Anda di halaman 1dari 12

PENYAKIT KULIT PADA MASA PANDEMI AKIBAT KEBIASAAN

BARU DAN PENCEGAHANNYA

Oleh:
Vanesa Oktaria G1A219088

Pembimbing:
Dr. dr. Sri Yusfinah Masfah Hanum, Sp. KK FINSDV

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN MATTAHER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
TINJAUAN PUSTAKA
PENDAHULUAN
Pada 31 Desember 2019, WHO China Country Offce melaporkan kasus pneumonia
yang tidak diketahui etiologinya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China. Pada
tanggal 7 Januari 2020, China mengidentifkasi pneumonia yang tidak diketahui
etiologinya tersebut sebagai jenis baru coronavirus (novel coronavirus). Pada awal
tahun 2020 NCP mulai menjadi pendemi global dan menjadi masalah kesehatan di
beberapa negara di luar RRC. Berdasarkan World Health Organization (WHO) kasus
kluster pneumonia dengan etiologi yang tidak jelas di Kota Wuhan telah menjadi
permasalahan kesehatan di seluruh dunia. Penyebaran epidemi ini terus berkembang
hingga akhirnya diketahui bahwa penyebab kluster pneumonia ini adalah Novel
Coronavirus. Pandemi ini terus berkembang hingga adanya laporan kematian dan
kasus-kasus baru di luar China. Pada tanggal 30 Januari 2020, WHO menetapkan
COVID-19 sebagai Public Health Emergency of International Concern (PHEIC)/
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Yang Meresahkan Dunia (KKMMD)1 . Pada
tanggal 12 Februari 2020, WHO resmi menetapkan penyakit novel coronavirus pada
manusia ini dengan sebutan Coronavirus Disease (COVID-19). COVID-19
disebabkan oleh SARS-COV2 yang termasuk dalam keluarga besar coronavirus yang
sama dengan penyebab SARS pada tahun 2003, hanya berbeda jenis virusnya.
Gejalanya mirip dengan SARS, namun angka kematian SARS (9,6%) lebih tinggi
dibanding COVID-19 (saat ini kurang dari 5%), walaupun jumlah kasus COVID-19
jauh lebih banyak dibanding SARS. COVID-19 juga memiliki penyebaran yang lebih
luas dan cepat ke beberapa negara dibanding SARS. Penambahan jumlah kasus
COVID-19 berlangsung cukup cepat dan sudah terjadi penyebaran ke luar wilayah
Wuhan dan negara lain. Sampai dengan 16 Februari 2020, secara global dilaporkan
51.857 kasus konfmasi di 25 negara dengan 1.669 kematian (CFR 3,2%). Rincian
negara dan jumlah kasus sebagai berikut: China 51.174 kasus konfrmasi dengan
1.666 kematian, Jepang (53 kasus, 1 Kematian dan 355 kasus di cruise ship
Pelabuhan Jepang), Thailand (34 kasus), Korea Selatan (29 kasus), Vietnam (16
kasus), Singapura (72 kasus), Amerika Serikat (15 kasus), Kamboja (1 kasus), Nepal
(1 kasus), Perancis (12 kasus), Australia (15 kasus), Malaysia (22 kasus), Filipina (3
kasus, 1 kematian), Sri Lanka (1 kasus), Kanada (7 kasus), Jerman (16 kasus),
Perancis (12 kasus), Italia (3 kasus), Rusia (2 kasus), United Kingdom (9 kasus),
Belgia (1 kasus), Finlandia (1 kasus), Spanyol (2 kasus), Swedia (1 kasus), UEA (8
kasus), dan Mesir (1 Kasus).1

Mekanisme penularan
Coronavirus merupakan zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia).
Penelitian menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan dari kucing luwak (civet
cats) ke manusia dan MERS dari unta ke manusia. Adapun, hewan yang menjadi
sumber penularan COVID-19 ini masih belum diketahui. Masa inkubasi COVID-
19 rata-rata 5-6 hari, dengan range antara 1 dan 14 hari namun dapat mencapai 14
hari. Risiko penularan tertinggi diperoleh di hari-hari pertama penyakit
disebabkan oleh konsentrasi virus pada sekret yang tinggi. Orang yang terinfeksi
dapat langsung dapat menularkan sampai dengan 48 jam sebelum onset gejala
(presimptomatik) dan sampai dengan 14 hari setelah onset gejala. Sebuah studi Du
Z et. al, (2020) melaporkan bahwa 12,6% menunjukkan penularan
presimptomatik. Penting untuk mengetahui periode presimptomatik karena
memungkinkan virus menyebar melalui droplet atau kontak dengan benda yang
terkontaminasi. Sebagai tambahan, bahwa terdapat kasus konfirmasi yang tidak
bergejala (asimptomatik), meskipun risiko penularan sangat rendah akan tetapi
masih ada kemungkinan kecil untuk terjadi penularan. Berdasarkan studi
epidemiologi dan virologi saat ini membuktikan bahwa COVID-19 utamanya
ditularkan dari orang yang bergejala (simptomatik) ke orang lain yang berada
jarak dekat melalui droplet. Droplet merupakan partikel berisi air dengan diameter
>5-10 µm. Penularan droplet terjadi ketika seseorang berada pada jarak dekat
(dalam 1 meter) dengan seseorang yang memiliki gejala pernapasan (misalnya,
batuk atau bersin) sehingga droplet berisiko mengenai mukosa (mulut dan hidung)
atau konjungtiva (mata). Penularan juga dapat terjadi melalui benda dan
permukaan yang terkontaminasi droplet di sekitar orang yang terinfeksi. Oleh
karena itu, penularan virus COVID-19 dapat terjadi melalui kontak langsung
dengan orang yang terinfeksi dan kontak tidak langsung dengan permukaan atau
benda yang digunakan pada orang yang terinfeksi (misalnya, stetoskop atau
termometer). Dalam konteks COVID-19, transmisi melalui udara dapat
dimungkinkan dalam keadaan khusus dimana prosedur atau perawatan suportif
yang menghasilkan aerosol seperti intubasi endotrakeal, bronkoskopi, suction
terbuka, pemberian pengobatan nebulisasi, ventilasi manual sebelum intubasi,
mengubah pasien ke posisi tengkurap, memutus koneksi ventilator, ventilasi
tekanan positif noninvasif, trakeostomi, dan resusitasi kardiopulmoner. Masih
diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai transmisi melalui udara.2
Untuk mengurangi penularan dan munurukan angka kejadian covid-19,
maka pemerintah memberikan aturan dengan menggunakan masker dan sering
mencuci tangan yang menjadi kebiasaan baru atau new normal. Walaupun
mencuci tangan sudah lama digaungkan sebagai pencegahan penyakit, namun
masyarakat baru mulai tergerak aktif belakangan ini.
Dibalik kebiasaan baik untuk sering mencuci tangan dan menggunakan
masker, ternyata membawa dampak pada kulit. Padahal, kulit sebagai barier
(penghalang) masuknya benda asing termasuk virus harus dijaga kelembapannya.
Berikut dampak pandemi covid-19 pada kesehatan kulit :
1. Mencuci Tangan
Kampanye cuci tangan ditemui dimanapun. Namun, terlalu sering mencuci
tangan pun malah menimbulkan masalah baru seperti tangan kering, pecah-
pecah, hingga timbul iritasi. Hal yang sama juga akan terjadi karena kebiasaan
menggunakan hand sanitizer.
Kulit yang kering terjadi karena kurangnya kandungan air dalam stratum
korneum (lapisan terluar kulit) akibat penguapan secara berlebih dan hilangnya
bahan-bahan hidrofilik pada kulit. Kandungan air sebanyak 10% pada stratum
korneum sangat berperan dalam menjaga kelembutan dan elastisitas kulit.
Stratum korneum terbentuk atas keratin yang tersusun dari molekul rantai
panjang yang dihubungkan oleh jembatan garam atau hidrogen. Apabila jumlah
air di antara rantai molekul tersebut semakin sedikit, ikatan molekul akan
semakin kuat dan menyebabkan elastisitas jaringan semakin rendah. Hal ini
kemudian mengakibatkan kulit menjadi kering dan membentuk retakan yang
dapat membuat masuknya mikroorganisme atau kontaminan lain ke dalam
celah tersebut. Jika dibiarkan, akan terjadi penumpukan bahan asing yang dapat
menjadi sumber infeksi serta menimbulkan masalah kulit yang lebih lanjut.
Hidrasi kulit juga dipengaruhi oleh adanya lapisan lemak alami serta
bahan-bahan yang mudah menyerap air seperti asam amino, purin, pentosa,
kolin, dan senyawa turunan asam amino. Lapisan lemak tipis berfungsi untuk
melindungi bahan larut air dan mencegah terjadinya penguapan air secara
berlebih.
Apabila bahan-bahan larut air tidak dilindungi oleh lapisan lemak tipis,
bahan tersebut dapat terangkat dari kulit akibat pencucian. Terangkatnya bahan
larut air tersebut akan menyebabkan hilangnya sifat hidrofilik dan elastisitas
kulit.
Hal ini seringkali terjadi akibat penggosokan kulit secara berulang
menggunakan sabun. Sabun yang bersifatamfifilik (memiliki gugus hidrofil
dan lipofil) ketika digunakan berulang kali akan mengangkat lapisan lemak
alami kulit.
Setelah lapisan lemak terangkat, penggosokan dan penyiraman kembali
akan menyebabkan bahan-bahan hidrofilik tidak terlindungi dan terbawa oleh
gugus hidrofil sabun serta air yang dipakai untuk pencucian. Selanjutnya ketika
kulit terbuka pada udara, stratum korneum dengan cepat akan mengering dan
menyebabkan kulit pecah-pecah.
Oleh karena itu, diperlukan bahan pelembab tambahan untuk mencegah
kekeringan kulit yang dapat menjadi sumber infeksi dan menimbulkan masalah
kulit serius lainnya .
Pencegahan kulit kering akibat sering mencuci tangan sebagai berikut :
1. Jangan asal pilih sabun
Agar kulit tangan tidak mudah kering, yang perlu diperhatikan
dalam pemilihan sabun cuci tangannya. Pilihlah sabun yang bisa
memberikan kelembapan pada kulit, misalnya yang mengandung gliserin
dan lanolin, pilih juga sabun tangan yang tanpa pewangi dan pewarna.
2. Jangan gunakan air panas
Untuk mencuci tangan, cukup gunakan air biasa, karena air yang
hangat atau panas lebih mudah lebih mudah menghialngkan minyak alami
dikulit tangan. Padahal, minyak tersebut berfungsi untuk menjaga air
dilapisan kulit, agar kulit tetap lembab. Selain itu, semakin air panas,
semakin besar kemungkinan tangan mengalami iritasi.
3. Keringkan tangan dengan benar
Setelah mencuci tangan, keringkan tangan dengan benar. Hindari
menggosokan kain, handuk, atau tisu kekulit tangan. Cukup tepuk-
tepukkan dengan lembut ketangan agar kulit tangan tidak lecet atau perih.
4. Gunakan pelembab
Jenis Pelembab
Secara umum pelembab badan (moistrurizer) dapat di bedakan menjadi 4
jenis yaitu:

 Bodylotion
Body lotion Merupakan salah satu pelembab tubuh yang paling banyak
beredar dan paling encer dibandingkan dengan pelembab lainnya. Pelembab
jenis ini baik digunakan pada kulit yang normal cenderung kering serta tidak
terlalu bermasalah. Lotion yang baik sebaiknya tidak terlalu greasy
(berminyak) saat digunakan dan dapat menyerap dengan cepat saat dioleskan
dikulit. Lotion merupakan pilihan paling tepat jika anda membutuhakan
pelembab yang ringan atau bila digunakan untuk seluruh tubuh. Karena
bentuknyayang ringan dan tidak meninggalkan residu, lotion bisa digunakan
pagi hari tanpa perlu khawatir bisa menempel dipakaian. Pilih lotion jika anda
tinggal di iklim yang lembab atau ketika cuaca mulai panas.
 Body crem
Body crem bentunya lebih pekat dan lebih banyak minyak pelembab.
Memiliki efek yang lebih baik dibandingkan lotion dan sangat cocok untuk
kulit kering yang tinggal didaerah dengan kelembaban tinggi dan cuaca
panas. Krim tubuh ini paling baik digunakan dikulit paling kering, seperti
lengan dan kaki, yang tak banyak memiliki kelenjar minyak ketimbang dada
dan punggung. Jika ada jerawat di dada dan punggung artinya kulit anda
memiliki minyak alami yang cukup.Gunakan krim jika kulit mengelupas
karena kering meski sudah menggunakan lotion.

 Body butter
Body butter memiliki proporsi minyak paling tinggi. Karena itu
bentuknya sangat kental mirip margarin atau mentega. Biasanya body butter
memiliki kandungan shea butter, cocoa butter, coconut butter. Bentuk
pelembab tubuh seperti ini bisa jadi sangat berminyak dan sulit dioleskan,
maka akan sangat baik jika dioleskan di daerah yang sangat kering dan
cenderung pecah misalnya siku, lutut, dan tumit atau untuk hasil yang lebih
baik gunakan body butter setelah mandi. Pelembab jenis ini sangat cocok
untuk kulit ekstra kering. Bisa juga digunakan untuk pemilik kulit normal,
tapi tidak untuk pemakaian sehari-hari, umumnya digunakan menjelang tidur
malam. Bagi anda yang beraktifitas di ruangan air conditioning, body butter
juga sangat membantu untuk mengurangi atau mencegah kulit menjadi kering
dan keriput.

 Hand and foot cream


Pelembab yang satu ini dikhususkan untuk daerah tangan dan
kaki.Bentuknya krim yang mudah menyerap dan diformulasikan khusus
karena sekaligus untuk merawat dan memperkuat kuku. Pelembab jenis ini
digunakan pada kuit normal. Efek pelembabnya pun sangat baikuntuk kulit
dan tangan. Beberapa produk bahkan menambahkan efek whitenning pada
krim ini karena biasanya tangan dan kaki merupakan bagian yang sering
terpapar sinar matahari kerena jarang tertutupi.

A. Mekanisme kerja pelembab


Mekanisme kerja pelembab dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu: oklusif,
humektan, dan emolien. Pelembab yang baik mengandung kombinasi dari
ketiga mekanisme tersebut

 Oklusif
Oklusif adalah mekanisme kerja pelembab dengan membentuk
lapisan film di permukaan kulit dengan tujuan mencegah hilangnya air
dari stratum corneum. Pada umumnya yang tergolong oklusif adalah
lemak dan minyak lemak. Bahan-bahan yang memiliki mekanisme
oklusif merupakan bahan pelembab yang terbaik tetapi kurang dapat
diterima dengan baik karena sifatnya yang berminyak.Sebagai contoh
adalah petrolatum, minyak mineral parafin, skualen, dimetikon, minyak
kedelai, minyak biji anggur, malam lebah, propilen glikol, dan lanolin..

 Humektan
Humektan adalah mekanisme pelembab dengan cara menarik air atau
menyerap air. Humektan dapat membantu menjerat air dari udara yang
kemudian dapat berpenetrasi ke dalam kulit, bila kelembaban relatif
rendah. Tetapi humektan dapat juga menarik air dari bagian epidermis
dan dermis yang dapat menyebabkan kulit menjadi kering.Maka
sebaiknya penggunaan humektan dikombinasikan dengan bahan oklusif.
Mekanisme humektan yang menarik air penetrasi ke dalam kulit, akan
mengakibatkan pengembangan stratum corneum yang memberikan
persepsi kulit halus dengan sedikit kerut. Contoh berbagai bahan
denganmekanisme humektan antara lain gliserin, sorbitol, natrium
hialuronat, urea, propilen glikol, asam α-hidroksi, dan gula

 Emolien
Mekanisme kerja dari emolien yaitu mengisi ruang antara keratinosit
untuk membentuk permukaan yang halus. Emolien dapat meningkatkan
kohesi dari sel-sel keratinosit sehingga ujung-ujung sel tidak
menggulung. Selain itu, ada beberapa bahan dengan mekanisme kerja
emolien yang juga memiliki mekanisme kerja pelembab sebagai
humektan dan oklusif. Sebagai contoh lanolin, minyak mineral, dan
petrolatum

2. Masker
Di awal kemunculan virus yang mematikan tersebut, para pakar
kesehatan hanya mengkhususkan pemakaian masker untuk tenaga kesehatan
dan orang-orang yang sakit saja. Namun, seiring penyebaran virusnya yang
semakin masif, masker menjadi atribut wajib yang dikenakan oleh orang-
orang yang terpaksa keluar rumah atau berada di tempat umum. Terlebih saat
penerapan new normal atau kebiasaan baru, intensitas pemakaian masker
pasti akan meningkat karena masyarakat sudah mulai beraktivitas seperti
biasanya. seorang ahli perawatan kulit bernama Profesor Karen Ousey
mengatakan bahwa penggunaan masker setiap hari dapat menyebabkan
gesekan pada kulit, khususnya area pipi dan hidung.
Gesekan ini tentu saja berpotensi mengakibatkan iritasi, dan akan
diperparah dengan kondisi wajah yang memproduksi keringat lebih banyak
dari biasanya akibat tertutup masker sepanjang waktu. Jika tidak diatasi dengan
baik, kondisi iritasi ini dapat berubah menjadi infeksi,

cara efektif untuk mencegah iritasi pada kulit wajah akibat terlalu sering
memakai masker. 

1. Gunakan masker yang pas dengan ukuran wajah

Selain masker bedah, saat ini banyak pula masker yang dibuat
dengan berbagai macam bahan kain di pasaran. Masker bedah hanya
dibuat dalam satu ukuran atau all size saja,  berbeda dengan masker kain
yang dibuat dengan berbagai ukuran.
Untuk menghindari iritasi pada kulit wajahmu, pilihlah masker
dengan ukuran yang benar-benar pas dengan wajahmu. Masker yang
sesuai dengan ukuran wajahmu adalah masker yang bisa menutupi
bagian hidung (hingga di bawah mata), mulut, serta dagu dengan
sempurna dan cukup rapat.
Jangan memakai masker yang berukuran terlalu kecil atau
memiliki pengikat yang terlalu kuat. Masker yang terlalu kecil akan
menimbulkan banyak gesekan dan bisa mengakibatkan iritasi pada
wajahmu. Selain itu, masker yang terlalu kecil juga akan membuat
telingamu sakit akibat tertekuk.
Jangan pula memilih masker yang berukuran terlalu
besar. Masker yang terlalu besar akan memperkecil tingkat keamanan
dan membuat virus dan kuman mudah masuk ke dalam area wajahmu.

2. Rajin membersihkan wajah sebelum memakai masker

Seperti kata Profesor Karen, penggunaan masker yang terlalu


sering akan meningkatkan produksi keringat dan minyak di area wajah.
Keringat dan minyak yang berlebih tentu saja akan membuat kulit wajah
yang tertutup masker menjadi lebih lembab. Akibatnya, wajah akan lebih
mudah iritasi karena tingkat kelembaban yang berlebihan yang disertai
dengan gesekan kulit dengan masker. Kamu bisa menghindari iritasi
karena kelembaban kulit yang berlebihan ini dengan cara rajin
membersihkan wajah sebelum memakai masker. Membersihkan wajah
dengan sabun dapat mengurangi keringat dan minyak pada wajah,
sehingga wajah bisa tetap kering dan terhindar dari iritasi kulit.
Idealnya, cucilah wajahmu dengan menggunakan sabun 3 sampai
5 kali dalam sehari. Cara ini juga bisa membantu mencegah tumbuhnya
jerawat dan komedo pada area yang tertutup masker.

3. Jaga hidrasi kulit wajah

Kulit wajah yang terlalu kering juga bisa menyebabkan iritasi, lo.
Oleh karenanya, menjaga hidrasi kulit wajah amatlah penting. Kamu bisa
memakai pelembab wajah sebelum memakai masker supaya kulitmu
terjaga kelembabannya. Gunakan pelembab minimal 30 menit hingga 1
jam sebelum kamu memakai masker untuk memberikan waktu supaya
pelembab bisa meresap ke dalam lapisan kulit wajah.
Dengan begitu, pelembab akan berfungsi dengan sangat baik
untuk melembabkan dan menutrisi kulit wajahmu. Selain memakai
pelembab, kamu juga harus memenuhi kebutuhan cairan tubuh dengan
meminum air mineral minimal 2 liter dalam sehari. Memenuhi kebutuhan
cairan tubuh bisa membantu menghidrasi kulit wajahmu secara
maksimal. Dijamin, kulit wajahmu akan tetap segar dan terhindar dari
dehidrasi kulit.

4. Istirahatkan sejenak wajahmu dari masker

Jika kamu diharuskan untuk memakai masker seharian, ada


baiknya untuk melepas masker setiap 2 jam sekali. Ini berguna untuk
membiarkan wajahmu terkena oksigen di udara dan beristirahat sejenak
dari tekanan masker yang menutup rapat area wajahmu. Carilah tempat
yang sepi, sehingga kamu bisa merasa aman saat membuka masker.
Lepaskan masker selama sekitar 5 menit, lalu kamu bisa memakainya
kembali.
Sembari melepas masker, kamu juga bisa sambil membersihkan
wajah agar kulit wajahmu segar kembali. Jika tidak diistirahatkan,
keringat dan minyak akan menyumbat pori-pori dan menimbulkan
permasalahan baru pada wajah, yakni komedo, jerawat, dan
bahkan bruntusan.
Ingat juga untuk selalu menjaga kebersihan tangan sebelum
melepas masker di wajahmu, ya. Cucilah dahulu tangan dengan
menggunakan sabun dan air mengalir atau hand sanitizer berantiseptik
agar tanganmu bebas dari bakteri dan kuman.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kementrian Dalam Negeri. Pedoman Umum Menghadapi Pandemi Covid-
19 Bagi Pemerintah Daerah Pencegahan, Pengendalian, Diagnosis, dan
Manajemen
2. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Anda mungkin juga menyukai