Pembimbing:
dr. Ariadne Tiara Hapsari, Sp.A
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Leukemiapertumbuhan irreversibel sel darah. Pertumbuhan dari sel
berasalaliran darahperifer. sel darah putih abnormal bila
berlebihanmengganggu fungsi normal sel lainnyagejala:mudah terkena
infeksi, anemia dan perdarahan. (Hematologi Klinik Ed. 2.106).
Leukemia:keganasanperubahan genetik satu/banyak sel di sumsum
tulang Pertumbuhan sel normal tertekangejala klinis akibat dari proses
neoplastikgangguan diferensiasiekspansi progresif kelompok sel ganas
dalam sumsum tulangsel leukemia beredar sistemik (Anonim, 2011)
Acute myeloid leukemia (AML)leukemia sel myeloid (neutrofil, eosinofil,
monosit, basofil, megakariosit). Di negara maju seperti Amerika Serikat,
LMA merupakan 32% dari seluruh kasus leukemia. Penyakit ini lebih sering
ditemukan pada dewasa (85%) dari pada anak (15%). (Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II, Ed. IV.1234).
Tujuan
T
O
G bone leukopeni,
Diferensiasi marrow
E sel mieloid failure
syndrome
rentan
infeksi
N
E
S
Trombosito
I sel-sel
muda
(blast)
Akumulasi
di sumsum
tulang
peni,
perdarahan
S
Gejala Klinis
Pada pasien LMA tidak selalu dijumpai leukositosis. 15% pasien angka leukosit
normal,35% netropenia. sel blast >>darah tepi 85% kasus LMA.
Tanda dan gejala utama LMA rasa lelah, perdarahan dan infeksi yang
disebabkan oleh sindrom kegagalan sumsum tulang. Perdarahan
purpura/petekia sering di ekstremitas bawah, epistaksis, perdarahan gusi
dan retina.
Pada pasien dengan angka leukosit sangat tinggi (lebih dari 100 ribu/mm3),
sering terjadi gumpalan leukosit menyumbat vena/arteri. Gejala yang
sering dijumpai adalah gangguan kesadaran, sesak nafas, nyeri dada dan
priapismus.
Infiltrasi sel-sel blast di kulitleukemia kutis(benjolan yang tidak berpigmen
dan tanpa rasa sakit),infiltrasi di jaringan lunaknodul di bawah kulit
(kloroma). Infiltrasi tulangnyeri tulang. Gusi pembengkakan gusi. Infiltrasi
menings sitologi serebro spinal(pungsi lumbal).
Gejala khas: pucat, panas, perdarahan disertai
splenomegali,hepatomegali,limfadenopati. (FKUI, 1985).
Diagnosis
Keluhan panas, pucat, dan perdarahan. pemeriksaan fisis splenomegali.
Trombositopenia .2 (dua) teknik pemeriksaan terbaru: immunophenotyping
dan analisis sitogenik. Berdasarkan pemeriksaan morfologi sel dan pengecatan
sitokimia, gabungan ahli hematologi Amerika, Perancis dan Inggris pada tahun
1976 menetapkan klasifikasi LMA yang terdiri dari 8 subtipe (M0 sampai
dengan M7). Klasifikasi ini dikenal dengan nama klasifikasi FAB (French
American British).
Pertama, tes darah.jika hasil abnormal biopsi sumsum tulang.Pungsi
lumbal, menyebar ke dalam cairan cerebrospinal?
Kelainan hematologis: anemia, leukositosis, trombositopenia
Kadan-kadang ditemukan “Auer body” dalam mieloblas. Kadang manifestasi
pertama sebagai eritroleukemia (ploriferasi eritroblas dan mieloblas dalam
sumsum tulang) yang berlangsung beberapa bulan/tahun sebelum gambaran
mieloblastiknya menjadi jelas benar (FKUI, 1985).
Dagnosis Banding
Anemia Aplastik
Gangguan mieloproliferatif
Keganasan jenis lain
Infeksi virus Ebstain-Bar
sepsis
Penatalaksanaan
• Mencegah penyebaran sel ke otak
Radioterapi • ES: gang. Intelektual, gangg tumbang
• Paliatif dekompresi
Pembedahan
Prinsip Pengelolaan Medik Leukemia
Aspek kanker
menegakkan diagnosis pasti leukemia, apakah tergolong resiko
standar (prognosis baik), intermediet atau resiko tinggi (prognosis
buruk).
Aspek penderita dan orangtua
memberikan penjelasan tentang diagnosis serta perlunya
pemberian kemoterapi,
penjelasan lama pengobatan, macam obat (termasuk harga obat)
serta jadwal pemberian kemoterapi, serta persiapan yang
diperlukan setiap akan masuk sitostatika
menjelaskan tentang kemungkinan timbulnya efek samping terapi
baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Menjelaskan prosedur penanganan yang efektif
informed consent
Aspek pengawasan terhadap efek samping obat
ESO scr umum sitostatika:mielosupresi (anemia, leucopenia, trombositopenia),
mual, muntah, stomatitis, rambut rontok, nyeri otot.
Metotreksat: Adriamisin: kardiomiopat, meilodupresi, mual, muntah, alopesia
Asparaginase : reaksi hipersensitif (urtika, menggigil, anafilaksis), gangguan
pembuluh darah, pancreatitis akut, hepatotoksis, penurunan albumin, dan
lipoprotein
Vinkristin : neurotoksik (neuropati perifer motorik, sensorik, saraf
otonom), konstipasi, ileus paralitik, dan retensi cairan.
Merkaptopurin : mielosupresi, gangguan fungsi hepar, mukositis.
Sitarabin : mielosupresi, nausea, vomiting, mialgia, nyeri tulang dan
sendi, nyeri dada.
Aspek protokol pengobatan
Pengobatan Leukemia Akut dibagi dalam pengobatan suportif dan spesifik.
Pengobatan spesifik menggunakan obat-obat sitostatika dengan tujuan membasmi
sel leukemia (Permono, 2011) .
Untuk mencapai remisi: induksi remisi, kosolidasi atau intensifikasi, rumatan,
reinduksi, mencegah terjadinya leukemia susunan saraf pusat, dan pengobatan
imunologik.
Induksi Remisi
Tujuan:memusnahkan sebanyak mungkin sel leukemia agar terjadi remisi, terjadi
penurunan jumlah sel-sel leukemia sampai tidak terdeteksi secara klinis maupun
laboratorium (limfoblas sumsum tulang <5%) tanda:hilangnya gejala klinis dan GDT
normal. ±6 minggu, remisi ±97%.
Tahap induksi menggunakan kortikosteroid (prednisone atau dexamethason),
vinkristin, L_Asparaginase. Pada tahap ini diberikan :
VCR (vincristin) : 2mg/m2/minggu, intravena, diberikan 6 kali
ADR (adriamisin) : 40mg/m2/2 minggu intravena, diberikan 3 kali, dimulai pada hari
ketiga pengobatan
Prednison : 50mg/m2/hari peroral diberikan selama 5 minggu, kemudian tapering off
selama 1 minggu.
SSP :profilaksis : MTX (metotreksat) 10 mg/m2/minggu intratekal, diberikan 5 kali dimulai
bersamaan dengan atau setelah VCR pertama. Radiasi cranial : dosis total 2.400 rad
dimulai setelah konsolidasi terakhir (siklofosfamida).
Konsolidasi atau intensifikasi
Tujuan dari tahap ini adalah menurunkan keberadaan dan menghilangkan sel pokok
(stem cell) leukemia. Obat-obatan yang digunakan antara lain:
MTX : 25mg/m2/hari intravena, diberikan 3 kali, dimulai satu minggu setelah VCR
keenam, kemudian dilanjutkan dengan :
6-MP (6-merkaptopurin) : 500mg/m2/hari peroral, diberikan 3 kali.
CPA (siklofosfamid) : 800mg/m2/kali diberikan sekaligus pada akhir minggu kedua dari
konsolidasi.
Rumat /maintenance
Pada umumnya pengobatan berlangsung 2 sampai 3 tahun. Maintenance dimulai
satu minggu setelah konsolidasi terakhir (CPA) dengan:
6-MP : 65 mg/m2/hari peroral
MTX : 20 mg/m2/minggu peroral, dibagi dalam dua dosis (misalnya Senin dan Kamis)
Reinduksi
untuk mencapai remisi biasanya dilakukan setiap 3-6 bulan dengan pemberian obat-
obatan seperti pada induksi selama 10-14 hari. Reinduksi diberikan tiap 3 bulan sejak
VCR terakhir. Selama reinduksi obat-obat rumat dihentikan. Sistemik:
VCR : dosis sama dengan dosis induksi, diberikan 2 kali.
Prednison : sama dengan dosis induksi diberikan 1 minggu penuh dan 1 minggu kemudian tapering
off
SSP : MTX intratekal : dosis sama dengan dosis profilaksis, diberikan 2 kali.
Pengobatan Imunologik
pengobatan terbaru. Pengobatan spesifik dilakukan dengan pemberian imunisasi BCG
yang dimaksudkan agar terbentuk antibodi yang dapat memperkuat daya tahan tubuh.
diberikan 2 minggu setelah VCR kedua pada reinduksi pertama. Dosis 0,6 ml intrakutan,
diberikan pada 3 tempat masing-masing 0,2 ml. Suntikan BCG diberikan 3 kali dengan
interval 4 minggu. Selama pengobatan ini, obat-obat rumat diteruskan (Permono, 2011).
Penanganan Suportif
Mengatasi akibat yang ditimbulkan penyakit leukemia dan mengatasi efek samping
obat, kerentanan terhadap infeksi. Penurunan kekebalan tubuh rentan terhadap
infeksi. Faktor peningkatan resiko infeksi:
Gangguan pada integument. Masuk mikroorganisme pathogen misalnya erosi pada mukosa
akibat kemoterapi dan adanya luka jalur selang infuse atau kateter.
Gangguan pada satu atau lebih system kekebalan tubuh spesifik
Granulositopenia.
Pada pasien leukemia dengan penurunan kekebalan tubuh, infeksi dapat pula disebabkan
oleh kuman yang biasanya tidak pathogen seperti Streptococcus faecalis dan
Staphylococcus epidermidis. mencuci tangan, mandi setiap hari dan menghindari kontak
dengan orang yang sedang sakit.
Profilaksis antibiotic untuk mencegah pneumoni akibat pneumocitys carinii:
trimetoprim/sulfametaksol selama 3 hari berturut-turut dalam seminggu. (sebelum
pemakaian sitostatika). Pada kunjungan awal penderita biasanya datang dengan anemia
dan demam, usaha pertama adalah menaikkan kadar hemoglobin dengan pemberian
transfusi darah. demam umumnya dianggap disebabkan oleh infeksi (Reksodiputro, 1993).
Komplikasi