Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kepada Allah Swt. Tuhan pencipta
alam semesta yang dengan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan referat ini.Tak
lupa pula Shalawat dan salam ditujukan kepada junjungan umat manusia yang selalu
kita tunggu syafa’atnya, nabi besar, nabi Muhammad Saw yang membawa kita
dengan penuh kesabaran dari zaman jahiliyah ke zaman yang terang benderang ini.
Penulis berharap bahwa referat ini dapat bermanfaat serta dapat menambah
wawasan dan pengetahuan mengenai penyakit trakheatis. Dengan memperbanyak
ikhtiar, akhirnya referat ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih terdapat banyak kesalahan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, sekiranya pembaca dapat memberikan
kritik dan saran beserta usulan untuk perbaikan referat diwaktu yang akan datang.
Dengan ucapan Alhamdulillah demikianlah untaian kata pengantar dari
penulis, semoga apa yang telah di usahakan penulis dapat bermanfaat bagi pembaca
sekalian. Aamiin

1
BAB I

PENDAHULUAN

Trakea adalah tabung yang dapat bergerak dengan panjang kurang lebih 5

inci (13cm) dan berdiameter 1 inci (2,5cm). Trakea mempunyai dinding fibroelastis

yang tertanam di dalam balok-balok kartilago hialin yang berbentuk huruf U yang

mempertahankan lumen trakea tetap terbuka. Ujung posterior kartilago yang bebas

dihubungkan oleh otot polos yang disebut otot trachealis.

Salah satu gangguan yang dapat terjadi pada trakea adalah trakeitis. Trakeitis

adalah suatu infeksi/peradangan yang disebabakan oleh bakteri yang ditandai dengan

obstruksi jalan napas, sepsis, dan bahkan dapat terjadi kematian. Trakeitis paling

sering terjadi pada anak usia 3 tahun, tetapi dapat juga terjadi pada anak usia 8 tahun.

Tidak ada perbedaan jenis kelamin yang jelas pada insidens atau keparahannya

Penyebab trakeitis antara lain Staphylococcus, Streptococcus, dan

Streptococcus pneumoniae, ditandai dengan demam tinggi, stridor, dan gejala

obstruksi jalan napas bagian atas.

Pengobatan dapat dilakukan dengan terapi antimikroba, bronkoskopi,

lavage, dan intubasi.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. DEFINISI

Trakeitis adalah suatu infeksi/peradangan disebabkan oleh bakteri yang

menyebabkan obstruksi jalan napas, sepsis, dan kematian. Obstruksi jalan napas yang

jelas di laringotrakea sangat berbeda dengan penyakit paru obstruktif menahun.

Obstruksi laringotrakea ditandai dengan meningkatkan usaha ventilasi untuk

mempertahankan batas normal ventilasi alveolus sampai terjadi kelelahan. Hal ini

terjadi pada obstruksi akut atau kronis. Pada pasien yang lelah, kematian terjadi dalam

beberapa menit atau jam setelah usaha ventilasi maksimal tidak dapat

mempertahankan ventilasi alveolus yang normal. Jadi obstruksi saluran napas bagian

atas harus dipikirkan, jika pemakaian bronkodilator tidak dapat mengatasi obstruksi

jalan napas.

Trakeitis paling sering terjadi pada anak usia 3 tahun, tetapi dapat terjadi

pula pada anak berusia 8 tahun. Timbulnya penyakit yang tak diketahui secara pasti.

Tidak ada perbedaan jenis kelamin yang jelas pada insidens atau keparahannya.

Klasifikasi lesi obstruktif laring dan trakea (1)

A. Perkembangan

1. Anomali vaskuler

- kompresi arkus aorta atau cabang-cabangnya

- hemangioma subglotis

- angioma trakea

3
2. Malformasi Kongenital

- stenosis glottis dan subglotis

- selaput hipoplasia

- kista dan tumor

B. Infeksi

1. Bayi dan anak

- croup

- epiglottis

- trakeobronkitis

- oedem laring

- spasme laring

- difteri

2. Dewasa

- laringitis akut

- epiglotitis

- tuberculosis

- jamur

- mediastinitis

C. Trauma

- striktur pasca intubasi

- polip

- fraktur laring

- pemisahan laringotrakea

- trauma tumpul dari luar

- benda asing

4
D. Paralisis pita suara bilateral neurogenik

1. Pasca bedah

- pascabedah tiroid dan paratiroid

- pascabedah ekstensif fosa S.S.P.

- bedah ekstensif mediastinum

2. Pasca trauma

- intubasi lama

- subluksasi aritenoid

3. Pasca inflamasi

- difteri

- tuberkulosis

4. Idiopatik (tersering)

E. Neoplasma

1. Jinak

- papilomatosis skuamosa

- fibroma

- polip inflamasi

2. Ganas

- karsinoma sel skuamosa laring dan trakea (tersering)

- adenokarsinoma

- karsinoma mukoepidermoid

- limfoma

- sarkoma-leiomiosarkoma, kondroma

- karsinoma tiroid invasiv

- metastasis karsinoma

5
F. Mekanik

- obesitas

- sindrom Pickwickian

- sindrom apnea saat tidur

- makrognatia

1. Kompresi eksterna

- lesi leher-goiter, limfoma

- lesi mediastinum-goiter substernal

- timoma

- penyakit limfoproliferatif

- metastasis karsinoma

- tuberkulosis

2. Obstruksi sekret

- sekresi laring dan trakea

- trakeitis sika

- bronkiolitis

- bronkitis

- bronkiektasis

- sindrom silia tak bergerak (sindrom Kartagener)

G. Etiologi tidak diketahui

- trakeopati osteoplastik

- polikondritis berulang

- amiloid

- trakeomalasi

- laringomalasi

6
II. ETIOLOGI

Trakeitis bakteri, suatu infeksi akut saluran pernapasan atas, tidak

melibatkan epiglotis, tetapi seperti epiglotitis dan croup, trakeitis bakteri mampu

menyebabakan obstruksi jalan napas yang mengancam jiwa. S. aureus adalah patogen

yang paling lazim diisolasi. Virus parainfluenza tipe 1, Moraxell catarrhalis, dan H.

influenzae telah terlibat dalam infeksi ini. Kebanyakan penderita berumur kurang dari

3 tahun, walaupun anak yang lebih tua kadang-kadang telah terkena. Tidak ada

perbedaan jenis kelamin yang jelas pada insidens atau keparahannya. Trakeitis bakteri

biasanya pasca infeksi virus pernapasan yang jelas (terutama laringotrakeitis).

Trakeitis mungkin merupakan komplikasi bakteri penyakit virus, bukannya penyakit

bakteri primer. Wujud yang mengancam jiwa ini mungkin setidak-tidaknya, selazim

epiglotitis.

III. MANIFESTASI KLINIK

Khasnya pada anak timbul batuk keras dan kasar, tampak sebagai bagian

dari laringotrakeobronkitis. Demam tinggi dan “toksisitas” dengan kegawatan

pernapasan dapat terjadi segera atau sesudah beberapa hari dari perbaikan yang

tampak(3). Pengobatan yang biasa digunakan untuk croup (misalnya, kabut, cairan

intravena, epinefrin rasemik aerosolisasi) tidak efektif. Pada trakeitis dapat juga

terjadi odinofagi. Intubasi atau trakeostomi biasanya diperlukan. Patologi utama yang

tampak adalah pembengkakan mukosa pada setinggi kartilago krikoid, yang

dikomplikasi oleh sekresi purulen, kental banyak sekali. Pengisapan sekresi ini,

walaupun kadang-kadang memberikan pelegaan sementara, biasanya tidak cukup

menghindarkan perlunya jalan napas buatan.

7
IV. DIAGNOSIS

Diagnosis didasarkan pada bukti adanya penyakit saluran pernapasan atas

bakteri, yang meliputi leukositosis sedang dengan banyak bentuk batang, demam

tinggi, dan sekresi jalan napas purulen dan tidak adanya tanda-tanda klasik epiglotitis.

V. PENGOBATAN

Terapi antimikroba yang tepat, yang biasanya meliputi agen antistafilokokus,

harus diberikan pada setiap penderita dengan croup yang perjalanannya memberi

kesan trakeitis bakteri sekunder. Bila didiagnosis trakeitis bakteri dengan laringoskopi

langsung atau sangat dicurigai atas dasar klinis, jalan napas buatan biasanya

terindikasi. Penambahan oksigen mungkin diperlukan. Pada trakeitis dapat juga

dilakukan bronkoskopi, lavage, dan intubasi. Pada bronkoskopi memungkinkan

dokter memeriksa bagian dalam trakea, percabangannya yang dinamakan carina, dan

bronkus principalis.

VI. KOMPLIKASI

Roentgenogram dada sering menunjukkan bercak infiltrate dan dapat

menampakkan kepadatan lokal. Penyempitan subglotis dan kolom udara trakea yang

terobek-robek kasar seringkali dapat diperlihatkan secara rontgenografi. Jika

manajemen saluran udara tidak optimal, dapat terjadi henti kardiorespirasi. Sindrom

syok toksik telah dihubungkan dengan trakeitis.

VII. PROGNOSIS

8
Prognosis untuk kebanyakan penderita sangat baik. Kebanyakan penderita

menjadi afebris dalam 2-3 hari pemberian antimikroba yang tepat, tetapi rawat-inap

yang lama di rumah sakit mungkin diperlukan. Dengan berkurangnya edema mukosa

dan sekresi purulen, ekstubasi dapat diselesaikan dengan aman, dan penderita dapat

diamati secara cermat sementara terapi antibiotik dan oksigen diteruskan. Rata-rata

lama rawat-inap12 hari pada satu seri.

BAB III

KESIMPULAN

9
Trakea adalah tabung yang dapat bergerak dengan panjang kurang lebih 5

inci (13cm) dan berdiameter 1 inci (2,5cm). Trakea mempunyai dinding fibroelastis

yang tertanam di dalam balok-balok kartilago hialin yang berbentuk huruf U yang

mempertahankan lumen trakea tetap terbuka. Salah satu gangguan yang dapat terjadi

pada trakea adalah trakeitis.

Penyebab trakeitis antara lain Staphylococcus, Streptococcus, dan

Streptococcus pneumoniae, ditandai dengan demam tinggi, stridor, dan gejala

obstruksi jalan napas bagian atas.

Diagnosis didasarkan pada bukti adanya penyakit saluran pernapasan atas

bakteri, yang meliputi leukositosis sedang dengan banyak bentuk batang, demem

tinggi, dan sekresi jalan napas purulen dan tidak adanya tanda-tanda klasik epiglotitis.

Pengobatan meliputi agen antistafilokokus, ,bronkoskopi, lavage, dan

intubasi. Penyempitan subglotis dan kolom udara trakea yang terobek-robek kasar

seringkali dapat diperlihatkan secara rontgenografi. Jika manajemen saluran udara

tidak optimal, dapat terjadi henti kardiorespirasi. Trakeitis dapat menyebabkan

sindrom syok toksik.

Prognosis untuk kebanyakan penderita sangat baik. Kebanyakan penderita

menjadi afebris dalam 2-3 hari setelah pemberian antimikroba yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA

10
1. Ali Nafiah.2007.reposity.usu.ac.id/bitstream/123456789/3845/1/09E00735.pdf
(akses 27-11-2014)
2. Tabrani Rab. 2013. Ilmi Penyakit Paru. Jakarta: Trans Info Media
3. K, anand D. M john T bacterial tracheitis. Merck manual handbook.2008

11

Anda mungkin juga menyukai