Oleh:
Alifya Regina Dwi Fortuna
K1A115003
Pembimbing:
dr. Miniartiningsih Sam, M.Kes. Sp.A
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
Hi! FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
Pendahuluan
Penyebab kematian
utama pada
Setiap tahunnya di neonatus adalah
seluruh dunia gangguan atau
diperkirakan 4 juta kelainan pernapasan
bayi meninggal pada 35,9%, prematuritas
tahun pertama 32,4%, sepsis 12%,
kehidupannya dan hipotermi 6,3%,
dua pertiganya kelainan
meninggal pada darah/ikterus 5,6 %,
bulan pertama post mature 2,8%,
kehidupan dan kelainan
congenital 1,4%.
Hasil Riskesdas tahun 2007
menunjukkan bahwa 78,5% dari
kematian neonatal terjadi pada umur 0-
6 hari (masa neonatal)
Etiologi
Obstruksi Jalan napas Trakhea
-Nasal/Nasofaringeal: obstruksi koanae, edema nasalis,
ensefalokel
trakheomalasia, fistula
- Rongga mulut : makroglosi atau mikrognati trakheosofagus, stenosis trachea dan
- Leher: strauma congenital dan higoma kistik stenosis bronchial
- Laring: laryngeal web, stenosis subglotik, hemangioma,
paralisis medulla spinalis dan laringo malasia
Penyebab gangguan pernapasan pada bayi baru lahir multisistemik dan beragam. Penyebab
pulmonal mungkin berhubungan dengan perubahan selama perkembangan paru normal atau
transisi ke kehidupan ekstrauterin. Penyakit pernapasan dapat terjadi akibat kelainan
perkembangan yang terjadi sebelum atau sesudah kelahiran. Penyakit pernapasan yang lebih
umum seperti Transient Tachypnea of Newborn (TTN), Respiratory Distress Syndrome (RDS),
Pneumonia Neonatal, Meconium Aspiration Syndrome (MAS) dan hipertensi pulmonal persisten
pada bayi baru lahir (PPHN), yang merupakan hasil dari komplikasi selama periode transisi
prenatal ke postnatal. Paru-paru belum sepenuhnya berkembang sampai usia 2 hingga 5 tahun
karena itu penyakit akibat perkembangan paru masih bisa terjadi setelah lahir
Meconium Aspiration Syndrome
a. Obstruksi Mekanik
Mekonium yang kental dapat menyebabkan
obstruksi mekanik total atau parsial. Obstruksi
parsial menghasilkan dampak katup bola atau ball
valve effect yaitu udara yang terhirup dapat
memasuki alveoli tetapi tidak dapat keluar dari
alveoli. Hal ini akan mengakibatkan air tapping di
alveoli dengan gangguan ventilasi dan perfusi yang b. Pneumonitis
dapat mengakibatkan sindrom kebocoran udara dan Mekonium diduga mempunyai dampak toksik
hiperekspansi secara langsung yang diperantarai oleh proses
inflamasi. Dalam beberapa jam neutrofil dan
makrofag telah berada di alveoli , saluran
napas besar dan parenkim paru hal tersebut
menyebabkan gangguan pada parenkim paru
atau menyebabkan kebocoran vaskuler yang
mengakibatkan pneumonitis toksik dengan
perdarahan paru dan edema
Meconium Aspiration Syndrome
c. Vasokonstruksi pulmonal
Kejadian MAS berat dapat menyebabkan
komplikasi hipertensi pulmonal persisten.
Pelepasan mediator vasoaktif seperti eikosanoids,
endotelin-1 dan prostaglandin E2 (PGE2) sebagai
akibat adanya mekonium dalam air ketuban diduga
mempunyai peran dalam terjadinya hipertensi
pulmonal
Respiratory distress syndrome
Pemeriksaan
Anamnesis Pems. penunjang
fisik
Anamnesis Merintih,
sianosis, retraksi, -Analsis gas darah
tentang riwayat -Elektrolit dan gula
tanda obstruksi
keluarga, saluran napas, darah
maternal, warna hijau -Darah rutin
prenatal dan kekuningan pada -Pemeriksaan
intrapartum tali pusat, radiologi
abdomen
mengempis
Penatalaksanaan
Gangguan napas ringan:
1. Amati pernapasan bayi setiap 2 jam selama 6 jam berikutnya
2. Bila dalam pengamatan gangguan napas memburuk atau timbul gejala sepsis lainnya,
terapi untuk kemungkinan sepsis dan tangani gangguan napas sedang atau berat.
3. Berikan asi bila bayi mampu menghisap. Bila tidak, berikan asi peras dengan
menggunakan salah satu cara alternatif pemberian minum.
4. Kurangi pemberian O2 secara bertahap bila ada perbaikan gangguan napas. Hentikan
pemberian O2 jika frekuensi napas antara 30-60x/menit. Amati bayi selama 24 jam
berikutnya, jika frekuensi napas menetap antara 30-60x/menit, tidak ada tanda-tanda
sepsis, dan tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan, bayi dapat
dipulangkan
Penatalaksanaan…
Gangguan napas sedang:
1. Lanjutkan pemberian O2 dengan kecepatan sedang
2. Bayi jangan diberikan minum
3. Jika ada tanda berikut (suhu aksiler <34ºC atau >39ºC, air ketuban bercampur mekonium, dan riwayat infeksi
intrauterin, demam curiga infeksi berat atau ketuban pecah dini (>18 jam) ambil sampel darah untuk kultur dan
berikan antibiotik untuk terapi kemungkinan besar sepsis
4. Bila suhu aksiler >34-36,5ºC atau 37,5-39ºC tangani untuk masalah suhu abnormaal dan ulang setelah 2 jam
5. Bila suhu masih belum stabil, atau gangguan napas belum ada perbaikan, ambil sampel darah dan berikan antibiotik
untuk terapi kemungkinan besar sepsis
6. Jika suhu normal teruskan amati bayi. Apabila suhu kembali abnormal, ulangi tahapan tersebut diatas
7. Bila tidak ada tanda-tanda sepsis, nilai kembali bayi setelah 2 jam. Apabila bayi tidak menunjukkan perbaikan atau
tanda-tanda perburukan setelah 2 jam, terapi untuk kemungkinan besar sepsis.
8. Bila bayi mulai menunjukkan tanda-tanda perbaikan (frekuensi napas menurun, tarikan dinding dada berkurang
atau suara merintih berkurang) kurangi terapi O 2.
9. Pasang pipa lambung, berikan asi peras setiap 2 jam
10. Apabila tidak diperlukan lagi pemberian O2, mulailah melatih bayi menyusu.
11. Amati bayi selama 24 jam setelah pemberian antibiotik dihentikan. Bila bayi kembali tampak kemerahan tanpa
pemberian O2 selama 3 hari, minum baik dan tidak ada alasan bayi tetap tinggal di RS, bayi dapat dipulangkan
Penatalaksanaan…
Gangguan napas berat:
1. Pemberian O2 dengan kecepatan aliran sedang
2. Tangani dengan kemungkinan besar sepsis
3. Bila bayi menunjukkan tanda perburukan atau terdapat sianosis sentral, naikkan
pemberian O2 pada kecepatan aliran tinggi. Jika gangguan napas bayi semakin berat dan
sianosis sentral menetap walaupun pemberian O2 100%, bila memungkinkan segera
rujuk ke rumah sakit rujukan.
4. Jika gangguan napas masih menetap setelah 2 jam, pasang pipa lambung untuk
mengosongkan cairan lambung dan udara
5. Nilai kondisi bayi 4 kali setiap hari apakah ada tanda perbaikan
6. Jika bayi mulai menunjukkan tanda perbaikan (frekuensi napas menurun, tarikan dinding
dada berkurang dan warna kulit membaik) kurangi pemberian O2, mulailah pemberian asi
peras melalui pipa lambung.
7. Pantau terus perkembangan bayi.
Daiagnosis banding
Kelainan sistem respirasi
Sistem kardiovaskuler
Obstruksi saluran napas atas,
Pneumotoraks, atelektasis, Sepsis penyakit jantung
perdarahan paru, efusi pleura, palsi
nervus prenikus, Malformasi bawaan, gagal jantung
kongenital misalnya fistula kongesti, patent ductus
thrakeoesofageal, hernia
diafragmatika, emfisema lobaris, arteriosus, syok
malformasi kistik adenomatoid
1 3
Pertahian langsung harus diberikan untuk
mengantisipasi dan mengurangi
Melakukan resusitasi
komplikasi dan juga harus diupayakan dengan baik dan benar.
strategi pencegahan persalinan kurang
bulan semaksimal mungkin
2 4
Pemberian terapi steroid antenatal Diagnosis dini dan penelolaan yang
harus diberikan kepada ibu yang tepat terutama pemberian surfaktan
terancam persalinan kurang bulan. bila memungkinkan
Prognosis
youremail@freepik.com
+91 620 421 838
yourcompany.com