Anda di halaman 1dari 19

ALERGI MAKANAN PADA ANAK

Oleh:
Vanesa Oktaria
G1A219088
 
Pembimbing:
dr. Vivi Septriani, Sp.A
 
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
RUMAH SAKIT UMUM RADEN MATTAHER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Penyakit alergi pada anak menarik dan penting untuk dibicarakan karena dampak peningkatan
teknologi dan social ekonomi akhir-akhir ini terhadap prevalensi serta derajat beratnya penyakit alergi
pada beberapa negara di dunia.

Penyakit alergi walaupun tidak mengancam jiwa namun berdampak sangat merugikan terhadap fisik,
psikologi anak, dan pengobatannya yang mahal.

Alergi merupakan kasus yang cukup mendominasi kunjungan penderita di klinik rawat jalan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
The American Academy of Allergy and Immunology dan The National Institute of Allergy and Infectious
Disease membuat batasan mengenai reaksi simpang makanan, alergi makanan, dan intoleransi makanan :

1. Reaksi Simpang Makanan


Reaksi simpang makanan adalah suatu istilah umum untuk reaksi yang tidak diinginkan terhadap makanan.
Reaksi tersebut bisa merupakan reaksi sekunder terhadap alergi makanan atau intoleransi makanan.

2. Alergi Makanan
Alergi makanan adalah reakasi imunologik yang menyimpang, sebagian besar reaksi ini melalui reaksi
hipersensitivitas tipe 1.

3. Intoleransi Makanan
Intoleransi makanan adalah reaksi nonimunologik dan merupakan sebagian besar penyebab reaksi yang
tidak diiginkan terhadap makanan.
Etiologi
1.Faktor Genetik

• Bila ada salah satu orang tua yang menderita gejala alergi maka dapat menurunkan resiko pada anak sekitar
20– 40%, ke dua orang tua alergi resiko meningkat menjadi 40 - 80%.
• Sedangkan bila tidak ada riwayat alergi pada kedua orang tua maka resikonya adalah 5 – 15%.

2. Maturitas Usus

• Alergi makanan sering terjadi pada usia anak dibandingkan pada usia dewasa, Fenomena lain adalah bahwa
sewaktu bayi atau usia anak mengalami alergi makanan tetapi dalam pertambahan usia membaik.
• Hal itu terjadi karena belum sempurnanya saluran cerna pada anak.

3. Pajanan Alergi

• Pajanan alergi yang merangsang produksi IgE spesifik sudah dapat terjadi sejak bayi dalam kandungan.
• Pajanan juga terjadi pada masa bayi.
• Beberapa jenis makanan yang dikonsumsi ibu akan sangat berpengaruh pada anak yang mempunyai bakat
alergi.
4. Pencetus Alergi Makanan

• Faktor pencetus sebetulnya bukan penyebab serangan alergi, tetapi menyulut terjadinya serangan alergi. Tanpa
paparan alergi maka faktor pencetus tidak akan terjadi.
• Bila anak mengkonsumsi makanan penyebab alergi disertai dengan adanya pencetus maka keluhan atau gejala
alergi yang timbul jadi lebih berat.
Patofisiologi

Alergen makanan akan dikenali oleh Sel T tersensitisasi dan


sel penyaji antigen untuk akan merangsang sel B
selanjutnya mengekspresikan pada menghasilkan antibody
sel T secara langsung atau melalui dari berbagai subtype.
sitokin.

Allergen yang utuh akan diserap oleh usus dalam


jumlah cukup banyak dan mencapai sel-sel
pembentuk antibody di dalam mukosa usus dan
organ limfoid usus, yang pada kebanyakan anak-
anak membentuk antibody dari subtype IgG, IgA
dan IgM.
• Pada anak-anak atopi cenderung membentuk IgE lebih banyak yang selanjutnya mengadakan
sensitisasi sel mast pada saluran cerna, saluran nafas dan kulit.
• Pada paparan selanjutnya mulai terjadi produksi sitokin oleh sel T, Sitokin mempunyai berbagai efek
terhadap berbagai sel terutama dalam menarik sel-sel radang misalnya neutrofil dan eosinofil  reaksi
peradangan.
Manifestasi Klinis
No Organ dan Sistem Tubuh Gejala dan Tanda

Bayi : Bayi lahir dengan sesak 3-5 hari (Transient Tachipneu Of The
1. Sistem pernafasan newborn), cold-like respiratory congestion (napas berbunyi atau grok-
grok).
Anak: batuk berkepanjangan terutama malam dan pagi hari,
sesak(astma), sering batuk pendek (berdehem).

Hidung : Hidung buntu, bersin, hidung gatal, pilek, hidung buntu


2. Telinga, Hidung, dan Tenggorokan menggosok- gosok hidung, menggerakkan cuping hidung, epistaksis
(mimisan), post nasal drip, epitaksis, salam alergi, rabbit nose, nasal
creases, kotoran hidung berlebihan
Tenggorok : Tonsilitis (amandel), Tenggorokan nyeri/kering/gatal,
palatum gatal, suara parau/serak
Telinga : telinga terasa penuh/ bergemuruh/berdenging, telinga bagian
dalam gatal, nyeri telinga dengan gendang telinga kemerahan atau
normal, gangguan pendengaran hilang timbul, terdengar suara lebih
keras, akumulasi
cairan di telinga tengah, pusing, gangguan keseimbangan.

Bayi : sering timbul penebalan merah di daerah pipi popok dan telinga,
3. Kulit timbul kerak di kulit kepala.
Anak : Sering gatal, dermatitis, urticaria, bengkak di bibir, lebam
biru kehitaman, bekas hitam seperti digigit
nyamuk, berkeringat berlebihan.
4. Mata Bayi : Mata berair, mata gatal, sering belekan (“like conjunctivitis neonatal”).
Biasanya salah satu sisi mata, Nistagmus (juling)
Anak : bintil pada mata (hordeolum like symptom). Kulit di bawah mata tampak ke
hitaman, mata belekan, mata gatal dan sedikit kemerahan dan gatal (sering
digosok-gosok). Konjungtivitis vernalis.

Bayi : Rambut rontok, keputihan atau perdarahan di vagina, eritema toksikum


5. Sistem Hormonal (timbul jerawat kecil berwarna putih) di wajah, kepala atau leher; payudara
membesar.
Anak : Tumbuh rambut yang berlebihan, obesitas, gangguan pertumbuhan (tinggi
badan kurang), alat kelamin kecil.

Sering kencing, nyeri kencing, bed wetting (ngompol), Nyeri, urgent atau sering
6. Sistem Saluran Kemih kencing, nyeri kencing, bed wetting (ngompol); tidak mampu mengintrol kandung
kemih; mengeluarkan cairan di vagina; gatal,
bengkak atau nyeri pada alat kelamin. Sering timbul infeksi saluran kencing

7. Jaringan Otot dan Tulang Nyeri tulang dan otot biasanya terjadi malam hari selepas
maghrib, bengkak di leher (seperti “gondongen”)

8. Saluran Pencernaan Bayi : sering rewel, kolik/menangis terus menerus tanpa sebab pada malam hari,
sering cegukan, sering “berak ngeden”, kembung, sering gumoh, berak berwarna
hitam atau hijau, berak timbul warna darah. Lidah berwarna putih
(“like moniliasis symtomp”), ngiler. Hernia umbilikalis, scrotalis atau inguinalis.
Anak : nyeri perut, sering buang air besar (>2 kali/perhari), gangguan buang
    air besar (kotoran keras, berak, tidak setiap hari, berak di celana, berak
berwarna hitam atau hijau, berak ngeden), kembung, muntah, sulit
berak, sering buang angin (flatus), sariawan, mulut berbau. Nyeri perut,
sering diare, kembung, muntah, konstipasi (sulit berak), kelaparan, haus,
saliva (air liur) meningkat, canker sores (sariawan), stinging tongue (lidah
terasa pedih), drooling (ngiler), nyeri gigi, burping (sendawa), retasting
foods, gejala sakit mag (nyeri perut ulu hati, muntah, mual,
“gelegekan”), swallowing difficulty (kesulitan menelan), abdominal
rumbling (perut keroncongan), konstipasi (sulit buang air besar), nyeri
perut, passing gas (sering buang angin), timbul lendir atau darah dari
rektum, anus gatal atau panas.

9. Sistem Pembuluh Darah dan Palpitasi, flushing (muka ke merahan), nyeri dada, colaps, pingsan,
Jantung tekanan darah rendah,

10. Sistem Susunan Syaraf Pusat/Otak Bayi : sensitif, sering mudah kaget dengan rangsangan suara/cahaya,
gemetar (terutama tangan, kaki dan bibir), bahkan sampai kejang.
Anak: Sering sakit kepala, migrain, keterlambatan bicara dan gangguan
perilaku: impulsif, sering marah, agresif emosi berlebihan, agresif,
overaktif, gangguan belajar, gangguan konsentrasi, gangguan
koordinasi, hiperaktif hingga autisme.
Gangguan tidur : sulit tidur, tidur tengah malam, gangguan awal tidur,
tidur bolak balik gelisah, tertawa, berteriak atau menangis sewaktu
tidur. Brushing (gigi beradu/gemeretak), tidur nungging, tengkurap.
Diagnosis Klinis
1. Uji provokasi

• Sebelum dilakukan uji provokasi eliminasi makanan harus dilakukan terlebih dahulu selama 3 minggu dengan
bentuk diet yang disesuaikan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium.
• Jika eliminasi tidak dapat menunjukkan gejala alergi makanan maka dapat dilakukan uji provokasi.

2. Uji kulit

• Uji kulit dapat dilakukan dengan cara uji gores (scratch test), uji tusuk (prick test), dan uji suntik intradermal.
• Dapat dilakukan sebagai pemeriksaan penyaring dengan menggunakan ekstrak allergen yang lazimnya ada
dilingkungan penderita, misalnya: allergen tungau, kapuk, debu rumah, bulu kucing, tepung sari rumput, atau
allergen makanan seperti susu, telur, kacang, ikan)

3. Darah tepi

• Hitung jenis leukosit dapat dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan infeksi, dan bila eosinofilia >5% atau
>500/ml condong pada alergi. Hitung leukosit <5000/ml disertai neutropenia <30% sering ditemukan pada alergi
makanan.
4. IgE total dan spesifik

• Pemeriksaan IgE total dengan PRIST (paper radioimmunosorbent test) atau yang sepadan, berguna untuk
menentukan status alergi penderita.
• Pemeriksaan IgE spesifik dilakukan dengan RAST (radio allergosorbent test).
• IgE spesifik terhadap makanan tertentu dapat dipakai sebagai prediksi adanya reaksi alergi tipe cepat dan tipe
lambat terhadap makanan tersebut

5. Antibodi mononuclear dalam sirkulasi

• Adanya antibody terhadap susu sapi pada anak usia kurang dari 3 tahun dapat dipakai sebagai pertanda alergi
terhadap susu sapi.
• Tetapi pada anak besar dan usia dewasa kadar antibody nonreaginik terhadap susu sapi dapat saja meningkat
walaupun ternyata alergi terhadap makanan lain.

6. Pelepasan histamine oleh


basofil

• Beberapa penderita alergi makanan menunjukkan peningkatan pelepasan histamin 20%-40% lebih tinggi daripada
normal.
Penatalaksanaan

• Allergen yang sudah ditemukan harus dihindari sebaik mungkin, perlu diingat alergi tidak dapat disembuhkan,
tetapi dikendalikan jumlah frekuensi serangannya, dikurangi penggunaan obatnya, dikurangi jumlah tidak masuk
sekolah, dan ditingkatkan kualitas hidupnya
• Farmakoterapi yang digunakan pada alergi makanan diantaranya adalah :
1. Kromolin, Nedokromil
2. Glukokortikoid
3. Agonis beta adrenegik
4. Metil xantin
5. Antagonis kolinergik (muskarinik)
6. Antagonis leukotrin
7. Antagonis reseptor-H1
 
Prognosis

• Pada prinsipnyanya alergi tidak bisa disembuhkan


• Meskipun tidak bisa hilang sepenuhnya, tetapi alergi makanan biasanya akan
membaik pada usia tertentu
BAB III

KESIMPULAN
1. Alergi makanan adalah reakasi imunologik yang menyimpang, sebagian besar reaksi ini melalui reaksi
hipersensitivitas tipe 1
2. Etiologi alergi makanan diantaranya adalah : genetik, maturitas usus, pajanan alergi, pencetus alergi makanan.
3. Manifestasi klinis yang muncul pada alergi makanan dapat menyerang seluruh organ.
4. Penegakan diangnosis alergi makanan dapat menggunakan uji provokasi, uji kulit, darah tepi, IgE total dan spesifik,
antibodi mononuclear dalam sirkulasi, pelepasan histamine oleh basofil.
5. Prinsip penatalaksanaan pada alergi makanan yaitu alergen yang sudah ditemukan harus dihindari sebaik mungkin,
perlu diingat alergi tidak dapat disembuhkan, tetapi dikendalikan jumlah frekuensi serangannya, dikurangi
penggunaan obatnya, dikurangi jumlah tidak masuk sekolah, dan ditingkatkan kualitas hidupnya.
6. Farmakoterapi pada alergi makanan diantaranya adalah Kromolin, Nedokromin, Glukokortikoid, Agonis beta
adrenegik, Metil xantin, Antagonis kolinergik (muskarinik), Antagonis leukotrin, Antagonis reseptor-H1.
7. Prinsipnya alergi makanan tidak dapat disembuhkan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai