PSORIASIS VULGARIS
Pembimbing
Disusun oleh
Ilham Ghifari
Tian Tiffani
2018
1
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
- Nama : Tn.N
- Usia : 40 tahun
- Pekerjaan : wiraswasta
- Status : Menikah
- Agama : Islam
B. ANAMNESIS
KELUHAN UTAMA
terdapat bercak-bercak merah, bersisik pada hampir seluruh tubuh sejak ±6 bulan
SMRS. Os tidak merasakan adanya gatal, os hanya merasakan kulitnya menjadi kering
dan kaku serta perih saat terkena air. Os mengaku tidak pernah menggaruk bercak
Awalnya bercak tersebut hanya berupa bintik bintik kecil berwarna merah
berukuran <1cm, namun semakin hari bintik bintik tersebut semakin melebar dan
2
sebagian bergabung menjadi satu membentuk bercak yang besar. Diatas bercak
tersebut terdapat sisik yang berwarna putih. Bercak tersebut pertamakali disadari
Os mengaku memiliki gigi yang berlubang, tidak merasakan adanya nyeri pada
persendiannya, tidak sedang menderita penyakit yang lain. Os tidak merokok atau pun
Os sudah pernah berobat ke beberapa mantri yang ada di desanya, diberikan obat
minum dan salep (pasien tidak tahu nama obat yang diberikan), namun bercak tersebut
- ±2 tahun yang lalu os pernah mengalami keluhan yang sama, namun tidak
separah sekarang.
- Pada keluarga tidak ada yang mengalami keluhan yang sama dengan pasien.
- Tidak terdapat riwayat penyakit darah tinggi maupun kencing manis pada
keluarga.
3
RIWAYAT PENGOBATAN
obat minum dan salep (pasien tidak tahu nama obat yang diberikan), namun
RIWAYAT ALERGI
RIWAYAT PSIKOSOSIAL
- Lingkungan sekitarnya tidak ada yang memiliki keluhan yang serupa dengan
pasien.
- Dalam sehari os mandi 2 kali, menggunakan sabun, dan setiap kali selesai
C. PEMERIKSAAN FISIK
- Kesadaran : Composmentis
- Tanda Vital
TD : 120/80 mmHg
Suhu : 36,80C
4
- Status Antropometri
BB = 55 kg
TB = 160 cm
IMT = 55/(1,6)2 = 21,48 kg/m2
Status gizi: Normoweight
D. STATUS GENERALIS
- Mata : Sklera ikterik -/-, konjungtiva anemis -/-, pupil bulat isokor
- Toraks
Paru
5
Jantung
- Abdomen
- Ekstremitas
Superior : Akral hangat, RCT< 2 detik, edema (-), sianosis (-), bengkak (-),
Inferior : Akral hangat, RCT< 2 detik, edema (-), sianosis (-), bengkak (-),
- Anus/sekitar gluteus
6
Dengan menggunakan benda yang ujungnya agak
PEMERIKSAAN
tajam, seperti ujung kuku/pulpen.
FENOMENA
Hasil: (+) skuama berubah warna menjadi putih pada
TETESAN LILIN
goseran seperti lilin yang digores.
KOEBNER SIGN
E. STATUS DERMATOLOGIKUS
Distribusi Generalisata
acromial sinistra.
Lesi Lesi multipel,sirkumskrip, lesi menimbul dari permukaan kulit, sebagian lesi
Efloresensi Plak eritematosa dengan skuama tebal berlapis, berwarna putih seperti mika
diatasnya (psoriasiformis).
7
F. BENTUK EFLORESENSI PASIEN
8
9
G. RESUME
dengan keluhan terdapat bercak-bercak merah, bersisik pada hampir seluruh tubuh
kulitnya menjadi kering dan kaku serta perih saat terkena air. Os mengaku tidak
hanya berupa bintik bintik kecil berwarna merah berukuran <1cm di daerah lengan,
namun semakin hari bintik bintik tersebut semakin melebar dan meluas, dan
sinistra, dengan lesi multipel, sirkumskrip, lesi menimbul dari permukaan kulit,
dan diameter terbesar >5 cm, bentuk tidak teratur, lesi kering, efloresensi plak
eritematosa dengan skuama tebal berlapis, berwarna putih seperti mika diatasnya
(psoriasiformis). Pemeriksaan fenomena tetesan lilin (+) dan auspitz sign (+).
H. DIAGNOSA BANDING
- Psoriasis Vulgaris
- Dermatitis Numularis
- Dermatitis Seboroik
I. DIAGNOSA KERJA
Psoriasis Vulgaris
10
J. USULAN PEMERIKSAAN
mitosis diatas stratum basalis, pembuluh darah di papilla dermis membengkak dan
memanjang, infiltrasi sel radang limfosit, makrofag, sel dendrit, dan sel mast,
mikroabses Munro.
K. PENATALAKSANAAN
Non-Medikamentosa
Medikamentosa
TOPIKAL:
Betametason dipropionat 0.05% krim yang dioles tipis-tipis pada lesi yang diberikan 2x/hari
11
SISTEMIK
L. PROGNOSIS
12
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Psoriasis adalah penyakit peradangan kulit kronis dengan dasar genetic yang kuat
manifestasi vaskuler, juga diduga adanya pengaruh sistem saraf. Patogenesis psoriasis
mediator perusak mekanisme fisiologis kulit dan memengaruhi gambaran klinis. Umumnya
lesi berupa plak eritematosa berskuama berlapis berwarna putih keperakan dengan batas
yang tegas. Letaknya dapat terlokalisir, misalnya pada siku, lutut atau kulit kepala (scalp)
EPIDEMIOLOGI
Insidens di Asia cenderung rendah (0,4%). Tidak ada perbedaan insidens pada pria ataupun
wanita. Beberapa variasi klinisnya antara lain psoriasis vulgaris (85-90%) dan artritis
morbiditas tinggi, dengan dampak luas pada kualitas hidup pasien ataupun kondisi
sosioekonominya.
Penyakit ini terjadi pada segala usia, tersering pada usia 15-30 tahun. Puncak usia
kedua adalah 57-60 tahun. Bila terjadi pada usia dini (15-35 tahun), terkait HLA
(HumanLeukocyte Antigen) I antigen (terutama HLA Cw6), serta ada riwayat keluarga, lesi
setiap wilayah. Prevalensi anak-anak berkisar dari 0% di Taiwan sampai dengan 2.1% di
13
Itali. Sedangkan pada dewasadi Amerika Serikat 0.98% sampai dengan 8% ditemukan di
Norwegia. Di Indonesia pencatatan pernah dilakukan oleh sepuluh RS besar dengan angka
prevalensi pada tahun 1996, 1997, dan 1998 berturut-turut 0.62%; 0.59%; dan 0.92%.
daerah di Indonesia. Remisi dialami oleh 17-55% kasus, dengan beragam tenggang waktu.
ETIOLOGI
Psoriasis merupakan penyakit kulit kronis inflamatorik dengan faktor genetik yang
pembuluh darah, faktor imunologis dan biokimiawi, serta fungsi neurologis. Penyebab
dasarnya belum diketahui pasti. Dahulu diduga berkaitan dengan gangguan primer
Peran Genetik
Bila kedua orang tua mengidap psoriasis, risiko seseorang mendapat psoriasis
adalah 41%, 14% bila hanya dialami oleh salah satunya, 4% bila 1 orang saudara kandung
Psoriasis Susceptibility 1 atau PSORS1 (6p21.3) adalah salah satu lokus genetik
pada kromosom yang berkontribusi dalam patogenesis psoriasis. Beberapa alel HLA yang
berkaitan adalah HLA B13 dan HLA DQ9. HLA Cw6 merupakan alel yang terlibat dalam
patogenesis artritis psoriatika serta munculnya lesi kulit yang lebih dini. HLA Cw6 akan
14
PATOGENESIS
infiltrasi berbagai sel radang. Sel T CD 3+ dan CD 8+ dapat ditemukan di sekitar kapiler
dermis dan epidermis. Sel dendritik CD 11c+ biasanya ditemukan di dermis bagian atas.
Invasi sel CD 8+ ke epidermis berkaitan dengan munculnya lesi kulit.4 Aktivasi sel T
terutama dipengaruhi oleh sel Langerhans. Sel T serta keratinosit yang teraktivasi akan
melepaskan sitokin dan kemokin, dan menstimulasi inflamasi lebih lanjut. Selain itu, kedua
komponen ini akan memproduksi tumor necrosis factor α (TNF α), yang mempertahankan
proses inflamasi. Oleh karena itu, psoriasis bukan hanya disebabkan oleh autoimunitas
terkait sel limfosit T seperti teori terdahulu, tetapi melibatkan proses yang lebih kompleks
GAMBARAN KLINIS
Anamnesis
Salah satu hal yang pertama kali penting ditanyakan adalah onset penyakit dan
riwayat keluarga, karena onset dini dan riwayat keluarga berkaitan dengan tingginya
ekstensi dan rekurensi penyakit. Selain itu, tentukan apakah lesi merupakan bentuk akut
atau kronis, serta keluhan pada persendian, karena kemungkinan artritis psoriatika pada
dalam bentuk akut, lesi dapat muncul mendadak dalam beberapa hari. Kemungkinan relaps
15
juga bervariasi antar individu. Pasien yang sering relaps biasanya memiliki lesi yang lebih
berat, cepat meluas, melibatkan area tubuh yang lebih luas, sehingga terapi harus lebih
agresif.
Manifestasi Klinis
kulit dan kuku. Lesi kulit biasanya merupakan plak eritematosa oval, berbatas tegas,
prematur dan kornifi kasi inkomplet keratinosit dengan retensi nuklei di stratum korneum
(parakeratosis). Meskipun terdapat beberapa predileksi khas seperti pada siku, lutut, serta
Gambaran klinis lain yang dapat menyertai adalah artritis psoriatika pada sendi
interfalang jari tangan, distrofi kuku, dan lesi psoriatik nail bed. Lesi klasik psoriasis
adalah plak eritematosa berbatas tegas, meninggi, diselubungi oleh skuama putih. Lesi
Guttata berasal dari bahasa Latin “Gutta” yang berarti “tetesan”, dengan lesi berupa
papul kecil (diameter 0,5-1,5 cm) di tubuh bagian atas dan ekstremitas proksimal.
16
Psoriasis Plakat
Berukuran Kecil Pada tipe ini, lesi muncul pada usia yang lebih tua, kronis,
berukuran lebih besar (1-2 cm), dengan skuama lebih banyak dan tebal. Biasanya muncul
Psoriasis Inversa
Pada tipe ini muncul di lipatan-lipatan kulit seperti aksila, genitokruris, serta leher.
Lesi biasanya berbentuk eritema mengkilat berbatas tegas dengan sedikit skuama, disertai
Psoriasis Eritrodermik
Tipe ini mengenai hampir seluruh bagian tubuh, dengan efl oresensi utama eritema.
Skuama tipis, superfi sial, tidak tebal, serta melekat kuat pada permukaan kulit di
bawahnya seperti psoriasis pada umumnya, dengan kulit yang hipohidrosis. Risiko
Psoriasis Pustular
Psoriasis pustular memiliki beberapa variasi secara klinis seperti psoriasis pustular
Sebopsoriasis
pada area kulit yang seboroik (kulit kepala, glabella, lipatan nasolabialis, perioral, serta
sternum).
17
Napkin Psoriasis
Bentuk ini biasanya muncul pada usia 3-6 bulan di area kulit yang terkena popok
(diaper area).
Psoriasis Linear
Bentuk yang jarang. Lesi kulit berupa lesi linear terutama di tungkai, kadang
muncul sesuai dermatom kulit tungkai. Kadang merupakan bentuk dari nevus epidermal
Kuku
Perubahan kuku muncul pada sekitar 40% pasien dengan psoriasis. Lekukan kuku
(nail pitting) merupakan gambaran yang paling sering muncul, pada berbagai jari kecuali
jempol. Deformitas kuku lainnya akibat kerusakan matriks kuku adalah onikodistrofi
(kerusakan lempeng kuku), crumbling nail, serta titik kemerahan pada lunula.
Geographic Tongue
yang berakibat hilangnya papil filiformis lidah. Lesi biasanya berupa bercak eritematosa
Artritis Psoriatika
Merupakan bentuk klinis psoriasis ekstrakutan yang paling sering muncul, pada
18
DIAGNOSIS BANDING
HISTOPATOLOGIK
spesifik berupa: penebalan (akantosis) dengan elongasi seragam dan peninggian epidermis
di atas papilla dermis. Masa sel epidermis meningkan 3-5 kali dan masih banyak dijumpai
mikosis di atas lapisan basal. Ujung rete ridge berbentuk gada yang sering bertaut dengan
rete ridge sekitarnya. Tampak hyperkeratosis dan parakeratosis dengan penipisan atau
tampak memanjang, melebar, dan berkelok-kelok. Pada lesi awal di dermis bagian atas
tepat dibawah epidermis tampak pembuluh darah dermis yang jumlahnya lebih banyak
daripada kulit normal. Infiltrat sel radang limfosit, makrofag, sel dendrit dan sel mast
terdapat di sekitar pembuluh darah. Pada psoriasis yang matang dijumpai limfosit tidak
saja pada dermis tetapi juga pada epidermis. Gambaran spesifik psoriasis adalah
bermigrasinya sel radang granulosit-neutrofilik berasal dari ujung subset kapiler dermal
mencapai bagian atas epidermis yaitu lapisan parakeratosis stratum korneum yang disebut
mikroabses Munro atau pada lapisan spinosum yang disebut spongioform pustules of
Kogoj.
FAKTOR PENCETUS
Beberapa faktor pencetus kimiawi, mekani, dan termal akan memicu psoriasis melalui
19
pembedahan. Ketegangan emosional dapat menjadi pencetus yang mungkin diperantai oleh
beberapa antibiotic. Bakteri, virus, dan jamur juga merupakan faktor pembangkit psoriasis.
dengan aktivasi sel limfosit T, makrofag, sel Langerhans dan keratinosit. Penelitian
limfosit kulit yang berperan dalam migrasi sel limfosit T bermigrasi ke kulit. Walaupun
pada psoriasis plakat tidak dapat dideteksi antigen streptokokus, beberapa antigen asing
dan auto-antigen dapat memicu interaksi APC dan limfosit T. Peristiwa hipersensitivitas
terhadap obat, imunisasi juga akan membangkitkan aktivasi sel T. Kegemukan, obesitas,
KOMPLIKASI
Pasien dengan psoriasis memiliki anka morbiditas dan mortalitas yang meningkat
terhadap gangguan kardiovaskuler terutama pada pasien psoriasis berat dan lama. Resiko
infarm miokard terutama sekali terjadi pada pasien psoriasis usia muda yang diderita dalam
jangka waktu panjang. Pasien psoriasis juga mempunyai peningkatan risiko limfoma
manifestasi klinis berdampak terhadap menurunnya harga diri, penolakan social, merasa
dengan perasaan gatal dan nyeri, dan keadaan ini menyebabkan penurunan kualitas hidup
pasien. KOmplikasi yang dapat terjadi pada pasien eritroderma adalah hipotermia dan
hipoalbuminemia sekunder terhadap pengelupasan kulit yang berlebihan juga dapat terjadi
20
gagal jantung dan pneumonia. Sebanyak 10-17% pasien dengan psoriasis pustulosa
PENGOBATAN
Jenis pengobatan psoriasis yang tersedia bekerja menekan gejala dan memperbaiki
keparahan penyakit sehingga pasien dapat beraktivitas dalam pekerjaan, kehidupan social
dan sejahtera untuk tetap dalam kondisi kualitas hidup yang baik, tidak memperpendek
masa hidupnya karena efek samping obat. Kebanyakan pasien tidak dapat lepas dari terapi
tidak tergantung dokter, dapat mengerti dan mengenal obat dengan baik
yang biasa dilakukan di lapangan antara lain: luas permukaan badan (LPB), psoriasis area
severity index (PASI), dermatology life quality index (DLQI). Dinyatakan psoriasis dengan
keparahan ringan bila BSA kurang dari 3% sedangkan bila BSA lebih dari 10% dinyatakan
psoriasis berat. Selain pengobatan topical yang diberikan secara runtun ataupun berpola
21
rotasi dan sekuensial, tersedia pula pengobatan sistemik konvensional bahkan terapi
Namun, pemilihan pengobatan tidak semudah yang tersebut di atas karena ada
faktor lain yang memengaruhi: lokasi lesi, umur, aktivitas, waktu, dan kesehatan pasien
Ya (satu diantaranya)
Tidak
- Apakah fototerapi kontraindikasi?
(semua)
- Apakah lesi resisten terhadap fototerapi? - Fototerapi
- Terapi Sistemik
- Apakah ada psoriasis arthritis
Ya (satu diantaranya)
Terapi Sistemik
PENGOBATAN TOPIKAL
Sebagian besar pasien psoriasis mengalami kelainan kulit yang terbatas, misalnya
di siku dan lutut. Untuk keadaan ini pengobatan topikal menjadi pilihan dengan atau tanpa
penambahan terapi sistemik untuk artritis. Pengobatan topikal juga dapat ditambah pada
22
pasien fototerapi atau sistemim termasuk pengobatan biologik bila masih ada lesi tersisa.
Selain untuk kelainan yang minimal pengobatan ini juga dipakai untuk mengontrol
Topikal Kortikosteroid
vasokonstriktor masih tetap banyak dipakai dalam pengobatan psoriasis secara tunggal atau
kombinasi. Terapi jenis ini masih diminati oleh banyak dokter maupun pasien karena
efektif, relatif cepat, ditoleransi dengan baik, mudah digunakan, dan tidak terlalu mahal
dibandingkan dengan terapi alternatif lainnya. Berdasarkan keparahan dan letak lesi, dapat
yang merespons mekanisme vasokontriktor pembuluh darah kulit. Obat tersedia dalam
vehikulum beragam, misalnya krim, salap solusio, bahkan bedak, gel, spray, dan foam.
Resistensi adalah gejala yang sering terlihat dalam pengobatan keadaan ini
disebabkan oleh proses takifilaksis. Bila dalam 4-6 minggu lesi tidak membaik,
diperkenankan untuk daerah telapak tangan dan kaki. Harus diingat psoriasis sensitif
terhadap kortikosteroid, tetapi juga resisten dengan obat yang sama, hal ini terjadi karena
takifilaksis. Psoriasis di daerah siku, lutut, telapak tangan tampaknya berespons lambat
dengan kortikosteroid, sebaliknya lesi pada daerah fleksural atau daerah dengan kulit yang
relatif tipis, misalnya kelopak mata dan genital, berefek baik terhadap kortikosteroid.
Efek samping yang mengancam cukup banyak, seperti penipisan kulit, atrofik,
23
Kalsipotriol/Kalsipotrien
sampai sedang. Mekanisme kerja dari sediaan ini adalah antiproliferasi keratinosit,
sitokin yang berasal dari keratinosit maupun limfosit. Kalsipotriol merupakan pilihan
utama atau kedua pengobatan topikal. Walaupun tidak seefektif kortikosteroid superpoten,
namun obat ini tidak memiliki efek samping yang mengancam seperti kortikosteroid.
Dermatitis kontak iritan merupakan efek samping terbanyak yang dijumpai, pemakaian
Kalsipotrien tersedia dalam bentuk krim, salap atau solusio yang dipakai dua kali
sehari, sedangkan bentuk salap cukup dioles sekali sehari. Respon terapi terlihat lambat
bahkan awalnya terlihat lesi menjadi merah. Penyambuhan baru tampak setelah pemakaian
obat 53.5 hari (berkisar 14 - 78 hari). Reaksi iritasi berupa gatal dan rasa terbakar dapat
mengawali keberhasilan terapi, tetapi ada pula yang tetap teriritasi dalam pemakaian
Vitamin D lebih efektif dibandingkan dengan emolien ataupun tar untuk meredakan
gejala psoriasis, namun setara dengan kortikosteroid poten. Kortikosteroid poten lebih
efektif sedikit dibandingkan dengan vitamin D untuk pengobatan psoriasis kulit kepala.
Obat topikal paling efektif adalah kortikosteroid superpoten yang mempunyai efek
samping yang harus menjadi perhatian ketat. Vitamin D dan kortikosteroid poten
mempunyai efektivitas terhadap psoriasis yang sangat baik bila dibandingkan dengan
24
Retinoid Topikal
Acetylenic retinoid adalah asam vitamin A dan sintetik analog dengan reseptor beta
dan gamma. Retinoid meregulasi transkripsi gen dengan berikatan RAR-RXR heterodimer,
berikatan langsung elemen respons asam retinoat pada sisi promoter gen aktivasi.
sel radang. Terazoten telah disetujui FDA sebagai pengobatan psoriasis. Reaksi iritasi
(dermatitis terazoten), juga dapat mengakibatkan reaksi fototoksik. Terazotene 0.1% lebih
efektif dibandingkan dengan 0.05%, pada pemakaian 12 minggu sediaan ini lebih efektif
Ter berasal dari destilasi destruktif bahan organik, misalnya kayu, batubara, dan
fosil ikan (antara lain iktiol). Contoh ter kayu, ialah minyak cemara, birch, beech
(notgofagus) dan cade (juniperus oxycedarus) tidak bersifat fotosensitasi namun lebih
alergenik dari ter dan batu bara. Ter batu bara (coal tar) dihasilkan dari produk sampingan
destilasi destruksi batu bara yang mengandung benzen, toluen, xylene, kresol, antrasen,
dan pitch. Pada percobaan mencit coal tar menghambat sintesis DNA. Pada kulit normal,
salap coal tar 5% mengakibatkan hiperplasia sementara, yang diikuti dengan reduksi
sebesar 20% ketebalan epidermis dalam 40 hari. Bila tar dilarutkan dalam alkohol, disebut
likuor karbonis deterjen yang berbentuk lebih estetis namun efektivitas lebih rendah
dibandingkan dengan ter batu bara kasar (crude coal tar). Tar dapat dikombinasi dengan
khasiatnya. Ter merupakan senyawa aman untuk pemakaian psoriasis ringan sampai
25
Atralin disebut juga ditranol mempunyai efek antimitotik dan menghambat enzim
proliferasi. Sediaan ini juga dapat dipakai sebagai kombinasi dengan fototerapi yang
dikenal dengan formulasi Ingram. Biasnya dimulai dengan atralin konsentrasi terendah
0.05% sekali sehari kemudian ditingkatkan sampai menjadi 1% dengan kontak singkat (15-
30 menit) setiap hari. Obat ini mampu membersihkan lesi psoriasis. Efek samping sijumpai
Fototerapi
mekanisme lainnya. Diketahui efek biologik UVB terbesar kisaran 311-313nm oleh karena
itu sekarang tersedia lampu UVB (TL-01) yang dapat memancarkan sinar monokromatik
dan disebut spektrum sempit (narrowband). Dalam berbagai uji coba penyinaran 3-5 kali
seminggu dengan dosis eritemogenik memiliki hasil yang efektif. Bila dibansingkan
dengan UVB spektrum luas, UVB spektrun sempit dosis suberitemogenik nampaknya
lebih efektif. Psoriasis sedang sampai berat dapat diobati dengan UVB, kombinasi dengan
ter meningkatkan efektivitas terapi. Efek samping cepat berupa sunburn, eritema,
vesikulasi dan kulit kering. Efek jangka panjang berupa penuaan kulit dan keganasan kulit
yang masih sulit dibuktikan. Bila dilakukan di klinik, kombinasi UVB sebgan ter sdan
Pemakaian UVB spektrum sempit lebih banyak dipilih karena lebih aman
dibandingkan denga PUVA (psoralen dan UVA) yang dihubungkana dengan karainoma sel
skuamosa, karainoma sel basal dan melanoma maligna pada kulit. Peningkatan keganasan
kulit karena UVB spektrum sempit sampai saat ini belum bisa ditetapkan dan masih dalam
penyelidikan.
26
Sistemik
membutuhkan penanganan semacam ini biasanya dipakai pada paoriasis berat termasuk
psoriasis plakat luas, eritroderma, atau paoriasis pustulosa generalisata atau psoriasis
artritis.
Metrotreksat merupakan pengobatan yang sudah lama dikenal dan masih sangat
efektif untuk psoriasis maupun psoriasis artritis. Mekanisme kerjanya melalui kompetisi
antagonis dari enzim dehidrofolat reduktase. Metrotreksat memiliki struktur mirip dengan
asam folat yang merupakan substrat dasar enzim tersebut. Enzim dehidrofolat reduktase
mampu mengkatalisis asam folat menjadi berbagai kofaktor yang diperlukan oleh beragam
reaksi biokimia termasuk sintesis DNA. Metrotreksat mampu menekan proliferasi limfosit
dan produksi sitokin, oleh krena itu bersifat imunosupresif. Penggunaannya terbukti sangat
berkhasiat untuk psoriasia tipe plakat berat rekalsitran, dan juga merupakan indikasi untuk
penggunaan jangka panjang pada psoriasis berat seperti psoriasis pustulosa dan psoriasis
eritroderma. Metabolit obat ini dieksresikan oleh ginjal, karena bersifat teratogenik. Oleh
karena itu, metrotreksat tidak boleh diberikan pada ibu hamil. Metrotreksat berinteraksi
dengan sejumlah obat, mengganggu fungsi hati dan sistem hematopoetik. Dosis pemakaian
untuk dewasa dimulai dengan dosis rendah 7.5-15mg setiap minggu, dengan pemantauan
peningkatan trigliserida dan mengganggu fungsi hati. Dosis yang dipakai berkisar 0.5-
terbentuk IL-2 dan inflamasi lainnya. Dosis rendah 2.5mg/kgBB/hari dipakai sebagai terapi
awal, dengan dosis maksimum 4mg/kgBB/hari. Respons makin baik bila dosis lebih tinggi.
Hipertensi dan toksik ginjal adalah efek samping yang harus diperhatikan, dan beberapa
27
peneliti juga menghawatirkan keganasan. Obat ini memililiki interaksi dengan beberapa
Agen Biologik
Obat ini bekerja dengan menghambat biomolekuler yang berperan dalam tahapan
patogenesis psoriasis. Terdapat tiga tipe obat yang beredar di psaran, yaitu recombinant
human cytokine, fusi protein, dan monoklonal antibodi. Perkembangan agen biologik ini
sangat pesat dan yang dikenal adalah alefacept, efalizumab, ifliximab, dan ustekinumab.
Pemakaian terbatas pada kasus yang berat atau tidak berhasil dengan pengobatan sistemik
klasik. Efek samping yang harus diperhatikan adalah infeksi karena agen ini bersifat
imunosupresif, reaksi infus dan pembentukan antibodi serta pemakaian jangka panjang
PROGNOSIS
Psoriasis guttata biasanya akan hilang sendiri (self limited) dalam 12-16 minggu
tanpa pengobatan, meskipun pada beberapa pasien menjadi lesi plakat kronik. Psoriasis
tipe plakat kronis berlangsung seumur hidup, dan interval antar gejala tidak dapat
diprediksi. Remisi spontan dapat terjadi pada 50% pasien dalam waktu yang bervariasi.
Eritroderma dan generalized pustular psoriasis memiliki prognosis yang lebih buruk
28
ANALISA KASUS
ANAMNESIS
TEORI KASUS
DEFINISI
kronik dengan manifestasi klinis pada kulit terdapat bercak-bercak merah, bersisik
dan kuku. Lesi kulit biasanya merupakan pada hampir seluruh tubuh (kecuali bagian
Psoriasis berasal dari bahasa Yunani Sesuai dengan kondisi pada pasien yang
“psora”yang berarti gatal, ketombe atau tidak merasakan adanya gatal sedikitpun,
ruam, meskipun sebagian besar pasien namun hanya merasakan kulitnya kaku dan
PREDILEKSI
Letaknya dapat terlokalisir, misalnya pada Bercak kemerahan dan bersisik pada
siku, lutut atau kulit kepala (scalp) atau pasien sudah mengenai hampir seluruh
menyerang hampir 100% luas tubuh. bagian tubuh (kecuali bagian leherwajah
29
kurang dari 90%, karena jika lesi sudah
ETIOLOGI
Penyebab dasarnya belum diketahui Pada pasien ini tidak ditemukan adanya
kronis inflamatorik dengan faktor genetik faktor genetic dapat disingkirkan. Faktor
yang kuat, dengan ciri gangguan predisposisi lain yang terdapat pada pasien
perkembangan dan diferensiasi epidermis, adalah gigi bolong sebagai fokal infeksi,
imunologis dan biokimiawi, serta fungsi disingkirkan karena pasien ini sedang tidak
Faktor pencetus: faktor Endokrin, infeksi etiologi dan faktor pencetus yang lainnya
bakteri atau virus, faktor kimiawi, masih harus ditanyakan lebih lanjut,
mekanik, dan termal, stress dan emosi, apakah ada yang pasien alami atau tidak.
obat-obatan.
GAMBARAN LESI
Lesi klasik psoriasis adalah plak Pada pasien didapatkan distribusi lesi
diselubungi oleh skuama putih. Lesi kulit thoracalis, abdominalis, inguinalis, gluteus,
30
diameter terbesar >5 cm, bentuk tidak
(psoriasiformis).
Fenomena tetesan lilin, Auspitz sign, Pada pasien didapatkan hasil fenomena
Perubahan kuku muncul pada sekitar 40% pasien ini tidak ditemukan adanya kelainan
pasien dengan psoriasis. Lekukan kuku pada kuku maupun pada lidah. Kuku dan
(nail pitting) merupakan gambaran yang lidah pasien masih dalam keadaan normal,
paling sering muncul, pada berbagai jari kuku pasien tidak mengalami deformitas
akibat kerusakan matriks kuku adalah crumbling nail, ataupun titik kemerahan
onikodistrofi (kerusakan lempeng kuku), pada lunula, begitu pula pada lidah, tidak
crumbling nail, serta titik kemerahan pada didapatkan adanya geographic tongue
31
glossitis merupakan kelainan idiopatik
dan berpindah-pindah.
32
DAFTAR PUSTAKA
Jacoeb, Tjut Nurul Alam. 2015. Psoriasis, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. FKUI:
Yuliastuti, Dwinidya. 2015. Psoriasis, CDK-235/ Vol. 42 No. 12. (Hal: 901-906).
33