliferatif yang ditandai dengan produksi berlebihan dari sel
granulosit yang relatif matang.
 2. Gejala Klinis
 Rasa lelah, penurunan berat badan, rasa penuh di perut, splenomegali.
 3. Pemeriksaan Lab
 3.1 Leukosit lebih dari 50.000/mm
 3.2 Trombositopenia
 3.3 Kadar fosfatose alkali leukosit rendah
 3.4 Kenaikan kadar vitamin B16 dalam darah
 3.5 Sumsum tulang : hiper seluler dengan peningkatan jumlah megalicitiosil dan aktivitas
granulopolsis.
Manifestasi Klinis

 a. Pilek tidak sembuh-sembuh


 b. Pucat, lesu, mudah terstimulasi
 c. Demam dan anorexia
 d. Berat badan menurun
 e. Ptechiae, memar tanpa sebab
 f. Nyeri abdomen
 g. Lumphedenopathy
 h. Hepatosplenomegaly
 Gejala yang tidak khas ialah sakit sendi atau sakit tulang yang dapat disalahartikan
sebagai penyakit rematik. Gejala lain dapat timbul sebagai akibat infiltrasi sel leukemia
pada alat tubuh seperti lesi purpura pada kulit, efusi pleura, kejang pada leukemia
serebral (Iman, 1997).
Patofisiologi

 Adanya proliferasi sel kanker sehingga sel kanker bersaing dengan sel normal untuk
mendapatkan nutrisi dengan cara infiltrasi sel normal digantikan dengan sel kanker.
Dengan adanya sel kanker akan terjadi depresi sumsum tulang yang akan mempengaruhi
eritrosit, leukosit, faktor pembekuan dan jaringan meningkat karena adanya depresi dari
sumsum tulang maka produksi eritrosit menurun dan terjadi anemia, produksi leukosit juga
menurun sehingga sistem retikoloendotelial akan terpengaruh dan menyebabkan
gangguan sistem pertahanan tubuh dan mudah mengalami infeksi yang manifestasinya
berupa demam.

 Faktor pembekuan juga mengalami penurunan sehingga terjadi perdarahan yang akan
menimbulkan trombositopenia. Dengan adanya pergantian sel normal oleh sel kanker
terjadi infiltrasi ekstra medular sehingga terjadi pembesaran limpa, lifer, nodus limfe dan
tulang sehingga bisa menimbulkan nyeri tulang dan persendian. Hal tersebut juga akan
mempengaruhi SSP (sistem saraf pusat) yakni adanya infiltrasi SSP sehingga timbullah
meningitis leukemia, hal tersebut juga akan mempengaruhi metabolisme sehingga sel
akan kekurangan makanan
 a.Normalnya tulang marrow diganti dengan tumor yang malignan, imaturnya
sel blast. Adanya proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan platelet terganggu
sehingga akan menimbulkan anemia dan trombositipenia.
b.Sistem retikuloendotelial akan terpengaruh dan menyebabkan gangguan
sistem pertahanan tubuh dan mudah mengalami infeksi.
c.Manifestasi akan tampak pada gambaran gagalnya bone marrow dan
infiltrasi organ, sistem saraf pusat. Gangguan pada nutrisi dan metabolisme.
Depresi sumsum tulang yangt akan berdampak pada penurunan lekosit,
eritrosit, faktor pembekuan dan peningkatan tekanan jaringan.
d.Adanya infiltrasi pada ekstra medular akan berakibat terjadinya pembesaran
hati, limfe, nodus limfe, dan nyeri persendian.
(Suriadi, & Yuliani R, 2001: hal. 175)
Penatalaksanaan

 1. Pelaksanaan kemoterapi
 2. Irradiasi cranial
 3. Terdapat tiga fase pelaksanaan keoterapi :
 a. Fase induksi
 Dimulasi 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini diberikan terapi kortikostreroid (prednison), vincristin dan L-
asparaginase. Fase induksi dinyatakan behasil jika tanda-tanda penyakit berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum
tulang ditemukan jumlah sel muda kurang dari 5%.
 b. Fase Profilaksis Sistem saraf pusat
 Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine dan hydrocotison melaui intrathecal untuk mencegah invsi sel
leukemia ke otak. Terapi irradiasi kranial dilakukan hanya pada pasien leukemia yang mengalami gangguan sistem saraf
pusat.
 c. Konsolidasi
 Pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan unutk mempertahankan remisis dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia
yang beredar dalam tubuh. Secara berkala, mingguan atau bulanan dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk menilai
respon sumsum tulang terhadap pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka pengobatan dihentikan sementara
atau dosis obat dikurangi.
 Program terapi
 Pengobatan terutama ditunjukkan untuk 2 hal (Netty Tejawinata, 1996) yaitu:
 a) Memperbaiki keadaan umum dengan tindakan:
 - Tranfusi sel darah merah padat (Pocket Red Cell-PRC) untuk mengatasi anemi. Apabila terjadi
perdarahan hebat dan jumlah trombosit kurang dari 10.000/mm³, maka diperlukan transfusi
trombosit.
 - Pemberian antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi.
 b) Pengobatan spesifik
 Terutama ditunjukkan untuk mengatasi sel-sel yang abnormal. Pelaksanaannya tergantung pada
kebijaksanaan masing-masing rumah sakit, tetapi prinsip dasar pelaksanaannya adalah sebagai
berikut:
 - Induksi untuk mencapai remisi: obat yang diberikan untuk mengatasikanker sering disebut
sitostatika (kemoterapi). Obat diberikan secara kombinasi dengan maksud untuk mengurangi sel-
sel blastosit sampai 5% baik secara sistemik maupun intratekal sehingga dapat mengurangi
gejala-gajala yang tampak.
 - Intensifikasi, yaitu pengobatan secara intensif agar sel-sel yang tersisa tidak memperbanyak diri
lagi.
 - Mencegah penyebaran sel-sel abnormal ke sistem saraf pusat
 - Terapi rumatan (pemeliharaan) dimaksudkan untuk mempertahankan masa remisi
 c) Pengobatan imunologik
 Bertujuan untuk menghilangkan sel leukemia yang ada di dalam tubuh agar pasien dapat
sembuh sempurna. Pengobatan seluruhnya dihentikan setelah 3 tahun remisi terus menerus.
 Protokol pengobatan bervariasi sesuai jenis leukemia dan jenis obat yang
diberikan pada anak. Proses induksi remisi pada anak terdiri dari tiga fase :
induksi, konsolidasi, dan rumatan. Selama fase induksi (kira-kira 3 sampai 6
minggu) anak menerima berbagai agens kemoterapeutik untuk menimbulkan
remisi. Periode intensif diperpanjang 2 sampai 3 minggu selama fase konsolidasi
untuk memberantas keterlibatan sistem saraf pusat dan organ vital lain. Terapi
rumatan diberikan selama beberapa tahun setelah diagnosis untuk
memperpanjang remisi. Beberapa obat yang dipakai untuk leukemia anak-
anak adalah prednison (antiinflamasi), vinkristin (antineoplastik), asparaginase
(menurunkan kadar asparagin (asam amino untuk pertumbuhan tumor),
metotreksat (antimetabolit), merkaptopurin, sitarabin (menginduksi remisi pada
pasien dengan leukemia granulositik akut), alopurinol, siklofosfamid (antitumor
kuat), dan daunorubisin (menghambat pembelahan sel selama pengobatan
leukemia akut). (Betz, Cecily L. 2002. : 302).
 Data penunjang
 Data laboratorium pada klien dengan leukemia :
 - Anemi normokrom normositer
 - Leukosit >15.000/mm3 (5000-10000/ mm3)
 - Sitogenik : kelainan pada kromosom 12, 13, 14, kadang-kadang pada kromosom 6, 11
 - Hb : 7,3 mg / dl ( N : 12.0 – 16.0 g/dL).
 - Trombosit : 100.000 (150.000-400.000/mm3)
 - SDP : 60.000/cm (50.000)
 - PT/PTT : memanjang
 - Copper serum : meningkat
 - Zink serum : menurun
 g) Penatalaksanaan
 Terapi dan obat yang diberikan pada klien dengan leukemia :
 - Transfusi bila perlu
 - Klorambusil
 Pemeriksaan Diagnostik
 (1) Pemeriksaan darah tepi
 Berdasarkan pada kelainan sumsum tulang gejala yang terlihat pada darah tepi berupa adanya
ponsitopenia, limfositosis yang menyebabkan darah tepi monoton dan terdapat sel blast.
 (2) Kimia darah
 Asam urat meningkat hipogamaglobinemia
 (3) Sumsum tulang
 (4) Biopsi limpa
 Memperlihatkan proliferasi sel leukemia dan sel yang berasal dari jaringan limfe yang terdesa seperti :
limfosit normal, RES.
 (5) Cairan serebrospinalis
 Terdapat peninggian jumlah sel patologis dan protein
 (6) Sitogenik
 Menunjukkan kelainan kromosom yaitu kromosom 21 (kromosom Philadelphia atau Phi)
 Penunjang
 (1) Pemeriksaan darah tepi
 Berdasarkan pada kelainan sumsum tulang gejala yang terlihat pada darah
tepi berupa adanya ponsitopenia, limfositosis yang menyebabkan darah tepi
monoton dan terdapat sel blast.
 (2) Kimia darah
 Kolesterol mungkin rendah, Asam urat meningkat, hipogamaglobinemia
 (3) Pemeriksaan Sumsum tulang
 Pemeriksaan sumsum tulang akan ditemukan gambaran yang monoton yaitu
hanya terdiri dari sel limfopoetik patologis sedangkan sistem lain terdesa
(aplasia sekunder)
 (4) Biopsi limpa
 Memperlihatkan proliferasi sel leukemia dan sel yang berasal dari jaringan limfe
yang terdesa.
 (5) Cairan serebrospinalis
 Terdapat peninggian jumlah sel patologis dan protein
 (6) Sitogenik
 Menunjukkan kelainan kromosom yaitu kromosom 21 (kromosom Philadelphia
atau Phi)
 Penatalaksanaan
 (1) Medik
 (1) Tranfusi darah
 Biasanya diberikan jika kadar Hb kurang dari 6 gram %
 (2) Kartikosteroid
 (3) Sitostatika
 Diberikan metotreksat atau MTX 2 minggu / kg BB secara intrafekal 3x seminggu 6-Merkaptopurin atau 6-MP setiap hari
dengan dosis 65 mg/m2 luas permukaan badan.
 (4) Infeksi sekunder dihindarkan
 (5) Imunoterapi
 (2) Keperawatan
 Masalah pasien yang perlu diperhatikan umunya sama dengan pasien lain yang menderita penyakit darah. Tetapi karena
prognosis pasien pada umumnya kurang menggembirakan (sama sepeti kanker lainnya) maka pendekatan psikososial
harus diutamakan. Yang perlu diusahakan ialah ruangan yang aseptik dan cara bekerja yang aseptik pula. Sikap perawat
yang ramah dan lembut diharapkan tidak hanya untuk pasien saja tetapi juga pada keluarga yang dalam hal ini sangat
peka perasaannya jika mengetahui anaknya.
 .Insiden
 ALL (Acute Lymphoid Leukemia) adalah insiden paling tinggi terjadi pada
anak-anak yang berusia antara 3 dan 5 tahun. Anak perempuan
menunjukkan prognosis yang lebih baik daripada anak laki-laki. Anak kulit
hitam mempunyai frekuensi remisi yang lebih sedikit dan angka
kelangsungan hidup (survival rate) rata-rata yang juga lebih rendah.
ANLL (Acute Nonlymphoid Leukemia) mencakup 15% sampai 25% kasus
leukemia pada anak. Resiko terkena penyakit ini meningkat pada anak
yang mempunyai kelainan kromosom bawaan seperti Sindrom Down.
Lebih sulit dari ALL dalam hal menginduksi remisi (angka remisi 70%).
Remisinya lebih singkat pada anak-anak dengan ALL. Lima puluh persen
anak yang mengalami pencangkokan sumsum tulang memiliki remisi
berkepanjangan. (Betz, Cecily L. 2002. hal : 300).
 KONSEP DASAR ASKEP
 2.1 Pengertian
 1) Biodata  3) Activity Daily Life
 Terutama menyerang usia 3-4 tahun.  (1) Nutrisi
 2) Riwayat penyakit  Nafsu makan hilang, penurunan BB
 (1) Keluhan utama  (2) Eliminiasi
 Pucat, panas  Terjadi konstipasi dan diare
 (2) RPS  (3) Istirahat
 Pucat mendadak disertai panas dan  Sering tidur
perdarahan.
 (4) Aktivitas
 (3) RPD
 Lemas, lelah, nyeri sendi
 - Antenatal : ibu menderita
 (5) Personal hygiene
leukemia
 Terganggu
 - Natal : -
 - Post natal : -
 Diagnosa Keperawatan
 1. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
 2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
 3. Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit
 4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
 5. Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek samping agen
kemoterapi
 6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, malaise, mual
dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis
 7. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
 8. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi, imobilitas.
 9. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada penampilan.
 10. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita
leukemia (Simon, 2003).
 Diagnosa 1
 Tujuan : mencegah terjadinya infeksi
 (1) Kriteria hasil
 · Menunjukkan tidak ada tanda-tanda infeksi.
 · Suhu 365o – 374oC
 · Kultur darah (-)
 · Tidak ada tanda infeksi dalam pemeriksaan fisik.
 (2) Intervensi
 · Monitor TTV tiap 4 jam, jangan memakai termometer rectal.
 R/ deteksi dini terhadap infeksi dan menjaga keadaan mukos rectal.
 · Cegah konstipasi da prosedur invasi jaringan, melakukan injeksi IM, SC, IV.
 R/ mencegah perdarahan.
 · Ambil darah melalui ibu jari tidak dengan jarum suntik.
 R/ mencegah perdarahan.
 · Inspeksi kulit setiap hari pada daerah yang rusak.
 R/ kulit yang sempurna sebagai pertahanan pertama melawan serangan organisme.
 · Inspeksi rongga mulut apakah ada candida dan kerusakan pada lapisan mukosa oral.
 R/ kesehatan mukosa oral adalah sebagai pertahanan melawan serangan organisme.
 · Instruksi keluarga tentang tanda infeksi dan langkah yang diambil jika ada dugaan infeksi.
 R/ keluarga kooperatif dan mampu melakukan tindakan terhadap pencegahan infeksi.
 · Beri semangat untuk hggiene oral.
 R/ kebersihan oral yang buruk merupakan medium utama untuk pertumbuhan organisme.
 Diagnosa 2
 Tujuan : Aktifitas anak menjadi meningkat
 (1) Kriteria hasil
 · HR, keseimbangan cairan sesuai unsur
 · Keluarga atau anak mengerti tanda-tanda anemia dan penyebab
 · Membentuk ADL yang tepat tanpa bantuan
 (2) Intervensi
 · Kaji HAR dan urine tiap 4 jam
 R/ memonitor transpor oksigen dalam toleransi kegiatan.
 · Diskusikan dengan orang tua / anak tanda anemia dan tindakan pilihan.
 R/ orang tua kooperatif dan mampu melakukan tindakan pilihan.
 · Berikan transfusi RBC
 R/ menormalkan jumlah sel darah merah dan kapasitas oksigen.
 · Susunlah periode istirahat
 R/ memberikan energi untuk penyembuhan dan regenerasi sel.
 Diagnosa 3
 Tujuan : Mencegah injury yang berkelanjutan
 (1) Kriteria hasil
 · Menunjukkan tidak ada tanda-tanda perdarahan dalam prosedur RS.
 · Mempunyai pergerakan perubahan sehari.
 · Bebas injury dan lingkungan yang bebas.
 · Orang tua / anak secara verbal mengenal tindakan yang diperlukan ketika jumlah platelet turun.
 (2) Intervensi
 · Monitor jumlah platelet.
 R/ mencegah terjadinya perdarahan.
 · Inspeksi faeces, gusi, emesis, sputum, sekret nasal.
 R/ mengetahui adanya persarahan sebagai tanda-tanda tromvositopenia.
 · Minimalkan / hindari prosedur invasi.
 R/ mengurangi kerusakan integritas mulut yang memungkinkan terjadinya infeksi.
 · Cegah konstipasi
 R/ mencegah kerusakan mukosa anus sehingga mengurangi resiko infeksi.
 · Sediakan lingkungan yang aman
 R/ lingkungan yang aman akan menurunkan resiko spontan perdarahan bila anak mengalami
trombositopenia.
 · Instruksikan pada klien untuk memodifikasi kegiatan yang tepat untuk meminimalkan resiko
trauma.
 R/ diagnosa keperawatan tidak bosan dan terhindar dari injury.
 Diagnosa Keperawatan 5
 Tujuan : Mengurangi terjadinya kecemasan
 (1) Kriteria hasil
 · Orang tua mengungkapkan secara verbal tentang diagnosa
 · Orang tua ikut serta dalam rencana pelaksanaan.
 · Orang tua memikirkan spesifik untuk pelaksanaan perawatan.
 (2) Intervensi
 · Buatkan orang tua diagnosa dan tindakan dengan teratur.
 R/ orang tua mengerti dan kooperatif dalam tindakan.
 · Perkenalkan keluarga kepada keluarga lain di mana anak mereka
mempunyai diagnosa sama dan terapi yang sama.
 R/ antara keluarga yang satu dengan keluarga yang lain bisa saling tukar
menukar informasi tentang penyakit yang diderita anaknya.
 · Perkuat secara verbal rencana setiap hari.
 R/ keluarga kooperatif dalam tindakan keperawatan.
 · Berikan tulisan dan verbal tentang instruksi tindakan yang dilakukan di
rumah.
 R/ melanjutkan intervensi.
 Intervensi dan Rasional
 a) Dx. 1
 Tujuan : pasien bebas dari infeksi
 Kriteria hasil :
 a. Normotermia
 b. Hasil kultur negative
 c. Peningkatan penyembuhan
 Intervensi :
 1. Pantau suhu dengan teliti (TTV)
 Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
 2. Tempatkan klien dalam ruangan khusus
 Rasional : untuk meminimalkan terpaparnya klien dari sumber infeksi
 3. Anjurkan semua pengunjung dan staf rumah sakit untuk menggunakan teknik mencuci tangan dengan baik
 Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif
 4. Gunakan teknik aseptik yang cermat untuk semua prosedur invasif
Rasional : untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko infeksi
 5. Evaluasi keadaan klien terhadap tempat-tempat munculnya infeksi seperti tempat penusukan jarum, ulserasi mukosa, dan
masalah gigi
Rasional : untuk intervensi dini penanganan infeksi
 6. Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan baik
Rasional : rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan organisme
 7. Berikan periode istirahat tanpa gangguan
 Rasional : menambah energi untuk penyembuhan dan regenerasi seluler
 8. Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia
 Rasional : untuk mendukung pertahanan alami tubuh
 9. Berikan antibiotik sesuai ketentuan
 Rasional : diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus
 Dx. 2
 Tujuan : terjadi peningkatan toleransi aktifitas
 Kriteria hasil : - klien tidak pusing
 - Klien tidak lemah
 - HB 12 gr/%
 - Leukosit normal
 - Tidak anemis
 Intervensi :
 1. Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dala
aktifitas sehari-hari
 Rasional : menentukan derajat dan efek ketidakmampuan
 2. Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan
 Rasional : menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau penyambungan
jaringan
 3. Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau dibutuhkan
 Rasional : mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu pemilihan intervensi
 4. Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi
 Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri
 5. Kolaborasikan pemasangan tranfusi darah
 Rasional : transfusi darah dapat meningkatkan kadar hemoglobin di dalam darah klien.
 Dx. 4
 Tujuan : Tidak terjadi kekurangan volume cairan, pasien tidak mengalami mual dan
muntah
 Kriteria hasil : - klien tidak lemah dan anemis
 - Turgor kulit baik
 - Mukosa bibir lembab, tidak sianosis

 Intervensi :
 1. Berikan antiemetik awal sebelum dimulainya kemoterapi
 Rasional : untuk mencegah mual dan muntah
 2. Berikan antiemetik secara teratur pada waktu dan program kemoterapi
 Rasional : untuk mencegah episode berulang
 3. Kaji respon klien terhadap anti emetic
 Rasional : karena tidak ada obat antiemetik yang secara umum berhasil
 4. Hindari memberikan makanan yang beraroma menyengat
 Rasional : bau yang menyengat dapat menimbulkan mual dan muntah
 5. Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering
 Rasional : karena jumlah kecil biasanya ditoleransi dengan baik
 6. Berikan cairan intravena sesuai ketentuan
 Rasional : untuk mempertahankan hidrasi
 Dx. 5

 Tujuan : pasien tidak mengalami mukositis oral

 Kriteria hasil : - kesehatan oral klien baik

 Intervensi :

 1. Inspeksi mulut setiap hari untuk adanya ulkus oral

 Rasional : untuk mendapatkan tindakan yang segera

 2. Hindari mengukur suhu oral

 Rasional : untuk mencegah trauma

 3. Gunakan sikat gigi berbulu lembut, aplikator berujung kapas, atau jari yang dibalut kasa

 Rasional : untuk menghindari trauma

 4. Berikan pencucian mulut yang sering dengan cairan salin normal atau tanpa larutan bikarbonat

 Rasional : untuk menuingkatkan penyembuhan

 5. Gunakan pelembab bibir

 Rasional : untuk menjaga agar bibir tetap lembab dan mencegah pecah-pecah (fisura)

 6. Hindari penggunaan larutan lidokain pada anak kecil

 Rasional : karena bila digunakan pada faring, dapat menekan refleks muntah yang mengakibatkan resiko aspirasi dan dapat menyebabkan kejang

 7. Berikan diet cair, lembut dan lunak

 Rasional : agar makanan yang masuk dapat ditoleransi klien

 8. Inspeksi mulut setiap hari

 Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi

 9. Dorong masukan cairan dengan menggunakan sedotan

 Rasional : untuk membantu melewati area nyeri

 10. Hindari penggunaa swab gliserin, hidrogen peroksida dan susu magnesia

 Rasional : dapat mengiritasi jaringan yang luka dan dapat membusukkan gigi, memperlambat penyembuhan dengan memecah protein dan dapat mengeringkan mukosa

 11. Berikan obat-obat anti infeksi sesuai ketentuan

 Rasional : untuk mencegah atau mengatasi mukositis

 12. Berikan analgetik

 Rasional : untuk mengendalikan nyeri


 Dx. 6
 Tujuan : pasien mendapat nutrisi yang adekuat
 Kriteria hasil : - klien tidak pucat
 - Klien tidak anemis
 - Mukosa bibir lembab
 - Nafsu makan meningkat
 - Bb meningkat

 Intervensi :
 1. Dorong klien untuk tetap rileks saat makan
 Rasional : jelaskan bahwa hilangnya nafsu makan adalah akibat langsung dari mual dan muntah serta kemoterapi
 2. Izinkan klien memakan semua makanan yang dapat ditoleransi, rencanakan unmtuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera
makan klien meningkat
 Rasional : untuk mempertahankan nutrisi yang optimal
 3. Berikan makanan yang disertai suplemen nutrisi gizi, seperti susu bubuk atau suplemen yang dijual bebas
 Rasional : untuk memaksimalkan kualitas intake nutrisi
 4. Izinkan klien untuk terlibat dalam persiapan dan pemilihan makanan
 Rasional : untuk mendorong agar klien mau makan
 5. Dorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering
 Rasional : karena jumlah yang kecil biasanya ditoleransi dengan baik
 6. Dorong klien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient
 Rasional : kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan untuk menghilangkan produk sisa suplemen dapat memainkan
peranan penting dalam mempertahankan masukan kalori dan protein yang adekuat
 7. Timbang BB, ukur TB dan ketebalan lipatan kulit trisep
 Rasional : membantu dalam mengidentifikasi malnutrisi protein kalori, khususnya bila BB kurang dari normal
 Dx. 7
 Tujuan : klien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang
dapat diterima klien
 Kriteria hasil : - skala nyeri 3
 Intervensi :
 1. Mengkaji tingkat nyeri dengan skala 0 sampai 5
 Rasional : informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan
atau keefektifan intervensi
 2. Jika mungkin, gunakan prosedur-prosedur (misal pemantauan suhu non
invasif, alat akses vena
 Rasional : untuk meminimalkan rasa tidak aman
 3. Evaluasi efektifitas penghilang nyeri dengan derajat kesadaran dan sedasi
 Rasional : untuk menentukan kebutuhan perubahan dosis. Waktu pemberian
atau obat
 4. Lakukan teknik pengurangan nyeri non farmakologis yang tepat
Rasional : sebagai analgetik tambahan
 5. Berikan obat-obat anti nyeri secara teratur
 Rasional : untuk mencegah kambuhnya nyeri
 Dx. 8
 Tujuan : klien mampu mempertahankan integritas kulit
 Kriteria hasil : - klien bersih
 - Klien merasa nyaman
 Intervensi :
 1. Berikan perawatan kulit yang cemat, terutama di dalam mulut dan daerah perianal
 Rasional : karena area ini cenderung mengalami ulserasi
 2. Ubah posisi dengan sering
 Rasional : untuk merangsang sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit
 3. Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan
 Rasional : mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit
 4. Kaji kulit yang kering terhadap efek samping terapi kanker
 Rasional : efek kemerahan atau kulit kering dan pruritus, ulserasi dapat terjadi dalam area radiasi
pada beberapa agen kemoterapi
 5. Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk dan menepuk kulit yang kering
 Rasional : membantu mencegah friksi atau trauma kulit
 6. Dorong masukan kalori protein yang adekuat
 Rasional : untuk mencegah keseimbangan nitrogen yang negative
 7. Anjurkan memilih pakaian yang longgar dan lembut diatas area yang teradiasi
 Rasional : untuk meminimalkan iritasi tambahan
 Dx. 9
 Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan perilaku koping positif
 Kriteria hasil : - keluarga tidak cemas
 - Klien memahami instruksi dari perawat
 Intervensi :
 1. Berikan penutup kepala yang adekuat selama pemajanan pada sinar
matahari, angin atau dingin
 Rasional : karena hilangnya perlindungan rambut
 2. Anjurkan untuk menjaga agar rambut yang tipis itu tetap bersih, pendek
dan halus
 Rasional : untuk menyamarkan kebotakan parsial
 3. Jelaskan bahwa rambut mulai tumbuh dalam 3 hingga 6 bulan dan
mungkin warna atau teksturnya agak berbeda
 Rasional : untuk menyiapkan klien dan keluarga terhadap perubahan
penampilan rambut baru
 4. Dorong hygiene dan alat alat yang sesuai dengan jenis kelamin , misalnya
wig, skarf, topi, tata rias, dan pakaian yang menarik
 Rasional : untuk meningkatkan penampilan
 Dx. 10
 Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan pengetahuan tentang prosedur diagnostik atau terapi
 Kriteria hasil : - klien dan keluarga bisa memahami prosedur yang disampaikan perawat
 - Klien dan keluarga tidak cemas
 Intervensi :
 1. Jelaskan alasan setiap prosedur yang akan dilakukan pada klien
 Rasional : untuk meminimalkan kekhawatiran yang tidak perlu
 2. Jadwalkan waktu agar keluarga dapat berkumpul tanpa gangguan dari staff
 Rasional : untuk mendorong komunikasi dan ekspresi perasaan
 3. Bantu keluarga merencanakan masa depan, khususnya dalam membantuklien menjalani
kehidupan yang normal
 Rasional : untuk meningkatkan perkembangan klien yang optimal
 4. Dorong keluarga untuk mengespresikan perasaannya mengenai kehidupanklien sebelum
diagnosa dan prospek klien untuk bertahan hidup
 Rasional : memberikan kesempatan pada keluarga untuk menghadapi rasa takut secara realistis
 5. Diskusikan bersama keluarga bagaimana mereka memberitahu klien tentang hasil tindakan dan
kebutuhan terhadap pengobatan dan kemungkinan terapi tambahan
 Rasional : untuk mempertahankan komunikasi yang terbuka dan jujur
 6. Hindari untuk menjelaskan hal-hal yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada
 Rasional : untuk mencegah bertambahnya rasa khawatiran keluarga(Doenges, 1999).
 Implementasi
 Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang telah dibuat untuk mencapai
hasil yang efektif. Dalam pelaksanaan implementasi keperawatan, penguasaan keterampilan dan pengetahuan harus
dimiliki oleh setiap perawat sehingga pelayanan yang diberikan baik mutunya. Dengan demikian tujuan dari rencana
yang telah ditentukan dapat tercapai.
 2.2.5 Evaluasi
 Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana keperawatan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
klien. Hasil yang diharapkan pada klien dengan leukemia adalah :
 a. Klien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
 b. Berpartisipasi dalam aktifitas sehari-sehari sesuai tingkat kemampuan, adanya laporan peningkatan toleransi
aktifitas.
 c. Klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan.
 d. Klien menyerap makanan dan cairan, anak tidak mengalami mual dan muntah
 e. Membran mukosa tetap utuh, ulkus menunjukkan tidak adanya rasa tidak nyaman
 f. Masukan nutrisi adekuat
 g. Klien beristirahat dengan tenang, tidak melaporkan dan atau menunjukkan bukti-bukti ketidaknyamanan, tidak
mengeluhkan perasaan tidak nyaman.
 h. Kulit tetap bersih dan utuh
 i. Klien mengungkapkan masalah yang berkaitan dengan kerontokan rambut, klienmembantu menentukan metode
untuk mengurangi efek kerontokan rambut dan menerapkan metode ini dan klien tampak bersih, rapi, dan
berpakaian menarik.
 j. Klien dan keluarga menunjukkan pemahaman tentang prosedur, keluarga menunjukkan pengetahuan tentang
penyakit klien dan tindakannya. Keluarga mengekspresikan perasaan serta kekhawatirannya dan meluangkan waktu
bersama klien.
 k. Keluarga tetap terbuka untuk konseling dan kontak keperawatan, keluarga danklien mendiskusikan rasa takut,
kekhawatiran, kebutuhan dan keinginan mereka pada tahap terminal, pasien dan keluarga mendapat dukungan
yang adekuat(Wong. D.L, 2004).
 5.Implementasi
 Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang telah
dibuat untuk mencapai hasil yang efektif. Dalam pelaksanaan implementasi keperawatan,
penguasaan keterampilan dan pengetahuan harus dimiliki oleh setiap perawat sehingga
pelayanan yang diberikan baik mutunya. Dengan demikian tujuan dari rencana yang telah
ditentukan dapat tercapai (Wong. D.L.2004:hal.331).
 6.Evaluasi
 Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan klien. Menurut Wong. D.L, (2004 hal 596-610) hasil yang diharapkan pada
klien dengan leukemia adalah :
a.Anak tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
b.Berpartisipasi dalam aktifitas sehari-sehari sesuai tingkat kemampuan, adanya laporan
peningkatan toleransi aktifitas.
c.Anak tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan.
d.Anak menyerap makanan dan cairan, anak tidak mengalami mual dan muntah
e.Membran mukosa tetap utuh, ulkus menunjukkan tidak adanya rasa tidak nyaman
f.Masukan nutrisi adekuat
g.Anak beristirahat dengan tenang, tidak melaporkan dan atau menunjukkan bukti-bukti
ketidaknyamanan, tidak mengeluhkan perasaan tidak nyaman.
h.Kulit tetap bersih dan utuh
i.Anak mengungkapkan masalah yang berkaitan dengan kerontokan rambut, anak membantu
menentukan metode untuk mengurangi efek kerontokan rambut dan menerapkan metode ini
dan anak tampak bersih, rapi, dan berpakaian menarik.
j.Anak dan keluarga menunjukkan pemahaman tentang prosedur, keluarga menunjukkan
pengetahuan tentang penyakit anak dan tindakannya. Keluarga mengekspresikan perasaan
serta kekhawatirannya dan meluangkan waktu bersama anak.
k.Keluarga tetap terbuka untuk konseling dan kontak keperawatan, keluarga dan anak
mendiskusikan rasa takut, kekhawatiran, kebutuhan dan keinginan mereka pada tahap terminal,
pasien dan keluarga mendapat dukungan yang adekuat.

Anda mungkin juga menyukai