Anda di halaman 1dari 25

Danita Dwi Maryana

PNEUMOCYSTIS PNEUMONIA Pembimbing: dr Syafrizal SpP


DEFINISI PNUEMOCYSTIS PNEUMONIA

Pneumonia
Pneumocystis Pneumonia
• Peradangan pada parenkim paru
• Pneumonia yang disebabkan oleh
mencakup bronkiolus respiratorius dan
Pneumocystis Jiroveci
alveoli.
• Koinfeksi yang sering ditemukan pada
• Menimbulkan konsolidasi jaringan paru
penderita HIV dengan CD4+ <200
dan gangguan pertukaran gas
sel/mm3
EPIDEMIOLOGI PNEUMOCYSTIS PNEUMONIA
Sebanyak 75% pasien HIV akan menderita Pneumocystis
Pneumonia (PCP)

Insiden PCP hampir 20 kasus per 100 penderita HIV


dengan CD4 <200 sel/mm3

Mortalitas pasien PCP sebanyak 20-40%

Insiden PCP menurun dengan profilaksis PCP dan ART


menjadi 1 kasus per 100 orang per tahun.
FAKTOR RESIKO PNEUMOCYSTIS PNEUMONIA

• Pasien infeksi HIV dengan CD4+ <200/μL dan pasien yang tidak mendapatkan
profilaksis
• Pasien immunodefiensi: hypogammaglobulinemia (hyper-IgM syndrome) dan
severe combined immunodefiency (SCID)
• Pasien pengobatan imunosupresif jangka lama
• Pasien dengan maligna hematologi dan non hematologi (tumor dan lymphoma)
• Pasien dengan malnutrisi
ETIOLOGI PNEUMOCYSTIS PNEUMONIA
Kingdom
fungi
Subkingdom
Dikarya
Phylum
Ascomycota
Klas
Pneumocystidomycetes
Ordo
Pneumocystidales
Family
Pneumocystidaceae
Genus
Pneumocystis
Species
Pneumocystis Jiroveci
MORFOLOGI

Stadium toropozoit Stadium prakista Stadium kista


• Polimorfik dan uniseluler • Bentuk intermediate antara • Bentuk diagnostik atau
• Ukuran 1-5 μ tropozoit dan kista infektif untuk pneumocystosis
• Berkembang biak secara • Bentuk oval • Bentuk bulat
mitosis • Ukuran 3-5 μ • Diameter 3,5-12 μ
• Dinding tipis, inti 1 atau >2 • Dinding tebal • Mengandung 8 sporozoit
• Tropozoit yang berkembang • Jumlah inti 1-8 atau tropozoit intracystic
“intracystic bodies” bodies
GAMBAR HISTOPATOLOGI

Two macrophages indicate relative sizes of


organisms and cells. The clumps of purple stain
represent aggregates of trophic
forms (trophozoites) with dot-like nuclei and ill-
defined purple cytoplasm (right arrow). Among
the trophic forms are outlines of unstained spore
cases, some of which contain several (up to 8)
purple dots--intracystic bodies (left arrow).
SIKLUS HIDUP PNEUMOCYSTIS
Fase aseksual:
Bentuk tropozoit bereplikasi secara mitosis.
Fase seksual:
Bentuk tropozoit yang haploid berkonjugasi
dan menghasilkan zigot (kista muda) yang
diploid. Zigot membelah diri secara meiosis
dan dilanjutkan dengan membelah diri
secara mitosis untuk menghasilkan 8 nukleus
yang haploid (kista stadium lannjut). Kista
stadium lanjut mengandung 8 sporozoit yang
berisi spora, kemudian akan keluar setelah
terjadi ekskistasi
PATOGENESIS PNEUMOCYSTIS PNEUMONIA
Transmisi dari manusia
ke manusia Fungsi makrofag Penurunan clearance
Atau terganggu pada PCP
pasien AIDS
Infeksi laten

Makrofag sebagai PCP melekat pada di


Respon inflamasi mediasi penyerapan epitel difasilitasi
dan degradasi PCP fibroectin dan
vitronectin

Inflamasi paru oleh


Respon limfosit aktivasi Sebagai sel emori dan kerusakan difus
CD4+ aktivasi sel imun lain alveolar, gangguan
pertukaran udara,
gagal pernapasan
MANIFESTASI KLINIS PNEUMOCYSTIS
PNEUMONIA
Karakteristik :
 dyspnea
 demam
 batuk yang tidak produktif
 nyeri dada yang berlangsung beberapa hari sampai minggu
 biasanya terjadi pada pasien CD4+ <200 sel/mm3
 takipnea sehingga sulit berbicara
takikardi
DIAGNOSIS PNEUMOCYSTIS PNEUMONIA
Anamnesis
Ada tidaknya imunocomprimised seperti HIV
Ada tidaknya gejala seperti demam tidak terlalu tinggi, dispnea, dan batuk non produktif

Pemeriksaan Fisik
 Takipnea berat sehingga pasien sulit berbicara
Takikardi
Tidak didapatkan ronkhi pada auskultasi
Sianosis akral, sentral dan membran juga dapat ditemukan
Pemeriksaan Penunjang
 Foto thorax memperlihatkan infiltrat bilateral yang dapat meningkat menjadi
homogen
 Pemeriksaan comuted tomography terdapat area “ground-glass” dengan latar
belakang septum interlobular.
Pemeriksaan histopatologi terdapat eksudat eosinofil yang mengisi alveoli
Pemeriksaan immunofloesen menggunakan antibodi monoklonal
Pemeriksaan sputum dengan larutan hypertonic saline
Pemeriksaan dengan bronchoalveolar lavage (BAL) memiliki sensivitas >90%,
terdapat dua bentuk yaitu tropik dan kistik. Tropik dengan pewarnaan modifikasi
papaniculaou, wright giemsa, gram wegert. Bentuk kista dengan pewarnaan gomor
methenamin silver, toludin O.
Pemeriksaan PCR untuk deteksi asam nukleat pneumocystis
Peningkatan LDH dan gradien oksigen alveolar-arterial (AaDO2)
This chest radiograph shows bilateral upper-lobe
This radiograph depicts a diffuse, fine, reticular
pneumatoceles after a Pneumocystis carinii infection in a
opacification as a result of Pneumocystis carinii
patient with acquired immunodeficiency syndrome
pneumonia
PEMERIKSAAN CT-SCAN DAN BAL
DIAGNOSIS
DIAGNOSIS PERSUMTIF PCP MENURUT CDC
Keluhan sesak napas saat aktif atau batuk non produktif dalam tiga bulan terakhir
Gambaran foto toraks berupa infiltrat interstitial difus bilateral atau gambaran
penyakit paru difus bilateral
Tekanan oksigen (O2) kurang dari 70 mmHg pada pemeriksaan analisis gas darah
atau kapasitas difusi rendah (kurang 80% prediksi) atau peningkatan AaDO2
Tidak terbukti pneumonia bakterialis.
GRADIEN OKSIGEN ALVEOLAR ARTERI
Ringan : perbedaan alveolar-arterial O2 (Aa DO2) < 35 mmHg
Sedang: perbedaan alveolar-arterial O2 (Aa DO2) > 35 mmHg - < 45 mmHg
Berat : perbedaan alveolar-arterial O2 (Aa DO2) > 45 mmHg.
TATALAKSANA
Trimetropin- Pentamidin Klindamisin dan Dapson Atovakuon
sulfametoksazol primakuin
• Obat pilihan PCP • Lini kedua • Untuk pasien tidak • Efektif untuk PCP • Antimalaria lini kedua
• Perbaikan oksigenasi • Antiprotozoa toleran atau gagal derajat ringan PCP
• Efek samping: skin • Es : hipotensi, aritmia, pengobatan sampai sedang • Kurang efektif
rash, gangguan hipoglikemia, trimetrpin • Es: dibanding trimetropin
fungsi hati gangguan fungsi sulfametoksazol dan methemoglobinemia, sulfametoksazol
ginjal, peningkatan pentamidin hiperkalemia ringan, • Efek samping serupa
kadar kreatiin, • Es: rash, demam, anemia dengantrimetropin
trombositopenia neutropenia, sulfametoksazol
gangguan
gastrointestinal
TATALAKSANA BERDASARKAN DERAJAT
PCP berat
Obat lini pertama: kotrimoksazol dosis tinggi intravena (trimetoprim 15 mg/kgBB/hari
dan sulfametoksasol 75 mg/kgBB/hari selama 21 hari)
Tidak respon lini kedua pentamidin intravena (3-4 mg/kgBB selama 21 hari)
Lini ketiga : klindamisin (600 mg IV tiap 8 jam) dengan primakuin (15 mg/oral/hari).
Kortikosteroid direkomendasikan 40 mg secara peroral dua kali sehari pada hari
pertama sampai kelima, 40 mg satu kali per hari selama 6-10 hari, 20 mg setiap hari
sampai lengkap 21 hari.
PCP Sedang
Trimetoprim-sulfametoksazol 480 mg dua tablet tiga kali sehari selama 21 hari.

PCP Ringan
kotrimoksazol peroral 480 mg dua tablet sehari selama 21 hari atau cukup 14 hari
jika respons membaik.
PENCEGAHAN PNEUMOCYSTIS PNEUMONIA

Profilaksis diberikan jika CD4+


<200 sel/mm3 atau limfosit <14%
disertai kandidiasis oral atau demam
tidak jelas lebih dari 2 minggu.
Dihentikan bila CD4 > 200 sel/mm3
atau limfosit >14% yang berlangsung
>3 bulan
PROGNOSIS PNEUMOCYSTIS PNEUMONIA
Salah satu penyebab terbesar kematian pada pasien AIDS
Prognosis kurang baik karena onset penyakit berjalan cepat pada penderita
dengan imunodefisensi.
Persentase mortalitas dilaporkan 10-20%.
Angka mortalitas meningkat pada pasien yang telat didiagnosis dan pengobatan.

Anda mungkin juga menyukai